Anda di halaman 1dari 22

CONTOH PELAKSANAAN WARIS DAN WASIAT

Berikut disajikan contoh pelaksanaan waris dan wasiat. Hal itu di


maksudkan agar siswa lebih mudah memahami dan menguasai pelajaran
waris dan wasiat, terutama cara melaksanakan pembagian harta waris dan
melaksanakan wasiat.

1. WARIS
Beberapa hal yang harus di lakukan sebelum harta waris di bagikan
kepada yang berhak diantaranya:
a. Membiayai penyelenggaraan jenazah mulai dari pengafanan sampai
dengan penguburan
b. Membayar hutang si jenazah, dan
c. Membayar wasiat orang yang telah meninggal dengan syarat tidak
boleh melebihi sepertiga peninggalan.
Setelah tiga perbuatan di atas di lakukan, kita baru memulai dengan
melaksanakan pembagian harta waris dengan memperhatikan ketentuan
yang sudah di tetapkan dalam syariat islam, sebagai mana yang di
contohkan berikut ini.
a. Seorang ayah meninggal dengan meninggalkan ahli waris, yaitu seorang
istri dan dua orang anak laki-laki. Harta waris berjumlah Rp 1.600.000,00.
Bagian masing-masing ahli waris adalah sebagai berikut.
Istri
2 anak laki-laki

= 1/8 (karena ada anak)


= Asabah (sisa)

KPK 8
Istri
Anak laki-laki sisa 8/8 1/8

= 1/8 x 8 = 1
= 7/8

Istri 1/8 x Rp 1.600.000,00


2 anak laki-laki 7/8 x Rp 1600.000,00

= Rp 200.000,00
= Rp 1.400.000,00

Bagian satu anak laki-laki Rp 1.400.000,00 : 2


[Type text]

= Rp 700.000,00
Page 1

b. Seorang meninggal dan meninggalkan ahli waris, yaitu satu anak


perempuan, ibu, dan dua saudara perempuan kandung. Harta yang
ditinggalkan sebesar Rp 12.000,00.
KPK 6
1 anak perempuan
Ibu

x6
1/6 x6

=3
=1

Saudara perempuan sekandung asabah


1 anak perempuan
Ibu
Saudara perempuan

= ( 6-4) = 2

3/6 x Rp 12.000,00 = Rp 6.000,00


1/6 x Rp 12.000,00 = Rp 2.000,00
2/6 x Rp 12.000,00 = Rp 4.000,00

c. Seorang ibu meninggal dengan meninggalkan ahli waris, yaitu suami, dua
anak laki-laki, dan satu anak perempuan. Harta warisan Rp 1.000.000,00
Suami

=(karena ada anak)

2 anak laki-laki dan anak perempuan =asabah (sisa harta)


KPK 4
Suami

x Rp 1.000.000,00

= Rp 250.000,00

2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan


x Rp 1.000.000,00

= Rp 750.000,00

2 anak laki-laki

4/5 x Rp 750.000,00

= Rp 600.000,00

1 anak perempuan

1/5 x Rp 750.000 = Rp 150.000,00

Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris, yaitu ayah, ibu, dan
seorang anak perempuan. Harta warisan sebesar Rp 600.000,00

Ayah
[Type text]

1/6 + sisa (ada anak perempuan)


Page 2

Ibu

1/6

1 orang anak perempuan (karena seorang)

KPK 6
Ayah

1/6 x 6 = 1+ 1 = 2

Ibu

1/6 x 6 = 1

1 anak perempuan 3/6 x 6 = 3


Jumlah

= 5 sisa 1 ditambahkan kepada

ayah.
Ayah

2/6 x Rp 600.000,00

= Rp 200.000,00

Ibu

1/6 x Rp 600.000,00

= Rp 100.000,00

1 anak perempuan

3/6 x Rp 300.000,00

= Rp 300.000,00

d. Seseorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris, yaitu bapak,


seorang anak perempuan, dan cucu perempuan dari anak laki-laki. Harta
warisan Rp 480.000,00
Bapak

