Anda di halaman 1dari 2

Langkah Pengendalian Manajemen:

Terdapat empat langkah utama dalam pengendalian organisasi yaitu menetapkan standar,
mengukur kinerja, membandingkan kinerja nyata dengan standar yang ditentukan dan
mengambil tindakan koreksi (perbaikan) jika terjadi penyimpangan. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai empat langkah dalam proses pengendalian organisasi.
Langkah 1: Menetapkan standar (Establishing Standards)
Pada langkah pertama, seorang manajer akan menetapkan standar kinerja dan target yang
akan digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari suatu unit kerja, departemen
ataupun organisasi secara keseluruhan. Standar dapat juga disebut sebagai patokan untuk
menilai kinerja organisasi atau unit kerja dari organisasi tersebut. Pada umumnya, standar
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Tangible dan Intangible.
 Tangible (terukur atau nyata) – Tangible adalah standar yang dapat diukur dan nyata.
Biasanya disebut juga dengan standar yang terukur (Measurable Standards). Standar
Terukur yang ditentukan oleh Manajemen dapat berupa standar waktu  yang harus
dicapai (time), standar biaya (cost), standar penjualan (sales), standar pangsa pasar
(market share), standar produktivitas (productivity) hingga laba yang harus dicapai
(profit).
 Intangible (tidak terukur atau tidak berwujud) – Intangible adalah standar yang tidak
dapat diukur secara finansial ataupun angka. Standar Intangible ini lebih sulit diukur
jika dibandingkan dengan standar tangible. Contoh standar intangible yaitu seperti
sikap dan tingkah laku seorang karyawan, penyimpangan pekerjaan seorang
karyawan, dan kreativitas karyawan ataupun kesetiaan pelanggan.

Pekerjaan pengendalian manajemen akan menjadi lebih mudah dengan adanya penetapan
standar, karena pengendalian manajemen itu sendiri dilakukan berdasarkan standar yang
ditetapkan.

Langkah 2. Mengukur Kinerja (Performance Measurement)

Langkah kedua dalam fungsi pengendalian manajemen adalah mengukur kinerja. Manajemen
akan dapat lebih mudah mengukur kinerja apabila unit/satuan ataupun kriteria kinerja telah
ditentukan sebelumnya. Pada dasarnya, pengukuran kinerja harus berada pada unit atau
satuan yang sama dengan kriteria yang telah ditentukan. Satuan atau tolak ukur harus
terdefinisi dengan baik dan seragam selama proses pengukuran. Misalnya, jika kita
menentukan standar produktivitas dalam bentuk satuan persentasi (%), maka kita harus tetap
menggunakan persentasi (%) untuk mengukurnya dan tidak boleh menggunakan satuan lain.

Langkah 3. Membandingkan kinerja aktual dengan Standar yang ditentukan


(Comparison of actual and standard performance)

Langkah yang ketiga yaitu membandingkan kinerja nyata dengan standar yang ditentukan.
Langkah perbandingan ini merupakan langkah aktif yang harus dikerjakan oleh manajemen
karena manajer mengevaluasi kinerja untuk melihat seberapa menyimpangnya standar yang
telah ditetapkan. Penyimpangan dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara kinerja nyata
dengan target atau standar yang ditetapkan. Seorang manajer harus mengetahui dua hal dalam
langkah ini, yaitu bentuk penyimpangan yang terjadi dan penyebab terjadinya penyimpangan.
Manajer juga harus mengetahui dan membedakan antara penyimpangan minor (kecil) yang
dapat diabaikan terlebih dahulu dan penyimpangan utama yang harus segera diambil tindakan
yang serius. Sebagai contoh, jika biaya alat-alat tulis terjadi kenaikan dari target 5% menjadi
aktual 8% maka penyimpangan tersebut dapat dikategorikan sebagai penyimpangan minor
(kecil). Namun disisi lain, jika tingkat cacat produksi bulanan meningkat terus menerus maka
dapat dikategorikan sebagai penyimpangan besar yang harus segera diambil tindakan
perbaikannya. Setelah mengetahui penyimpangan yang terjadi, seorang manajer harus segera
mencari penyebab terjadinya penyimpangan tersebut.
Langkah 4: Mengevaluasi dan melakukan tindakan koreksi/perbaikan (Taking
Corrective Action)

Langkah terakhir dari proses pengendalian ialah mengevaluasi hasil. Begitu penyimpangan
dan penyebab penyimpangan diketahui, maka perlu dilakukan tindakan lanjut. Jika
penyimpangan yang terjadi merupakan penyimpangan kecil yang masih dapat diterima maka
tidak perlu melakukan tindakan korektif. Namun jika penyimpangan yang terjadi adalah
penyimpangan besar yang telah melampai batas yang dapat diterima maka harus segera
mengambil tindakan perbaikan dan mengambil tindakan-tindakan pencegahan supaya tidak
terjadi lagi dikemudian hari. Contohnya, target tingkat kecacatan (reject rate) produk pada
suatu produksi yang dapat diterima adalah 2%, namun pada aktualnya tingkat kecacatan
produk di produksi adalah 6%. Oleh karena itu, tingkat kecacatan tersebut telah melampaui
batas yang dapat diterima sehingga diperlukan penyelidikan terhadap penyimpangan tersebut.
Setelah diselidiki, ternyata yang menyebabkan tingginya tingkat kecacatan produk ini adalah
adanya pengaturan mesin yang salah. Dengan diketahuinya penyebab terjadinya
penyimpangan tersebut, maka harus dilakukan tindakan perbaikan yaitu mengatur kembali
mesin tersebut ke pengaturan yang benar dan memberikan indikasi di mesin supaya tidak
terjadi pengaturan yang salah lagi di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai