Anda di halaman 1dari 40

PENYAKIT BERBASIS

LINGKUNGAN

Surveilans Epidemiologi
Status Kesehatan menurut H.L. Blum
Triangle Epidemiologi menurut John Gordon
• Kondisi lingkungan berperan penting dalam
terjadinya suatu penyakit khususnya penyakit
berbasis lingkungan
• Kualitas lingkungan merupakan determinan
penting terhadap kesehatan masyarakat
• Penurunan kualitas lingkungan memiliki peran
terhadap terjadinya penyakit
Peran Lingkungan dalam penyakit
berbasis lingkungan
Penyakit Berbasis Lingkungan
• Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi
patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi
suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya
(lingkumgan) yang memiliki potensi penyakit.
• Penyakit Berbasis Lingkungan adalah Penyakit yang
memiliki akar atau hubungan yang erat dengan
lingkungan dan kependudukan
• Penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10
besar penyakit di hampir seluruh puskesmas di
Indonesia.
Penyakit berbasis lingkungan di suatu wilayah

Dapat berupa water borne diseases, air borne diseases, vector


borne diseases dan fodd borne diseases
Dipengaruhi oleh :
• dukungan ekosistem sebagai habitat dari vektor penyakit
• Peningkatan iklim global (global warning) yang
meningkatkan akselerasi perkembangbiakan nyamuk
• Peningkatan kepadatan populasi penduduk
• Mobilitas penduduk yang memungkinkan “eksport dan
import” penyakit yang tidak lagi mengenal batal wilayah
• Kemampuan mikroba pathogen untuk mengubah sifat
dirinya dari waktu ke waktu, misal mutasi yang
menimbulkan perubahan sifat, resistensi obat-obatan,
Diare
1. Indonesia thn 2018  12,1% kematian pada post
neonatal (29hr-11bln); 10,7% kematian balita (12-59bln);
prevalensi diare pada balita 11%
2. Agent: Virus, bakteri, parasit
3. Cara infeksi: melalui makanan/minuman yang tercemar
4. Faktor risiko/faktor determinant:
• Makanan tercemar
• Sumber air minum tidak memenuhi syarat
• Jamban tidak saniter
• PHBS kurang (cuci tangan cuci alat makan, masak
air/makanan, makanan/minuman terbuka, dll)
• Pemberian susu formula (tidak steril)
Malaria
1. Di Indonesia thn 2019 API 0,93%, NTT tertinggi ketiga
setelah Papua dan Papua Barat,
2. Agent: parasit (pv,pm, po, pf)
3. Cara infeksi: melalui gigitan nyamuk Anopheles betin yg
mengandung sporozoit
4. Faktor risiko/faktor determinant:
• Terdapat perindukan nyamuk (genangan air, selokan,
kubangan kerbau, lagun, rawa)
• Terdapat sarang/tempat istirahat nyamuk: semak-semak,
pakaian bergelantungan)
• Tidak melakukan pencegahan dari gigitan nyamuk (kasa
ventilasi, kelambu, penyemprotan, repellent)
• Kebiasaan berisiko: bergadang di luar rumah pada malam hari
• Pekerjaan
DBD
1. Di Indonesia thn 2019 IR 51,48 per 100.000 pddk, NTT
74,39 per 100.000 pddk (tertinggi ke 10),
2. Agent: virus Dengue
3. Cara infeksi: melalui gigitan nyamuk Aedes sp betina yg
mengandung virus Dengue
4. Faktor risiko/faktor determinant:
• Ada TPA / TPA tdk tertutup / TPA tidak dikuras
• Kondisi rumah TMS : cahaya matahari, kelembaban dan
suhu ruangan, pakaian kotor bergelantungan
• Ada nyamuk dan ada sumber penularan
• Tidak mencegah gigitan nyamuk: kasa ventilasi, repellent,
kelambu)
• TPA tidak ditabur abate / ikan pemakan jentik
Kecacingan/Helminthiasis/ Infeksi Cacing
1. Di Indonesia thn 2015 12% pddk, dan 60-80%
siswa SD
2. Cara infeksi: melalui makanan / tangan yang
mengandung cacing/telur cacing
3. Faktor risiko/faktor determinant:
• Tidak mempunyai jamban sehat / Jamban tidak
saniter
• Makanan (mentah, tercemar, terbuka, tidak bersih)
• PHBS (makan/minum mentah, tdk memakai alas
kaki, tdk potong kuku, tdk cuci tangan)
• Kondisi rumah/lingkungan (lantai, tempat sampah,
ketersediaan dan kualitas air
Agent / Penyebab Cacingan

