Anda di halaman 1dari 80

TRADISI CUKURAN BAYI MASYARAKAT MUSLIM

SEBERANG KOTA JAMBI MENURUT


HUKUM ISLAM

SKRIPSI

OLEH
ZAIRI AMARULLAH
NIM: SH. 100084

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
TRADISI CUKURAN BAYI MASYARAKAT MUSLIM
SEBERANG KOTA JAMBI MENURUT
HUKUM ISLAM

SKRIPSI

OLEH
ZAIRI AMARULLAH
NIM: SH. 100084

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
ii
iii
iv
ABSTRAK

Nama : Zairi Amarullah


Jurusan : Perbandingan Mazhab dan Hukum
Judul : Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat Muslim Seberang Kota Jambi
Menurut Islam

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tradisi cukuran bayi masyarakat


muslim Sebarang Kota Jambi menurut hukum Islam. Skripsi ini menggunakan
pendekatan yuridis empiris dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Kesimpulan penelitian ini adalah kebudayaan mecukur rambut bayi ini
merupakan suatu nilai yang telah dilakukan secara turun temurun, sehingga
apapun kepercayaan yang di anut di Indonesia, hal ini tetap dilakukan. Namun
nilai-nilai tersebut jangan menyimpang dari ajaran Islam bahkan tidak diatur
dalam Al Quran dan as Sunnah. Islam mengajarkan agar kelahiran seorang bayi
disambut dengan baik dan kemudian dirawat dan diasuh agar menjadi seorang
muslim yang taat dan saleh. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal yang
ditentukan oleh agama Islam: adzan, aqiqah, pemberian nama dan mencukur
rambut serta khitanan.

Keyword: Tradisi Cukuran Bayi, Masyarakat Muslim, Hukum Islam

ix
ABSTRACT
Name : Zairi Amarullah
Major : Comparison of Schools and Laws
Title : Shaving Tradition of Muslim Communities Across the City of Jambi
According to Islam
This thesis aims to find out the shaving tradition of the Muslim
community of Sebarang City of Jambi according to Islamic law. This thesis uses
an empirical juridical approach with data collection methods carried out by
observation, interviews and documentation.
The conclusion of this study is the culture of shaving baby hair is a value
that has been carried down for generations, so that whatever beliefs are professed
in Indonesia, this is still being done. But these values do not deviate from Islamic
teachings and are not even regulated in the Qur'an and Sunnah. Islam teaches that
the birth of a baby is welcomed and then treated and cared for to become a devout
and pious Muslim. For that we need to do a number of things that are determined
by Islam: adhan, aqiqah, naming and shaving and circumcision.

Keyword: Baby Shaving Tradition, Muslim Society, Islamic Law

x
PERSEMBAHAN

Dengan hati yang tulus, dan penuh dengan kesabaran


Ku persembahkan hasil karyaku sebagai bukti dan baktiku
kepada orangku yang tercinta
Ayahanda, ibunda dan saudara
Yang selalu memberi motivasi dan dorongan
Semoga amal baiknya dibalas Allah

v
MOTTO

)٢·٨ :‫(البقرة‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu
(QS. Al-Baqarah: 208).

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................ v
MOTTO ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Batasan Masalah .................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 6
E. Kerangka Teori ...................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka .................................................................... 13

BAB II METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ............................................................ 16
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 16
C. Setting dan Subjek Penelitian ................................................ 17
D. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 18
E. Analisis Data .......................................................................... 19
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 22
G. Jadwal Penelitian ................................................................... 22

xi
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Seberang Kota Jambi ................................................ 24
B. Gambaran Umum Kelurahan Pasir Panjang .......................... 32
1. Sejarah.............................................................................. 32
2. Letak Geografis ................................................................ 33
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama, Pendidikan
dan Ekonomi .................................................................... 34
4. Struktur Pemerintahan ..................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat Muslim Sebarang Kota
Jambi ...................................................................................... 49
B. Pandangan Hukum Islam tentang Tradisi Cukuran
Bayi Masyarakat Muslim Sebarang Kota Jambi .................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran-Saran ............................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR SINGKATAN

UUD : Undang-undang Dasar


OKU : Ogan Komiring Ulu
KH : Kiyai Haji
JL : Jalan
No : Nomor
KM : Kilometer
PNS : Pegawai Negeri Sipil
TNI : Tentara Nasional Indonesia
POLRI : Polisi Republik Indonesia

