Anda di halaman 1dari 18

HUKUM WARIS ISLAM

PEMBAGIAN WARIS ISLAM


Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengelompokkan ahli waris dari segi cara pembagiannya sebagai
berikut:

Kelompok ahli waris dzawil furud, yaitu: ahliwaris yang mendapatkan pembagian
berdasarkan ketentuan ketentuan yang telah dijelaskan dalam alquran
1. Ayah mendapat 1/3 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak/keturunan.
• Hal yang demikian dinyatakan ddalam Pasal 177 KHI “Ayah mendapatkan sepertiga bagian
bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak, ayah mendapat1/6 seperenam
bagian”.
2. Ibu mendapat 1/6 bagian bila pewaris mempunyai anak/keturunan, atau pewaris
mempunyai dua orang atau lebih saudara (sekandung, seayah, seibu)
3. Ibu mendapatkan 1/3 jika pewaris tidak meninggalkan anak/keturunan atau pewaris
meninggalkan satu orang saudara (sekandung, seayah, seibu).
• Demikian dinyatakan dalam Pasal 178 KHI dalam ayat (1) “Ibu mendapat seperenam
bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila tidak ada anak atau dua orang
saudara atau lebih, maka ia mendapat sepertiga bagian”. Ayat (2) dinyatakan ”Ibu mendapat
sepertiga bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama dengan
ayah”.
3. Duda mendapat ¼ bagian bila pewaris meninggalkan anak/keturunan, mendapatkan ½
bila pewaris tidak meninggalkan anak/keturunan. Demikian dinyatakan dalam Pasal 179
KH “Duda mendapat separoh bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila
pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapatkan seperempat bagian”.
4. Janda mendapat 1/8 bagian bila pewaris meninggalkan anak/ keturunan, mendapat
¼ bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak/keturunan. Demikian dinyatakan
dalam Pasal 180 KHI “Janda mendapat seperempat bagian bila pewaris tidak
meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak, maka janda mendapat
seperdelapan bagian”.
5. Seorang anak perempuan mendapat ½ bagian, dua orang atau lebih anak perempuan
mendapar 2/3 bagian, bila tidak ada anak laki-laki atau keturunan dari anak laki-laki.
Dan apabila anak perempuan bersama dengan anak laki- laki, maka bagian anak-laki-
laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan.
• Demikian dinyatakan dalam Pasal 176 KHI “anak perempuan bila hanya seorang ia
mendapat separoh bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat
dua pertiga bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-
laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan”.
6. Seorang saudara perempuan atau laki-laki (baik sekandung, seayah, seibu)
mendapat 1/6 bagian.
• apabila terdapat dua orang atau lebih saudara (sekandung, seayah, seibu)
mendapat 1/3 bagian, jika saudara (sekandung, seayah, seibu) mewaris
bersama ibu pewaris.
• Demikian dinyatakan dalam Pasal 181 KHI “Bila seorang meninggal tanpa
meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan saudara perempuan
seibu makamasing- masing mendapat seperenam 1/6 bagian. Bila mereka itu
dua orang atau lebih maka mereka bersama-sama mendapat 1/3 bagian”.
7. Seorang saudara perempuan (sekandung, seayah, seibu) mendapat ½
bagian, dua orang atau lebih saudara perempuan sekandung atau
seayah mendapat 2/3 bagian, jika saudara perempuan tersebut
mewaris tidak bersama ayah dan tidak ada saudara laki-laki atau
keturunan laki-laki dari saudara laki-laki.
• Demikan dinyatakan dalam Pasal 182 KHI “Bila seorang meninggal
tanpa meninggalkan ayah dan anak, sedang ia mempunyai satu saudara
perempuan kandung atau seayah, maka ia mendapat separoh
bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan
saudara perempuan kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka
mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian. Bila saudara
perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara-saudara laki-laki
kandung atau seayah, maka bagian saudara laki-laki adalah dua
berbanding satu dengan saudara perempuan”.
• Apabila harta pewaris tidak habis dibagi (kelebihan) atau terdapat kekurangan
dalam pembagian, maka masalah tersebut dipecahkan dengan cara aul dan rad. 
1. Aul untuk penyelesaian kekurangan dalam pembagian harta warisan pewaris,
sedangkan 
2. rad merupakan metode untuk menyelesaian kelebihan dalam pembagian
harta pewaris.

