Pendidikan :
• S1 Universitas 17 Agustus
1945 Samarinda
• S2 Universitas Merdeka
Malang
Profesi :
E-Mail : welbecka@gmail.com
Hp: 0811594482
WA: 081351303300
SYARAT PEWARISAN :
A+ B
Jika ayah atau ibu saja yang ada bersama dengan
satu orang saudara, maka pembagiannya adalah
sebagai berikut :
G
Ayah = 1/4, sisa 1 – 1/4= 3/4. C T+ D E F
R Q+ T U
S
GOLONGAN II
Jika pewaris meninggalkan saudara-saudara yang
berasal dari perkawinan yang berbeda dan ayah serta
ibu masih hidup.
Ahli waris P : A dan B (ayah dan ibu), C (saudara
kandung), D (saudara seayah) A B
X L+
E (saudara seibu) Pembagiannya : +
Jika ayah atau ibu saja yang masih hidup. Jika tinggal
ayah atau ibu saja yang masih hidup yang mewaris
bersama-sama saudara sekandung, seayah dan
seibu, maka pembagiannya adalah sebagai berikut :
P meninggal dunia, dengan ahli waris yang terdiri dari
+ L+
: A (ayah ); B (ibu);D ( saudara kandung );C ( saudara
seayah );E dan F (saudara seibu) Pembagiannya :
Sisanya 1 – ¼ = ¾ bagian, terlebih dahulu dibagi dua,
masing-masing untuk garis ayah dan garis ibu = ¾ X
½ = 3/8. Untuk garis ibu dibagi antara D, E, dan F yang C D P+ E F+
`
masing-masing menerima 1/3 X 3/8
Untuk garis ayah dibagi dua untuk D dan C, masing-
masing ½ X 3/8 = 3/16. Jadi : A,B menerima ¼; D
menerima 1/8 + 3/16 = 5/16; E = F = 1/8
GOLONGAN II
jika kedua orang tuanya telah meninggal dunia,
sedang ahli waris terdiri dari saudara seayah,
saudara seibu dan saudara kandung.
Kasus :
P meninggal dunia, orang tuanya telah meninggal
dunia, ahli warisnya terdiri dari C (saudara seayah),
D (saudara kandung) dan E, F (saudara seibu).
B+ C D
Dari skema tersebut, maka yang untuk garis ayah di +
E
terima oleh E saja, yaitu ½ bagian dan yang untuk
garis ibu diterima oleh C dan D, dan masing-masing
menerima ½ x ½ = ¼ bagian. A+
GOLONGAN IV
Ahli waris dari golongan IV, terdiri dari keluarga dalam garis
ke samping sampai derajad ke 6, yaitu :
Paman dan bibi, baik dari pihak ayah maupun ibu.
Keturunan paman dan bibi, sampai derajad ke 6 dihitung dari
si meninggal dunia.
A B E F G 1+ I J
+ +
C D
+
+
P+
Perlu untuk diingat bahwa ahli waris golongan
III dan golongan IV dapat secara bersama-
sama mewaris, asal mereka berlainan garis.
P meninggal dunia. Ahli waris dari garis ayah
adalah A dan B yang berasal dari orang tua
golongan III (P), sedangkan R, S dan T dari
garis ibu dan merupakan ahli waris turunan
golongan IV. Pembagiannya adalah, mula-mula
harta warisan kita bagi dua, selanjutnya
setengah bagian untuk garis ayah, yang secara
rata dibagi untuk A dan B, sehingga masing-
masing menerima ¼ bagian, dan sisanya untuk
yang berasal dari garis ibu yang secara rata
dibagi untuk R, S dan T sehingga mereka
masing-masing menerima ½ x 1/3 = 1/6 bagian.
Perlu untuk diingat bahwa ahli waris golongan
III dan golongan IV dapat secara bersama-
sama mewaris, asal mereka berlainan garis.
P meninggal dunia. Ahli waris dari garis ayah
adalah A dan B yang berasal dari orang tua
golongan III (P), sedangkan R, S dan T dari
garis ibu dan merupakan ahli waris turunan
golongan IV. Pembagiannya adalah, mula-mula
harta warisan kita bagi dua, selanjutnya
setengah bagian untuk garis ayah, yang secara
rata dibagi untuk A dan B, sehingga masing-
masing menerima ¼ bagian, dan sisanya untuk
yang berasal dari garis ibu yang secara rata
dibagi untuk R, S dan T sehingga mereka
masing-masing menerima ½ x 1/3 = 1/6 bagian.
PEWARISAN KARENA KLOVING
A meninggal dunia ; tetapi sebelum itu ayah ibunya telah lebih
D E F G dahulu meninggal dunia.
