Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Perusahaan PT. Teknik Utama Mandiri (TUM) adalah sebuah perusahaan

swasta yang bergerak dibidang Argo Industri (Perkebunan dan Pengolahan Kelapa

Sawit) dengan luas HGU 9.444,80 ha yang terbagi menjadi 3 Estate. Luas area

Delima adalah 3.457 ha, luas area Estate Intan sebesar 3.120 ha, sedangkan luas

area Estate Berlian adalah 2.887,62 ha yang dimana ke tiga Estate ini memiliki

wilayah atau bagian perkebunannya sendiri, pengelolan serta perawatan setiap

kelapa sawit berbeda-beda tergantung dari setiap estate, dan satu unit pabrik

pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas yang terpasang 60 ton Tbs/jam.

PT. Teknik Utama Mandiri (TUM) memiliki satu unit pabrik kelapa sawit

yang berfungsi untuk melakukan pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Adapun

hasil akhir dari pengolahan TBS di pabrik Kelapa Sawit PT. Teknik Utama

Mandiri (TUM) adalah berupa inti (karnel) dan CPO (Crude Palm Oil). Pabrik

pengolahan kelapa sawit di PT. Teknik Utama Mandiri tidak hanya mengolah

hasil Tandan Buah Segar (TBS) dari PT. Teknik Utama Mandiri saja, tetapi pabrik

juga menerima hasil buah dari perusahaan bertaraf luas yang juga berada dalam

naungan Trurich Groups (Lembaga Tabung dan Felda Malaysia), yaitu PT.

Anugrah Kembang Sawit Sejahtera yang berada di Kabupaten Tana Tidung dan

PT. Usaha Kaltim Mandiri yang berada di Kabupaten Tana Tidung dan menerima

hasil buah dari perkebunan rakyat yang dikelola oleh masyarakat sendiri.

34
35

Kegiatan utama perusahaan adalah investasi memegang dengan kegiatan

usaha yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, pengolahan Tandan Buah Segar

(TBS) dan pemasaran Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel (PK) dan TBS.

Kegiatan di perkebunan kelapa sawit terdiri dari kegiatan pemotongan Tandan

Buah Segar (TBS), pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan

TBS ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), bongkar muat, serta pengiriman ke

Pengumpulan Kelapa Sawit. Kegiatan bongkar muat dilakukan dengan

menggunakan manual handling, kegiatan dilakukan mulai dari pekerja pemanen

mengumpulkan buah di tempat pengumpulan buah yang dikumpulkan diatas

gonder (kendaraan yang menampung TBS) kemudian pekerja bongkar muat akan

melakukan pemindahan dari gonder ke truk (kendaraan yang membawa TBS ke

pabrik kelapa sawit), dari proses pemindahan pekerja menggunakan alat todos

yang menjadi alat untuk memindahkan buah. Proses bongkar muat TBS kelapa

sawit masih mengandalkan otot tangan dengan frekuensi yang berulang-ulang,

buah yang dipindahkan untuk berat satu tandan nya 5-11 kg dengan muatan yang

diisi sejumlah 8-12 ton/hari nya. Pada tahap ini pekerja akan mengalami cedera

pada otot atau biasa disebut dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs),

apabila tidak dikerjakan secara ergonomis.


36

B. Hasil

1. Karakteristik Responden

Gambaran umum dari karakterisitik responden didapat dari hasil

penelitian yang telah dilakukan, pengumpulan data dilakukan dengan cara

penyebaran kuisioner NBA (Nordic Body Map). Karakteristik responden pada

pene;itian ini adalah usia.

a. Karakteristik Responden Menurut Usia


Tabel 2. Pengelompokan berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah Responden Prosentase (%)
(Tahun) (Orang)
1. 21-26 11 31,4
2. 27-32 4 11,4
3. 33-38 8 22,9
4. 39-44 5 14,3
5. 45-50 7 20
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa usia dari 35

responden yang diteliti mayoritas pada dikelompok usia yaitu 21-26 yang

memiliki usia tersebut berjumlah 11 (31,4%) orang.


37

Tabel 3. Distribusi postur kerja pada pekerja bongkar muat kelapa sawit di PT.