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an dan As-Sunnah banyak memberikan tuntunan mengenai

pembinaan anak. Anak bukan sekedar buah hati, pelengkap kebahagiaan atau

hanya menyambung keturunan. Lebih dari itu, anak adalah harapan yang

dapat menyambung dan meneruskan estafet perjuangan dalam menegakkan

risalah Islam di muka bumi ini, anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah

SWT. kepada orang tuanya. Karena itu, orang tua harus menjaga dan

memelihara amanah yang diberikan Allah SWT. kehadiran seorang anak harus

dipersiapkan sedemikian rupa oleh orang tuanya. Tidak cukup hanya dengan

ucapan syukur, memberinya nama yang indah dan sebagainya tetapi juga tidak

kalah pentingnya adalah pembinaan yang Islami sehingga ia dapat

berkembang sesuai dengan nilai-nilai fitrah yang dibawanya.

‫ﻜﻞﻤﻭﻠﻭﺪﻴﻭﻠﺪﻋﻠﻰﺍﻠﻔﻄﺭﺓﻔﺄﺑﻭﺍﻩﻴﻬﻭﺪﺍﻧﻪﺃﻭﻴﻧﺻﺭﺍﻧﻪﺃﻭﻴﻤﺠﺴﺎﻧﻪ‬
)‫(رواه ﺍلبخﺎﺭيﻭاﻟﻣﺴﻟﻢ‬
Artinya: “Setiap anak terlahir dalam keadaan suci. Kedua orang tuanyalah
yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi” (HR.
Bukhari dan Muslim).1

Berdasarkan hadits di atas dapat di kemukakan bahwa setiap anak yang

lahir dalam keadaan fitrah. Kemudian faktor yang paling dominan yang

mempengaruhi pembentukan orientasi hidupnya dapat dilihat dari tiga hal,

1
Al-Marhum As-Sayyid Al-Hasyimi. Muhtarul Hadits An-Nabawiyah. Cet. 6., h. 156.
1
2

yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Islam mengajarkan agar kelahiran

seorang bayi disambut dengan baik dan kemudian dirawat dan diasuh agar

menjadi seorang muslim yang taat dan saleh. Untuk itu perlu dilakukan

beberapa hal yang ditentukan oleh agama Islam: a. Adzan b. Aqiqah c.

Pemberian Nama dan Mencukur Rambut d. Khitanan.2

Upacara cukuran telah membudaya dalam masyarakat Indonesia, hal ini

dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala

macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan

syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mengkaruniakan

seorang anak yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan

pada saat bayi berumur 40 hari.

Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan

disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting yang

digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur

rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau

disebut marhaban atau pujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad saw.

dan membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia

akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting sedikit oleh

beberapa orang yang berdoa pada saat itu.

Kebudayaan mecukur rambut bayi ini merupakan suatu nilai yang telah

dilakukan secara turun temurun, sehingga apapun kepercayaan yang di anut di

Indonesia, hal ini tetap dilakukan. Kebudayaan, pada dasarnya adalah hasil

2
Departemen Agama, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Sakinah I, (Jakarta:Direktorat
Jenderal, 2003), hal. 53.
3

karya, cipta, rasa, karsa manusia. Dan setiap kebudayaan mempunyai maksud

tersendiri yang berisikan nilai-nilai. Nilai-nilai inilah yang mengambil peran

dalam setiap langkah manusia dalam melakukan sesuatu. Namun nilai-nilai

tersebut jangan menyimpang dari ajaran Islam bahkan tidak diatur dalam Al

Quran dan as Sunnah. 3

Budaya mencukur rambut si kecil telah dikenal turun temurun. Para

umat muslim biasa menyelenggarakan upacara cukuran saat anaknya berusia

40 hari dengan maksud membersihkan atau menyucikan rambut si kecil dari

segala macam najis dan diharapkan nantinya si kecil akan tumbuh sehat dan

dijauhkan dari berbagai macam penyakit. Selain itu upacara ini juga

merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah

mengaruniakan seorang anak.

Pada pelaksanaan upacara ini biasanya para pemuka agama setempat

akan hadir dan membacakan doa-doa. Si kecil digendong bapak atau

kakeknya akan digunting rambutnya oleh semua yang hadir dengan cara

mencelupkan gunting terlebih dahulu ke dalam air kembang 7 rupa sebelum

menggunting beberapa helai rambut si kecil. Potongan rambut diletakkan di

dalam kelapa hijau yang telah dilubangi atasnya. Berikutnya para penggunting

rambut ditetesi minyak wangi pada bajunya, beberapa hari kemudian barulah

rambut bayi dicukur habis.