1/6 + sisa

1 anak perempuan

1/2

Cucu perempuan

1/6 (ada anak perempuan)

KPK 12
Bapak

1/6 x 12 = 2+2 = 4

1 anak perempuan

1/2 x 12 = 6

Cucu perempuan

1/6 x 12 = 2

Jumlah
Bapak
1 anak perempuan
[Type text]

= 10 Sisa ditambahkan pada bapak

4/12 x Rp 480.000,00 = Rp 160.000,00


6/12 x Rp 480.000,00 = Rp 240.000,00
Page 3

Cucu perempuan

2/12 x Rp 480.000,00 = Rp 80.000,00

e. Seseorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris, yaitu bapak, 2


anak perempuan , dan 1 cucu perempuan dari anak laki-laki. Harta yang
ditinggalkan sebesar Rp 120.000,00
Bapak

1/6 + sisa

2 anak perempuan
1 cucu perempuan (terhalang oleh anak perempuan)
KPK 6
Bapak

1/6 x 6 = 1 + 1 = 2

2 anak perempuan

2/3 x 6 = 4

Jumlah
Bapak

= 5 sisa 1 ditambahkan kepada bapak

2/6 x Rp 120.000,00 = Rp 40.000

2 anak perempuan

4/6 x Rp 120.000 = Rp 80.000

C. Pengelompokan Ahli Waris Dan Hak Masing-masing


Semua ahli waris yang secara hokum syara berhak menerima warisan,
dengan melihat kepada urutan menerima hak dan bagian yang diterima
masing-masing dirinci sebagai berikut :
1. Ahli Waris Zaul Furudh
Ahli waris zaul furudh adalah ahli waris yang bagiannya telah ditetapkan
secara pasti dalam al-quran dan / atau hadist Nabi. Mereka menerima harta
warisan dalam urutan pertama. Bagian-bagian tertentu dalam al-quran
adalah : ; ; 1/8 ; 2/3 ; 1/3 dan 1/6. Ahli waris yang mendapat menurut
angka-angka tersebut dinamai ahli waris zaul furudh. Ahli waris ( yang
[Type text]

Page 4

secara hokum syara berhak menerima warisan karena tidak ada yang
menutupnya ) dan bagian masing-masing adalah sebagai berikut :
a. Anak perempuan; bagian anak perempuan adalah :

bila anak perempuan hanya sendirian.

2/3 bila anak perempuan ada dua orang atau lebih dan tidak
disertai anak laki-laki.

b. Cucu perempuan : bagiannya adalah:

bila cucu perempuan hanya sendirian.

2/3 bila anak perempuan ada dua orang atau lebih dan tidak di
sertai cucu laki-laki.

1/6 bila cucu perempuan disertai oleh seorang anak perempuan.

c. Ibu; bagiannya adalah sebagai berikut :

1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu atau beberapa orang
saudara.

1/3 bila tidak ada bersamanya anak atau cucu atau dua
saudara .

1/3 dari sisa harta bila dia bersama ayah, suami atau istri dan
tidak ada bersamanya ank atau cucu.

d. Nenek, baik melalui ayah atau ibu ; seorang atau lebih mendapat
1/6
e. Ayah : bagian ayah adalah :

1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu.

Mendapat sisa harta bila bersamanya tidak ada anak atau cucu
laki-laki .

1/6 dan kemudian mengambil sisa harta bila bersamanya ada


anak atau cucu perempuan .

[Type text]

Page 5

f. Kakek ; bagiannya adalah :

1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu

Mendapat sisa harta bila bersamanya tidak ada anak atau cucu
laki-laki

1/6 kemudian sisa harta bila bersamanya ada anak atau cucu
perempuan

g. Saudara perempuan kandung ; bagiannya adalah :

bila dia seorang saja

2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak bersama saudara
laki-laki

Mengambil sisa harta bila bersamanya ada anak perempuan.

h. Saudara perempuan seayah ; bagiannya adalah :

bila dia seorang saja.

2/3 bila ada dua atau lebih dan tidak bersama saudara laki-laki.

1/6 bila bersama dengan seorang saudara perempuan kandung.