• Pengaturan mengenai aul dan rad ini terdapat dalam Pasal 192 dan Pasal 193 


Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana pemecahan secara aul dengan
membebankan kekurangan harta yang akan dibagi kepada seluruh ahli waris
yang berhak menurut kadar bagian masing-masing dengan menaikkan angka
penyebut sesuai atau sama dengan angka pembilangnya. Sedangkan rad yaitu
dengan mengembalikan sisa kelebihan harta kepada ahli waris yang ada sesuai
dengan kadar bagian masing-masing secara berimbang di antara mereka.
Kelompok Ahli Waris yang Tidak ditentukan
Bagiannya, yaitu sebagai berikut:
1. anak laki-laki dan keturunannya,
2. anak perempuan dan keturunannya bila mewaris bersama anak laki-
laki,
3. saudara laki-laki bersama saudara perempuan bila pewaris
tidak meninggalkan keturunan dan ayah,
4. kakek dan nenek, dan
5. paman dan bibi baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu
dan keturunannya.
C. Kelompok Ahli Waris yang Mendapat
Bagian sebagai Ahli Waris Pengganti, yaitu
1. keturunan dari anak mewarisi bagian yang digantikannya
2. keturunan dari saudara laki-laki/perempuan (sekandung, seayah, seibu) mewarisi
bagian yang digantikannya,
3. kakek dan nenek dari pihak ayah mewarisi bagian dari ayah, masing- masing
berbagi sama,
4. kakek dan nenek dari pihak ibu mewarisi bagian dari ibu, masing-masing berbagi
sama,
5. paman dan bibi dari pihak ayah beserta keturunannya mewarisi bagian dari ayah
apabila tidak ada kakek dan nenek pihak ayah, dan
6. paman dan bibi dari pihak ibu beserta keturunannya mewarisi bagian dari ibu apabila
tidak ada kakek dan nenek pihak ibu.
D. Prinsip-prinsip hijab – mahjub menurut Kompilasi Hukum
Islam (KHI) dan praktek pengadilan sebagai berikut:

1. anak laki-laki maupun perempuan serta keturunannya menghijab


saudara (sekandung, seayah, seibu) dan keturunannya,
2. ayah menghijab saudara dan keturunannya kakek dan nenek
yang melahirkannya beserta paman/bibi pihak ayah dan
keturunannya,
3. ibu menghijab kakek dan nenek yang melahirkannya besrta
paman/bibi pihak ibu dan keturunannya, dan
4. saudara (sekandung, seayah, seibu) dan keturunannya menghijab
paman dan bibi pihak ayah dan biu serta keturunannya.
E. Kompisasi Hukum Islam membedakan saudara seibu dari saudara
seayah dan sekandung, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 181 dan
182 KHI. Dalam perkembangannya yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia menyamakan kedudukan saudara seibu
dengan saudara sekandung dengan saudara seayah, mereka
mendapatkan ashabah secara bersama-sama dengan ketentuan
saudara laki-laki mendapat dua kali bagian saudara perempuan.
F. Berdasarkan prinsip dan asas kewarisan tersebut di atas,
derajat kelompok ahli waris memiliki tingkatan sebagai berikut:

a. kelompok derajat pertama, yaitu: janda/duda, anak dan atau


keturunannya, ayah dan ibu, dan
b. kelompok derajat kedua, yaitu: janda/duda, anak dan/ atau
keturunannya, kakek dan nenek baik dari pihak ayah maupun ibu,
c. kelompok derajat ketiga, yaitu: janda/ duda, saudara (sekandung,
seayah, seibu) dan/atau keturunannya, kakek dan nenek dari pihak
ayah dan pihak ibu, dan
d. janda/duda, paman/bibi dan/atau keturunannya.
Untuk memudahkan perhitungan pembagian waris dapat mempedomani prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. mendahulukan ahli waris sesuai kelompok derajat yang dirumuskan di atas,
2. menerapkan hijab mahjub seperti yang diuraikan di atas,
3. perbandingan bagian anak laki-laki dengan anak perempuan, bagian saudara laki-laki
dengan saudara perempuan, bagian paman berbanding bagian bibi adalah 2:1,
4. ahli waris pengganti mewarisi bagian yang digantikannya dengan ketentuan tidak melebihi
bagian ahli waris yang sederajat dengan ahli waris yang diganti. Bila ahli waris pengganti
terdiri dari laki-laki dan perempuan, laki- laki mendapat bagian dua kali bagian perempuan,
5. bagian ahli waris dzawil furud dibagi terlebih dahulu dari ahli waris ashabah,
6. sisa pembagian ahli waris dzawil furud untuk ahli waris ashabah, dengan ketentuan bagian
laki-laki dua kali bagian perempuan,
7. jika ahli waris terdiri dari dzawil furud dan jumlah bagian ahli waris melebihi nilai satu,
maka dilakukan aul,
8. jika ahli waris terdiri dari dzawil furud dan jumlah bagian ahli waris kurang dari nilai satu,
maka dilakukan rad. Rad tidak berlaku untuk janda dan duda.
Contoh Pembagian warisan
Seorang Laki laki berusia 46 tahun meninggal dunia meninggalkan 1 orang isteri, 2
orang anak laki laki, 1 orang anak perempuan, ibu yang masih hidup dan 2 orang
saudara laki laki, bagaimanakah pembagian warisnya jika harta yang bersih yang
ditinggalkan berjumlah 240 juta Rupiah
Secara Waris Islam :
Berdasarkan Kasus tersebut maka ahli warisnya adalah :
Istri, ibu dan anak anaknya
Istri dapat 1/8 , ibu dapat 1/6 dan sisanya dibagi ke anak anaknya
Istri : 1/8 x 240 juta = 30 juta
Ibu : 1/6 x 240 juta = 40 juta ---------- > sisa 240 juta – 70 juta = 170 juta ( anak )
2 anak laki laki & 1 Anak Perempuan = 2 : 1
Laki laki 2 x 2 = 4 bagian
Perempuan 1x1 = 1 bagian ----------- > total 5 bagian = 170 juta /5 = 34 juta
Anak laki-laki pertama = 34 x 2 bagian = 68 juta
Anak laki-laki kedua = 34 x 2 bagian = 68 juta
Anak Perempuan = 34 x 1 bagian = 34 juta
30 juta + 40 Juta + 68 Juta + 68 Juta + 34 Juta = 240 juta
Seorang suami meninggal dunia meninggalkan 1 orang istri tanpa anak beserta ayah
dan ibu yang masih hidup dengan harta warisan sebesar 60 juta

