swasta yang bergerak dibidang Argo Industri (Perkebunan dan Pengolahan Kelapa
Sawit) dengan luas HGU 9.444,80 ha yang terbagi menjadi 3 Estate. Luas area
Delima adalah 3.457 ha, luas area Estate Intan sebesar 3.120 ha, sedangkan luas
area Estate Berlian adalah 2.887,62 ha yang dimana ke tiga Estate ini memiliki
kelapa sawit berbeda-beda tergantung dari setiap estate, dan satu unit pabrik
PT. Teknik Utama Mandiri (TUM) memiliki satu unit pabrik kelapa sawit
yang berfungsi untuk melakukan pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Adapun
hasil akhir dari pengolahan TBS di pabrik Kelapa Sawit PT. Teknik Utama
Mandiri (TUM) adalah berupa inti (karnel) dan CPO (Crude Palm Oil). Pabrik
pengolahan kelapa sawit di PT. Teknik Utama Mandiri tidak hanya mengolah
hasil Tandan Buah Segar (TBS) dari PT. Teknik Utama Mandiri saja, tetapi pabrik
juga menerima hasil buah dari perusahaan bertaraf luas yang juga berada dalam
naungan Trurich Groups (Lembaga Tabung dan Felda Malaysia), yaitu PT.
Anugrah Kembang Sawit Sejahtera yang berada di Kabupaten Tana Tidung dan
PT. Usaha Kaltim Mandiri yang berada di Kabupaten Tana Tidung dan menerima
hasil buah dari perkebunan rakyat yang dikelola oleh masyarakat sendiri.
34
35
usaha yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, pengolahan Tandan Buah Segar
(TBS) dan pemasaran Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel (PK) dan TBS.
gonder (kendaraan yang menampung TBS) kemudian pekerja bongkar muat akan
pabrik kelapa sawit), dari proses pemindahan pekerja menggunakan alat todos
yang menjadi alat untuk memindahkan buah. Proses bongkar muat TBS kelapa
buah yang dipindahkan untuk berat satu tandan nya 5-11 kg dengan muatan yang
diisi sejumlah 8-12 ton/hari nya. Pada tahap ini pekerja akan mengalami cedera
pada otot atau biasa disebut dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs),
B. Hasil
1. Karakteristik Responden
responden yang diteliti mayoritas pada dikelompok usia yaitu 21-26 yang
Tabel 3. Distribusi postur kerja pada pekerja bongkar muat kelapa sawit di PT.
langsung oleh peneliti dengan cara pengambilan gambar dan merekam video
agar dapat dianalisis lebih teliti lagi kemudian dimasukan kedalam lembar
yang diteliti terdapat 15 (42,8%) orang dengan kategori postur kerja tinggi,
selanjutnya terlihat pada tabel terdapat 12 (34,3%) orang kategori postur kerja
lembar REBA akan dimulai dari leher, kaki, badan, pergelangan tangan, lengan
bawah, dan lengan atas serta akan ada penambahan aktivitas yang juga menjadi
MSDs 24 68,6
Tidak MSDs 11 31,4
Total 35 100
Sumber: Data Primer 2017
38
responden yang terdapat keluhan atau tidak. Kuesioner Nordic Body Map akan
sehingga peneliti hanya melihat gambar kemudian memilih nomer berapa yang
(MSDs) yaitu dari leher hingga ujung kaki. Hasil dari pengisian Kuisioner
Nordic Body Map dilihat dari titik yang telah diisi oleh responden, terbanyak
responden mengalami sakit pada titik punggung dan pinggang yaitu nomer 7
2. Analisis Bivariat
bebas yaitu postur kerja dengan variabel terikat yaitu keluhan Musculoskeletal
orang (33,3%) berisiko sedang, dan 2 orang (8,3%) berisiko rendah. Pada
responden yang tidak MSDs berjumlah 11 orang, yang memiliki risiko postur
kerja yang tinggi berjumlah 1 orang (9,1%), risiko rendah berjumlah 4 orang
responden yang memiliki postur kerja sedang dan rendah. Agar hasil yang
didapat bermakna secara statistik maka dapat dilihat nilai Asymp sig dari nilai
penelitian ini nilai RP tidak dapat keluar karena syarat keluarnya nilai RP yaitu
40
Mandiri pada pekerja bongkar muat untuk mengetahui tingkat risiko postur
didapatkan hasil 15 orang memiliki postur kerja berisiko tinggi, 12 orang yang
memiliki risiko postur kerja sedang, dan 8 orang yang memiliki postur kerja
Disorders (MSDs) pada pekerja bongkar muat Kelapa Sawit di PT.Teknik Utama
Mandiri.