Teknik Utama Mandiri

Variabel Postur Kerja Responden (Orang) Prosentase (%)


Rendah 8 22,9
Sedang 12 34,3
Tinggi 15 42,8
Total 35 100
Sumber: Data Primer 2017

Pengambilan hasil untuk postur kerja dengan menggunakan observasi

langsung oleh peneliti dengan cara pengambilan gambar dan merekam video

agar dapat dianalisis lebih teliti lagi kemudian dimasukan kedalam lembar

REBA untuk di lakukan perhitungan. Berdasarkan Tabel 3 dari 35 responden

yang diteliti terdapat 15 (42,8%) orang dengan kategori postur kerja tinggi,

selanjutnya terlihat pada tabel terdapat 12 (34,3%) orang kategori postur kerja

sedang, dan kategori rendah berjumlah 8 (22,9%) orang. Cara menghitung

lembar REBA akan dimulai dari leher, kaki, badan, pergelangan tangan, lengan

bawah, dan lengan atas serta akan ada penambahan aktivitas yang juga menjadi

penambahan perhitungan dalam lembar REBA.

Tabel 4.. Distribusi responden keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)


pada pekerja bongkar muat kelapa sawit PT. Teknik Utama Mandiri.

Variabel Keluhan Responden Prosentase


Musculoskeletal Disorders (Orang) (%)

MSDs 24 68,6
Tidak MSDs 11 31,4
Total 35 100
Sumber: Data Primer 2017
38

Berdasarkan Tabel 4 dapat dari 35 responden yang diteliti terdapat

responden yang mengalami MSDs berjumlah 24 (68,6%) orang, dan responden

yang tidak MSDs berjumlah 11 (31,4%) orang. Penelitian ini menggunakan

kuisioner Nordic Body Map yang digunakan untuk mendapatkan hasil

responden yang terdapat keluhan atau tidak. Kuesioner Nordic Body Map akan

diisi oleh responden, untuk memudahkan responden mengisi kuisioner peneliti

memberikan gambar berupa gambar tubuh yang telah diberikan nomor

sehingga peneliti hanya melihat gambar kemudian memilih nomer berapa yang

terdapat ada keluhan.

Responden mengisi lembar kuisioner dengan melihat 27 titik yang telah

ditentukan, titik tersebut adalah lokasi keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs) yaitu dari leher hingga ujung kaki. Hasil dari pengisian Kuisioner

Nordic Body Map dilihat dari titik yang telah diisi oleh responden, terbanyak

responden mengalami sakit pada titik punggung dan pinggang yaitu nomer 7

dan 8, dengan jumlah responden 20 orang, 4 responden mengalami keluhan

pada bagian kaki dan lengan.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel

bebas yaitu postur kerja dengan variabel terikat yaitu keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs). Pada analisis bivariat menggunakan uji chi-square yaitu

mencari hubungan antara dua variabel. Mencari hubungan antara variabel

bebas dan terikat digunakan bantuan software statistik yaitu SPSS.


39

Tabel 5. Uji chi-square “Hubungan antara postur kerja dengan keluhan


Musculoskeletal Disorders (MSDs)”
MSDs Total Sig
Postur kerja Ya Tidak N %
N % N %
Tinggi 14 58,4 1 9,1 15 42,9 0,003
Sedang 8 33,3 4 36,4 12 34,3
Rendah 2 8,3 6 54,5 8 22,9

Jumlah 24 100 11 100 35 100


Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan Tabel 5 uji chi-square, dari 35 responden yang diteliti

terdapat hasil yang mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak

24 orang dengan postur kerja berisiko tinggi berjumlah 14 orang (58,4%), 8

orang (33,3%) berisiko sedang, dan 2 orang (8,3%) berisiko rendah. Pada

responden yang tidak MSDs berjumlah 11 orang, yang memiliki risiko postur

kerja yang tinggi berjumlah 1 orang (9,1%), risiko rendah berjumlah 4 orang

(36,4%), dan 6 orang (54,5%) berisiko rendah.