Dari garis/pancer ayah (B) A meninggalkan ahli waris kakek dan
A+ B
E D
C
A meninggal dunia dengan meninggalkan B, istrinya. Dan 2 anak yaitu C dan D serta E anak luar
kawin yang diakui dalam perkawinan A dan B. Dalam kasus ini maka menurut pasal 285 BW, E
tidak mendapat apapun yang mewaris adalah C, D dan B, kecuali E diakui sebelum perkawinan.
Berapa bagian warisan dari anak luar kawin, adalah tergantung dari keadaan, dengan
siapa/bersama-sama dengan siapa anak luar kawin tersebut mewaris.
Contoh Golongan 1:
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan ahli waris golongan I, maka
bagiannya adalah 1/3 bagian dari yang diterima jia ia dilahirkan sebagai anak yang
S sah (pasal 863 BW) S meninggal
T dunia.
Ahli waris : T istrinya, V dan W, anak
kandungnya, serta E, seorang anak luar
kawin yang diakui sebelum perkawinan.
E V W
Penyelesaiannya :
Bagian dari E adalah 1/3 X seandainya ia anak yang sah, untuk memperhitungkan maka
mula-mula E dianggap anak yang sah, maka bagiannya adalah ¼.
Jadi bagian E adalah = 1/3 x seandainya ia anak yang sah, jadi
1/3 x ¼ = 1/12.
Sisa = 1 – 1/12 = 11/12.
Untuk T = V = W yaitu masing-masing menerima 1/3 x 11/12.
Contoh Golongan 2 :
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan golongan II dan III maka menurut
ketentuan pasal 863 ayat 2 : “Jika waris hanya meniggalkan keluarga dalam garis ke atas
dan saudara-saudar, maka anak luar kawin menerima ½ dari seluruh warisan. Jika ia
mewaris bersama-sama keluarga dalam garis menyimpang, maka ia menerima bagian ¾
dari seluruh warisan”.
P meninggal dunia, dengan meninggalkan
ayah dan ibunya (R dan S), satu saudara
R
S kandung (D) dan seorang anak luar kawin
yaitu E.
Pembagiannya :
E mendapatkan ½ dari seluruh harta
P+ D warisan sisanya (1/2), dibagi rata
antara R, S dan D, masing-masing
E menerima 1/3 x ½ = 1/6.
Contoh Golongan 3 :
F meninggal dunia dengan meninggalkan
K L + C kakek dan nenek dari pihak ayah (K dan
L), nenek dari pihak ibu (C) dan seorang
anak luar kawin (E).
Pembagiannya :
E mendapatkan ½ dari seluruh harta
warisan.
sisanya ( ½ ), dibagi dua, untuk
F+ garis ayah ½ x ½ = ¼
E
dan selanjutnya dibagi dua untuk K dan L, jadi mereka masing-masing menerima ½ x
¼ = 1/8. Dan yang ¼ berikutnya untuk garis dari ibu, yaitu C.
Contoh Golongan 4 :
Jika anak luar kawin mewaris bersama-sama dengan ahli waris dari golongan IV, maka
bagiannya adalah ¾ dari seluruh warisan (863 ayat 3 BW)G meninggal dunia, dengan
meninggalkan keponakan dalam derajad ke-6 2 orang yaitu C dan
D dan seorang anak luar kawin, yaitu E.
+ +
E
C D
Yang Berhak Mewaris Harta Anak
Luar Kawin
Pasal 852 BW
Pada gol.III terjadi kloving → ½ harta untuk keluarga ibu dan ½ untuk
keluarga ayah, keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas → pasal
850 dan 853 KUHPerdata
GOL IV Keluarga sedarah lainnya dalam garis menyamping sampai derajat ke-6 (pasal
858) → paman+bibi
MACAM MACAM PENGGANTIAN TEMPAT
G F Penyelesaiannya :
Ahli waris P adalah F, Ga dan Gb sebagai
pengganti G. Maka Pembagiannya sebagai
berikut. F = Ga dan Gb = ½ jadi F = ½
Ga = Gb = ½ X ½ = ¼.
Ga Gb
Contoh II :
A+ A meninggal dunia dengan ahli waris :
Cucu Ra, anak dari R yang telah meninggal.
Cucu-cucu Ka dan Kb anak dari K yang
K+ telah meninggal terlebih dulu. Sa dan Sb
+
anak dari S yang telah meninggal, S anak
S+ R
+
A. Sca dan Scb, cicit A, anak Sc yang telah
meninggal terlebih dulu.
