Khuntsa: orang-orang yang memiliki jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara sekaligus, atau tidak memiliki alat kelamin sama sekali. Khuntsa al-musykil: Orang yang sampai batas (waktu atau kategori lain) tertentu masih tidak jelas identitas kelaminnya, baik disebabkan karena berkelamin ganda atau juga tidak mempunyai alat kelamin sama sekali Beberapa kategori cara menentukan bagian waris khuntsa:
Hadits Riwayat Ibnu Abbas ketika beliau menimang anak
khuntsa orang anshar dan ditanya tentang hak warisnya, beliau berkata, “berilah anak khuntsa ini (seperti bagian anak laki-laki atau perempuan) mengingat alat kelamin mana yang pertama kali digunakan untuk buang air kecil” 1. Menentukan jenis kelamin yang dominan dalam buang air kecil Yang lebih dahulu Yang lebih banyak 2. Mengidentifikasi indikasi fisik yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan (bukan psikis) Meneliti tanda-tanda fisik kedewasaanya: Jenggot, kumis, haid, jakun dll. Apabila poin 1 dan 2 belum jelas, maka: 1. Dibuat perhitungan: Jika sebagai laki-laki dan jika perempuan Memberikan bagian terkecil dari dua perkiraan tersebut Memberi bagian terbesar pada ahli waris lain. Memberikan kepada khuntsa bagian terkecil 2. Sama dengan nomer 1, dan sisa harta ditangguhkan sampai jelas statusnya. 3. Memberikan separuh dari dua perkiraan laki-laki dan perempuan kepada khuntsa musykil dan ahli waris lain. Contoh soal:
• Seseorang meninggal dunia dengan ahli waris:
– Seorang anak laki-laki – Seorang anak khuntsa harta warisan sebesar Rp.120 M Menghitung 1: khuntsa sebagai anak laki-laki
• Menganggap ahli waris adalah 2 orang anak
laki-laki • Sebagai ashobah binafsihi • seluruh harta warisan dibagi kepada 2 anak laki-laki – @ Rp.60M – 1 anak laki-laki Rp.60M – 1 anak khuntsa (dianggap laki-laki) Rp.60M Menghitung 2: khuntsa sebagai anak perempuan • Khuntsa (anak perempuan) ½, karena bersama anak laki- laki, maka khuntsa (anak perempuan) menjadi ashobah bil ghoiri – Harta warisan Rp120 M – Penyebut = 3 • (1anak laki-laki x 2) + (1 anak perempuan x 1) • Bagian anak laki-laki 2/3 • Bagian anak perempuan 1/3 • Bagian anak laki-laki 2/3 x Rp.120M = Rp.80 M • Bagian khuntsa (anak perempuan) 1/3 x Rp.120M = Rp.40M 3 CARA PEMBAGIAN 1. Memberikan bagian terkecil dari dua perkiraan laki-laki atau perempuan dan memberi bagian terbesar pada ahli waris lain 1. Bagian khuntsa sebagai laki-laki Rp.60M
2. Bagian khuntsa sebagai perempuan Rp.40M √
2. Sama dengan di atas, dan sisa harta ditangguhkan sampai jelas statusnya. 3. Memberikan separuh dari masing-masing dua perkiraan laki- laki dan perempuan kepada khuntsa musykil dan ahli waris lain. 1. ½ bagian khuntsa sebagai laki-laki Rp.30M 2. ½ bagian khuntsa sebagai perempuan Rp. 20M 3. Maka bagian khuntsa musykil adalah Rp. 50M 4. Bagian anak laki-laki adalahRp. 70M MUNASAKHAH • Dari bahasa arab: menghilangkan atau memindahkan • Apabila seseorang meninggal dunia, sebelum harta pusakanya dibagi-bagikan kepada ahli warisnya, salah seorang ahli warisnya meninggal dunia pula dengan meninggalkan beberapa waris pula. • Istilah ulama faraid: ialah meninggalnya sebagian anggota ahli waris sebelum dilakukan pembagian harta waris, kemudian sebagian warisannya berpindah pada ahli waris yang lain. GHARQO, HADMA, HARQO • Dari bahasa arab: tenggelam, keruntuhan dan kebakaran • Artinya: orang-orang yang mati karena tenggelam dalam air, keruntuhan bangunan rumah, gunung dsb, dan mati karena kebakaran secara serentak, tidak diketahui siapa di antara mereka yang mati lebih dahulu atau kemudian. Harta peninggalannya: Matan al rahbiyah hal. 16: …, maka diantara mereka tidak saling mewaris, seolah-olah mereka adalah orang lain yang tidak ada hubungannya tentang warisan Syarah al rahbiyah hal. 47: …..