Anda di halaman 1dari 19

FINAL TEST

“ PENGANGGARAN BISNIS “

Dosen Pembimbing : Amilia Hasbullah S.Ip, M .Sc Phd

Disusun Oleh : Ayu Amelia

NIM : 2034021093

Kelas : Manajemen SRJ 205 ( Semester IV )

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

TH 2020/2021
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN

TERHADAP MOTIVASI KERJA MANAJERIAL

Bagi manajemen, masalah penyusunan anggaran merupakan hal yang


sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi kedepanya. Seringkali
dalam penyusunan anggaran melibatkan pihak-pihak penting, dari proses
penyusunan ini terdapat aspek-aspek yang timbul dalam hubungan partisipasi
penyusunan anggaran dan motivasi serta kinerja manajerial. Dalam artikel ini
menjelaskan bahwa partisipasi pada perencanaan anggaran akan lebih memotivasi,
karena adanya kecenderungan yang lebih besar dari bawahan untuk menerima
target anggaran bila mereka turut serta memegang kendali.

Aspek lainya yang timbul adalah dengan adanya partisipasi penyusunan


anggaran berdampak positif juga bagi kecukupan anggaran. Hal ini berbanding
terbalik apabila anggaran tersebut ditetapkan secara sepihak. Motivasi yang timbul
dari partisipasi ini adalah bawahan terdorong pada komitmen yang lebih tinggi untuk
mencapai target anggaran. Dari segi lain partisipasi bawahan terhadap penyusunan
anggaran adalah hasil perencanaan akan lebih realistis karena bawahan mempunyai
informasi yang akurat dari pada atasan mereka dalam kondisi lokal.

Kata Kunci: Partisipasi, Penyusunan Anggaran, dan Kinerja Manajerial


I. Latar Belakang

Partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan
pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun manajer level
atas. Anggaran partisipatif dalam literatur akuntansi biasanya didefinisikan
sebagai suatu proses dimana manajer terlibat dengan, dan memiliki pengaruh
terhadap penentuan anggaran (Shields dan Shield, Dalam Gunawan 2014).
Anggaran umumnya dipakai dalam penyusunan rencana dan sistem kendali,
selain itu juga dapat digunakan untuk mengkoordinasian,
mengkomunikasikan,mengevaluasi kinerja dan memotivasi serta dapat
digunakan sebagai alat pendelegasian wewenang atasan terhadap bawahannya
(Hansen dan Mowen, Dalam Wirasedana 2015). Dahulu penyusunan anggaran
pada suatu organisasi biasanya hanya dilakukan oleh suatu tim ahli dengan
sistem top-down, yaitu perencanaan anggaran telah ditetapkan oleh atasan atau
pemegang kuasa anggaran sehingga bawahan atau karyawan hanya sebagai
pelaksana apa yang telah disusun.

Namun perkembangan saat ini penyusunan anggaran tidak lagi hanya pihak-
pihak atasan perusahaan, namun penyusunan anggaran dilakukan dengan
pendekatan partisipasi antara atasan dan bawahan. Penyusunan anggaran
seperti ini agar memungkinkan adanya negosiasi dan pertukaran pendapat
antara manajer sebagai atasan dengan karyawan sebagai bawahan. Partisipasi
ini juga untuk mempermudah mendapatkan informasi nyata yang terjadi
dilapangan sebagai acuan penyusunan anggaran.

Kinerja manajerial merupakan kinerja manajerial para individu dalam kegiatan-


kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf
(staffing), negosiasi, dan representative (Mahoney, dkk., dalam Suwardana
2015). Anggaran yang disusun secara sepihak cenderung bersifat menekan,
sehingga menimbulkan sikap agresif dari manajer tingkat bawah. Hal ini
dikarenakan anggaran yang disusun oleh satu pihak cenderung bersifat kaku
atau terlalu sulit untuk dicapai oleh bawahan. Sehingga untuk lebih tercapainya
tujuan anggaran itu sendiri diharapkan menampung atau memberikan
kesempatan untuk pihak bawahan atau karyawan memberikan pendapat dari apa
yang mereka kerjakan lannsung dilapangan dalam menyusun anggaran.

