Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AHMAD AINUR ROHMAN

NIM : 2002010062
SEMESTER :4E
MATA KULIAH : HK ADAT DALAM YURISPRUDENSI
DOSEN : HJ ANNIE MYRANIKA SH,MH

1. Pengangkatan anak ( Adopsi ) menurut peraturan yang berlaku :


Prosedur pengangkatan anak sudah memiliki dasar peraturan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. PP 54/2007 tersebut merupakan turunan dari
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Mekanisme nya :

a. Orangtua yang hendak mengadopsi anak mengirimkan surat permohonan.


Bila adopsi terjadi antara orangtua WNI-WNI dan WNI single parent maka surat permohonan adopsi
anak disampaikan ke Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi. Bila adopsi terjadi antara orangtua WNI-WNA,
maka permohonan pengangkatan anak disampaikan ke Kementerian Sosial (Kemensos).

b. Setelah surat permohonan pengangkatan anak diterima Dinsos dan Kemensos, maka akan dibentuk
Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak (Tippa).

Tim Tippa ini di Dinsos diketuai kepala dinas atau kepala bidang rehabilitasi sosial. Di Kemensos, tim
Tippa diketuai Dirjen Rehabilitasi Sosial dengan anggota dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu),
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Kemenkum HAM, Kemenkes dan Polri.

c. Tim Tippa mengirim Tim Pekerja Sosial (Peksos) ke rumah calon orangtua angkat.
Tim Peksos mengadakan dialog dengan calon orangtua angkat kelayakan secara psikologi, sosial,
ekonomi dan melihat segala aspek kelayakan untuk bisa mendapatkan hak asuh. Tim Peksos
mengunjungi calon orangtua angkat selama 2 kali dalam masa 6 bulan.

d. Tim Peksos menyampaikan hasil ke tim Tippa.

e. Berdasarkan rekomendasi tim Peksos, tim Tippa akan meminta kelengkapan orangtua angkat antara
lain:
 Pasangan harus berstatus menikah dengan usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun.
 Bukti pernikahan yang sah, minimal 5 tahun. Berarti, orantua angkat yang pernikahannya
kurang dari 5 tahun, tidak akan diizinkan.Surat keterangan sehat jasmani rohani dari rumah
sakit
 Surat keterangan tidak pernah melakukan pelanggaran hukum atau Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK).
 Surat keterangan penghasilan sehingga layak mengangkat anak

f. Jika semua syarat tersebut dipenuhi, maka Mensos akan memberikan rekomendasi berdasarkan
rekomendasi tim Tippa diizinkan mengangkat anak.
g. Surat rekomendasi pengangkatan anak terbit. Orangtua angkat mendapatkan hak pengasuhan
sementara selama 6 bulan.

h. Setelah masa pengasuhan sementara selama 6 bulan hasilnya baik, maka pengangkatan anak akan
ditetapkan oleh pengadilan.

Akibat Hukumnya dari pengangkatan anak


 Akibat hukum bahwa anak angkat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak
kandung.

2. A. Hukum adat Bali yang bersistem kekeluargaan kapurusa (patrilineal) menempatkan anak laki-laki
sebagai ahli waris dalam keluarga, sementara perempuan hanya mempunyai hak untuk menikmati
harta peninggalan orang tua atau harta peninggalan suami

b. Menurut hukum Adat Bali yang berhak mewaris hanyalah keturunan pria dan pihak keluarga pria
dan anak angkat lelaki; Maka Men Sardji sebagai saudara perempuan bukanlah akhli waris dan
mendiang Pan Sarning

tepatnya pada 2010. Angin segar tersebut berupa dikeluarkannya Keputusan Majelis Utama Desa
Pakraman Bali (MUDP) Bali No. 01/KEP/PSM-3/MDP Bali/X/2010, tanggal 15 Oktober 2010, tentang
Hasil-hasil Pasamuhan Agung III MUDP Bali (“Keputusan Pasamuhan Agung III/2010”) .

Dalam Keputusan Pasamuhan Agung III/2010 diputuskan mengenai kedudukan suami-istri dan anak
terhadap harta pusaka dan harta gunakaya, termasuk hak waris anak perempuan (anak kandung
maupun anak angkat).