Seluruh potongan rambut si kecil ditimbang di timbangan emas dan

dinilai seharga nilai emas yang nantinya akan disumbangkan kepada fakir

3
Jurnal Potong Rambut Anak, Cara dan Manfaatnya https://jurnalpediatri.com/
2016/02/29/407
4

miskin sebagai sedekah. Setelah ditimbang barulah kelapa yang berisi rambut

dikubur. Sedekah di sini mengandung harapan agar si kecil kelak menjadi

orang yang bermanfaat bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama, serta

berbakti kepada orang tuanya. Ini mengingatkan kepada kelapa yang seluruh

bagian pohonnya berguna bagi manusia.

Ada anggapan di masyarakat bahwa hal yang bid’ah dalam acara

syukuran adalah pembacaan kitab Barzanzi karena terdapat kalimat pujian

yang berlebihan dan menjadi syirik pemahamannya seperti yang dilakukan

masyakarat seberang Kota Jambi. Sebenarnya hal yang menjadi syariat utama

dalam Islam ketika kelahiran bayi adalah melakukan akikah namun terdapat

masyarakat yang lebih mementingkan acara perkumpulan dengan melakukan

marhabahan yang tidak ada syariatnya. Tujuan, hikmah dan manfaat dari

akikah adalah: Akikah merupakan kurban untuk mendekatkan diri kepada

Allah, yang ditujukan (pahalanya) untuk bayi yang baru lahir ke alam dunia.

Akikah merupakan alat untuk melepas gadaian (ikatan) pada si bayi yang baru

dilahirkan. Sebab seorang anak dalam keadaan tergadai (terikat) dengan

akikahnya. Menurut Imam Ahmad, maksud tergadai disini adalah tertahannya

syafaat sang anak untuk kedua orangtuanya. Akikah merupakan fidyah

(tebusan) untuk menebus si anak, sebagaimana Allah Subhanahuwa Ta'ala

menebus Isma'il yang akan disembelih dengan seekor kambing yang sangat

besar.4

4
http://stmaulidya.blogspot.co.id/2014/06/makalah-tradisi-melayu_23.html
5

Umat Islam di seberang Kota Jambi tidak sedikit yang belum

memahami hukum Islam, terutama menyangkut hukum-hukum yang sunnah.

Karena itu umat Islam banyak yang melupakan bahkan meninggalkan sunnah-

sunnah Rasulullah saw., seperti dalam masalah aqiqah terhadap anak yang

baru dilahirkan. Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita

yang tergadai. Aqiqah juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas

anugerah, sekaligus amanah yang di berikan Allah SWT. terhadap kita.

Aqiqah juga sebagai upaya kita menghidupkan sunnah rasul SAW, yang

merupakan perbuatan yang terpuji, mengingat saat ini sunnah tersebut mulai

jarang di laksanakan oleh kaum muslimin. Dalam kondisi apapun ibadah

harus dilakukan dengan sebaik-baiknya serta setiap saat perlu meningkatkan

pengetahuan agama, khususnya pengetahuan agama yang berkaitan dengan

konsep Islam tentang kehidupan berkeluarga dan kegiatan itu sesuai dengan

yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.5 Nabi mengatakan bahwa hewan

yang disembelih untuk seorang bayi seyogyanya bertujuan untuk ibadah,

seperti kurban dan hadyu (binatang yang disembelih oleh jamaah haji).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bermaksud

untuk membahas: Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat Muslim Sebarang

Kota Jambi Menurut Hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pemaparan yang telah penyusun kemukakan di atas,

maka bisa di tarik pokok masalah sebagai berikut:

5
http://asysyariah.com/mencukur-rambut-bayi/
6

1. Bagaimana tradisi cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang tradisi cukuran bayi

masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada tradisi cukuran bayi masyarakat muslim

Sebarang Kota Jambi, khususnya di Kelurahan Pasir Panjang kecamatan

Danau Teluk, menurut hukum Islam.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui tradisi cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang

Kota Jambi.

b. Ingin mengetahui pandangan hukum Islam tentang tradisi cukuran

bayi masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

a. Menambah cakrawala ilmiah bagi perkembangan wacana hukum

Islam khususnya dalam kasus pandangan hukum Islam tentang tradisi

cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi.

b. Memberikan pemahaman dan informasi mengenai pandangan hukum

Islam tentang tradisi cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang Kota

Jambi.

c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu

(S1) pada Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH), Fakultas


7

Syariah, institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin

Jambi.