Hasil penelitian sebelumnya Frucot dan Shearon (1991) dalam Gunawan,


melakukan studi mengenai hubungan antara anggaran partisipatif dengan kinerja
manajerial dan menempatkan locus of control sebagai variabel moderator. Hasil
studinya menunjukkan bahwa dengan interaksi anggaran partisipatif dengan
locus of control memiliki efek positif positif terhadap kinerja manajerial. Demikian
pula, hasil penelitian di Indonesia menunjukkan adanya inkonsistensi hasil-hasil
penelitian dengan menemukan adanya hubungan negatif atau positif antara
anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial (Sumarno, 2005; Amertadewi dan
Dwirandra, 2013).

Menurut Gul dan Chia (1994) dalam Gunawan (2014). Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Veronica dan Komang (2009) dan Afiani (2010)
menunjukkan hasil yang berlawanan. Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa partisipasi yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran, maka dapat
menimbulkan slack anggaran yang tinggi pula.
II. KAJIAN TEORI

A. Pengertian Partisipasi
Menurut Brownell dalam Muhammad (2001) dalam Triana (2012), partisipasi
anggaran adalah suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para
manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung
jawabnya. Hoque dan Peter (2007) dalam Wirasedana (2015)
mengemukakan bahwa partisipasi penganggaran adalah proses dimana
bawahan ikut berpartisipasi dalam memutusan anggaran akhir dan memiliki
pengaruh pada anggaran akhir tersebut. Keterlibatan karyawan dalam
penyusunan anggaran akan menimbulkan dorongan dari dalam diri mereka
untuk ikut menyumbangkan pendapat dan informasi yang dimiliki serta
meningkatkan rasa memiliki perusahaan sehingga kerjasama diantara
anggota organisasi akan ikut meningkat (Siegel dan Marconi, 1989) dalam
Wirasedana (2015).

Partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah tahap partisipasi pengurus


dalam menyusun anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat
pertanggungjawaban. Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan
suatu proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di dalamnya
dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang
prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar
pencapaian tujuan anggaran.

Partisipasi diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya,


yaitu :
a) Partisipsai langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu
dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat
mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan
keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b) Partisipasi tidak langsung


Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak
partisipasinya pada orang lain.

Lebih rinci partisipasi dibedakan menjadi empat jenis yaitu pertama,


partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam
pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Dan
keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Bastian (2001) dalam Susanto dkk, (2015) mendefinisikan bahwa


anggaran adalah suatu proses partisipasi individu akan dinilai dan
mungkin diberi penghargaan atas prestasi mereka pada tujuan yang
dianggarkan, dan mereka terlibat dalam proses tersebut dan mempunyai
pengaruh pada penentuan tujuan tersebut. Sistem penyusunan anggaran
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu
pendekatan dari atas (top down approach), pendekatan dari bawah
(botom up approach) dan pendekatan partisipatif (participation
approach).

Penyusunan anggaran dengan pendekatan dari atas, anggaran disusun


oleh manajer tingkat atas dan kemudian manajer pelaksana (tingkat
menengah) melaksanakan anggaran yang telah disusun tersebut. Pada
pendekatan ini manajer pelaksana hanya tinggal melaksanakan
anggaran yang telah disusun dan disahkan tersebut. Penyusunan
anggaran dengan menggunakan pendekatan dari bawah, dimulai oleh
manajer pelaksana dengan menyusun usulan anggaran. Dalam
menyusun anggaran tersebut manajer pelaksana memperoleh informasi
dari staf manajemen mengenai keadaan perusahaan secara
keseluruhan. Usulan anggaran tersebut diajukan kepada manajer tingkat
atas untuk dinilai sekaligus disahkan menjadi anggaran. Proses
penganggaran pendekatan bottom up lebih cocok pada organisasi yang
lingkungannya tidak menentu dan beroperasi dengan teknologi non rutin.
Sedangkan Partisipasi Anggaran menurut Wartono (1998) dalam
Sudarma dkk (2013) adalah sebagai suatu proses dalam organisasi yang
melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang
menjadi tanggung jawabnya. Partisipasi yang tinggi dalam proses
pembuatan anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar
kepada bawahan untuk melakukan slack dan sebaliknya ketika
partisipasi rendah harapan bawahan untuk melakukan slack anggaran
dibatasi sehingga slack anggaran juga rendah.