Mengambil sisa harta bila bersama dengan anak perempuan .

i. Saudara perempuan seibu; bagiannya adalah :

1/6 bila dia adalah seorang

1/3 untuk dua orang atau lebih .

j. Saudara laki-laki seibu ; bagiannya adalah:

1/6 bila dia adalah seorang

1/3 untuk dua orang atau lebih.

k. Suami (duda) ; bagiannya adalah :

[Type text]

bila bersamanya tidak ada anak atau cucu


Page 6

bila bersamanya ada anak atau cucu .

l. Istri (janda); bagiannya adalah :

bila bersamanya tidak ada anak atau cucu

1/8 bila bersamanya ada anak atau cucu.

Ahli waris Zaul Furudh bila dia sendirian, dia mengambil bagian
sesuai dengan furudh yang ditentukan. Apabila lebih dari satu orang,
masing-masing mengambil hak sesuai dengan bagian yang ditentukan ;
kemudian dijumlahkan. Umpamanya ahli waris adalah anak perempuan, ibu
dan istri; maka hak masing-masing adalah :
Anak perempuan mendapat

Ibu mendapat

1/6

4/24

Istri mendapat

1/8

1/24

19/24

Jumlah

12/24

2. Ahli Waris Ashabah:


Ahli waris ashabah adalah ahliwaris yang berhak namun tidak di
jelaskan bagiannya dalam
al-quran dan /atau hadist Nabi. Dia menerima hak dalam urutan ke 2 . dia
mengambil seluruh harta bila tidak ada bersamanya ahli waris zaul furudh
dan mengambil sisa harta setelah diberikan lebih dahulu kepada ahli waris
zaul furudh yang ada bersamanya. Dasar hukum dari kewarisan ashabah ini
adalah sabda nabi dari Ibnu Abbas menurut periwayatan yang muttafaq
alaihi yang artinya:
Berikanlah lebih dahulu bagian yang di tentukan itu kepada yang berhak
menerimanya;selebihnya berikanlah kepada kerabat yang lebih dekat dari
laki-laki melalui garis laki-laki

[Type text]

Page 7

Ahli waris ashabah itu ada tiga tingkat:

a. Ashabah bi nafsih; yaitu ahli waris yang menjadi ashabah karena


dirinya sendiri .mereka semua adalah laki-laki. Yang berhak
menjadi ahlli waris ahabah bi nafsi hanyalah satu tingkat
menurut urutan sebagai berikut:

Anak

Cucu

Ayah

Kakek

Saudara kandung

Saudara seayah

Anak saudara kandung

Anak saudara ayah

Paman kandung

Paman seayah

Anak paman kandung

Anak paman seayah

Bila ahli waris hanya seorang dalam kedudukan sebagai ashabah ia


mengambil semua harta dan bila lebih dari seorang dalam tingkat yang
sama mereka berbagi sama banyak .bila bersamanya ada ahli waris lain
sebagai zaul furudh lebih dahulu diberikan hak zaul furudh dan sisanya untuk
ashabah. Umpamanya ahli waris adalah 2 anak laki-laki, ayah , ibu dan istri.
Bagian masing masing adalah :\
[Type text]

Page 8

Untuk ayah

1/6

4/24

Untuk ibu

1/6

4/24

Untuk istri

1/8

3/24

11/24

Jumlah

Sisanya yaitu 24/24 19/24 = 5/24 adalah untuk dua anak laki laki

b. Ashabah bi ghairi , yaitu ahli waris yang mulanya bukan ahli


waris ashabah karena dia perempuan ; namun karena di
dampingi oleh saudaranga yang laki-laki maka dia menjadi
ashabah. Mereka adalah ;

Anak perempuan sewaktu didampingi oleh anak laki-laki.

Cucu perempuan sewktu di damping cucu laki-laki.

Saudara perempuan kandung sewaktu di dampingi saudara lakilaki kandung.

Saudara permpuan seayah sewaktu di damping saudara laki-laki


seayah.