E. Kerangka Teori

1. Tradisi/Hukum Adat

Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah)

atau adat yang berlaku bagi semua orang dalam suatu masyarakat (negara);

undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup dalam

masyarakat; patokan (kaidah, ketentuan) mengenai suatu peristiwa (alam

dsb) yg tertentu; keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim

(dalam pengadilan); vonis.6 Adat adalah aturan (perbuatan dsb) yang lazim

diturut atau dilakukan sejak dahulu kala: kebiasaan; cara (kelakuan dsb)

yang sudah menjadi kebiasaan: cukai menurut peraturan yang berlaku (di

pelabuhan dsb).7

Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan

dalam Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah

meresap kedalam Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah

di Indonesia telah menganal dan menggunakan istilah tersebut. Adat atau

kebiasaan dapat diartikan sebagai berikut : “Tingkah laku seseoarang yang

terus-menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat

luar dalam waktu yang lama”. Dengan demikian unsure-unsur terciptanya

adat adalah:

6
Anonim, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusata Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hlm. 531.
7
Ibid., hlm. 11.
8

a. Adanya tingkah laku seseorang

b. Dilakukan terus-menerus

c. Adanya dimensi waktu.

d. Diikuti oleh orang lain/ masyarakat.8

Dikutip dari Modul Hukum Adat, sejumlah ahli menjelaskan

mengenai Hukum adat.

e. Dalam kepustakaan Hukum Adat orang yang pertama kali memakai

istilah Hukum Adat yaitu Prof. Dr. C. Snouk Hurgronye dalam

bukunya De Atjehers. Hukum ada dalam kenyataannya di masyarakat

tidak statis, mengikuti perkembangan jaman dan ikuti unsur-unsur

pembentuknya. Unsur-unsur pembentuk hukum ada ada dua (2) yaitu:

1) unsur Kenyataan. Adat dalam keadaan sama selalu ditaati oleh

masyarakat, 2) Unsur Psikologis. Ada keyakinan dari masyarakat,

bahwa hukum adat mempunyai kekuatan untuk ditaati sehingga

menimbulkan kewajiban hukum (Opinium Yuris Necissetis), jadi

apabila orang tersebut dimasyarakat tidak menjalankan ketentuan

hukum adat dengan baik dinilai oleh masyarakat kurang baik.

f. Prof. Supomo, hukum adat ialah hukum yang tidak tertulis yang berada

di dalam peraturan legislatif (Unstatory Law) atau hukum adat adalah

hukum yang tak tertulis yang timbul dari keputusan-keputusan hukum

(Judge Mad Law.

g. Dr. Sukanto, Hukum adat adalah kumpulan daripada adat yang tidak

8
Bewa Ragawino, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia (Bandung: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, 2008), hlm. 1.
9

dibukukan yang mempunyai sifat paksaan (sanksi) serta mempunyai

akibat hukum itu pula.

h. Prof. Joyodiguno, Hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber

pada peraturan.9

Dalam Batang Tubuh UUD 1945, tidak satupun pasal yang

mengatur tentang hukum adat. Oleh karena itu, aturan untuk berlakunya

kembali hukum adat ada pada Aturan Peralihan UUD 1945 Pasal II, yang

berbunyi: “Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung

berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang

Dasar ini”.

Hukum adat kita mempunyai corak-corak tertentu adapun corak-

corak yangterpenting adalah:

a. Bercorak Relegiues- Magis: Menurut kepercayaan tradisionil

Indonesia, tiap-tiap masyarakat diliputi oleh kekuatan gaib yang harus

dipelihara agar masyarakat itu tetap aman tentram bahagia dan lain-

lain. Tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib serta

tidak ada pemisahan antara berbagai macam lapangan kehidupan,

seperti kehidupan manusia, alam, arwah-arwah nenek moyang dan

kehidupan makluk-makluk lainnya. Adanya pemujaan-pemujaan

khususnya terhadap arwah-arwah darp pada nenek moyang sebagai

pelindung adat-istiadat yang diperlukan bagi kebahagiaan masyarakat.