(+ mati dalam peperangan) maka diantara mereka tidak saling mewaris, anggaplah mereka orang lain yang tidak ada hubungan sama sekali tentang warisan, bahkan yang akan mewaris adalah waris-waris mereka masing-masing Contoh: A, B dan C dalam perjalanan dengan pesawat, yang kemudian mengalami kecelakaan • Pewaris A: A – B dan C TIDAK dipandang sebagai ahli waris A, karena tidak diketahui siapa yang lebih dahulu Istri B B C meninggal. – Ahli waris A adalah D (anak B), E, F dan G (anak2 C). – Istri B, Bukan ahli waris A D E F G • Pewaris B – Ahli waris adalah istri dan D – E sebagai ashobah binafsihi • Pewaris C – Ahli waris adalah E, F dan G WASIAT • Adalah penghibahan harta dari seseorang kepada orang lain sesudah meninggalnya orang lain tersebut. • Suatu tasharruf (pelepasan)terhadap harta peninggalan yang dilaksanakan sesudah meninggal dunia seseorang. • Menurut hukum asal, wasiat adalah ikhtiyariyah, suatu perbuatan yang dilakukan dengan kemauan hati dalam keadaan apapun. Karenanya tidak ada dalam syariat islam suatu wasiat yang wajib dilakukan dengan jalan putusan hakim. KADAR WASIAT • Tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari hartanya • Dasar: Hadist Riwayat Bukhari Muslim, disaat ada seseorang yang hanya memiliki ahli waris seorang anak perempuan, dan akan mewasiatkan hartanya untuk amal. Rasul melarang memberikan saat memberikan 2/3 (dua pertiga), kemudian juga melarang saat akan memberikan ½ (setengah), dan menyatakan 1/3 (sepertiga). Hal ini dengan tujuan melindungi ahli waris dalam keadaan miskin. WASIAT WAJIBAH • Pada dasarnya wasiat adalah tindakah ikhtiyariyah (suatu perbuatan yang dilakukan dengan kemauan hati dalam keadaan apapun). Akan tetapi kebebasan hanya berlaku untuk orang-orang yang BUKAN KERABAT DEKAT. • Jadi, untuk kerabat dekat yang TIDAK MENDAPAT WARISAN, maka wajib membuat WASIAT. • Apabila TIDAK diadakan wasiat untuk kerabat dekat yang tidak mendapat warisan, maka HAKIM harus bertindak sebagai PEWARIS. Yakni memberikan sebagian warisan kepada kerabat yang tidak mendapat warisan sebagai suatu wasiat wajib bagi mereka. CONTOH • Wasiat wajibah untuk seorang cucu (baik dari anak laki-laki atau anak perempuan), karena ada ahli waris anak laki-laki. • Cucu diberi wasiat wajibah, dengan nilai maksimal 1/3 dari pewaris harta peninggalan. • Bagian ini tidak sebesar bagian apabila orang tuanya masih Anak laki2 Anak laki2 hidup. Sehingga inilah perbedaan pertama kedua prinsipil dengan PERGANTIAN TEMPAT • Wasiat wajibah dapat mengobati Tidak mendapat warisan kekecewaan atas keadaan yang cucu karena terhijab anak laki- dirasa kurang adil. laki2 laki Pendapat Ibnu Hazm (diikuti UU Wasiat di Mesir) • Besarnya wasiat wajibah adalah sebesar yang SEHARUSNYA diterima kedua orang tuanya seandainya mereka masih hidup, dengan ketentuan TIDAK BOLEH MELEBIHI 1/3 (sepertiga) warisan. • Cucu tersebut bukan termasuk orang yang berhak menerima warisan. • Si mati TIDAK memberikan kepadanya dengan jalan lain sebesar yang telah ditentukan padanya. Misalnya hibah. AHLI WARIS DZUL ARHAM • Asal kata: arham= rahim= kandungan • Keluarga selain dzul furudl dan ashabah • Selain 14 goongan ahli waris laki-laki dan 9 golongan ahli waris perempuan Siapa Dzul Arham? • Anak perempuan dari • Anak paman seibu anak perempuan (cucu) • Paman seibu • Keponakan dari • Saudara laki-laki ibu saudara perempuan • Saudara perempuan • Anak perempuan dari ibu saudara laki-laki • Saudara perempuan • Anak perempuan ayah