Partisipasi penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang


melibatkan individu-individu secara langsung didalamnya dan
mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang
prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar
pencapaian tujuan anggaran mereka. Definisi partisipasi dalam anggaran
sercara terperinci yaitu:
- Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus,
- Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran diproses.
- Keinginan memberikan partisipasi kepada pihak manajer tanpa
diminta
- Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir,
- Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran
- Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer
pusat pertanggung jawaban pada saat anggaran disusun.

Partisipasi penyusunan anggaran diperlukan agar anggaran yang


dibuat bisa lebih sesuai dengan realita yang ada di lapangan.
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh
dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki
dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Dengan
kata lain pegawai dan manajer tingkat bawah memiliki suara dalam
proses manajemen.
B. Penyusunan Anggaran
Gibson (2000) anggaran sebagai suatu rencana menyeluruh dan
terkoordinasi yang dinyatakan dengan istilah keuangan, untuk operasi dan
sumber-sumber organisasi pada periode khusus di masa yang akan datang.
Anggaran dalam pengertian umum adalah suatu rencana yang disajikan
secara kuantitatif, dan biasanya dinyatakan dalam satuan yang untuk periode
tertentu (Anthony dan Dearden, 1998).

Anggaran adalah salah satu elemen dari sistem pengendalian manajemen


yang membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan
fungsi pengendalian, memotivasi, dan menilai kinerja manajerial. Kinerja
manajerial merupakan kinerja manajerial para individu dalam kegiatan-
kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan
staf (staffing), negosiasi, dan representative (Mahoney, dkk., 1963).

Pengertian anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989),


adalah sebagai berikut: “Suatu pendekatan yang formal dan sistematis
daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan”. Menurut Mulyadi (1993), anggaran disusun
oleh manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa
perusahaan ke kondisi tertentu yang diperhitungkan. Dengan anggaran,
manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan. Pentingnya
anggaran dalam suatu organisasi akan terlihat dari peran dan tujuan
anggaran. Adapun tujuan utama penyusunan anggaran menurut Anthony et
all. (1998), adalah sebagai berikut :
- Memperbaiki rencana strategis organisasi.
- Mengkoordinasikan aktivitas berbagai bagian organisasi.
- Menyerahkan tanggung jawab kepada manajer, memberikan otorisasi
besarnya biaya yang boleh dikeluarkan, dan memberikan umpan balik
kepada manajer atas kinerja mereka.
- Sebagai perjanjian atau komitmen yang merupakan dasar untuk
mengevaluasi kinerja manajer sesungguhnya.
Anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional
terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Untuk mengatasi hal tersebut
maka diperlukan pemberian kesempatan kepada bawahan yang mau
berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran sehingga tujuan yang
ingin dicapai perusahaan akan lebih dapat diterima oleh anggota organisasi
dengan ikut terlibat dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Anggaran merupakan pedoman rencana manajemen
dimasa yang akan datang mempunyai beberapa manfaat. (Yusfaningrum,
2005) anggaran memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :

1) Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, dan berarti anggaran


mewakili kesepakatan dari negosisasi diantara partisipasi dominan dalam
suatu organisasi mengenai tujuan kegiatan pada masa yang akan datang.
2) Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber daya
yang dimiliki karena dapat bertidak sebagai blue print aktivitas
perusahaan.
3) Sebagai alat komunikasi antar divisi, dimana anggaran sangat membantu
melakukan komunikasi internal antar divisi dalam organisasi maupun
dalam manajemen puncak.

Disamping memiliki manfaat, anggaran juga memiliki beberapa kelemahan.


