Anda di halaman 1dari 16

PENELITIAN KUANTITATIF

Judul Jurnal : PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN


TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH:
KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI
VARIABEL MODERATING
Volume : Volume 17, Nomor 3 Desember 2019
Tahun : 2019
Penulis : Al Azhar L, Restu Agusti, dan Endang Dianita
Reviewer : M Alwi Sya’ban
Tanggal : 07 Januari 2020

Latar Belakang
Beberapa hasil penelitian mengenai pengamh partisipasi penyusunan anggaran dengan kineija
menunjukkan hasil yang tidak dapat disimpulkan secara konklusif. Hal tersebut terjadi karena
hasil penelitian yang dikemukakan belum konsisten dan sering teijadi kontradiksi antara satu
peneliti dengan peneliti lainnya. Misalnya hasil penelitian Brownell (1981), Brownell & Mc
Innes (1986), serta Indriantoro (1998) memmjukkan bahwa partisipasi dalam penyusiman
anggaran mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja. Sementara hasil penelitian Milani
(1975) dan Kenis (1979) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang tidak terlalu signifikan
antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kineija. Hasil penelitian Nor (2007) tentang
Desentralisasi dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara
partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja menyebutkan bahwa ada pengaruh positif signifikan
antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kineija. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Sumamo mendapatkan hasil terdapat pengaruh dan hubungan negatif yang kuat antara
partisipasi anggaran dengan kineija manajerial. Pada sektor publik, penelitian yang dilakukan
Siskawati (2004) menyebutkan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja,
hasil penelitian ini mendukung penelitian Kenis (1979) dan Indriantoro (1998). Selanjutnya,
hasil penelitian Sardjito dan Osmad (2007) menyebutkan adanya pengaruh yang signifikan
antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kineija pemda, dan menyebutkan bahwa semakin
tinggi partisipasi anggaran maka semakin meningkat kineija aparat pemerintah daerah.
Ketidakkonsistenan hasil penelitianpenelitian tersebut disnyalir karena tidak adanya pengaruh
langsung antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kinerja.
Untuk menyelesaikan perbedaan ini Govindarajan (1986) mengemukakan bahwa diperlukan
suatu pendekatan kontinjensi {contingency approach). Pendekatan ini memberikan suatu gagasan
bahwa sifat hubungan yang ada dalam partisipasi penyusunan anggaran dengan kineija aparat
pemda mungkin berbeda dari satu situasi dengan situasi lain. Dalam penelitian ini, pendekatan
kerangka kontinjensi akan diadopsi untuk mengevaluasi keefektifan hubungan antara kedua
variabel tersebut yaitu komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan.
Kata kunci: Partisipasi penyusunan anggaran, kinerja aparat pemerintah daerah, komitmen
organisasi, gaya kepemimpinan
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh teihadap kinerja pemerintah daerah,
apakah faktor komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja Aparat Pemerintah Daerah., apakah faktor gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan
kinerja Aparat Pemerintah Daerah.