Hak ke duanya sebagai ashabah di bagi diantara keduanya dengan


bandingan seorang laki-laki bagian seorang laki-laki sama dengan
bagian dua orang perempuan.
Contohnmya : hali waris adalah anak peremopuan , anak laki-laki,
ibu dan suami. Bagian masing-masing adalah :
Untuk ibu

1/6

Untuk suami
Jumlah

[Type text]

2/12

3/12

5/12

Page 9

Sisa harta , 12/12 5/12 = 7/12, adalah untu anak anak


Untu anak laki laki

2/3 x 7/12 =

14/36

Untuk anak perempuan

1/3 x 7/12 =

7/36

c. Ashabah ma a ghairih, yaitu ahli waris yang semula bukan


Ashabah ; namun karena ada ahli waris tertentu bersamanya
yang bukan ashabah , maka dia menjadi ashabah , sedangkan
ahli waris laib tidak ikut menjadi ashabah . yang termasuk
dalam golongan ini hanyalah saudara perempuan kandung atau
seayah bersama dengan anak perempuan . dasar hokum adanya
ahli waris ashabah ma a ghairih ini adalah hadist Nabi dari Ibnu
Masud menurut riwayat al- Bukhari

Artinya: Dari Ibnu Masud ra. Tentang anak perempuan, cucu perempuan dan
saudara perempuan, Nabib menetapkan hak warisan untuk anak perempuan
setengah, untuk cucu perempuan seperenam untuk melengkapi dua pertiga
dan sisanya untuk saudara perempuan.
Dalam contoh ahli waris adalah anak perempuan, ibu. Istri dan
saudara perempuan, hak masing-masing adalah :

Untuk anak perempuan

12/24

Untuk ibu

1/6

4/24

Untuk istri

1/8

3/24

19/24

Jumlah

Untuk saudara perempuan adalah sisanya yaitu 24/24 19/24 =


5/24

3.

Ahli Waris Zul Arham


Yang dimaksud ahli waris zul arham adalah orang-orang yang
mempunyai hubungan kerabat

[Type text]

Page 10

dengan pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam al-quran


dan/atau hadist Nabi sebagai
zaul furudh dan tidak pula termasuk dalam kelompok ashabah adalah
laki-laki dalam garis keturunan laiki-laki, maka zaul arham itu adalah
perempuan atau laki-laki melalui garis keturunan perempuan.
Zul arham itu dapat dikelompokkan pada empat kelompok sesuai
dengan garis keturunan :
a. Garis keturunan lurus kebawah, yaitu :

Anak laki-laki atau perempuan dari anak perempuan dan


keturunannya.

Anak laki-laki atau perempuan dari cucu perempuan dan


keturunannya.

b. Garis keturunan lurus keatas, yaitu :

Ayah dari ibu dan seterusnya keatas.

Ayah dari ibunya ibu dan seterusnya keatas .

Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya keatas.

c. Garis keturunan kesamping pertama, yaitu:

Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan


anaknya.

Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan seterusnya


ke bawah.

d. Garis keturunan kesamping kedua, yaitu :

Saudara perempuan (kandung, seayah, atau seibu) dari ayah dan


anaknya.

Saudara laki-laki atau perempuan seibu dari ayah dan seterusnya


ke bawah.

[Type text]

Page 11

Saudara laki-laki atau perempuan (kandung, seayah, seibu) dari


ibu dan seterusnya ke bawah.

Tentang hak kewarisannya, menurut bagian ulama, mereka


adalah ahli waris yang berhak atas harta warisan bila pewaris tidak
meninggalkan ahli waris zaul furudh dan tidak ada pula ashabah.
Dasar pemikiran mereka adalah terdapatnya zaul arham itu dalam alquran sebagaimana dikutip atas ( QS al-Anfal ayat 75) ; umpamanya
ahli warisnya hanyalah seorang
kemanakan atau anak dari saudaraperempuan. Menurut sebagian
ulama termasuk pendapat yang kuat dikalangan Syafiiyah-zaul
arham tidak berhak menerima warisan. Hartawarisan kelebihan dari
hak zaul furudh yangtidak mempunyai ashabah atau sama sekali tidak
ada ahli waris zaul furudh dan ashabah diserahkan ke baitul maal.
Adapun cara pembagian harta warisan untuk ahli zaul arham ada
dua pendapat :