1. Risiko postur kerja pada pekerja bongkar muat kelapa sawit di PT. Teknik
Utama Mandiri.
rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan lembar REBA didapatkan hasil bahwa
postur kerja pekerja bongkar muat pada indikator rendah, sedang, dan tinggi
penilaian REBA bertujuan untuk menilai sejauh mana postur kerja seseorang
pada saat melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan cidera atau timbulnya
keluhan. Pada lembar REBA akan dilakukan penilaian postur kerja dari 7
indikator penilaian yaitu leher, pinggang, kaki, jari, lengan atas, lengan bawah,
kedalam skor A dan skor B hingga didapatkan hasil skor C yang merupakan
hasil Grand score. Berdasarkan hasil pengukuran dari 35 responden yang telah
di teliti responden yang memiliki grand score risiko postur kerja tinggi
responden yang memiliki hasil risiko postur kerja sedang berjumlah 12 orang
dengan action level 2 artinya perlu tindakan, dan responden yang memiliki
risiko postur kerja rendah berjumlah 8 orang dengan action level 1 artinya tidak
perlu tindakan.
42
peneliti merekam aktifitas pekerja secara langsung. Pada tahap perekaman dan
pengambilan gambar peneliti sebisa mungkin tidak terlihat oleh pekerja agar
ini gambar postur kerja kategori tinggi sedang dan rendah yang telah diambil
peneliti :
(a) Postur Kerja Tinggi (b) Postur Kerja Sedang (c) Postur Kerja Rendah
bongkar muat. Gambar di ambil berdasarkan kategori risiko postur kerja yaitu
pekerja (a) merupakan kategori risiko postur kerja tinggi, pekerja (b) merupakan
pekerja yang memiliki kategori risiko postur kerja sedang dan pekerja (c) pekerja
yang memiliki risiko postur kerja rendah. Pada gambar (a) terdapat perbedaan
43
ditandai dengan punggung yang tidak lurus dari posisi alamiah artinya terdapat
pekerja mengalami keluhan MSDs dalam waktu panjang kedepan serta menurut
Astuti (2007) pekerja dapat mengalami slipped disk akibat posisi kerja yang salah,
akibat desakan tulang belakang. Menurut hasil penelitian dari Fuady (2013)
semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi
Nordic Body Map, dalam kuisioner terdapat 27 indikator yang menjadi titik
keluhan pada tubuh. Jenis keluhan yang terdapat dalam kuisioner Nordic Body
Map dibagi menjadi 9 bagian utama yang menjadi kategori mengalami keluhan
dan memiliki tingkat pengulangan yang tidak sama waktunya, namun dalam
44
penelitian ini terdapat hasil yang lebih banyak pada bagian punggung dan
keluhan terbanyak pada bagian leher dan punggung bawah yang dirasakan
pergelangan tangan kanan dan kiri yang dirasakan oleh 95 pekerja, dan
mengatakan bahwa keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang
menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya dapat memicu
keluhan pada bagian – bagian otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja mulai
dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit berupa rasa sakit atau
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil
yang signifikan yaitu nilai Asymp sig (2-sided) sebesar 0.003 α = 0,05 (P<0,05)
diterima. Artinya terdapat hubungan antara postur kerja dengan keluhan MSDs.