Tujuan Penelitian
1. Untuk memperluas pembahasan mengenai hubungan antara partisipasi penyusunan
anggaran dengan kinerja pemda
2. Untuk menguji apakah variabel gaya kepemimpinan dan variabel komitmen organisasi
dapat memoderasi hubungan antara partispasi penyusiman anggaran dan kinerja pemda
Metodologi
Metodologi penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei dengan
menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden.Kuesioner berisi tanggapan atas
pertanyaan tertulis yang diajukan oleh peneliti. Kuesioner yang akan disebar sebanyak 100
eksemplar dipilih secara acak kelompok. Kuesioner diantar secara langsung kepada dinas-dinas
dan ditujukan kepada aparat pemerintah daerah setingkat Eselon III dan Eselon IV di Kabupaten
Kuantan Singingi.
Hasil Penelitian
1. Pengujian Kualitas Data
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Dari pengujian yang telah dUakukan berdasarkan tabel dibawah, maka didapatkan hasil untuk uji
validitas adalah valid dengan nilai Factor Loading diatas 0,4. Dan untuk uji reliabilitas, selimih
variabel dinyatakan reliabel dengan nilai Cronbach Alpha > 0,5.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diajukan adalah menguji apakah komitmen organisasi dalam memoderasi
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja Aparat Pemerintah
Daerah. Jika p value (sign) < dari 0,05 maka H2 diterima, sebaliknya apabila p value (sign) >
0,05 maka H2 ditolak. Dalam penelitian ini, nilai p value (sign) 0,024 yang artinya lebih kecil
dari 0,05. Dengan demikian, hasil penelitian ini beriiasil menerima hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kineija aparat pemda. Adanya koef P2 sebesar -0,544 menyatakan
bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap hubungan antara partisipasi
penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemda. Koefisien determinasi (R^) menunjukkan
bahwa dengan adanya variabel komitmen organisasi sebagai variabel moderating, maka
persentase pengaruh partisipasi penyusunan anggaran meningkat menjadi 81% terhadap kineija
aparat pemda, sedangkan sisanya 19% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga yang diajukan adalah untuk menguji apakah gaya kepemimpinan berpengaruh
terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kineija aparat pemerintah daerah.
Jika p value (sign) < dari 0,05 maka H2 diterima, sebaliknya apabila p value (sign) > 0,05 maka
H2 ditolak. Dalam penelitian ini, nilai p value (sign) 0,040 yang artinya lebih kecil dari 0,05.
Interaksi gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja
aparat pemda mempunyai pengaruh negatif, ditunjukkan dengan koefisien -0,297. Dengan
demikian, hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat partisipasi anggaran akan mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja aparat pemda, pada gaya kepemimpinan yang rendah, dan akan
berpengaruh negatif pada gaya kepemimpinan yang tinggi. Koefisien determinasi (R^)
menunjukkan bahwa dengan masuknya gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating, maka
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran meningkat menjadi 79% terhadap kinerja aparat
pemda, sedangkan sebesar sisanya 21% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain,
Kesimpulan
1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran
berpengaruh terhadap kineija aparat pemda. Pengujian ini berhasil membuktikan hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran akan
meningkatkan kinerja aparat pemda.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
negatif signifiikan terhadap hubungan antara partisipasi penyusiman anggaran terhadap kinerja
aparat pemda.
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan
berpengaruh negatif signifikan terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran
dengan kineija aparat pemda.
Kelebihan Penelitian
1. Penjelasan sangat detail
2. Dasar Teori kuat dan tepat
PENELITIAN KUALITATIF
Judul jurnal : ANALISIS CARA BELAJAR SISWA ( SMP NEGERI 32 SURABAYA)
Volume : Vol 1, No.1, 2012
Tahun : 2012
Penulis : Kharisma, Ade
Reviewer : M Alwi Sya’ban
Tanggal : 07 Januari 2020

Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa pembelajaran adalah proses
berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran
adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses
yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi
proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan
tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Diantara salah satu tujuan belajar yang paling terlihat adalah prestasi
belajar yang dihasilkan oleh masing-masing siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan
langkah awal yang dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam suatu pendidikan di
sekolah. Karena keberhasilan dalam pendidikan sangat tergantung pada kinerja dari proses
belajar mengajar. Guru mempunyai peran penting didalammnya, diantara peran guru adalah
mampu membangun prestasi dan mewujudkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di
kelas. Dalam pembelajaran, guru merupakan salah satu tolok ukur berhasil atau tidaknya
pembelajaran di sekolah melaui prestasi siswa . Namun faktor lain yang sangat berpengaruh
terhadap prestasi siswa tidak lain adalah cara belajar peserta didik itu sendiri. Cara belajajar
siswa merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil
belajar yang diperoleh. Dalam pendidikan sering diketahui bahwa siswa yang mempunyai cara
belajar yang terstruktur dengan baik maka ia akan memperoleh nilai yang baik. Begitu pula
siswa yang cara belajarnya tidak teratur secara sistematis, maka ia akan memperoleh hasil yang
kurang memuaskan bahkan bisa dikatakan tidak memuaskan. Namun selama ini cara belajar
yang teratur tidak menjamin seorang siswa untuk memperoleh nilai akademik yang memuaskan.
Kemungkinan hal seperti ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal
siswa itu sendiri. Tidak semua siswa ahli dalam bidang akademik. Ada sebagian siswa yang
kurang mahir dalam hal akademik, akan tetapi ia berprestasi dalam bidang non akademik dan
sebaliknya. Jadi pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh, semua siswa bisa. Hanya
kekurangan mungkin yang membuat mereka dikatakan bodoh, padahal dengan belajar yang baik,
mempunyai cara belajar yang baik pula,tentunya akan meminimalisir hasil belajar yang kurang
baik.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas
VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar terbawah kelas
VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014
3. Bagaimana perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar
teratas dan 3 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun
Ajaran 2013/2014?
Tujuan

1. Cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas VII C SMP

Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Cara belajar siswa yang masuk ranking 5 besar terbawah kelas VII C SMP

Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas dan 3

besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran

2013/2014..