Secara penggantian, dalam arti ia menempati kedudukan ahli


waris yang menghubungkannya kepada pewaris. Umpamanya ahli
waris adalah anak perempuan dari anak perempuan dan anak lakilaki dari saudaraperempuan. Anak perempuan dari anak
perempuan menggantikan anak perempuan mendapat ( )
Anak laki-laki dari saudara perempuan menggantikan saudara
perempuan yang menjadi ashabah maa ghairih yaitu sisa harta
()

Secara kedekatan, dalam arti tali hubunganua kepada pewaris lebih


dekat dibandingkan dengan yang lain. Umpamanya ahli waris
adalah anak perempuan dari anak perempuan dan laki-laki dari
saudara perempuan. Dalam contoh ini yang berhak adalah anak
perempuan, karena hubungannya kepada pewaris hanya melalui
satu perantara yaitu anak, sedangkan anak laki-laki dari saudara
perempuan melalui saudara perempuan dan ayah.

D. Beberapa Masalah Dalam Pembagian Warisan


Meskipun dalam pembagian warisan itu telah ada pedoman yang jelas
yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-queran dan/atau Nabi dalam hadistnya,
[Type text]

Page 12

namun dalam pelaksanaan praktis ditemukan beberapa masalah, terutama


bila ahli warisitu lebih dari seorang atau ahli waris itu tidak jelas status
matinya. Di antara masalah tersebut adalah :
Masalah Aul
Maslah ini timbul waktu menjumlahkan bagian dari beberapa orang zaul
furud, ternyata jumlahnya melebihi kesatuan harta warisan, sehingga bila
masing-masing menerima bagiannya sesuai dengan furudh yang
ditentuka, akan adaahli waris yang tidak kebagian. Umpamanya ahli
waris adalah dua orang anak perempuan, ayah,ibu, dan suami.bila
bagian mereka dijumlahkan ternyata :
Untuk 2 anak perempuan adalah

2/3

Untuk ayah

1/6

2/12

Untuk ibu

1/6

2/12

Untuk suami

3/12

8/12

Jumlah keseluruhan adalah 15/12, sedangkan jumlah harta hanya 12/12


Menurut jumhur ulama, kekurangan harta itu dibebankan kepada
masing-masing ahli waris dengan cara mengurangi haknya sesuai
dengan kadar presentase haknya atau dengan cara menaikkan angka
pecahannya; dalam contoh diatas dari per 12 menjadi per 15. Dengan
demikian bagian masing-masing berubah menjadi :
Dua anak perempuan

dari

8/12 menjadi

Untuk ayah

dari

2/12 menjadi

2/15

Untuk ibu

dari

2/12 menjadi

2/15

Untuk suami

dari

3/12 menjadi

3/15

8/15

Maslah Radd

[Type text]

Page 13

Masalah rad terjadi bila dalam menjumlahkan bagian-bagian dari hak


zaul furudh ternyata masih terdapat kelebihan harta, sedangkan
dikalangan ahli waris tidak ada yang ashabah. Umpamanya ahli waris
adalah ibu, seorang anak perempuan dan cucu perempuan.
Untuk ibu adalah

1/6

atau 2/12

Untuk anak perempuan

atau 6/12

Untuk cucuperempuan

1/6

atau 2/12

Jumlah seluruh furudh adalah 10/12 sedangkan jumlah harta 12/12.


Menurut pendapatkebanyakan ulama kelebihan harta itu dikembalikan
kepada ahli waris zaul furudh yang ada berdasarkankadar persentase
haknya atau dengan cara memperkecil angka pecahan yang dalam
contoh diatas dariduaper duabelas,emjadi persepuluh. Dengan demikian
hak masing-masing menjadi :
Untuk ibu dari

