Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi modern dan yang membutuhkan banyak ide, pengetahuan, dan kemajuan teknologi
yang pesat, Perusahaan harus menempuh banyak jalan berbeda untuk bertahan hidup. Peningkatan
kualitas dan peningkatan kinerja perusahaan adalah komponen untuk melindungi kelangsungan hidup
perusahaan. Kualitas adalah faktor utama yang mempengaruhi dan tidak dapat diabaikan. Perusahaan
yang berkualitas harus memiliki kinerja manajemen yang baik setiap saat. Namun tidak jarang
masalah internal dan eksternal muncul dalam perusahaan,hal ini disebabkan oleh menurunnya kinerja
manajer. Oleh karena itu, kinerja manajer harus dikoordinasikan semaksimal mungkin.
Kinerja seorang manajer merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas suatu
organisasikarena kinerja seorang manajer pada hakekatnya merupakan tolak ukur atau standar dari
kegiatan suatu organisasi, memberikan pengukuran untuk mengukur dan mengevaluasi semua
kegiatan yang terjadi serta membantu untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dengan
kondisi tersebut, kebutuhan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional tidak terlepas dari
kompetensi manajer dalam berbagai kegiatan dan sumber daya dalam proses pencapaian tujuan.
Fungsi manajemen meliputi: (a) Perencanaan, (b) Pengorganisasian, (c) Pelaksanaan dan ( d)
Pengendalian. Salah satu elemen kunci dari perencanaan dan pengendalian bisnisuntuk mencapai
tujuan bisnis adalah anggaran.
Hansen dan Mowen (Pratama and Kurnia, 2017) menyatakan bahwa anggaran adalah rencana
keuangan untuk masa depan, rencana yang mendefinisikan tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk
mencapainya. Menurut Anthony dan Govindarajan (Pratama and Kurnia, 2017), Anggaran juga
merupakan standar evaluasi kinerja, anggaran memberikantanggung jawab kepada setiap pusat
pertanggungjawaban organisasi . Anthony dan Govindarajan (Pratama and Kurnia, 2017) berpendapat
bahwa proses penganggaran dapat bersifat 'top-down' atau 'bottom-up'. Dalam sistem penganggaran
“top-down”, rencana dan besaran anggaran ditentukan oleh puncak atau figur otoritas sehingga
bawahan atau pembuat anggaran melakukan apa yang diperintahkan oleh atasan atau atasannya. Hal
ini akan membutuhkan karyawan untuk mencapai tujuan, tetapi sumber daya yang disediakan tidak
cukup, sehingga kinerja cenderung tidak efisien. Dengan kondisi demikian, subjek yang menerapkan
sistem anggaran dapat mengatasi permasalahan di atas, yaitu partisipasi anggaran. Dampak positif
atau negatifnya sangat tergantung pada bagaimana anggaran digunakan. Perilaku positif terjadi ketika
tujuan setiap manajer sejalan dengan tujuan organisasi dan manajer termotivasi untuk mencapainya.
Jika anggaran tidak dikelola dengan baik, manajer dapat menghambat tujuan perusahaan.
Gaya kepemimpinan (Raba, 2022), diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan digunakan
pemimpin dalam mempengaruhi fikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau
bawahannya. Keberhasilan mengelola suatu organisasi tidak lepas dari faktor kepemimpinan dan
sikap bawahan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan
dari seorang atasan sering menjadi sorotan publik dalam hal partisipasi penyusunan anggaran. Gaya
kepemipinan adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para
manajer.
Menurut penelitian mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial yang
dilakukan oleh Saraswati dan Aisyah (2015), Putra dkk (2014) serta Ridwan dan Putra (2016)
mengemukakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Penelitian tersebut diperkuat dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiratno dkk (2017) dan
Ketut dkk (2017) bahwa terdapat pengaruh positif partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial
yang berarti semakin tingginya tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran akan mengakibatkan
meningkatnya kinerja manajerial.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Medhayanti dan Suardana (2015) yang menunjukkan
partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan
Idrianto (2018), Aulad dkk (2018) serta Christianto dan Santioso (2015) menunjukkan hasil
partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial, artinya semakin tinggi partisipasi dalam
penyusunan angggaran maka semakin tinggi kemungkinan tingkat kinerja manajerial.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Mustika (2015) dan Ermawati(2017) menunjukkan partisipasi
anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat diartikan jika partisipasi dalam
penyusunan anggaran tinggi maka kinerja anggota cenderung tidak akan meningkat.

Penelitian oleh Idrianto (2018) menunjukkan gaya kepemimpinan memoderasi pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial dilakukan. Hal ini sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan
Ridwan dan Putra (2016) serta Triseptya dkk (2017) menunjukkan gaya kepemimpinan memoderasi
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Semakin baik gaya kepemimpinan maka
kinerja manajerial akan semakin meningkat.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulad dkk (2018) dan Anggraini dan Setiawan (2018)
yang menunjukkan gaya kepemimpinan tidak memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan Faizah dkk (2017) menunjukkan gaya kepemimpinan
berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi anggarandengan kinerja manajerial. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Mustika (2015) menunjukkan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh
terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial karena gaya kepemimpinan
meningkat maka kinerja anggota cenderung tidak meningkat.

Dari beberapa penelitian terdahulu, menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal tersebut membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang Pengaruh Partisipasi Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderasi Di
Medan

Tinjauan Pustaka
Partisipasi Anggaran (X)
Menurut Kurnia dalam Zatira (2019:16) Partisipasi anggaran menggambarkan keterlibatan pegawai
dalam menyusun anggaran pada pusat pertanggung jawaban. Organisasi sering mengikut sertakan
pegawai tingkat menengah dan bawah dalam proses penyusunan anggaran.Keikutsertaan para
pegawai ini sangat penting dalam upaya memotivasi bawahan untuk turut serta mencapa itujuan.
Partisipasi memungkinkan terjadinya komunikasi yang semakin baik, interaksi satu sama lain serta
bekerjasama dalam tim untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut M..Fuad dkk (2020:2), mendefinisikan “Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun
secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu di masa datang.
Kinerja Manajerial (Y)
Menurut Simanjuntak (2018) kinerja manajerial merupakan kemampuan para manajer untuk
mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan demi memperoleh dana usaha dalam jangka
pendek dan panjang. Kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang meliputi
perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi dan
perwakilan.
Gaya Kepemimpinan (Z) Menurut Rivai dan Mulyadi dalam Kumala & Agustina (2018 : 27)
mendefinisikan bahwa “Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pemimpin untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi dapat tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang
pemimpin”.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Partisipasi anggaran diharapkan meningkatkan kinerja manajerial, yakni ketika tujuan telah
direncanakan dan disetujui secara partisipatif, karyawan akan menginternalisasi tujuan tersebut dan
mereka akan memiliki tanggungjawab secara personal untuk mencapainya melalui keterlibatan dalam
proses anggaran (Milani, 1975 dalam Hapsari , 2011). Berbagai peneliti telah menguji hubungan dan
pengaruh partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, namun hasil penelitiannya menunjukkan
perbedaan bahkan bertentangan. Brownell (1982) dalam Hapsari (2011) melakukan penelitian
terhadap 48 manajer pusat biaya level menengah di San Fransisco yang mengukur hubungan antara
partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial dan menemukan hubungan positif dan signifikan.
Brownell dan McInnes (1986) dalam Hapsari (2011) juga melakukan penelitian melalui 224
responden dari manajer tingkat menengah di tiga perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa
partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran meningkatkan kinerja manajerial.
Penelitian yang dilakukan Sumarno (2005) menyimpulkan terdapat pengaruh dan hubungan negatif
yang kuat antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial, sedangkan penelitian yang dilakukan
Yuniarti dan Marga Saty (2008) menyimpulkan partisipasi anggaran tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial. Yunita (2005) menyimpulkan partisipasi anggaran berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening.
Sementara Rahayu (1999) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran, maka akan semakin tinggi
tingkat kinerja manajerial yang dicapai sehingga dapat dibuat hipotesis :
H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Partisipasi Anggaran, Gaya Kepemimpinan, dan Kinerja Manajerial


Manajer yang ingin berhasil dituntut memiliki kepemimpinan yang efektif (Ruvendi, 2005). Gaya
kepemimpinan merupakan perilaku manajer dalam berinteraksi dengan lingkungan organisasi,
misalnya dengan bawahan, atasan atau kolega (Wahyudin Nor, 2007).Keberhasilan dalam mengelola
suatu organisasi tidak lepas dari faktor kepemimpinan dan sikap bawahan dalam melaksanakan tugas
mencapai tujuan organisasi (Wahyudin Nor,2007). Gaya kepemipinan adalah pola tindakan pemimpin
secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para pegawainya. Gaya kepemimpinan mewakili
filsafat, ketrampilan dan sikap pemipin dalam politik (Keith, 1985 dalam Ruvendi, 2005).
Gaya kepemimpinan yang tepat adalah yang diarahkan kepada keterbukaan dan lebih bersifat humanis
yang oleh Decoster dan Fertakis (1968) dalam Sumarno (2005) disebut dengan consideration. Hasil
penelitiannya menunjukkan gaya kepemimpinan tersebut mempunyai dampak positif terhadap adanya
dorongan penyusunan anggaran. Efektivitas partisipasi anggaran sangat dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan manajemen (Fiedler, 1978; Chandra, 1978 dalam Sumarno, 2005). Ikhsan dan Ane
(2007) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat berperan sebagai variabel pemoderasi dalam
hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Brownell (1983) dalam Wahyudin Nor
(2007) menguji pengaruh gaya kepemimpinan dalam konteks sistem penganggaran dan menemukan
bahwa interaksi antara structure dan consideration memiliki efek yang signifikan terhadap kinerja.
Partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan mempunyai pengaruh positif pada pimpinan
yang mempunyai gaya consideration. Berdasarkan uraian – uraian tersebut, maka dapat diambil
hipotesis sebagai berikut :
H2 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial dengan gaya
kepemimpinan sebagai variabel moderasi.

Kerangka konseptual

Anda mungkin juga menyukai