Metodologi

Metode Penelitian dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode kualitatif. Karena masalah yang akan dibahas dalam penelitian belum jelas
dan belum diketahui oleh peneliti. Masalah akan diketahui selanjutnya setelah peneliti
melakukan observasi dilapangan terlebih dahulu. Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti
merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih
menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat
digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan teknik wawancara dan sebagainya.
Sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.

Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data,

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :


1. Lembar angket respon siswa

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

cara belajar yang digunakan . Angket ini diisi sendiri oleh siswa tanpa

pengaruh dari orang lain. Lembar angket dalam penelitian ini di

khususkan untuk siswa.

2. Lembar Wawancara

Peneliti menggunaan tabel pertanyaan wawancara yang ditujukan

kepada guru salah satu mata pelajaran. Sedangkan lembar wawancara

dikhususkan untuk guru mapel dalam kelas tertentu.

3. Peneliti Sendiri

Selain kedua instrumen diatas, disini peneliti berperan aktif sebagai

subyek penelitian sekaligus berperan sebagai instrumen penelitian itu

sendiri. Dikarenakan peneliti mempunyai peran penting dalam

menjalankan penelitian yang sedang dilakukan.

Sampel Sumber Data

Sumber data menurut Arikunto ( 2005 : 88 ) adalah benda, hal atau

orang tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, secara umum sumber data dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3P, yaitu :


a. Person ( orang ) adalah tempat peneliti bertanya mengenai

variabel yang sedang diteliti.

b. Paper ( kertas ) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan,

arsip, pedoman, surat keputusan ( SK ), dan sebagainya.

c. Place ( tempat ) adalah sumber data keadaan ditempat

berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan

penelitian.

Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Purposive Sampling

Maksud dari purposive sampling ( sampel yang sudah tertuju ) yaitu peneliti menentukan
langsung obyek yang akan dijadikan penelitian.Teknik pengambilan sampel sumber data
dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah dipilihnya individu
atau sekumpulan individu yang mengetahui tentang apa yang diharapkan peneliti atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau
situasi sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik Purposive Sampling dengan
cara memilih siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya. Dalam satu kelas tersebut akan
dilakukan serangkaian seleksi. Pertama melaui wawancara guru, kedua melaui akumulasi
nilai belajar selama satu semester ( kecuali nilai uas ), ketiga melalui akumulasi nilai jawaban
angket dan yang terakhir yaitu melalui sejumlah jawaban angket yang disesuaikan dengan
seberapa besar indikator yang dijawab oleh obyek penelitian ( sesuai indikator yang
ditentukan oleh peneliti ). Dalam hal ini siswa kelas VII C yang dijadikan obyek penelitian.
Dari serangkaian tahapan tersebut peneliti akan menentukan tiga siswa yang paling
berprestasi dan tiga siswa yang kurang berprestasi. Dan selanjutnya akan dilakukan
penelitian untuk mengetahui cara belajar siswa berprestasi.
Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data

1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi

Hasil

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan mencari informasi mengenai cara
belajar siswa berprestasi. Dalam penelitian ini dimulai dari pencarian tiga siswa peringkat
teratas, dan tiga siswa peringkat terbawah. Penelitian di awali dari penyeleksian dari sejumlah
siswa yang ada dalam satu kelas. Dari beberapa tahapan tersebut kemudian diambil tiga siswa
dengan peringkat teratas dan tiga siswa peringkat terbawah. Penyeleksian ini dilakukan karena
tidak adanya korelasi antara satu data dengan data lainya. Sehingga peneliti membutuhkan
analisis lebih mendalam, guna menemukan kesimpulan secara objektif. Diawal penelitian
sebenarnya peneliti telah menemukan jawaban sementara dari salah satu guru yang mengajar di
kelas tersebut. Namun jawaban tersebut masih diragukan kebenarnya oleh peneliti. Hal tersebut
dikarenakan, data yang diambil masih dari satu persepsi saja mengenai siswa berprestasi dan
kurang berprestasi dalam suatu kelas. Disini peneliti tidak mungkin mengambil data hanya dari
salah satu guru dikelas tersebut. Dan tentunya peneliti juga tidak mungkin untuk mewawancarai
seluruh guru mata pelajaran yang mengajar dikelas obyek penelitian. Namun dalam penelitian
selanjutnya peneliti menemukan ketidaksesuaian antara data satu dengan data lainya. Misalnya
saja ketidaksesuaian antara data wawancara guru dengan hasil nilai belajar siswa. Menurut
peneliti anggapan berprestasi menurut guru hanya sebatas nilai kognitif, dan kurang
memperhatikan kemampuan siswa di luar akademik. Mungkin hal seperti ini yang menjadi
kelemahan pendidikan di Indonesia saat ini. Dikarenakan masih banyaknya guru menganggap
siswa berprestasi yang mempunyai nilai akademis tinggi. Padahal masih banyak prestasi lain
diluar akademik yang kurang medapatkan perhatian dari pihak guru atau sekolah bersangkutan.
Berikut peneliti akan mencantumkan berbagai penemuan data dalam penelitian :