2/12 menjadi

2/10

Untuk anak perempuan dari

6/12 menjadi

6/10

Untuk cucu erempuan dari

2/12

menjadi

2/10

Bayi dalam Kandungan


Bayi dalam kandungan berhak menjadi ahli waris bila pada saat
kematian pewaris telah jelashidupnya, meskipun dia belum dilahirkan.
Namun hak kewarisannya itu baru menjadi pasti bila waktu lahir dia
dalam keadaan hidup yang diketahui dari tangisannya diwaktu lahir.
Hal ini sesuai dengan sabda nabi dari Jabir menurut riwayat Abu Daud
dan disahkan oleh Ibnu Hibban yang artinya : bila menangis
anakyangdilahirka, ia berhak menjadi ahli waris
Keadaan bayi dalam kandungan diantara waktu kematian pewaris
dan kelahiran bayi yang sudah pasti itu terdapat suatu
tenggangwaktuyangtidakpastibagi bayiyang akan lahir; tidak pasti
apakah ia lahir hidup atau mati ; tidak pasti yan lahir hidup itu apakah
laki-laki dan perempuan. Ketidak pastian itulah yang menyebabkan
adanya masalah. Masalah tersebut lebih banyak terletak pada nasib
ahli waris yang telah ada. Di antaranya mungkin ada yang tidak dapat
[Type text]

Page 14

menjadi ahli waris karena tertutup oleh anak yang akan lahir.
Umpamanya yang hamil adalah istri dari pewaris, sedangkan
dikalangan ahli waris, ada saudaranya. Saudara ini mungkin menjadi
ahli waris, sekiranya bayi yang lahir dalam keadaan mati ; atau tidak
menjadi ahli waris sekiranya yang lahir itu hidup dan laki-laki,karena
anak laki-laki menutup hak saudara.
Mungkin pula hak ahli waris itu berkurang seandainya yang lahir itu
dalam keadaan hidup. Umpamanya yang hamil adalah istri sedangkan
ahli waris yang telah ada adalah istri itu sendiri. Bila bayi lahirdalam
keadaan mati, si istri berhak mendapat , sedangkan kalau bayi yang
lahir itu hidup maka dia mendapat 1/8.
Cara yang baik adalah harta warisan dibagi setelah yang hamil
melahirkan
Kewarisan Orang Hilang Atau Mafqud
Yang dimaksud mafqud itu adalah orang hilangdan tidak tahu
beritanya. Ahli waris maqfud mengandung arti ahli waris yang pada
waktu terjadinya kematian pewaris dia dalam keadaan mafqud.
Menurut pendapat jumhur ulama ahli waris yang mafqud dinyatakan
sebagai orang yang hidup berdasarkan asas istishab al-shifah ;
maksudnya sifat hidup seseorang tetap dipertahankan sampai
siketahui secara meyakinkan bahwa dia telah mati. Oleh karena itu dia
berhak menjadi ahli waris.

[Type text]

Page 15

2.Wasiat
Seorang muslim yang meninggal dunia hendaknya berwasiat (berpesan) kepada keluarganya
berupa urusan harta dan bukan harta .

A . Urusan harta
Sebelum meninggal dunia, seorang muslim hendaknya membuat wasihat harta . Wasiat tersebut
boleh dalam bentuk tulisan yang di masukkan ke dalam amplop dan disimpan oleh sanak
saudara atau pihak berwewenang (notaris).
Misalnya , bapak Hendra (pembeli wasihat) menuliskan dalam kertas kosong berbunyi, Saya
dengan ikhlas mewasiatkan 1/3 dari kebun kelapa saya seluas 1 hektar di Palembang Sumatra
kpada saudara junaidi (bukan ahli waris), putra dari bapak Kodri beralamat di jalan Tritunggal
no.4 jakarta selatan .Apabila saya telah meninggal dunia , wasiat saya sekaligus menjadi hak
penerima wasiat .