Setiap kegiatan atau perbuatan-perbuatan bersama seperti membuka

9
Heru Kuswanto, Modul: Hukum Adat, (Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Narotama
Surabaya, 2011), hlm. 1.2.
10

tanah, membangun rumah, menanam dan peristiwa-pristiwa penting

lainnya selalu diadakan upacara-upacara relegieus yang bertujuan agar

maksud dan tujuan mendapat berkah serta tidak ada halangan dan

selalu berhasil dengan baik. Arti Relegieus Magis adalah bersifat

kesatuan batin, ada kesatuan dunia lahir dan dunia gaib, ada hubungan

dengan arwah-arwah nenek moyang dan makluk-makluk halus lainnya,

percaya adanya kekuatan gaib, pemujaan terhadap arwah-arwah nenek

moyang, setiap kegiatan selalu diadakan upacara-upacara relegieus,

percaya adnya roh-roh halus, hatu-hantu yang menempati alam

semesta seperti terjadi gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang,

batu dan lain sebagainya, percaya adanya kekuatan sakti dan adanya

beberapa pantangan-pantangan

b. Bercorak Komunal atau Kemasyarakatan. Artinya bahwa kehidupan

manusia selalu dilihat dalam wujud kelompok, sebagai satu kesatuan

yang utuh. Individu satu dengan yang lainnya tidak dapat hidup

sendiri, manusia adalah makluk sosial, manusia selalu hidup

bermasyarakatan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari

padkepentingan perseorangan. Secara singkat arti dari komunal adalah

manusia terikat pada kemasyarakatan tidak bebas dari segala

perbuatannya, setiap warga mempunyai hak dan kewajiban sesuai

dengan kedudukannya, hak subyektif berfungsi sosial, kepentingan

bersama lebih diutamakan, bersifat gotong royong, sopan santun dan

sabar, sangka baik, dan saling hormat menghormati


11

c. Bercorak Demokrasi. Bahwa segala sesuatu selalu diselesaikan dengan

rasa kebersamaan, kepentingan bersama lebih diutamakan dari pada

kepentingan-kepentingan pribadi sesuai dengan asas permusyawaratan

dan perwakilan sebagai sistem pemerintahan. Adanya musyawarah di

Balai Desa, setiap tindakan pamong desa berdasarkan hasil

musyawarah dan lain sebagainya.

d. Bercorak Kontan. Pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus

dilakukan pada saat yang bersamaan yaitu peristiwa penyerahan dan

penerimaan harus dilakukan secara serentak, ini dimaksudkan agar

menjaga keseimbangan didalam pergaulan bermasyarakat.

e. Bercorak Konkrit. Artinya adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap

perbuatan atau keinginan dalam setiap hubungan-hubungan hukum

tertentu harus dinyatakan dengan benda-benda yang berwujud. Tidak

ada janji yang dibayar dengan janji, semuanya harus disertai tindakan

nyata, tidak ada saling mencurigai satu dengan yang lainnya. 10

Sumber-sumber hukum adat adalah:

a. Adat-istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat

b. Kebudayaan tradisionil rakyat

c. Ugeran/Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli

d. Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat

e. Pepatah adat

f. Yurisprudensi adat

10
Bewa Ragawino, Op. Cit., hlm. 10-13.
12

g. Dokumen-dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat

ketentuan-ketentuan hukum yang hidup.

h. Kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh Raja-Raja.

i. Doktrin tentang hukum adat

j. Hasil-hasil penelitian tentang hukum adat nilai-nilai yang tumbuh dan

berlaku dalam masyarakat.11

2. Cukuran

Bersama akikah setiap muslim disunnahkan mencukur rambut bayi.

Rambut yang telah dicukur ini ditimbang beratnya untuk kemudian dinilai

dengan 'perak' (bukan emas) sesuai berat timbangan tersebut dan uangnya

disedekahkan.

Hukum mencukur sebagian rambut kepala tidak ada ketentuan

apakah harus digundul atau tidak. Tetapi yang jelas pencukuran tersebut

harus dilakukan dengan rata; tidak boleh hanya mencukur sebagian kepala

dan sebagian yang lain dibiarkan. Tentu saja semakin banyak rambut yang

dicukur dan ditimbang semakin -insya Allah- semakin besar pula

sedekahnya.

Adat mencukur rambut bayi yang baru dilahirkan sebenarnya

bukanlah hanya sekedar tradisi yang sudah lama melekat di masyarakat,

tetapi juga anjuran dan ajaran agama. Tentu dibalik tradisi mencukur

rambut terdapat banyak manfaat, banyak nilai positif terutama bagi

kesehatan bayi. Tradisi mencukur rambut bayi merupakan suatu perayaan

11
Ibid., hlm. 15.
13

bagi sebuah keluarga karena hadirnya sebuah pelita hati, permata baru.