Kelemahan tersebut antara lain :

1) Anggaran dapat menimbulkan perasaan tertekan bagi karyawan. Hal ini


terjadi apabila anggaran disusun terlalu kaku atau target yang ditetapkan
dalam anggran sulit untuk dicapai (Yusfaningrum,2005).
2) Adanya senjangan anggaran (budgetary slack) yang terjadi pada saat
bawahan memberikan perkiraan yang bias kepada atasan. Perkiraan yang
bias tersebut disebabkan karena manajer mendapatkan gaji dari terget
anggaran yang dicapai sehingga anggaran disusun tidak berdasarkan
pada kemampuan atau produktivitas yang sebenarnya (Mulyadi, 1993).

C. Kinerja Manajerial
Kinerja menurut Moeheriono (2012:95) yaitu “Kinerja atau performance
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi
dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi.” (Abdullah, 2014:3). Amstrong dan Baron (1998:15) memberikan
pengertian bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan
memberikan kontribusi ekonomi.

Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Mangkunegara, 2009:18). Menurut Henry Simamora (1995:327), kinerja
karyawan adalah tingkat terhadap mana para karyawan mencapai
persyaratan-persyaratan pekerjaan. Riyadi (2011) penilaian kinerja adalah
proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Apabila
penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar, maka
akan dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat
meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada di dalamnya, dan
apabila ini terjadi, maka akan menguntungkan organisasi itu sendiri.

Standar kinerja merupakan tingkat kinerja yang diharapkan dalam suatu


organisasi, dan merupakan pembanding (benchmark) atau tujuan atau target
tergantung pada pendekatan yang diambi. Standar kerja yang baik harus
realistis, dapat diukur dan mudah dipahami dengan jelas sehingga
bermanfaat baik bagi organisasi maupun para karyawan (Abdullah,
2014:114) . Standar kinerja menurut Wilson (dalam Da Silva, 2012:53)
adalah tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat
diselesaikan, dan merupakan pembanding (benchmark) atas tujuan atau
target yang ingin dicapai, sedangkan hasil pekerjaan merupakan hasil yang
diperoleh seorang karyawan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai
persyaratan pekerjaan atau standar kinerja.

Menurut Simamora (2004 :458) penilaian kinerja adalah suatu proses


dengannya suatuorganisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu.
Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan dapat
memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka serta memungkinkan perusahaan untuk mengetahui seberapa baik
seseorang karyawan bekerja jika dibandingkan dengan standar-standar
organisasi. Terdapat beberapa indikator penilaian kinerja yaitu;
1) Loyalitas
Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi pada
perusahaan-perusahaan dimana mereka akan diberikan posisi yang baik.
Hal ini dapat dilihat melalui tingkat absensi ataupun kinerja yang mereka
miliki.
2) Semangat kerja
Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang
kondusif. Hal ini akan meningkatkan semangat kerja karyawan dalam
menjalankan tugas pada suatu organisasi.
3) Kepemimpinan
Pimpinan merupakan leaderbagi setiap bawahannya, bertanggung jawab
dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Pimpinan
harus meng ikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan
sehingga karyawan memiliki peluang untuk mengeluarkan ide, pendapat,
dan gagasan demi keberhasilan perusahaan.
4) Kerja sama
Pihak perusahaan perlu membina dan menanamkan hubungan
kekeluargaan antara karyawan sehingga memungkinkan karyawan untuk
bekerja sama dalam lingkungan perusahaan.
5) Prakarsa
Prakarsa perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri karyawan ataupun
dalam lingkungan perusahaan.
6) Tanggung jawab
Tanggung jawab harus dimiliki oleh setiap karyawan baik bagi mereka
yang berada pada level jabatan yang tinggi atau pada level yang rendah.
7) Pencapaian target
Dalam pencapaian target biasanya perusahaan mempunyai strategi-
strategi tertentu dan masing-masing.
D. AGENCY THEORY
 Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan
agency theory. Praktik senjangan anggaran dalam perspektif agency
theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen
(manajemen) dengan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha
untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya.
 Agency theory menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan
mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu
tugas atau otoritas untuk membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan
1998). Jika bawahan (agent) yang berpartisipasi dalam proses
penyusunan anggaran mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal,
akan memungkinkan bawahan memberikan informasi yang dimilikinya
untuk membantu kepentingan perusahaan. Namun, sering keinginan
atasan tidak sama dengan bawahan sehingga menimbulkan konflik
diantara mereka.
 Hal ini dapat terjadi misalnya, jika dalam melakukan kebijakan pemberian
rewards perusahaan kepada bawahan didasarkan pada pencapaian
anggaran. Bawahan cenderung memberikan informasi yang bias agar
anggaran mudah dicapai dan mendapatkan rewards berdasarkan
pencapaian anggaran tersebut. Kondisi ini jelas akan menyebabkan
terjadinya senjangan anggaran.
III. PEMBAHASAN

A. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial

Nouri dan Parker (1998) menemukan bukti bahwa partisipasi anggaran


mempengaruhi kinerja manager langsung dan tidak langsung melalui
kecukupan anggaran dan komitmen organisasi. Govindarajan (1992)
menjelaskan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif untuk
memotivasi manager, yaitu adanya kecenderungan yang lebih besar dari
bawahan untuk menerima target anggaran bila mereka turut serta memegang
kendali, daripada anggaran tersebut ditetapkan secara sepihak saja. Hal ini
akan mendorong bawahan terikat pada komitmen yang lebih tinggi untuk
mencapai target anggaran. Berdasarkan teori equity dapat dijelaskan bahwa
manager dalam proses penganggaran mempengaruhi harapan atas outcome
yang akan diterima. Sehingga, kinerja manager akan meningkat apabila
partisipasi penganggaran diberikan kepada manager.

Supriyono (2004) mengungkapkan bahwa di Indonesia, hubungan antara


partisipasi anggaran dengan kinerja manajer mempunyai hubungan positif
secara signifikan. Manajer yang memiliki partisipasi anggaran yang tinggi
akan lebih memahami tujuan anggaran. Karena kinerja manajer akan dinilai
berdasarkan target anggaran yang bisa dicapai, manajer akan bersungguh-
sungguh dalam penyusunan anggaran dan menyebabkan meningkatnya
kinerja manajer tersebut. Manajer yang berpartisipasi dalam proses
penyusunan anggaran akan meningkatkan komitmen organisasi yang
kemudian komitmen organisasi ini akan memperbaiki kinerja manajerial.

Ida Haryanti (2012) mengemukakan partisipasi anggaran memiliki hubungan


yang signifikan positif dengan komitmen organisasi yang menunjukkan bahwa
karyawan yang terlibat dalam pengaturan anggaran meningkatkan komitmen
organisasi. Ida Haryanti (2012) melakukan penelitian untuk menguji sektor
publik Malaysia, temuan penelitian memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran di sektor public
bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja manajerial. Manajer yang memiliki partisipasi dalam
penyusunan anggaran yang tinggi akan lebih memahami tujuan anggaran.
Karena kinerja manajer akan dinilai berdasarkantarget anggaran yang bisa
dicapai, manajer akan bersungguhsungguh dalam penyusunan anggaran dan
menyebabkan meningkatnya kinerja manajer tersebut.

Dengan berpartisipasi, manajer merasa dilibatkan egonya dan tidak sekedar


terlibat dalam kerja, sehingga diharapkan dapat mendorong moral kerja dan
inisiatif para manajer. Partisipasi juga mengurangi tekanan dan kegelisahan,
karena orang yang berpartisipasi dalam penetapan tujuan tahu bahwa tujuan
tersebut rasional dan dapat dicapai, sehingga mereka tidak merasa terpaksa
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan (Rahayu, 1997). Meskipun
demikian, partisipasi anggaran bukan tanpa permasalahan.