B. Urusan bukan harta


Orang tua belum meninggal dunia boleh memberikan wasiat kepada anaknya , baik
melalui lisan maupun secara tulisan , seperti contoh berikut .
Saya berwasiat kepada anak saya bernama Azhari agar selalu membersihkan kuburan
saya setelah saya meninggal dunia .
Apabila wasiat tersebut ditulis tangan di atas kertas dan di masukkan ke dalam amplop,
wasiat tidak boleh di buka hingga yang memberi wasiat meninggal dunia .Selama yang memberi
wasiat masih
hidup wasiat tersebut di simpan oleh orang tertentu yang di beri kepercayaan atas orang tuanya .
Apabila wasiat dalam bentuk lisan , ucapan wasiat harus disaksikan minimal dua orang saksi.
Dari segi bahasa, ahli-ahli fiqh mazhab Syafie berpendapat wasiat berasal dari perkataan
wassa yang bermaksud menghubungkan atau menyampaikan kebaikan yang dilakukan oleh
seseorang semasa hidupnya dengan ganjaran pahala selepas dia meninggal dunia.
Dari segi istilahnya, menurut mazhab Syafie wasiat ialah pemberian suatu hak yang boleh
dilaksanakan selepas berlakunya kematian pewasiat sama ada dengan menggunakan lafaz
ataupun tidak. Manakala beberapa fuqaha lain mentakrifkan wasiat sebagai suatu pemberian
oleh seseorang kepada pihak yang lain sama ada benda, hutang atau manfaat untuk dimiliki oleh
[Type text]

Page 16

penerima wasiat akan pemberian tersebut selepas kematian pewasiat.


Manakala tafsiran wasiat menurut Enakmen Wasiat Orang Islam (Negeri Selangor) 1999:
Wasiat artinya iqrar seseorang yang diperbuat pada masa hayatnya ke atas hartanya atau
manfaat untuk menyempurnakan sesuatu bagi maksud kebajikan atau apa-apa maksud yang
dibenarkan menurut Hukum Syarak, selepas dia mati.
allah swt berfirman yang artinya
Kamu diwajibkan, apabila seseorang dari kamu hampir mati, jika ia ada meninggalkan
harta, (hendaklah ia) membuat wasiat untuk ibubapa dan kaum kerabat dengan cara yang
baik (menurut peraturan ugama), sebagai suatu kewajipan atas orang-orang yang bertaqwa
(Surah Al-Baqarah Ayat 180)
Rasulullah s.a.w juga menggalakkan umatnya yang mempunyai harta agar dapat melakukan
wasiat semasa hidupnya.

Seseorang muslim yang mempunyai sesuatu yang boleh diwasiatkan tidak sepatutnya tidur
selama dua malam berturut-turut melainkan dia menulis wasiatnya di sisinya
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Allah telah memberikan bahagian setiap orang yang berhak. Maka tiada wasiat untuk waris
(Riwayat at Tarmizi)

C. Besaran harta dianjurkan adanya wasiat


[Type text]

Page 17

Ibnu Abdil Barr berkata, para ulama terdahulu berbeda pendapat mengenai besaran harta
yang dilanjurkan untuk dikenai wasiat , atau yang diewajibkan, bagi kalangan yang
mewajibkannya . diriwayatkan dari Ali bahwa dia berkata, 600Dirham atau 700Dirham adalah
harta yang tidak perlu ada wasiat kepadanya. diriwayatkan darinya, 1000Dirham adalah harta
yang ada wasiat padnya. Ibnu Abbas berkata. Tidak ada wasiat pada 800 Dirham.Aisyah
berkata terkait seorang wanita yang mempunyai 4 anak dan uang 3000Dirham, tidak ada wasiat
pada hartanya. Ibrahim an-Nkhai berkata, 1000Dirham sampai 500dirham. terkait fiman
allah, Jika ia meninggalkan harta yang banyak ,(Al-Baqarah[2]:180)Qatadah berkata , 100
dan di atasnya. dari ahli , siapa yang meninggalkan harta sedikit, hendaknya dia
membiarkannya untuk ahli warisnya, karena itulah yang lebih utama. dari Aisyah terkait orang
meninggalkan 800 Dirham, di tidak meninggalkan harta yang banyak , maka dia tidak perlu
berwasiat .