Pembagiannya :
Sc+ Sb Sa Ra Ka Kb Harta warisan dibagi dulu, untuk R = S,
masing-masing 1/3. Baru selanjutnya
dibagi per kepala. Ra menggantikan R =
1/3
Sca Scb Ka dan Kb menggantikan K, masing-masing
menerima : ½ x 1/3 = 1/6.
Sa = Sb = Sc = 1/3 x 1/3 = 1/9.
Sca = Scb menggantikan Sc masing-masing
menerima : ½ x 1/9 = 1/18.
Contoh III :
A+
1967
Ca Cb E Ba
Contoh IV :
A+
Ahli waris A :
B. Ca, Cb menggantikan C yang telah
B C+ meninggal. Ea dan Eb menggantikan E
E+
anak luar kawin. Jadi kedudukan anak luar
kawin dapat digantikan oleh anaknya.
Ea Eb Ca Cb
Contoh IV :
Contoh I :
A+ A meninggal dunia. B
dinyatakan tidak patut
menerima warisan
B (onwaardig), maka C dan D
(onwaardig) menerima warisan karena
diri sendiri (uit eigen
C D hoofde).
Contoh II :
A meninggal dunia. B dan C
menolak warisan. D, E, F, G
menerima warisan karena
diri (Uit eigen hoofde).
A+
C
B
D E F G
MEWARIS KARENA TESTAMENTAIR
TESTAMENT
Pengertian Testament :
Pasal 875 KUHPerdata → suatu akta
yang memuat tentang apa yang
dikehendaki terhadap harta setelah ia
meninggal dunia dan dapat dicabut
kembali Pernyataan sepihak.
Unsur-unsur testament :
a. Akta
b.Pernyataan kehendak
c. Apa yang akan terjadi
setelah ia meninggal
terhadap harta
d.Dapat dicabut kembali
Syarat-syarat membuat testament :
1. Dewasa → 18 tahun (cakap
bertindak).
2. Akal sehat.
3. Tidak dapat pengampuan.
4. Tidak ada unsur paksaan,
kekhilafan, kekeliruan.
5. Isi harus jelas.
Isi dari testament adalah :
a. Erfstelling → pasal 954 KUHPerdata
Testamentair erfgenaam
b. Legaat (berhubungan dengan harta)
→ pasal 957 KUHPerdata
Legetaris
c. Codicil (tidak berhubungan dengan
harta)
Pencabutan suatu testament :
a. Secara tegas, jika dibuat surat
wasiat baru yang isinya mengenai
pencabutan surat wasiat
b. Secara diam-diam, dibuat testament
baru yang memuat pesan-pesan
yang bertentangan dengan
testament lama.
TIMBULNYA WARIS
TESTAMENTAIR
hukum waris testament timbul atas dasar
prinsip bahwa setiap orang berhak atau bebas
untuk berbuat apa saja terhadap harta
bendanya. Demikian juga orang tersebut bebas
untuk mewasiatkan hartanya kepada siapa saja
yang diingini walaupun demikian masih juga
ada batas-batas yang diizinkan oleh undang-
undang.
DASAR HUKUM WARIS
TESTAMENTAIR
Ketentuan dari pasal 945 BW menyatakan bahwa seorang warga negara Indonesia yang
tunduk pada hukum perdata barat (Burgerlijk Wetboek) dapat membuat SURAT
WASIAT DI LUAR NEGERI, namun dengan suatu akta autentik dan dengan
mengikuti acara-acara yang lazim dipergunakan di negara tersebut, dan konsul Indonesia
dapat melakukan tindakan-tindakan yang lazim dilakukan oleh Notaris Indonesia.
Pembuatan Surat Wasiat Dalam Keadaan Luar Biasa
Misalnya :
“saya berikan kepada Andi dan Yunus sebuah rumah, yang
terletak di Jl. Kol. Isdiman 12 Yogyakarta”. Namun ternyata Andi menolak
warisan, maka berarti bagian Yunus bertambah, terjadilah aanwas.
PENAMBAHAN (Aanwas)
Jadi dapat kita simpulkan bahwa aanwas ini tidak akan terjadi kecuali
adanya perwarisan bersama-sama (gezamelijk). Tentang gezamelijk ini
aturannya dapat kita jumpai pada pasal 1002 ayat 2, “tiap pengangkatan
waris atau hibah dengan surat wasiat satu-satunya dan bagi mereka
(beberapa orang) tidak disebutkan bagiannya mereka masing-masing
yang tertentu harus dianggap ditetapkan bagi mereka bersama-sama”.