Berdasarkan uji yang didapat, bisa dilihat bahwa responden yang

memiliki postur kerja berisiko tinggi memiliki kemungkinan mengalami

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih besar dibandingkan dengan

responden yang memiliki postur kerja sedang dan rendah. Agar hasil yang

didapat bermakna secara statistik maka dapat dilihat nilai Asymp sig dari nilai

Pearson chi-square sebesar 0,003 dengan α = 0,05 (P<0,05) menunjukkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan secara signifikan

antara postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Dalam

penelitian ini nilai RP tidak dapat keluar karena syarat keluarnya nilai RP yaitu
40

dengan menggunakan uji chi-square tabel 2x2, sedangkan penelitian ini

menggunakan tabel 2xk .

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan di PT. Teknik Utama

Mandiri pada pekerja bongkar muat untuk mengetahui tingkat risiko postur

kerja dengan menggunakan metode REBA. Dari 35 responden yang diteliti

didapatkan hasil 15 orang memiliki postur kerja berisiko tinggi, 12 orang yang

memiliki risiko postur kerja sedang, dan 8 orang yang memiliki postur kerja

berisiko rendah. Dibawah


NO Subjek Grand
(No Responden) Score
ini adalah tabel hasil REBA,
1 001 8
2 002 8
sebagai berikut :
3 003 9
4 004 3 Tabel 6. Grand
Score 5 005 7 Metode REBA
6 006 7
7 007 4
8 008 5
9 009 4
10 010 8
11 011 7
12 012 9
13 013 10
14 014 3
15 015 3
16 016 8
C. 17 017 3 Pembahasan
18 018 3
Penelitian 19 019 8 ini bertujuan
20 020 3
untuk 21 021 3 membuktikan
22 022 9
hubungan antara 23 023 8 postur kerja
24 024 3
dengan keluhan Musculoskeletal
25 025 11
26 026 10
27 027 8
28 028 6
29 029 5
30 030 6
31 031 8
32 032 3
33 033 9
34 034 7
35 035 7
41

Disorders (MSDs) pada pekerja bongkar muat Kelapa Sawit di PT.Teknik Utama

Mandiri.

1. Risiko postur kerja pada pekerja bongkar muat kelapa sawit di PT. Teknik

Utama Mandiri.

Pada penelitian ini dampak dari postur kerja terhadap keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dikategorikan dalam 3 indikator yaitu

rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan lembar REBA didapatkan hasil bahwa

postur kerja pekerja bongkar muat pada indikator rendah, sedang, dan tinggi

berpotensi mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Lembar

penilaian REBA bertujuan untuk menilai sejauh mana postur kerja seseorang

pada saat melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan cidera atau timbulnya

keluhan. Pada lembar REBA akan dilakukan penilaian postur kerja dari 7

indikator penilaian yaitu leher, pinggang, kaki, jari, lengan atas, lengan bawah,

serta ada penambahan aktifitas. Hasil indikator tersebut akan dimasukan

kedalam skor A dan skor B hingga didapatkan hasil skor C yang merupakan

hasil Grand score. Berdasarkan hasil pengukuran dari 35 responden yang telah

di teliti responden yang memiliki grand score risiko postur kerja tinggi

sebanyak 15 orang dengan action level 3 artinya perlu tindakan secepatnya,

responden yang memiliki hasil risiko postur kerja sedang berjumlah 12 orang

dengan action level 2 artinya perlu tindakan, dan responden yang memiliki

risiko postur kerja rendah berjumlah 8 orang dengan action level 1 artinya tidak

perlu tindakan.
42

Metode REBA sangat cocok digunakan untuk menilai postur kerja,

secara menyeluruh tubuh bekerja akan dianalisa dengan cara mengambil

gambar, untuk lebih memudahkan dan mengurangi kesalahan analisa maka

peneliti merekam aktifitas pekerja secara langsung. Pada tahap perekaman dan

pengambilan gambar peneliti sebisa mungkin tidak terlihat oleh pekerja agar

didapatkan hasil senatural mungkin saat pekerja beraktifitas. Adapun dibawah

ini gambar postur kerja kategori tinggi sedang dan rendah yang telah diambil

peneliti :