Siegel dan Arcoi (1989) menyatakan partisipasi memungkinkan terjadinya


perilaku disfungsional, misalnya dengan menciptakan senjangan anggaran
(Budgetary slack). Jika bawahan merasa bahwa kinerja mereka dinilai
berdasarkan tingkat pencapaian anggaran, maka untuk memudahkan
pencapaian target anggaran yang telah ditetapkan, mereka tidak memberikan
informasi yang mereka miliki pada saat perencanaan anggaran. Beberapa
manfaat partisipasi dalam proses penyusunan anggaran antara lain (Siegel
dan Marconi, 1989) dalam Krisler Bornadi Omposunggu dan Icuk Rangga
Bawono (2006) :
- Seseorang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran tidak saja
task involved melainkan juga ego involved dalam kerjasama.
- Keterlibatan seseorang akan meningkatkan rasa kebersamaan dalam
kelompok, karena dapat meningkatkan kerjasama antara anggota
kelompok di dalam penetapan sasaran, serta dapat mengurangi rasa
tertekan.
- Keterlibatan seseorang akan mengurangi rasa keperbedaan di dalam
mengalokasikan sumber daya di antara unit-unit yang ada di
organisasi.
B. Partisipasi Anggaran dan Kecukupan Anggaran
Merchant (1981), Christensen, (1982), Chow dkk. (1988), Walker, (1988)
yang dikutip Nouri dan Parker (1998) menyatakan bahwa bawahan
mempunyai informasi yang akurat daripada atasan mereka dalam kondisi
lokal, selanjutnya diungkapkan bahwa dalam rerangka prinsip agency
bawahan mempunyai informasi “pribadi” tentang kondisi lokal. Partisipasi
bawahan dalam proses penganggaran mungkin menghasilkan pengungkapan
informasi yang privat, dimana hasil perencanaan lebih realistis dan anggaran
lebih akurat (Merchant, 1981; Chow dkk, 1988, Murray, 1990 dikutip Nouri
dan Parker, 1998).

Bawahan akan berusaha memasukkan informasi kedalam anggaran untuk


memastikan bahwa mereka mempunyai sumber daya yang mencukupi untuk
memperlihatkan kesuksesan tugas mereka. Jika proses partisipasi
mengijinkan bawahan untuk menyampaikan informasi anggaran yang
berhubungan dengan kesuksesan tugas mereka, maka dapat dikatakan
bahwa proses partisipasi dalam penganggaran akan membuat bawahan
dapat lebih memastikan bahwa mereka mempunyai sumber daya yang
mencukupi untuk mencapai kesuksesan tugas mereka. Sehingga, proses
partisipasi akan membuat anggaran yang ditentukan cukup dalam mencapai
kesuksesan tugas mereka.

Kecukupan anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi


kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderasi) melalui komitmen
organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan
organisasi dari pada kepetingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi
menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu
untuk berbuat untuk kepentingan pribadinya.

C. Partisipasi Anggaran, Motivasi, dan Kinerja Manajerial


Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak atau
menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya
yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai
upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk
mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya
gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung
berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu faktor
penting dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja.

Keterlibatan manajer dalam penganggaran memiliki pengaruh yang baik


terhadapn motivasi manajer tersebut. Hal ini dikarenakan manajer yang ikut
terlibat akan merasa dihargai karena ikut menentukan keputusan dimasa
yang akan datang. Dengan dihargai dan dilibatkan dalam penyusunan
anggaranmenimbulkan motivasi dari dalam diri manajer tersebut untuk
menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik. Jadi dengan adanya motivasi
yang tinggi maka diharapkan akan meningkatkan kinerja manajerial manajer
dalam menyelesaikan tugasnya.

Menurut Laberto (2001) dalam penelitiannya menemukan hubungan yang


signifikan dan positif antara partisipasi anggaran terhadap motivasi kerja.
Dengan tingkat motivasi yang tinggi cenderung mendorong manajer untuk
lebih efektif di dalam memahami anggaran, dan manajer akan memiliki
pemahaman yang baik dalam menghadapi kesulitan pada saat pelaksanaan
anggaran. Penelitian ini membuktikan bahwa motivasi memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dalam artian semakin tinggi
motivasi seorang manajer, maka semakin tinggi pula kinerja manajerial yang
dihasilkan.