Misalnya :
“saya berikan kepada Andi dan Yunus sebuah rumah, yang
terletak di Jl. Kol. Isdiman 12 Yogyakarta”. Namun ternyata Andi menolak
warisan, maka berarti bagian Yunus bertambah, terjadilah aanwas.
OVERSPELL
Di antara orang yang melakukan perzinahan (overspel) yang mana hal itu
sudah dibuktikan dengan keputusan Hakim menurut pasal 909 BW tidak
diperbolehkan saling memberi hibah wasiat.
SIKAP AHLI WARIS
Ahli waris dapat mengambil sikap pertama, yaitu Menerima Tanpa Syarat.
Menurut pasal 1048 BW, menerima tanpa syarat ini dapat dilakukan
dengan dua macam cara, yaitu :
Dengan adanya sikap menerima dengan syarat ini ialah bahwa harta
pribadinya tidak bercampur dengan harta warisan, dengan demikian
utang-utang si peninggal warisan tidak akan dilunasi secara pribadi oleh
ahli waris tersebut.
Syarat, yang dimaksud dengan syarat ini ialah bahwa harus ada
perincian barang-barang yang merupakan harta warisan. Cara untuk
memerinci ini tidak ditentukan oleh BW, ahli waris dapat melakukan
dengan akta bawah tangan atau juga dengan akta Notaris.
Pasal 1031 BW menyatakan bahwa seseorang kehilangan hak untuk
menerima tanpa syarat apabila :
Iktikad (te kwader trouw) ia tidak menyebutkan beberapa barang warisan
dalam inventaris.
Apabila ia menggelapkan dalam arti luas sebagaimana dimaksud dalam
KUHP barang warisan.
Jika seseorang kehilangan haknya untuk menyatakan sikap menerima
dengan syarat, maka ia dianggap menerima tanpa syarat.
Akibat dari sikap menerima dengan syarat ini ialah bahwa : hartanya tidak
bercampur dengan harta warisan hingga hal yang menyangkut dengan
utang-utang si peninggal warisan hanya dibayar sampai nilai harta
warisan.
KEPAILITAN HARTA WARISAN
Pemotongan/incorting untuk hibah yang dilakukan tidak dalam waktu yang sama
adalah yang dipotong terlebih dahulu adalah hibah terakhir, bila belum
mencukupi, dipotongkan lagi dari yang sebelumnya, terus ke belakang sampai
mencukupi.
Jadi :
A menerima = Rp. 2.000.000,00
B menerima = Rp. 2.000.000,00
C menerima = Rp. 1.000.000,00
D menerima = Rp. 2.000.000,00 - Rp. 1.000.000,00 = Rp.1.000.000,00.
E menerima = Rp. 3.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00 =Rp. 0.
INBRENG (PEMASUKAN)
Inbreng, adalah pemasukan kembali ke dalam harta peninggalan, hibah-
hibah/pemberian-pemberian si peniggal warisan ketika masih hidup, tentang apa
yang dimasukkan kembali (di-inbreng) di tentukan oleh pasal 1086 dan pasal 1096
BW, adalah sebagai berikut :
Semua hibah (schengkingen) oleh si pewaris (peninggal warisan ketika masih hidup).
Segala sesuatu yang telah diberikan kepada ahli waris.
1. Segala hal yang telah diberikan kepada ahli waris untuk memberikan kedudukan
dalam masyarakat atau satu jabatan atau pekerjaan kepada ahli waris.
2. Segala sesuatu yang dimasukkan untuk membayar utang-utang si ahli waris.
3. Segala sesuatu yang merupakan pesangon perkawinan.
Namun disamping itu ada beberapa hal yang merupakan
pemberian pewaris akan tetapi tidak perlu untuk dimasukkan
kembali, yang oleh pasal 1097 BW ditentukan antara lain :
1. Biaya nafkah dan biaya pendidikan ahli waris.
2. Biaya belajar guna perdagangan, kerajinan tangan,
kebudayaan dan perusahaan.
3. Biaya perkawinan dan pakaian yang perlu untuk hidup
setelah perkawinan.
4. Biaya untuk membayar upah kepada orang yang
menggantikan ahli waris untuk wajib militer.
YANG WAJIB MELAKUKAN INBRENG
Untuk yang diwajibkan melakukan Inbreng ini ialah harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Ahli waris dalam garis lurus ke bawah;
2. Ahli waris yang pernah menerima hibah pada saat si pewaris masih hidup.
Jadi pada prinsipnya orang yang melakukan inbreng adalah ahli waris dalam garis lurus
ke bawah yang pernah menerima hibah diwajibkan melakukan inbreng, kecuali dengan
tegas dibebaskan untuk tidak melakukan inbreng, baik itu pembebasan yang
dicantumkan dalam akta hibah, akta autentik lainnya atau dalam surat wasiat. Sehingga
dalam pengertian ini pula keluarga sedarah yang tidak dalam garis lurus ke bawah,
walaupun pernah menerima hibah tidak diwajibkan melakukan inbreng, kecuali secara
tegas diwajibkan oleh pewaris dalam suatu akta autentik atau dalam surat wasiat.
Contoh Kasus I :
A meninggal pada tahun 1959. Di tahun 1955 A
Penjelasan :
Dalam hal ini B wajib melakukan inbreng,
B C D karena :
B merupakan ahli waris dalam garis lurus ke
bawah, dan B pernah menerima hibah.
Contoh Kasus II:
P meninggal dunia pada tahun 1985, sebelum
meninggal ia pernah menghibahkan sebidang
tanah pekarangan kepada anaknya yaitu D, yang
A+
mana D ini telah memiliki 2 orang anak yaitu Da
1959
dan Db. Anak P ada tiga orang yaitu C, D dan E,
namun karena mereka mem bunuh P; oleh hakim
dijatuhi hukuman karena membunuh P. Oleh
TIDAK PATUT MEWARIS
karena itu mereka tidak patut mewaris, oleh
D C
E karena itu pula ahli
waris P adalah Da dan Db yang mewaris karena
Da Db dirinya sendiri (uit eigen hoofde). Apakah Da dan
Db wajib melakukan inbreng ?
Menurut pasal 1089 ayat 2 dinyatakan bahwa
seorang anak yang karena kedudukannya sendiri
memperoleh harta warisan tidak perlu
memasukkan/ inbreng pemberian kakek neneknya
kepada orang tuanya. Dengan demikian
sehubungan dengan kasus di atas maka Da dan Db
tdak perlu melakukan inbreng.
PEMBAGIAN HARTA PENINGGALAN
Burgerlijk Wetboek di Pasal 1066 dengan tegas menyatakan
bahwa :
Dari istilah yang dipakai, yaitu pelaksana testament, maka dapatkah kita
simpulkan bahwa tugas dan kerjanya adalah melaksanakan testament. Hal
ini dapat kita simpulkan dari ketentuan pasal 1011 BW yang menyatakan
bahwa pelaksana testament harus berusaha agar testament dilaksanakan, dan
jika terjadi perselisihan, maka ia berkuasa untuk mempertahankan sahnya
perseleisihan dimuka Hakim.
Kekuasaan si pelaksana testament ini, jika tidak diikuti oleh
kekuasaan terhadap barang-barang dari harta peninggalan, maka ia hanya
berkuasa untuk memperingatkan para ahli waris untuk memenuhi
kewajibannya serta memperingatkan para legataris akan hak-haknya.
PENGURUS HARTA PENINGGALAN
Pengurus Harta Peninggalan (Bendvoeder), oleh BW diatur dalam pasal 1019
sampai dengan pasal 1022 BW.
Dimulai dari pasal 1019 BW yang menetapkan bahwa pewaris berhak
untuk menunjuk seorang pengurus harta peninggalan untuk selama waktu tertentu
atau selama hidupnya ahli waris. Si peninggal warisan ini dapat menunjuk
pengurus harta warisan hanya hak memetik hasil (vrucht gebruik) yang diberikan
kepada ahli waris yang di bawah umur atau yang ada di bawah pengampunan.
Selanjutnya jika pengurus harta peninggalan ini karena suatu hal
kemudian berhalangan untuk melakukan tugasnya dan oleh si pewaris tidak
ditentukan penggantinya maka Hakim harus menunjuk penggantinya setelah
mendengarkan pendapat dari Jaksa (1020 BW).
Cara penunjukkan pengurus harta peninggalan ini oleh pasal 1019 BW
ditentukan dalam testamen atau di dalam akta Notaris khusus dan tidak boleh
dalam akta bawah tangan.
Pembayaran Utang Peninggal Harta Peninggal
Setelah selesai pembagian tersebut, maka berarti para ahli waris telah
dianggap pemilik barang-barang tersebut terhitung surut sejak meninggalnya
pewaris.
PEMBATALAN
Ketentuan dari pasal 1071 BW ayat 2 ditentukan bahwa pembagian harta
peninggalan tersebut dapat batal jika tidak memenuhi ketentual pasal 1072 BW,
sedangkan menurut pasal 1112 BW, pembagian tersebut dapat dibatalkan jika :
Adanya penipuan.
Apabila salah seorang atau lebih ahli waris ada yang dirugikan hingga mencapai
¼ bagian yang diakibatkan oleh salah taksir.
Note :