MODUL
PERKULIAHAN KE EMPAT
DISUSUN OLEH
I Gede Hartadi Kurniawan SE,SH,M.Kn
3. Anak tiri tidak punya hak waris. Pasal 832 KUHPerdata menyatakan bahwa
yang berhak untuk mewaris adalah keluarga sedarah baik sah maupun luar kawin
dan si suami atau istri yang hidup terlama. Oleh karena ibu kandung Saudara tidak
mempunyai hubungan darah dengan istri kedua dan juga status istri kedua tersebut
tidak diakui menurut KUHPerdata, maka anak-anak dari istri kedua tersebut
Golongan I: keluarga yang berada pada garis lurus ke bawah, yaitu suami atau
istri yang ditinggalkan, anak-anak, dan keturunan beserta suami atau istri yang
hidup lebih lama.
Golongan II: keluarga yang berada pada garis lurus ke atas, seperti orang tua dan
saudara beserta keturunannya.
Golongan III: terdiri dari kakek, nenek, dan leluhur.
Suami atau istri dan anak-anak yang ditinggal mati pewaris mendapat seperempat
bagian.
Kalau pewaris belum punya suami atau istri dan anak, hasil pembagian warisan
diberi ke orang tua, saudara, dan keturunan saudara pewaris sebesar seperempat
bagian.
Kalau pewaris gak punya saudara kandung, harta warisan dibagi ke garis ayah
sebesar setengah bagian dan garis ibu sebesar setengah bagian.
Keluarga sedarah dalam garis atas yang masih hidup berhak menerima warisan
sesuai dengan ketentuan yang besarannya setengah bagian.
Dengan kata lain, urutan ahli waris ini dibuat berdasarkan asas prioritas. Selama
Golongan I masih hidup, maka Golongan II gak sah untuk menerima warisan di
mata hukum. Begitu juga selanjutnya, baru setelah Golongan I dan II gak ada,
maka Golongan III yang berhak menerima warisan.
Sistem patrilineal, yang didasarkan pada garis keturunan laki-laki atau ayah.
Hukum adat berdasar sistem patrilineal ini terdapat dalam masyarakat Tanah
Gayo, Alas, Batak, Bali, Papua, dan Timor.
Sistem matrilineal, yang didasarkan pada garis keturunan perempuan atau ibu.
Hukum adat berdasar sistem matrilineal terdapat dalam masyarakat Minangkabau.
Sistem parental atau bilateral, yang didasarkan pada garis keturunan ayah dan ibu.
Hukum adat berdasar sistem ini terdapat pada masyarakat Jawa, Madura, Sumatra,
Aceh, Riau, Sumatra Selatan, Kalimantan, Ternate, dan Lombok
Hukum kewarisan Perdata dikenal ada dua cara seseorang
memperoleh hak warisan, yaitu pewarisan menurut UndangUndang (secara Ab
Intestato) dan pewarisan secara testamentair (wasiat).5Ada dua cara perolehan
berdasar Undang-undang yaitu karena diri sendiri (uit eigen hoofed) dan mewarisi
tidak langsung atau dengan cara mengganti (bijplaatsvervulling) ialah mewaris
untuk orang sudah meninggal terlebih dahulu dari pada si pewaris. Ia
menggantikan ahli waris yang telah meninggal lebih dulu dari si pewaris. Uiteigen
hoofed berdasarkan Pasal 852 ayat (2) KUHPer dimana haknya adalah haknya
sendiri, mewarisi kepala demi kepala artinya tiap-tiap ahli waris menerima bagian
yang sama besarnya. Sehingga, apabila dimasukkan dalam kategori, maka yang
berhak mewaris ada empat golongan besar,
yaitu:
1. Anak, atau keturunannya dan istri (suami) yang hidup;
2. Orang Tua (ayah dan ibu) dan saudara pewaris;
3. Nenek dan kakek, atau leluhur lainnya dalam garis lurus ke atas (Pasal 853
KUHPer);
4. Sanak keluarga dalam garis ke samping sampai tingkat
keenam (Pasal 861 ayat1 KUHPer).
Masalah warisan biasanya mulai timbul pada saat pembagian dan pengurusan
harta warisan. Sebagai contoh, ada ahli waris yang tidakberbesar hati untuk
menerima bagian yang seharusnya diterima atau dengan kata lain ingin
mendapatkan bagian yang lebih. Guna menghindari hal tersebut, ada beberapa
tahapan yang perlu dilakukan oleh seseorang yang kebetulan akan mengurus harta
warisan, khususnya untuk harta warisan berupa benda tidak bergerak (tanah dan
bangunan).Langkah pertama yang harus dilakukanadalahmembuat Surat
Keterangan Kematian di Kelurahan/Kecamatan setempat. Setelah itu membuat
Surat Keterangan Waris di Pengadilan Negeri setempat atau Fatwa Waris di
Pengadilan Agama setempat, atau berdasarkan Peraturan Daerah masing-masing.
Surat/fatwa tersebut akan dinyatakan secara sah dan resmi siapa-siapa saja yang
berhak mendapatkan warisan dari pewaris. Apabila di antara para ahli waris