Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL PROGRAM REG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

MATA KULIAH : Hukum Kewarisan Islam

HARI/TANGGAL : Jum’at/ 2 Desember 2022

KELAS :C

KOORDINATOR : Dr. Evi Purwanti, S.H., LL.M.

Mahasiswa DILARANG bekerja sama!!!

Jawaban langsung diketik dalam file soal UAS ini dan kumpulkan dalam bentuk words/pdf!

Baca soal dengan seksama, dan jawablah sesuai dengan pertanyaan yang tertera dibawah ini!

Jawaban dikumpulkan paling lambat tanggal 4 Desember 2022 pukul 23.59!

Bacalah soal dengan teliti, dan kerjakan dengan lengkap menurut Buku Referensi Hukum
Kewarisan Islam!

1. Jelaskan tentang perbedaan hukum kewarisan Islam menurut Imam Syafi’I dan KHI! (Bobot
10)

2. Jelaskan tentang pengertian ahli waris pengganti menurut KHI dan berikan contoh kasusnya!
(Bobot 20)

3. Pak Rahmad meninggal dunia dengan ahli waris sebagai berikut: (bobot 20)

a. Seorang istri

b. Tiga anak laki-laki

c. Satu anak perempuan.

Harta bersama yang ditinggalkan Pak Rahmad sebesar Rp.900 juta. Pak Rahmad memiliki
hutang kepada temannya sebesar Rp. 30 juta serta biaya pemakaman sebesar Rp. 20 juta.
Hitunglah jumlah bagian masing-masing ahli warisnya!
4. Ibu Dewi meninggal dunia dengan ahli waris sebagai berikut: (bobot 25)

a. Tiga anak perempuan

b. Seorang Ibu

Harta warisan yang ditinggalkan oleh Ibu Dewi sebesar Rp. 500 juta. Hitunglah jumlah
bagian masing-masing ahli warisnya!

5. Bu Sinta meninggal dunia dengan ahli waris sebagai berikut: (bobot 25)

a. Empat saudara perempuan sekandung

b. Seorang Suami

Harta warisan yang ditinggalkan oleh Ibu Sinta sebesar Rp. 700 juta. Hitunglah jumlah
bagian masing-masing ahli warisnya!
Nama : Sukwanto Winoto Harjo Diharja
NIM : A1011211064
Mata Kuliah : Hukum Perkawinan Islam
Hari, Tanggal : Sabtu, 3 Desember 2022
Kelas : C, Reguler A
Dosen : Dr. Evi Purwanti, S.H., LL.M.

1. Perbedaan Hukum Kewarisan Islam Menurut Syafi’i dan KHI (Kompilasi Hukum Islam)

a. penentuan ahli waris teori syafi’i bercorak patrinial, sehingga mengandung sifat
diskriminatif dan terbatas baik dalam menentukan siapa saja yang dapat menjadi ahli
waris maupun dalam hal penggantian ahli warisnya, KHI bercorak bilateral namun
masih mengandung, sifat diskriminasi dalam menentukan ahli waris. Hanya saja, dalam
penggantian berbeda dengan teori stafi’i karena tidak mengandung sifat diskriminatif
dan terbatas

b. syafi’i dan KHI perbedaannya terletak antara dzawil araham dan ahli waris pengganti.

c. Kedudukan dan hak waris ayah dalam hal pewaris tidak mempunyai anak atau saudara.
KHI (pasal 177) memberikan bagian kepada ayah 1/3 harta. Teori syafi’i kedudukan dah
hal wairs ayah tidak pari. Menurut syafi’i umumnya ayah ditempatkan sebagao asabah,
adakalanya sebagai dzawil furudl, bahkan dzwail furudl sekaligus asabah.

d. Penafsiran terhadap kalalah dalam surat an-nisa ayat 12 dan 176 syafi’i dan KHI
mengartikan kalalah kedua ayat tersebut berbeda, baik dari sisi keadaan pewaris
maupun peruntukannya bagi para ahli waris. Dari sisi keadaan pewaris, ayat 12 diartikan
pewaris mati dengan tidak mempunyai ayah dan anak namun diwarisi oleh saudara, ayat
176 diartikan perwaris mati dengan tidak mempunyai anak (ayah tidak disebut). Dari sisi
pembentukannya, ayat 12 saudara seayah, hazirin membedakan kedua ayat tersebut
hanya dari sisi keadaan pewaris, yakni ayat 12 pewaris masih mempunyai ayah, ayat 176
pewaris tidak lagi mempunyai ayah.
2. Ahli Waris Pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah diberikannya hak
seorang ahli waris yang telah meninggal dunia kepada keturunannya yang masih hidup.
Aturan ini tercantum dalam Pasal 185 KHI yang bunyi lengkapnya adalah sebagai berikut :

a. Ahli waris yang meninggal dunia lebih dahulu dari pada si pewaris, maka
kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam
Pasal 173.

b. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat
dengan yang diganti.