(a) Postur Kerja Tinggi (b) Postur Kerja Sedang (c) Postur Kerja Rendah

Gambar 6. Postur pekerja bongkar muat

Gambar diatas merupakan postur pekerja pada saat melakukan aktivitas

bongkar muat. Gambar di ambil berdasarkan kategori risiko postur kerja yaitu

pekerja (a) merupakan kategori risiko postur kerja tinggi, pekerja (b) merupakan

pekerja yang memiliki kategori risiko postur kerja sedang dan pekerja (c) pekerja

yang memiliki risiko postur kerja rendah. Pada gambar (a) terdapat perbedaan
43

ditandai dengan punggung yang tidak lurus dari posisi alamiah artinya terdapat

pembebanan otot dibagian pinggang serta leher, sehingga dapat diperkirakan

pekerja mengalami keluhan MSDs dalam waktu panjang kedepan serta menurut

Astuti (2007) pekerja dapat mengalami slipped disk akibat posisi kerja yang salah,

akibat desakan tulang belakang. Menurut hasil penelitian dari Fuady (2013)

semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi

keluhan otot skeletal.

2. Tingkat keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bongkar

muat kelapa sawit di PT. Teknik Utama Mandiri.

Berdasarkan uji statistik MSDs, dari 35 responden yang mengalami

keluhan berjumlah 24 pekerja dengan persentase 68,6%. Namun tidak semua

pekerja mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs), terdapat 11

pekerja tidak mengalami keluhan. Pengumpulan hasil menggunakan kuesioner

Nordic Body Map, dalam kuisioner terdapat 27 indikator yang menjadi titik

keluhan pada tubuh. Jenis keluhan yang terdapat dalam kuisioner Nordic Body

Map dibagi menjadi 9 bagian utama yang menjadi kategori mengalami keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs). Kategori dikatakan MSDs apabila pekerja

mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada 9 bagian tubuh

utama, dikatakan tidak MSDs apabila pekerja tidak mengalami keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada 9 bagian tubuh utama.

Hasil pengisian kuesioner setiap responden memiliki perbedaan hasil,

keadaan tersebut disebabkan karena posisi kerja setiap responden berbeda-beda

dan memiliki tingkat pengulangan yang tidak sama waktunya, namun dalam
44

penelitian ini terdapat hasil yang lebih banyak pada bagian punggung dan

pinggang. Sedangkan penelitian Hendra (2009), mengenai keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pemanen kelapa sawit menemukan

keluhan terbanyak pada bagian leher dan punggung bawah yang dirasakan

oleh 98 pekerja, sedangkan urutan berikutnya adalah bahu kanan,

pergelangan tangan kanan dan kiri yang dirasakan oleh 95 pekerja, dan

paling sedikit pada pantat (67 pekerja).

Dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa pekerja terlalu memaksakan

kondisi pekerjaanya sehingga memiliki risiko yang tinggi. NIOSH (2007)

mengatakan bahwa keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang

menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya dapat memicu

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Keluhan muskuloskeletal adalah

keluhan pada bagian – bagian otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja mulai

dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit berupa rasa sakit atau

nyeri di otot, pegal – pegal, dan kram ketika bekerja.

3. Hubungan Postur kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders .

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil

yang signifikan yaitu nilai Asymp sig (2-sided) sebesar 0.003 α = 0,05 (P<0,05)

didapatkan hasil di bawah 0,005 maka menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Artinya terdapat hubungan antara postur kerja dengan keluhan MSDs.