Dampak cacingan : anemia, kurang gizi, mengurangi


produktifitas kinerja sekolah dan pekerjaan, kemiskinan)
Penyakit Kulit
1. Di Indonesia thn 201743% kunjungan di RS,
2. Agent: infeksi jamur / virus / bakteri
3. Cara infeksi: kontak langsung dengan kulit, udara
atau penggunaan alat bersama
4. Faktor risiko/faktor determinant:
• Air bersih (kuantitas, dan kualitas MS)
• Kebersihan badan dan kuku
• Pakaian dan tempat tidur (kebersihan, pemakaian
pakaian/handuk /sisir/selimut bersama)
• PHBS (cuci tangan, mandi, pemakaian sabun)
• Kontak dengan bahan kimia
Kurap atau kadas

Kusta atau Patek

Kudis / Scabies
TB Paru
1. Indonesia tertinggi kedua di dunia thn 2019
2. Agent: Mycobacterium tuberculosis
3. Cara infeksi: melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman TB
4. Faktor risiko/faktor determinant:
• Kepadatan hunian (maks per kamar 2org; luas kamar
8m2/org)
• Kondisi rumah (lantai, luas rumah, ventilasi, pencahayaan
alami, kelembaban 40-70%, suku ±180C, bahan bakar)
• Intensitas kontak dan jumlah kuman pada droplet dari
sumber penularan
• Perilaku penderita (bersin/batuk/membuang dahak/tidur
terpisah / ketaatan minum obat)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut
1. Agent: virus, bakteri (Streptococcu, Haemophilus,
Staphylococcus aureus, Corynebacterium diphteriae,
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia)
2. Cara infeksi: melalui inhalasi droplet yang mengandung
virus/kuman penyebab ISPA
3. Faktor risiko/faktor determinant:
• Kepadatan hunian (maks per kamar 2org; luas kamar 8m2/org)
• Kondisi lingkungan rumah (lantai, luas rumah, ventilasi,
pencahayaan alami, kelembaban 40-70%, suku ±180C)
• Intensitas kontak dan jumlah kuman pada droplet dari sumber
penularan
• Perilaku penderita (bersin/batuk/membuang dahak)
• Usia, status gizi, status imunisasi, riwayat BBLR
• Perilaku merokok dan bahan bakar memasak
Keracunan Makanan
1. Agent: virus, bakteri (Streptococcu, Haemophilus,
Staphylococcus aureus, Corynebacterium diphteriae,
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia) atau bahan kimia
2. Cara infeksi: makan/minum makanan tercemar agent
3. Faktor risiko/faktor determinant:
• Kondisi makanan/minuman
(rusak/kadaluwarsa/tercemar)
• Pengolahan & penyajian makanan tidak benar (bahan
tambahan, pemanasan, peralatan, penjamah makanan,
dll)
• Lingkungan tidak higienis (tempat dan peralatan
menyimpan makanan, tempat sampah, SPAL, dll)
• Kuantitas dan kualitas air bersih
Filariasis / Kaki Gajah / Elephantiasis
1. Agent: cacing filaria (Brugia timori, Brugia malayi,
bancrofti)
2. Cara infeksi: ditularkan melalui gigitan nyamuk
(Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia) yang
mengandung cacing filaria dalam tubuhnya
3. Faktor risiko/faktor determinant:
• Tinggal di daerah endemis kaki gajah
• Lingkungan rumah TMS
• Keberadaan cacing filaria, nyamuk dan tempat
perindukan nyamuk
• Kurangnya tindakan pencegahan penularan dan
sering digigit nyamuk
Dampak Penyakit berbasis Lingkungan
• Kepanikan, kerugian ekonomi, kehilangan hari
kerja, mengurangi produktifitas pekerja dan
siswa, dapat menyebabkan kematian, aspek
politik, pariwisata, pendidikan,

• Penyakit berbasis lingkugan dapat dicegah


atau dikendalikan
Pengendalian
• Melakukan manajemen pengendalian penyakit
lingkungan berbasis wilayah (berdasarkan
karakteristik wilayah)
• Mengendalikan berbagai faktor risiko penyakit
(simpul 1, simpul 2, simpul 3 dan simpul 4)
• Dilaksanakan secara simultan, paripurna,
terencana dan terintegrasi
• Melakukan tatalaksana kasus penyakit
• Manajemen penyakit berbasis lingkungan
dilakukan dengan mengutamakan kemitraan dan
networking
• Beri contoh tindakan pengendalian penyakit
lingkungan berbasis wilayah
• Pada penyakit Diare, dan Kecacingan
• Ingat:pengendalian penyakit dengan
mempertimbangkan minimal pada 5 item di
slide sebelumnya
• Buat dalam tulisan tangan dan diupload di
vilep

Anda mungkin juga menyukai