Karena menggunakan uji chi square dengan tabel 2x3 maka hasil dilihat dari
pearson chi square dan RP tidak keluar, sehingga penelitian ini hanya mencari
Jalajuwita dan Pas Paskariani (2015) yang meneliti tentang hubungan postur
penelitian Yuni Cahyani (2016) terdapat hubungan antara postur kerja dengan
diterima, artinya ada pengaruh atau hubungan yang signifikan antara postur
a. Peralatan kerja
menggunakan alat tojok yang ukuran nya lebih pendek dari postur pekerja
(MSDs). Posisi kerja dapat di kurangi dengan cara melakukan inovasi atau
46
perubahan ukuran alat yang digunakan pada saat bekerja, ukuran alat
kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan
perbaikan segera terhadap postur kerja pada setiap tenaga kerja. Hal ini
disebabkan oleh tempat duduk dan meja kerja yang kurang ergonomis dan
luas pandangan yang kurang bebas. Postur kerja yang kurang tepat akan
b. Posisi janggal
(MSDs). Kegiatan pekerja bongkar muat kelapa sawit PT. Teknik Utama
membungkuk, posisi leher yang menunduk dan pijakan kaki yang tidak
rata sehingga menyebabkan nyeri pada sendi dan otot skeletal. Adapun
memiliki postur kerja yang tidak janggal apabila orang itu bekerja dengan
sikap kerja yang alamiah atau postur normal seperti yang dikatakan
Merulalia (2010) sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau
postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga
tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti
organ tubuh, saraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi rileks
Postur tubuh seseorang ketika bekerja dipengaruhi oleh tiga hal yaitu
yang dilakukan pada saat bekerja. Pekerja bongkar muat PT. Teknik
berikutnya adalah bahu kanan, pergelangan tangan kanan dan kiri yang
dirasakan oleh 95 pekerja, dan paling sedikit pada pantat (67 pekerja).
dan sistem saraf. Trauma tersebut akan membentuk cidera yang cukup
berulang-ulang.
Bagian tubuh yang sakit paling banyak dirasakan pada bagian pinggang
dan pinggul dengan jumlah orang 20, pinggang dan pinggul mengalami
Jalajuwita dan Pas Paskarini (2015) yang meneliti tentang hubungan postur
PT.X Bekasi dengan metode REBA, menyebutkan bahwa ada hubungan secara
Disorders (MSDs), penelitian ini diperkuat lagi oleh penelitian Yuni Cahyani
Disorders (MSDs) dengan nilai Asymp sig sebesar 0,002 dengan nilai α=0.05
pengaruh atau hubungan yang signifikan antara postur kerja dengan keluhan
bahwa terdapat hubungan antara dua variabel. Sesuai dengan penelitian yang
50
dilakukan oleh Hasriani (2016) hasil dari peneiltian ini yaitu nilai p = 0,940,
dibawah nilai p > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara dua variabel.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto
(2012) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara posisi tubuh saat bekerja
handling yang dikarenakan faktor lingkungan kerja yang terhindar dari terik
kerjanya.
Allah Subhannahu wa ta‘ala berfirman dalam surah Ar- Ra’du ayat 11.
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menolaknya, dan sekali kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia “.
Maksud dalam surah tersebut bahwa Allah tidak akan merubah keadaan
manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti
jika ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk mencukupi
Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian pada kalimat
menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk terjadi
dalam hidup manusia. Tapi manusia berhak untuk menjaga kesehatan dan
harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari berbagai bahaya yang
mengintai di lingkungan sekitanya. Masalah selamat atau tidak hal itulah yang
kemudian menjadi kuasa Allah untuk menentukan garis hidup manusia. Yang
perlu digaris bawahi dari ayat ini adalah manusia harus mau berusaha untuk