1. Berikut data hasil wawancara guru yang membahas mengenai

siswa berprestasi :
Daftar pertanyaan wawancara terhadap guru :

1. Bagaimana cara belajar siswa berprestasi ?

2. Bagaimana kriteria penilaian anda terhadap prestasi siswa ?

3. Menurut anda, apa yang membedakan siswa berprestasi dan siswa

kurang berprestasi ?

4. Seperti apakah bentuk apresiasi anda terhadap siswa yang berprestasi ?

Berikut Jawaban Guru terhadap pertanyaan diatas :

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber penelitian yaitu guru

mengenai cara belajar siswa berprestasi dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Selalu duduk di depan dan aktif dalam proses belajar mengajar di

kelas

b. Mempunyai kepribadian yang pendiam, suka menyendiri. Kurang

mau bergaul dengan teman yang mempunyai kemampuan

dibawahnya

c. Mengumpulkan tugas tepat waktu

d. Untuk secara detail mengenai cara belajar siswa yang berprestasi, narasumber belum bisa
memberi keterangan lebih detail. Dikarenakan narasumber hanya mengetahui cara belajar dan
prestasi siswanya melalui keaktifan di kelas, nilai ulangan harian, ujian tengah semester ( UTS )
dan ujian akhir semester ( UAS ).
2. Untuk pertanyaan kedua ini dapat dijelaskan sebagi berikut :

a. Dijelaskan bahwa rata-rata atau secara umum siswa yang berprestasi mampu menguasai
seluruh mata pelajaran. Namun juga ada siswa yang hanya menguasai mata pelajaran tertentu.
Seperti Matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Sekali lagi, guru hanya mengetahui prestasi siswa
dari keaktifanya dikelas,nilai ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir sekolah.
Namun kebanyakan guru di SMP Negeri 32 Surabaya masih meragukan keotentikan hasil dari
ulangan harian. Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang mencontek. Beda halnya
dengan ujian tengah semester yang hasilnya lebih bisa dipercaya, dikarenakan penjagaanya lebih
ketat oleh para guru dari masing-masing mata pelajaran.

3. Untuk pertanyaan ketiga ini, narasumber menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah membeda-
bedakan antara siswa berprestasi dengan siswa yang kurang berprestasi. Guru tetap memberikan
perhatian yang sama diantara semua siswa. Narasumber tidak ingin adanya kecemburuan sosial
antar siswa dikelak kemudian hari

4. Sampai saat ini khususnya di SMP Negeri 32 Surabaya, siswa yang memperoleh nilai
akademik tinggi di setiap kelas hanya sebatas diberikan reward (hadiah ) oleh masing-masing
guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tidak jarang wali kelas juga ikut memberikan hadiah
terhadap siswa yang berprestasi. Hadiah yang diberikan biasanya berupa makanan ringan atau
snack, buku dan perlengakapan tulis menulis. Sampai saat ini pun pihak sekolah belum
memberikanpiagam penghargaan atau sertifikat resmi kepada siswa yang memperoleh prestasi
akademik di masing-masing kelas.

2. Data dari Jawaban Guru terhadap siswa berprestasi

Dari data wawancara dengan guru menyebutkan bahwa siswa yang paling berprestasi dikelas VII
C SMP Negeri 32 Surabaya adalah Ninda Irsanti Nur Azizah dan yang sangat kurang berprestasi
adalah Fitria Ulfatul Khasanah. Disini guru hanya menyebutkan satu siswa yang memiliki nilai
akademik teratas dan satu siswa yang memiliki nilai akademik terendah. Data ini mungkin hanya
sebatas persepsi guru. Peneliti juga belum bisa menyakini keterangan ini. Alasan narasumber
menyebut Ninda sebagai siswa berprestasi karena ia dianggap siswa yang aktif dikelas, memiliki
rata-rata nilai yang bagus, hampir mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Sedangkan Fitria
dianggap sebagai siswi yang pembolos, jarang masuk sekolah, tidak mau bergaul dengan teman
sebayanya, mempunyai nilai yang jelek bahkan sangat kurang