• Pembagiannya :
Istri Tanpa anak : : 1/4 dari 60 juta  15 juta
Ayah : 1/3 dari 60 juta  20 juta
Ibu : 1/3 dari 60 juta  20 juta
55 Juta  masih tersisa 5 Juta (Rad)
Rad merupakan metode untuk menyelesaian kelebihan dalam pembagian harta pewaris, diberikan dan dibagi hanya
bagi mereka yang memiliki golongan darah saja :

Dalam Contoh diatas adalah Ayah dan Ibu maka sisanya 5 juta dibagi 2 ke ayah dan ibu : @ 2,5 Juta sehinggah
Istri Tanpa anak : 1/4 dari 60 juta  15 juta
Ayah : 1/3 dari 60 juta  20 juta + 2,5 Juta = 22,5 Juta
Ibu : 1/3 dari 60 juta  20 juta + 2,5 Juta = 22,5 Juta
Total : 60 juta
Sebaliknya Seorang istri meninggal dunia meninggalkan 1 orang suami tanpa anak
beserta ayah dan ibu yang masih hidup dengan harta warisan sebesar 420 juta
• Pembagiannya
Suami : 1/2 dari 420 juta= 210 juta
Ayah : 1/3 dari 420 juta = 140 juta
Ibu : 1/3 dari 420 juta = 140 juta
Total : 490 juta  420 juta : kurang 70 juta ( Aul )
Aul untuk penyelesaian kekurangan dalam pembagian harta warisan pewaris.
Dicari KPK ( Kelipatan Perseketuan Terkecil ) pada pembilang dari 1/2 + 1/3 + 1/3 yaitu 6 :
1/2 x 6 = 3 bagian  3/7 x 420 juta = 180 juta ( suami )
1/3 x 6 = 2 bagian total 7 bagian, jadi  2/7 x 420 juta = 120 juta ( Ayah )
1/3 x 6 = 2 bagian  2/7 x 420 juta = 120 juta ( Ibu )
Total = 420 juta
Seorang suami meninggal dunia meninggalkan 1 orang isteri
dan 3 orang anak perempuan dengan harta warisan 144 juta
Istri : 1/8
Anak perempuan Kalau 1 dapat 1/2, kalau 2 atau lebih maka dapat 2/3 harta waris :
1/8 + 2/3 = 11/24

Ibu = 11/24 – 1/8 = 8/24  144 juta x 8/24 = 48 Juta untuk Istri
3 anak Perempuan = 16/23 : 3 = 16/72  144 juta x 16/72 = 32 Juta

Ibu  48 juta
Anak perempuan 1  32 juta
Anak perempuan 1  32 juta
Anak perempuan 1  32 juta
Total  144 Juta
Seorang istri meninggal dunia meninggalkan 1 orang suami tanpa anak
beserta ibu yang masih hidup dengan 2 orang saudara perempuan harta
warisan sebesar 420 juta
Pembagiannya
Suami : 1/2
Ibu : 1/3

Karena tidak ada anak dan Ayah maka Bagian Saudara Terbuka

Anda mungkin juga menyukai