Berdasarkan pada teori motivasi pula, seseorang yang dilibatkan dalam


proses penyusunan anggaran akan termotivasi untuk dapat berperilaku demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini karena dari pencapaian tujuan
tersebut, kinerja seseorang dinilai serta adanya kemungkinan perusahaan
akan menghargai setiap pencapaian tujuan tersebut. Cherrington dan
Cherrington (1973) melakukan peneli tian dengan menggunakan faktor
motivasi berupa reward sebagai variabel intervening dalam 33 hubungan
antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi.

IV. KESIMPULAN

H.A.R. Tilaar (2009:287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari


keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi
dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (button-up)
dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pembangunan masyarakatnya. Anggaran adalah salah satu elemen dari sistem
pengendalian manajemen yang membantu manajemen dalam melaksanakan
fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian, memotivasi, dan menilai kinerja
manajerial. Kinerja manajerial merupakan kinerja para individu dalam kegiatan-
kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf
(staffing), negosiasi, dan representative (Mahoney, dkk., 1963).

Dapat disimpulkan bahwa partisipasi manajer tingkat bawah dalam penyusunan


atau perumusan anggaran, memiliki hubungan positif dengan motivasi kerja dan
kinerja manajerial. hal karena partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif
untuk memotivasi manager, yaitu adanya kecenderungan yang lebih besar dari
bawahan untuk menerima target anggaran bila mereka turut serta memegang
kendali, daripada anggaran tersebut ditetapkan secara sepihak saja. Dengan
adanya partisipasi ini manajer tingkat bawah merasa dipedulikan dalam hal
memberikan saran bagi perusahaan sehingga kepedulian dan rasa memiliki akan
muncul pada manajer tingkat bawah.

Partisipasi anggaran ini juga berdampak positif pada kinerja manajerial karena
pihak bawahan mengetahui dengan jelas anggaran yang ditetapkan dan tujuan
yang akan dicapai sehingga kecukupan anggaran dapat dicapai. Bawahan akan
berusaha memasukkan informasi kedalam anggaran untuk memastikan bahwa
mereka mempunyai sumber daya yang mencukupi untuk memperlihatkan
kesuksesan tugas mereka. Jika proses partisipasi mengijinkan bawahan untuk
menyampaikan informasi anggaran yang berhubungan dengan kesuksesan
tugas mereka, maka dapat dikatakan bahwa proses partisipasi dalam
penganggaran akan membuat bawahaN dapat lebih memastikan bahwa mereka
mempunyai sumber daya yang mencukupi untuk mencapai kesuksesan tugas
mereka.

V. DAFTAR PUSTAKA

- Indra Hastuti DKK,.2015. “The Participation Influence In Composing


Budget Towards
- Managerial Performance Through An Organizational Commitment”. Jurnal
Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 1 Nomor
3“
- Maya Triana DKK, .2012. “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget
Emphasis, Dan Locus Of Control Terhadap Slack Anggaran ”Jurnal Binar
Akuntansi Vol. 1 No. 1”.
- Caesar Arif Budiman Dkk. 2012. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Gaya Kepemimpinan,
Motivasi Dan Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening”.
Jurnal SOROT Vol 9 No 1
- Dewa Ayu Made Harlista Sukmantari. 2015. “ Pengaruh Partisipasi
Penganggaran Dan Komitmen Organisasi Pada Kinerja Manajerial
Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening”. Issn : 2302 –
8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1.
- Marsudi Endang Sri Rejeki 2012. “ Pengaruh Komitmen Organisasi Dan
Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran
Dan Kinerja Manajerial”. “ Lantip Volume 02. No. 01.
- Candra Sinuraya. 2009. “ Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajer: Peran Kecukupan Anggaran Dan Job-Relevant
Information Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Akuntansi Vol.1 No.1
Mei 2009:17-39
- Belianus Patria Latuheru. 2005. ” Pengaruh Partisipasi Anggaran
Terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Moderating”. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2,.

Anda mungkin juga menyukai