paman • Anak saudara seibu • paman seibu • Bapak dari ibu Beberapa pandangan • Mazhab ahl al qarabah: diantara ahli waris ada kelompok yang lebih diutamakan: – Banuwwah (anak, cucu dst), Ubuwwah (kakek nenek dst), Ukhuwwah (anak saudara/kemenakan), Umummah (paman, bibi dan keturunan) • Mazhab Ahl Al Tanzil: – dalam menentukan siapa diantara dzul arham yang berhak mewaris maka menempatkan kedudukan ahli waris yang menghubungkan pada pewaris. – Misalnya: cucu perempuan dari anak perempuan dianggap sebagai anak perempuan • Mazhab Ahl al Rahim: semuanya punya kedudukan sama tidak melihat dari mana dia berasal. Cara pembagian: • Secara penggantian: ahli waris dzul arham menerima kewarisan menurut ahli waris terdekat yang menghubungkan dengan pewaris. – misalnya ayah dari ibu, cucu dari anak perempuan • Karena Ibu 1/6, maka ayah dari ibu mendapat 1/6 • Anak perempuan ½, maka cucu dari anak perempuan mendapat 1/2 • Secara kedekatan: ahli waris dzul arham mendapat warisan berdasar kedekatan, seperti halnya urutan ashabah. (ashabah versi dari keluarga perempuan) WARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN
Syarat kewarisan: ahli waris adalah seseorang yang
pada saat si pewaris meninggal dunia jelas hidupnya. Anak yang dalam kandungan belum memiliki kejelasan: Apakah dia akan hidup atau mati Apakah laki-laki atau perempuan Dapat diatasi dengan pembagian sementara, dimana setelah anak lahir dilakukan pembagian yang sebenarnya Syarat anak dalam kandungan • Dapat diyakini bahwa anak itu telah ada dalam kandungan ibunya pada saat si pewaris meninggal dunia • Bayi yang ada dalam kandungan tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup, sebab hanya ahli waris yang hidup (pada saat kematian pewaris) yang berhak untuk mendapat harta warisan. • Bayi lahir hidup, kemudian meninggal? “tanda menangis” WARISAN ORANG YANG HILANG (MAFQUD)
• Yaitu orang yang tidak diketahui kabar
beritanya (apakah masih hidup atau meninggal dunia) • Adalah orang yang pergi (tidak di tempat) yang tidak diketahui alamatnya/tempat tinggalnya, dan tidak diketahui apakah ia masih hidup atau mati. • Menyangkut status orang yang hilang, para ahli hukum Islam menetapkan: 1. Istri orang yang hilang tidak boleh dikawinkan 2. Harta orang yang hilang tidak boleh diwariskan 3. Hak-hak orang yang hilang tidak boleh dibelanjakan
Masalah: SAMPAI KAPAN?
• Ketetapan hakim dalam memutus kematian, Ada kalanya berdasarkan dalil, seperti kesaksian orang yang adil, sehingga kematiannya pasti dan tetap sejak adanya dalil mengenai kematiannya. Adakalanya berdasar tanda-tanda yang tidak adil, dimana hakim memutuskan kematian berdasar daluwarsa. Sehingga kematiannya adalah kematian secara hukum, karena mungkin ia masih hidup. Batas waktu untuk menetapkan kematian Mafqud
• Terdapat perbedaan pandangan
– Seseorang dianggap meninggal dunia apabila teman-teman sebayanya yang ada sudah mati (Hanafi) – Seseorang yang hilang dianggap sudah meninggal apabila terlewati tenggang 70 tahun – Orang hilang menurut situasi dan kebiasaannya akan binasa (perang, tenggelam dalam pelayaran dll), maka orang yang hilang harus diselidiki selama 4 tahun. Jika tidak ada kabarnya maka hartanya sudah dapat dibagi. Lanjutan... • Imam Malik: masa tunggu adalah 4 tahun. Dasar hadist HR Al Bukhari “setiap istri yang ditinggal suaminya, sedang dia tidak mengetahui dimana suaminya maka dia menunggu 4 tahun, kemudiandia beriddah selama 4 bulan 10 hari, kemudian lepaslah dia”. • Abu Hanifah: masa tunggu tidak adanya ketentuan batas waktu, tetapi diserahkan kepada ijtihad hakim sepanjang masa. • Imam Ahmad: apabila ia pergi ke