Secara tegas dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama
tentang azas ahli waris langsung dan azas ahli waris Pengganti.

1. Ahli waris langsung (eigen hoofed) adalah ahli waris yang disebut dalam Pasal 174 KHI.

2. Ahli waris Pengganti (plaatvervulling) adalah ahli waris yang diatur berdasarkan pasal
185 KHI, yaitu ahli waris pengganti/keturunan dari ahli waris yang disebutkan pada
pasal 174 KHI. Diantara ahli waris pengganti yang disebutkan dalam Buku II adalah :

a. Keturunan dari anak mewarisi bagian yang digantikannya.

b. Keturunan dari saudara laki-laki/perempuan (sekandung, seayah dan seibu)


mewarisi bagian yang digantikannya.

c. Kakek dan nenek dari pihak ayah mewarisi bagian dari ayah, masing-masing
berbagi sama.

d. Kakek dan nenek dari pihak ibu mewarisi bagian dari ibu, masing-masing berbagi
sama.

e. Paman dan bibi dari pihak ayah beserta keturunannya mewarisi bagian dari ayah
apabila tidak ada kakek dan nenek pihak ayah.
f. Paman dan bibi dari pihak ibu beserta keturunannya mewarisi bagian dari ibu
apabila tidak ada kakek dan nenek pihak ibu. Selain yang tersebut di atas tidak
termasuk ahli waris pengganti

ahli waris pengganti adalah orang yang sejak semula bukan ahli waris tetapi karena
keadaan tertentu ia menjadi ahli waris dan menerima warisan dalam status sebagai ahli
waris.

Contoh kasus : seorang kakek yang meninggal dunia dengan ahli waris : satu istri dan
satu anak laki laki, beserta satu orang cucu perempuan dari anak laki laki. tetapi karena
anak laki laki dari kakek tersebut telah lebih dulu meninggal dunia 2 tahun yang lalu,
sehingga hanya menyisakan ahli waris, satu istri dan satu cucu perempuan, maka satu
cucu perempuan tersebut memiliki hak ahli waris pengganti terhadap ayahnya.

3. Diketahui :

 Jumlah harta = Rp 900 juta dibagi 2, karena harta tersebut adalah harta bersama,

 maka Jumlah harta = Rp 450 juta

Pak Rahmad meninggalkan ahli waris sebagai berikut :

 Seorang istri dengan bagian waris = 1/8

 Tiga anak laki-laki dengan bagian waris = asabah

 Satu anak perempuan dengan bagian waris = asabah

dan terdapat

 Hutang kepada temannya sebesar Rp 30 juta

 Biaya pemakaman sebesar Rp 20 juta

Ditanya: Jumlah bagian masing-masing ahli waris?

Jawab:

 Jumlah harta - hutang dan biaya pemakaman = 450 - 50 = Rp 400 juta.


 Warisan Istri = 1/8 x 400 = Rp 50 juta

 Sisa harta / asabah = Rp 350 juta.

 Anak laki-laki dan anak perempuan pembagiannya adalah 2 : 1, maka:

 3 anak laki-laki = 3 x 2 = 6

 1 anak perempuan = 1 x 1 = 1

 Asal masalahnya adalah 6 + 1 = 7.

 Warisan 3 anak laki-laki = 6/7 x 350 = Rp 300 juta, dengan masing anak mendapat = 300 / 3
= Rp 100 juta

 Warisan 1 anak perempuan = 1/7 x 350 = Rp 50 juta

4. Diketahui:

 Harta warisan = Rp 500 juta

Ahli waris dan bagian warisnya adalah sebagai berikut :

 3 anak perempuan = 2/3

 Seorang Ibu = 1/6

 Ditanya: Jumlah bagian masing-masing ahli waris?

Jawab:

 2/3 + 1/6 = 4/6 + 1/6 = 5/6 (pembilang lebih kecil daripada penyebutnya), maka
perhitungannya menjadi di-rad-kan atau dihitung berdasarkan rad.

 3 anak perempuan = 4/5 x 500 = Rp 400 juta dengan masing-masing anak mendapat = 400 /
3 = Rp 133 juta

 Ibu = 1/5 x 500 = Rp 100 juta.


5. Diketahui

 Harta warisan = Rp 700 juta

Ahli waris dan bagian warisnya adalah sebagai berikut:

 4 saudara perempuan sekandung = 2/3

 Seorang suami = 1/2

Ditanya: Jumlah bagian masing-masing ahli waris?

Jawab:

 2/3 + 1/2 = 4/6 + 3/6 = 7/6 (pembilang lebih besar daripada penyebut), maka perhitungannya
menjadi di-aul-kan atau dihitung berdasarkan aul.

 4 saudara sekandung = 4/7 x 700 = Rp 400 juta dengan masing-masing saudara sekandung
mendapat = 400 / 4 = Rp 100 juta atau @Rp 100 juta.

 Suami = 3/7 x 700 = Rp 300 juta

Anda mungkin juga menyukai