W
Oleh
ANANDYO SUSETYO SH,MH
PENGERTIAN HUKUM WARIS
Hukum waris diatur dalam buku kedua Bab XII pasal 830-1130
BW, adalah hukum yang mengatur peralihan harta kekayaan yang di
tinggalkan seseorang yang meninggal dunia serta akibat-akibatnya
bagi ahli waris.
SYARAT PEWARISAN :
1. Ada pewaris yang meninggal dunia / diduga telah meninggal
dunia;
2. Ada harta warisan;
3. Ada ahli waris.
MENURUT B.W PENDUDUK INDONESIA TERBAGI
MENJADI 3 GOLONGAN
Jika salah satu (suami/istri) meninggal dunia, maka cara pembagiannya adalah sebagai
berikut.
1. Harta pribadi kembali ke asal.
2. Hutang pribadi dilunasi dengan harta pribadi.
3. Hutang persatuan dilunasi dengan harta persatuan dan jika terjadi kerugian maka
ditanggung berdua.
4. Harta pribadi si mati di tambah dengan sisa harta persatuan menjadi harta warisan,
dan selanjutnya dibagi untuk para ahli waris.
DALAM HAL HARTA PERSATUAN HASIL DAN PENDAPATAN
Dalam hal ini maka prosesnya seperti pada proses pembagian B, hanya saja jika
terjadi kerugian ditanggung oleh Suami.
DALAM HAL HARTA TERPISAH SAMA SEKALI
Disini karena tidak ada harta persatuan maka harta pribadi kembali ke masing-
masing, dan selanjutnya harta pribadi si mati dikurangi dengan utang-utangnnya
menjadi harta warisan.
GOLONGAN II
Golongan II ini terdiri dari orang tua (ayah dan/atau ibu si meninggal dunia dan
saudara-saudara si meninggal dunia).
Ketentuannya adalah sebagai berikut :
Dalam hal orang tua (ayah/ibu) si meninggal masih hidup
Ayah dan ibu si meninggal masih hidup, kalau ada satu saudara masing-masing
menerima 1/3 bagian.
R meninggal dunia, maka pembagian harta
warisannya adalah sebagai berikut.
A dan B masing-masing 1/3, jadi berdua
(A dan B) = 2/3. C menerima 1 – 2/3 = 1/3.
GOLONGAN III
Contoh :
½ bagian untuk garis ibu ½ bagian untuk
garis ayah, untuk garis ibu diterima oleh B
+ yaitu ½ bagian dan untuk garis ayah
B+ C D diterima oleh C dan D, masing-masing ¼
bagian.
+
E
Dari skema tersebut, maka yang untuk garis
ayah di terima oleh E saja, yaitu ½ bagian
A+ dan yang untuk garis ibu diterima oleh C
dan D, dan masing-masing menerima ½ x
½ = ¼ bagian.
GOLONGAN IV
Ahli waris dari golongan IV, terdiri dari keluarga dalam garis ke samping sampai
derajad ke 6, yaitu :
• Paman dan bibi, baik dari pihak ayah maupun ibu.
• Keturunan paman dan bibi, sampai derajad ke 6 dihitung dari si meninggal dunia.
A B E FG 1+ I J
+ +
C D
+
+
P+
+ + + +
Dalam hal ini, harta warisan dibagi
dua (kloving), setengah bagian untuk
keluarga sedarah dari garis ayah yaitu
K, L dan M sehingga bagian dari K=L=
M = ½ x 1/3 yaitu 1/6.
+ + + Dan sisanya dibagi untuk keluarga
sedarah dalam garis ibu, yaitu R dan
S, dan mereka masing-masing
menerima ½ x ½ = ¼ bagian.
L KM
R S
P+
Perlu untuk diingat bahwa ahli waris
golongan III dan golongan IV dapat secara
bersama-sama mewaris, asal mereka
berlainan garis.
P meninggal dunia. Ahli waris dari garis
ayah adalah A dan B yang berasal dari orang
tua golongan III (P), sedangkan R, S dan T
dari garis ibu dan merupakan ahli waris
turunan golongan IV. Pembagiannya
adalah, mula-mula harta warisan kita bagi
dua, selanjutnya setengah bagian untuk
garis ayah, yang secara rata dibagi untuk A
dan B, sehingga masing-masing menerima
¼ bagian, dan sisanya untuk yang berasal
dari garis ibu yang secara rata dibagi untuk
R, S dan T sehingga mereka masing-masing
menerima ½ x 1/3 = 1/6 bagian.
PEWARISAN ANAK LUAR KAWIN
Untuk menyelesaikan pembagian harta warisan, jika terdapat anak luar kawin,
maka mula-mula bagian dari anak luar kawin diberikan terlebih dahulu,
kemudian sisanya baru dibagi kepada ahli waris yang lainnya menurut ketentuan
undang-undang.
Untuk anak zinah (overspelige kinderen) dan anak sumbang, menurut pasal
867 BW tidak berhak atas harta waris kecuali hanyalah berhak atas nafkah
(allimentatie).
ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI
SEPANJANG PERKAWINAN MEWARIS
BERDASAR PASAL 863
A+ B
E D
C