Sesudah 2010 wanita Bali berhak atas warisan berdasarkan Keputusan Pesamuan Agung III MUDP Bali
No. 01/Kep/PSM-3MDP Bali/X/2010, 15 Oktober 2010. Di SK ini, wanita Bali menerima setengah dari
hak waris purusa setelah dipotong 1/3 untuk harta pusaka dan kepentingan pelestarian. Hanya jika
kaum wanita Bali yang pindah ke agama lain, mereka tak berhak atas hak waris. Jika orangtuanya ikhlas,
tetap terbuka dengan memberikan jiwa dana atau bekal sukarela.

c. setelah pewaris meninggal duniapembagiannya dilakukan dengan membuat akta pembagian hak
waris dalam bentuk akta otentik sehingga terjaminya kepastian hokum. Perlunya sosialisasi tentang
hukum waris adat Bali kepada masyarakat hukum adat Bali pada umumnya oleh atau baik itu prajuru
desa pemerintah (negara) maupun akademisi sehingga dapat meminimal atau menghindari terjadinya
Sengketa terhadap pembagian hak waris

Dasar Hukum Putusan Pengadilan Tinggi No. 13 /PTD/1967 tanggal 31 Maret 1970 yang menentukan
bahwa : Si Istri adalah ahli waris dari orang tuanya. Apabila si istri meninggal dunia maka suami hanya
berkedudukan sebagai janda yang berbadan laki-laki
3. A. Bagian masing – masing
 Istri ( B ) = Rp. 45.000.000. = 1/8 x 24 = 3, maka untuk istri : 3/24 x 45.000.000 = Rp. 5.625.000
Anak ( P ) Wanita = 1/2 x Rp.45.000.000 = Rp. 22.500.000
Anak ( Q ) Laki – Laki = 1/3 x Rp.45.000.000 = Rp. 15.000.000
Anak Asuh ( X ) Wanita = 1/6 x Rp.45.000.000 = Rp. 7.500.000

 Istri ( C ) = Rp. 15.000.000 = 1/8 x 24 = 3, maka untuk istri : 3/24 x 15.000.000 = Rp. 1.875.000
Anak ( R + S) Laki - Laki = 24 – 7 = 17, maka 17/24 x Rp.15.000.000 = Rp. 10.625.000
Masing – masing anak Laki Rp. 10.625.000 : 2 = Rp. Rp.5312.500
Anak Angkat ( T ) Wanita = 1/6 x Rp.15.000.000 = Rp. 2.500.000

 Istri ( D ) = Rp. 12.000.000 = 1/8 x 24 = 3, maka untuk istri : 3/24 x 12.000.000 = Rp. 1.500.000
Anak ( U + V) Laki - Laki = 24 – 7 = 17, maka 17/24 x Rp.12.000.000 = Rp. 8.500.000
Masing – masing anak Laki Rp. 8.500.000 : 2 = Rp. Rp.4.250.000
Anak Pelihara ( W ) Laki Laki = 1/6 x Rp.12.000.000 = Rp. 2.000.000

b. A = Bagian A = 1 = 1
Bagian A+B+C = 45.000.000 + 15.000.000 + 12.000.000 = Rp.72.000.000

4. A Gadai Tanah ke B = Rp.350.000.000


A menebus 3 Tahun
Jawab
20 % x 3 = 60 % x 350.000.000 = Rp. 583.333.333

B. ( 7 + ½) – Waktu Berlangsung Gadai x Uang Gadai


7
( 7 + ½ ) – 3 x Rp.350.000.000b
7
(7.5) – 4 = 4.5 x Rp.350.000.000 = Rp. 225.000.000
7

C. dengan itu maka ditetapkan bahwa tanah-tanah yang sudah digadai selama 7 tahun (angka tengah-
tengah diantara 5 dan 10 tahun) atau lebih harus dikembalikan kepada yang empunya, tanpa
kewajiban untuk membayar uang tebusan

7.5) – 4 = 4.5 x Rp.350.000.000 = Rp. 225.000.000


7
Rp.225.000.000 x 7 Tahun = Rp. 1.575.000.000

Anda mungkin juga menyukai