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 32 Surabaya kelas VII C, dapat
diambil kesimpulan bahwa, cara belajar siswa menentukan prestasi atau hasil belajar. Sebagian
besar siswa berprestasi memiliki cara belajar yang dapat dibilang sempurna, yaitu dengan
memenuhi kriteria yang diberi oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi lebih
dominan memiliki cara belajar yang kurang disiplin. Siswa yang berprestasi tentunya akan lebih
mudah dalam menerima materi pelajaran. Karena sebagian besar dari mereka telah berhasil
memenuhi indikator cara belajar yang ditentukan peneliti. Siswa yang mempunyai cara belajar
yang baik, teratur dan disiplin akan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan dan begitu
juga sebaliknya. Jadi cara belajar siswa berbanding lurus terhadap hasil belajar ataupun prestasi
yang didapatkan

Kelebihan

1. Penjelasan sangat detail


2. Dasar teori yang tepat

PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

1. Cara Memandang Fakta

Kuantitatif : Penelitian kuantitatif memandang "Fakta/Kebenaran" berada pada objek penelitian


diluar sana. Peneliti harus netral dan tidak memihak. Apapun yang ditemukan di lapangan, itulah
fakta. Penelitan kuantitatif berangkat dari teori menuju data.
Kualitatif : Penelitian kualitatif memandang "Fakta/Kebenaran" tergantung pada cara peneliti
menginterpretasikan data. Hal ini dikarenakan ada hal-hal kompleks yang tidak bisa sekedar
dijelaskan oleh angka, seperti perasaan manusia. Penelitian kuantitatif berangkat dari data yang
kemudian dijelaskan oleh teori-teori yang dianggap relevan, untuk menghasilkan suatu teori yang
menguatkan teori yang sudah ada.

2. Pengumpulan Data

Kuantitatif : Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen


penelitian berupa tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dikonversikan menggunakan
kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian kuantitatif ditentukan
oleh BANYAKNYA sampel penelitian yang terlibat.

Kualitatif : Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam
putih kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalam-dalamnya
atas 1 atau 2 hal tertentu. Sehingga, kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu ditentukan oleh
banyaknya sampel yang terlibat, tetapi SEBERAPA DALAM peneliti menggali informasi
spesifik dari sampel yang dipilih.

3. Alisis Data

Kuantitatif : Analisis data penelitian kuantitatif dilakukan untuk


menjawab HIPOTESIS penelitian. Data numerik yang sudah terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik yang akan menghasilkan hasil mutlak; menerima hipotesis, atau
menolak hipotesis. INSTRUMEN penelitian, sebagai alat untuk mengumpulkan data.

Kualitatif : Penelitian kualitatif tidak dimulai dari hipotesis, melainkan bermula


dari rumusan permasalahan. Dalam hal ini, interpretasi peneliti sangat menentukan hasil akhir,
karena peneliti merupakan instrument utama yang berhak "menentukan arah" penelitian.

4. Representasi Data
Kuantitatif : Hasil penelitan kuantitatif dipresentasikan dalam bentuk hasil penghitungan
matematis. Hasil penghitungan dianggap sebagai fakta yang sudah terkonfirmasi. Keabsahan
penelitian kuantitatif sangat ditentukan oleh validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan.

Kualitatif : Hasil penelitian kualitatif berupa interpretasi peneliti akan sebuah fenomena,
sehingga laporan penelitian akan lebih banyak mengandung deskripsi; mengapa peneliti benar,
apa dan siapa saja yang mendukungnya. Keabsahan penelitian kualitatif bergantung pada
"triangulasi", dimana hasil penelitian harus dikonfirmasikan dengan hasil penelitian lain sebagai
referensi, juga memasukkan pandangan ahli (expert validation).

5. Implikasi Hasil Riset

Kuantitatif : Hasil penelitian kuantitatif berupa fakta/teori yang berlaku secara umum
(generalized). Kapanpun dan dimanapun, fakta itu berlaku.

Kualitatif : Hasil penelitan kualitatif memiliki implikasi yang terbatas pada situasi-situasi
tertentu. Sehingga, hasil penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisasi dalam setting berbeda.

6. Macam Metode

Kuantitatif : Eksperimen, survey, korelasi, regresi, analisis jalur, expost facto.


Kualitatif : Fenomenologi, etnografi, studi kasus, historis, grounded theory.

Anda mungkin juga menyukai