Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MUHAMMAD YUSUF

NIM : 1111190160

MATA KULIAH : HUKUM PERBANDINGAN WARIS ISLAM DAN HUKUM


PERDATA

DOSEN PENGAMPU :DRs. EDI MUDJAIDI AMIN, S.H.,M.H.

1. Hukum waris Islam dan hukum waris perdata adalah sama mengatur cara
pemindahan dan pengoperan serta penyelesaiannya harta peninggalan dari
pewaris kepada ahli warisnya. Jelaskan di mana letak perbedaan kedua hukum
waris tersebut!
=
Dalam melihat perbedaan antara hukum waris Islam dan hukum waris Perdata
tentunya bermuara pada berbedanya sumber asal hukum yang diambil.
Misalnya, dalam sebab menerima warisan dalam hukum Islam adalah ; karena
hubungan nasab/sedara atau kekerabatan. Karena perkawinan dan karena
memerdekakan hamba sahaya. Dalam hukum waris perdata sebab menerima
warisan dalan pasal 851-861 ahli waris berdasarkan penunjukan yang
dikelompokkan kepada cara pewarisan karena adanya wasiat selain pewarisan
karena undang-undang. Salah satu contoh lainnya juga dalam pembagian hibah
yang boleh dan tidak bolehnya ditarik kembali. Tetapi semua ketentuan
perbedaan tersebut didasarkan kepada dasar hukum yang diambil, hukum Islam
memiliki sumber seperti; Alquran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Sedangkan, dalam
hukum waris perdata didasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
atau Burgelijk Wetboek

2. Hukum Islam dan Hukum Perdata dalam cara membagi harta warisan tidak
sama. Bandingkancaramembaginya!
=
Hukum waris Islam dan Perdata dalam membagikan harta warisan kepada para
ahli waris sudah menggunakan angka hitungan. Dalam hukum Islam dikenal
dengan adanya istilah furudul muqoddaroh (bagian-bagian yang sudah
ditentukan yaitu 2/3,1/3,1/6,1/2,1/4,dan 1/8. Bagian-bagian yang
diperuntukkan bagi ahli waris yang termasuk kelompok ashabul furudh, dan sisa
hitungan bagi kelompok ashobah. Selain itu dalam hukum waris Islam dikenal
juga istilah ashlu masalah (kelipatan persekutuan terkecil) dan tashih
(pembulatan).
Dalam hukum waris Perdata juga dikenal angka-angka hitungan ini. Walaupun
angka hitungan yang terdapat dalam BW berbeda dengan yang terdapat dalam
hukum Islam. Dalam BW angka hitungan itu umpanya merupakan angka hasil
bagi ahli waris yang ada. Dalam pasal 854, bapak dan ibu masing-masing
mendapatkan 1/3 kalau Bersama seorang saudara, dan apabila Bersama dengan
lebih dari seorang saudara, bapak dan ibu masing-masing mendapat ¼ bagian.
Angka hitungan BW juga terdapat dalam ketentuan legitieme portis.

3. Ada beberapa kelompok atau golongan ah;o waris menurut hukum waris dan
menurut hukum waris perdata. Sebutkan dan jelaskan kelompok/golongan ahli
waris masing-masing!
=
Perbandingan warisan dalam hukum Islam menjelaskan rincian pembagian
warisan kepada ahli waris menurut hukum Islam. Yaitu, ahli waris dzawil furudh,
ahli wari ashabah, dan ahli waris dzawi; arham. Ketentuan-ketentuan syariat
yang ditunjuk oleh nash-nash yang sharih, termasuk di dalamnya masalah
pembagian warisan, selama tidak ada dalil lain yang menunukkan
ketidakwajibannya, merupakan suatu keharusan yang patut dilaksnakan oleh
seuluruh umat Islam.
Dalam hukum waris perdata pembagian ahli waris telah dijelaskan pasal 832
ialah mereka yang termasuk keluarga sedarah dan yang membunyai hubungan
perkawinan dengan pewaris. Undang-undang membagi ahli waris kelmpok ini
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Golongan Kesatu :
a) Anak dan atau keturunannnya
b) Suami atau isteri

b. Golongan Kedua :

a) Orang tua, yaitu bapak dan atau ibu


b) Saudara-saudara dan atau keturunannya

c. Golongan Ketiga :

a) Kakekdan atau nenek dari pihak bapak dan seterusnya ke atas


b) kakek dan atau nenek dari pihak ibu dan seterusnya ke atas

d. Kelompok Keempat, terdiri dari : Keluarga sedarah lainnya dalam garis


menyimpang sampai derajat keenam.

4. Jelaskan pengertian ahli waris Golongan I, Golongan II, Golongan II, dan
Golongan IV dalam hukum waris perdata dan sebutkan siapa-saiapa orangnya!
=
a. Ahli waris Golongan I adalah anak danatau leturunannyaa serta suami atau
isetri. Besarnya bagian untuk tiap-tiap anak adalah sama, dengan tidak
membedakan anak laki-laki atau perempuan, tidak membedakan anak
sulung atau anak yang peling kecil, bahkan bayi dalam kandungan pun
bagiannnya sama (pasal 852).
b. Ahli waris Golongan II adalah kedua orang tua yaitu bapak dan ibu, serta
saudara-saudara atau keturunannya. Pengaturan pewarisan mereka diatur
dalam pasal 854-860. Dalam pasal 854 disebutkan bahwa apabila si pewaris
tidak meninggalkan keturunan dan tidak meninggalkan suami atau isteri,
sedang ahli waris ibu, bapak, dan seorang saudara, maka bagian ibu dan
bapak dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa ibu dan bapak masing-masing
mendapat ¼ bagian apabila mereka Bersama-sama dengan lebih dari
seorang saudara dan setengah bagian lainnya untuk saudara-saudara
tersebut.
c. Ahli waris Golongan III berdasarkan pasal 850,853, dan 858, harta warisan
dibagi dua (kloving). Satu bagian untuk keluarga sedarah dari pihak bapak,
dan satu bagian lagi untuk keluarga sedarah dari pihak ibu.
d. Ahli waris Golongan IV, apabila ahli waris Golongan III tidak ada, maka hrta
waisan jatuh kepada Golongan IV, yaitu keluarga sedarah dari pihak bapak
dan ibu dalam garis menyimpang, mereka menerima warisan dalam tiap-
tiap garis tersebut kepala demi kepala (pasal 858).

5. Kasus waris, pewaris meninggalkan ahli waris : seorang istri, bapak, ibu dan
seorang anak laki-laki. Harta warisannya sebesar Rp 48.000.000,00 (Empat
puluh delapan juta rupiah). Berapa perolehan bagian masing-masing?
=
Tirkah : Rp 48.000.000,00
Asal Masalah (Raad)

AHLI WARIS BAGIAN HARTA WARIS


1 Istri 3/24 Rp 6.000.000
1 Ibu 4/24 Rp 8.000.000
1 Anak laki-laki 13/24 Rp 26.000.000
1 Ayah 4/24 Rp 8.000.000

Anda mungkin juga menyukai