Karena menggunakan uji chi square dengan tabel 2x3 maka hasil dilihat dari

pearson chi square dan RP tidak keluar, sehingga penelitian ini hanya mencari

hubungan antara postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders


45

(MSDs). Hasil Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jalajuwita dan Pas Paskariani (2015) yang meneliti tentang hubungan postur

kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada unit pengelasan

PT. X Bekasi dengan Metode REBA, menyebutkan bahwa ada hubungan

secara signifikan antara hubungan postur kerja dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs), penelitian ini diperkuat lagi oleh

penelitian Yuni Cahyani (2016) terdapat hubungan antara postur kerja dengan

keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan nilai Asymp sig sebesar

0.002 dengan α= 0,05 (P<0,05) menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya ada pengaruh atau hubungan yang signifikan antara postur

kerja dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Adanya hubungan antara postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) disebabkan karena beberapa hal diantaranya :

a. Peralatan kerja

Postur pekerja bongkar muat kelapa sawit di PT. Teknik Utama

Mandiri sangat berkaitan dengan perlatan yang digunakan. Peralatan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah alat tojok. Berdasarkan hasil

observasi dilapangan pekerja bongkar muat di PT. Teknik Utama Mandiri

menggunakan alat tojok yang ukuran nya lebih pendek dari postur pekerja

sehingga menyebabkan pekerja pada saat melakukan kegiatan bongkar

muat posisi kerjanya lebih cendrung membungkuk. Posisi kerja yang

membungkuk dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs). Posisi kerja dapat di kurangi dengan cara melakukan inovasi atau
46

perubahan ukuran alat yang digunakan pada saat bekerja, ukuran alat

disesuaikan dengan anatomi tubuh dan disesuaikan dengan jenis

pekerjaanSesuai dengan apa yang dikatakan oleh Santoso (2004), postur

kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan

ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Berdasarkan hasil

penelitian mengenai postur kerja, keluhan Musculoskeletal dan

produktivitas kerja pada pekerja dibagian pengepakan PT. Djitoe

Indonesia Tobako terdapat 46.43% reponden yang memiliki tingkat risiko

sangat tinggi yang berarti bahwa diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan segera terhadap postur kerja pada setiap tenaga kerja. Hal ini

disebabkan oleh tempat duduk dan meja kerja yang kurang ergonomis dan

luas pandangan yang kurang bebas. Postur kerja yang kurang tepat akan

berakibat terhadap meningkatnya keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) dan mempengaruhi hasil produktivitas kerja.

b. Posisi janggal

Pada pembahasan ini masih berkaitan dengan poin 1, bahwa posisi

janggal dapat menimbulkan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs). Kegiatan pekerja bongkar muat kelapa sawit PT. Teknik Utama

Mandiri mengharuskan pekerja melakukan beberapa postur janggal seperti

membungkuk, posisi leher yang menunduk dan pijakan kaki yang tidak

rata sehingga menyebabkan nyeri pada sendi dan otot skeletal. Adapun

contoh gambar postur kerja janggal yang dimaksud sebagai berikut :


47

Gambar 7. Postur janggal


Bekerja dengan posisi

membungkuk 20°-45° dapat

menyebabkan tekanan yang besar pada

pinggul dan pinggang untuk

mempertahankan posisi dan menahan berat tubuh. Seseorang dikatakan

memiliki postur kerja yang tidak janggal apabila orang itu bekerja dengan

sikap kerja yang alamiah atau postur normal seperti yang dikatakan

Merulalia (2010) sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau

postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga

tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti

organ tubuh, saraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi rileks

dan tidak menyebabkan keluhan musculoskeletal dan sistem yang lain.

Postur tubuh seseorang ketika bekerja dipengaruhi oleh tiga hal yaitu

karakteristik pekerjaan, desain tempat kerja dan faktor individu (Bridger

1995). Penelitian ini diperkuat oleh Adnan (2002) menjelaskan ada

hubungan yang bermakna antara faktor resiko sikap tubuh membungkuk

dengan sudut 20°-45° (fleksi sedang) dengan low back pain.

c. Frekuensi posisi/postur kerja yang berulang


48

Frekuensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktifitas

yang dilakukan pada saat bekerja. Pekerja bongkar muat PT. Teknik

Utama Mandiri melakukan aktifitas memindahkan kelapa sawit dengan

waktu yang lama dalam frekuensi berulang-ulang. Keadaan ini dapat

mempengaruhi beberapa bagian tubuh seperti leher, punggung bawah,

lengan dan pergelangan tangan. Sesuai dengan penelitian Hendra (2009)

mengenai keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pemanen

kelapa sawit menemukan keluhan terbanyak pada bagian leher dan

pungggung bawah yang dirasakan oleh 98 pekerja, sedangkan urutan

berikutnya adalah bahu kanan, pergelangan tangan kanan dan kiri yang

dirasakan oleh 95 pekerja, dan paling sedikit pada pantat (67 pekerja).