D. Wasiat Bagian Sepertiga


Di bolehkan wasiat dengan besaran sepertiga dari hata yag ditinggalkan namun tidak boleh
melebihinya. Yang diutamakan adalah kurang dari sepertiga. Ijma Ulama telah menetapkan hal
ini. Bukhari , muslim, dan Ashabussunnah meriwayatkan dari Saad Bin abi waqqas ra. Bahwa
dia berkata, Rasullah SAW.menjengukku saat aku berada di Makkah dia tidak ingin wafat di
tanah yang ditinggalkannya dalam pristiwa hijrah itu dan beliau berdoa , Semoga Allah
merahmati Ibnu Affra(Saadi Bin Abi waqqash).Aku brtanya ,wahai Rasullah, aku
mewasiatkan seluruh hartaku? jangan , cegah beliau. Lalu aku berkata, separuhnya.
beliau tetap melarang, jangan. Aku berkata, sepertiga? beliaupun bersabda, yang artinya:
sepertiga itulah , namun sepertiga itu banyak. Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli
waristnya dalam keadaan dalam keadaan bercukupan itu lebih baik daripada kamu
meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, mereka meminta kepada orang lain dengan
menengadahkan tangan mereka. Berapapun infak yang kamu brikan, sesungguhjanya iu sudah
merupakan sedekah hingga sekalipun berupa suapan makanan yang kamu angkat ke mulut
istrimu mudah-mudahan allah mengangkat kamu hingga ada orang-orang yang mendapatkan
manfaat hantaran kamu dan oran-orang lain yang mrendapatkan mudharat-mudharat lantaran
kamu .

[Type text]

Page 18

Pendapat Ulama
Jumhur fuqaha dari kalangan ulama hanafi, syafiI, maliki dan hambali
berpendapat bahwa memberikan wasiat dan warisan dari sebagian hartanya
bukanlah kewajiban bagi seorang karena wasiat adalah pemberian yang
bukan wajib ketika hidup maka tidak wajib pula ketika dirinya meninggal
dunia.
Kemudian mereka juga berpendapat di sunnah kan bagi seorang yang
memilii harta untuk meninggalkan wasiat.

Pendapat Pemakalah
kami semua sebagai pemakalah , sebagaimana yang telah tertera pada
makalah yaitu tentang contoh contoh pelaksanaan waris dan wasiat sangat
banyak terjadi pada kehidupan kita sehari hari apalagi ini mengenai contocontohnya. Dan tentunya di dalam peng aplikasian hkum waris dan wasiat
kita tidak boleh berlaku sesuka hati, maka dari itu tertera di dalam makalah
ini tentang bagaimana tatacara dalam pengaplikasian hokum waris dan
wasiat ini . jadi kami rasa makalah ini tentang contoh pelaksanaan hokum
[Type text]

Page 19

waris dan wasiat ini sangat penting untuk di pelajari dan aplikasikan dalam
kehidupan kita sehari hari.

Kesimpulan
Jadi intisari dari semua yang termuat dalam makalah ini adalah agar kita
dapat memahami secara benar bagaimana cara pembagian harta warisan
dan kapan waktu kita untuk mengemukakan wasiat dari seseorang. Dan agar
tidak terjadi perselisihan antara sesame ahli waris atau wasiat di dalam
kehidupan kita sehari-hari.dan semoga apa yang kami muatkan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua , terutama bagi kami
pemakalah sendiri, dan apabila terdapat kekurangan dalam makalh ini agar
dapat di maklumkan. Dan semoga kita juga dapat mengaplikasikannya
dengan benar dalam kehidupan kita sehari hari.

[Type text]

Page 20

Daftar Pustaka

Syarifuddin Amir Prof. Dr; Garis-Garis Besar Fikih; Jakarta; Kencana 2013
Sabiq Sayyid; Fiqh As-sunnah; Dar fath Lililami Al-Faraby; Jakarta; 2009
Pengamalan Fiqh2; Qasim Rizal M; PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri;
2013
Belajar Efektif Fiqih 2; Drs. Firman M; PT Intimedia Ciptanusantara; 2005
Hikmah Membaca Kreativitas dan Prestasi; Ridwan H.T Drs; CV Akik
Pusaka Sragen; 2003

[Type text]

Page 21

[Type text]

Page 22

Anda mungkin juga menyukai