tempat yang memungkinkan diamati, maka sesudah diselidiki dengan teliti, ditetapkan kematiannya dengan berlalunya masa 4 tahun. Apabila ke tempat yang tidak dapat diamati, hakim yang memutuskan. Pembagian harta kewarisan mafqud • Mafqud sebagai PEWARIS: – Harta tetap menjadi miliknya dan tidak dibagikan kepadaahli waris sampai nyata kematiannya atau hakim menetapkan kematiannya. • Mafqud sebagai AHLI WARIS: – Harta warisannya ditahan, sampai jelas persoalannya. Apabila ia muncul dalam keadaan hidup, maka ia berhak mengambilnya – Apabila muncul dalam keadaan hidup, dia berhak menerimanya. – Apabila ditetapkan kematiannya, bagiannya dikembalikan kepada ahli waris yang berhak di saat kematian pewaris. Jika dia muncul dalam keadaan hidup, dia mengambil sisa bagian yang berada di tangan ahli waris. ORANG YANG TERTAWAN (ASIR) • Orang yang tidak diketahui hidup matinya, orang yang terputus beritanya • Pandangan mazhab: – Hanafi: dinyatakan meninggal dengan melihat orang yang sebaya dengannya – Maliki: batasannya 70 tahun – Hambali: 4 tahun Cara pembagian • Orang yang hiulang sebagai penghalang: harta dibekukan sementara sampai ada kepastian • Ahli waris yang hilang bukan sebagai penghalang, bahkan ia berhak mendapat warisan: jika bagian sama maka dibagi sama, jika bagian beda, maka yang ada menerima bagian yang lebih sedikit Anak Zina • Anak zina: anak yang lahir di luar perkawinan – Anak zina tidak berhak saling mewaris dengan laki- laki yang berzina dengan ibunya. – Anak zina hanya saling mewaris dengan ibunya dan kerabat ibunya. – Jika siibu kemudian menikah dan punya anak, maka hubungannya adalah saudara seibu. – Jika anak zina dilahirkan kembar, maka hubungannya adalah saudara seibu Anak Li’an • Anak li’an: anak yang tidak diakui oleh ayahnya, karena si ayah menuduh zina ibunya. – Anak li’an tidak menjadi anak “ayahnya”, sehingga tidak berhak saling mewaris. – Anak li’an hanya saling mewaris dengan ibunya dan kerabat ibunya – Hubungan anak li’an dengan anak-anak sebelumnya, adalah sebagai saudara seibu saja. Keterangan: • Apabila seorang suami mengingkari hubungan darah yang dilahirkan istrinya, karena menuduhnya berzina, maka suami harus bersaksi di muka hakim dengan mengucap sumpah 4 kali sbb: – “Saya bersaksi dengan Allah, sesungguhnya saya benar tentang apa yang saya tuduhkan kepada istri saya bahwa dia telah berzina” – Sumpah yang kelima suami menyatakan, “Biarlah Aku dilaknat Tuhan jika aku berdusta dalam tuduhan ini” • Selanjutnya si istri yang dituduh melakukan pula persaksian sebanyak 4 kali dengan menyatakan: – “Saya bersaksi dengan nama Allah, bahwasanya dia berdusta terhadap tuduhan atas diri saya” – Sumpah yang kelima, istri menyatakan, “kemarahan Allah atasku, jika dia benar dalam tuduhannya”. • Selanjutnya hakim menyatakan mereka bukan suami istri lagi, anak yang dilahirkan sebagai anak li’an. TAKHARUJ • Takharuj ialah pengajuan perdamaian salah seorang ahli waris untuk mengundurkan diri dari menerima warisan. Sehingga ia tidak mengambil harta bagian yang setara dengan haknya. • Contoh: seorang ahli waris tidak mengambil haknya, tetapi diberikan kepada ahli waris lainnya. Cara melakukan takharuj • Perjanjian ini ini haris diselesaikan oleh semua ahli waris atau salah seorang ahli waris, atau sebagian ahli waris. • Diselesaikan oleh semua ahli waris – Menggenapkan masalahnya, dan bagian yang takharuj dihilangkan • Diselesaikan oleh salah seorang ahli waris – Bagian yang takharuj diberikan pada salah seorang ahli waris • Diselesaikan sebagian ahli waris – Bagian yang takharuj diberikan pada salah sebagian ahli waris UJIAN AKHIR SEMESTER