Selain itu penyebab lainnya karena beban yang diangkat dengan

frekuensi yang berulang-ulang dan terlebih lagi menggunakan tenaga

manusia sehingga menyebabkan cidera atau trauma pada jaringan lunak

dan sistem saraf. Trauma tersebut akan membentuk cidera yang cukup

besar yang kemudian diekspresikan sebagai rasa sakit atau kesemutan,

pegal, nyeri tekan, pembengkakan dan kelemahan otot.

Trauma jaringan yang timbul dikarenakan kronisitas atau

penggunaan tenaga yang berulang-ulang, peregangan yang berlebihan

atau penekanan lebih pada suatu jaringan. Sejalan dengan penelitian

Bukhori (2010), terdapat sebanyak 38 pekerja (79,2 %) tukang angkut

beban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak yang

mengalami Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Hal ini


49

disebabkan oleh postur kerja yang membungkuk dan dilakukan secara

berulang-ulang.

Data Nordic Body Map mengatakan dari 35 pekerja yang diteliti

24 orang yang mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs), lembar

Nordic Body Map di kategorikan berdasarkan nomer bagian tubuh.

Bagian tubuh yang sakit paling banyak dirasakan pada bagian pinggang

dan pinggul dengan jumlah orang 20, pinggang dan pinggul mengalami

trauma atau cidera akibat posisi terlalu membungkuk. sedangkan pada

bagian lain seperti kaki dan lengan berjumlah 4 orang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jalajuwita dan Pas Paskarini (2015) yang meneliti tentang hubungan postur

kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada unit pengelasan

PT.X Bekasi dengan metode REBA, menyebutkan bahwa ada hubungan secara

signifikan antara hubungan postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs), penelitian ini diperkuat lagi oleh penelitian Yuni Cahyani

(2016) terdapat hubungan antara postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) dengan nilai Asymp sig sebesar 0,002 dengan nilai α=0.05

(P<0.05) menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada

pengaruh atau hubungan yang signifikan antara postur kerja dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Dalam peneltian antara postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) tidak semuanya menunjukkan hasil yang membuktikan

bahwa terdapat hubungan antara dua variabel. Sesuai dengan penelitian yang
50

dilakukan oleh Hasriani (2016) hasil dari peneiltian ini yaitu nilai p = 0,940,

dibawah nilai p > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara dua variabel.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto

(2012) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara posisi tubuh saat bekerja

dengan kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada aktivitas manual

handling yang dikarenakan faktor lingkungan kerja yang terhindar dari terik

matahari dan dimungkinkan karena karyawan yang tidak memiliki kegiatan

olahraga, rutin melakukan peregangan otot dengan melakukan aktivitas

kerjanya.

Allah Subhannahu wa ta‘ala berfirman dalam surah Ar- Ra’du ayat 11.

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, dimuka dan dibelakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap kaum maka tidak ada yang dapat

menolaknya, dan sekali kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia “.

Maksud dalam surah tersebut bahwa Allah tidak akan merubah keadaan

manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti

jika ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberikan rezeki secara percuma,

Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian pada kalimat

selanjutnya disebutkan bahwa manusia tidak memiliki pelindung terhadap

keburukan yang dikehendaki Allah, artinya bahwa manusia tidak bisa


51

menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk terjadi

dalam hidup manusia. Tapi manusia berhak untuk menjaga kesehatan dan

keselamatan dirinya dari ancaman yang terjadi dalam pekerjaannya, manusia

harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari berbagai bahaya yang

mengintai di lingkungan sekitanya. Masalah selamat atau tidak hal itulah yang

kemudian menjadi kuasa Allah untuk menentukan garis hidup manusia. Yang

perlu digaris bawahi dari ayat ini adalah manusia harus mau berusaha untuk

merubah keadaannya. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja.

Anda mungkin juga menyukai