Perlu mengundang kerabat dekat, sahabat atau tetangga untuk ikut

menyaksikan kebahagiaan yang dirasakan keluarga itu sekaligus

memberikan nama yang bagus yang bermakna do’a, agar setiap orang

yang memanggil namanya ikut mendo’akan sesuai nama si bayi.

Selepas tujuh hari daripada hari bersalin itu, lazimnya diadakan

kenduri nasi kunyit, karena itulah harinya adat mencukur rambut kepala si

bayi itu dijalankan dan sekaliannya memberi nama kepada si bayi/anak.

Tetapi adakalanya upacara itu dilaksanakan agak berlainan, artinya tidak

mengikut kepada ketentuan memberi nama anak pada saat upacara

pencukuran rambut. Disebabkan, ada yang melakukan pencukuran rambut

itu, ketika bayi telah berumur satu atau satu setengah tahun. Adakalanya

pula ketika anak telah pandai berjalan. Upacara memotong rambut atau

mencukur rambut ini mempunyai maksud, konon – untuk membuang sial

pada rambut yang dibawa sejak lahir. Selain itu kononnya, ujung rambut

yang dibawa sejak lahir itu, jika tidak dibuang, si bayi akan senantiasa

dirundung malang.

F. Tinjauan Pustaka

Mungkin sudah banyak kajian-kajian yang membahas tentang hukum

cukuran bayi menurut hukum Islam yang dapat kita lihat dalam kitab-kitab

fiqih, kedokteran maupun dalam pandangan yang lain. Namun setelah penulis

mengadakan penelusuran mengenai pembahasan tersebut, ternyata kajian

mengenai ini belum spesifik dibahas.


14

Sepanjang penelusuran penulis mengenai kajian ini, belum ada sebuah

karya yang secara khusus membahas mengenai cukuran dalam hukum Islam.

Penelitian tentang aqiqah ini telah banyak dilakukan, antara lain oleh Jepri

Arison (2004) yang berjudul “Persepsi Masyarakat Desa Tanjung dalam

Kecamatan Rambang Muara Enim terhadap pelaksanaan Aqiqah”. Penulis

skripsi ini menyimpulkan bahwa aqiqah menurut pemah aman masyarakat

Desa Tanjung Dalam adalah penyembelihan kambing untuk kelahiran seorang

anak pada hari ketujuh, empat belas, dua puluh satu dan ada juga yang

melaksanakan aqiqah itu diwaktu lain. Dua ekor kambing untuk anak laki-laki

dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Bedanya penulis skripsi ini

dengan penulis yaitu pada umumnya masyarakat di Desa Pedu Kecamatan

Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir masih banyak yang tidak melaksanakan

aqiqah ketika anak mereka lahir.

Penelitian selanjutnya oleh Rahmi Mahmudah (2000) yang berjudul

“Konsep hukum Islam tentang hewan aqiqah selain kambing”. Penulis skripsi

ini menyimpulkan bahwa aqiqah adalah ibadah yang bersifat anjuran dan

hukumnya sunnah, dan aqiqah boleh dengan hewan selain kambing, yaitu

domba, onta, sapi atau kerbau.

Penelitian selanjutnya oleh Kamtari (1995) yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam terhadap pelaksanaan ibadah qurban di Desa Tanjung Harapan

Kec.Pulau Beringin OKU”. Penulis skripsi ini menyimpulkan bahwa tinjauan

hukum Islam terhadap pelaksanaan ibadah qurban yang selama ini dilakukan

di Tanjung Harapan, ada yang sudah mempunyai kesamaan dengan syari’at


15

Islam dan ada pula yang berbeda atau tidak cocok dengan syari’at Islam.

Adapun kesamaannya adalah dari segi waktu pelaksanaan dilakukan pada

tanggal 10, 11, 12 dan 13 pada bulan Dzulhijjah setelah selesai sholat ied pada

hari raya idul adha.

Adapun yang tidak cocok dengan syari’at Islam yaitu: pelaksanaan

ibadah qurban terlalu banyak memerlukan waktu, biaya dan tenaga. Sehingga

terjadi pemborosan, dan sering menimbulkan kecekcokan di antara sesama

keluarga.
16

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka secara metodologis

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif komparatif dengan maksud

untuk mendapatkan pemahaman tentang tujuan serta esensi dari pendapat dari

pandangan hukum Islam tentang tradisi cukuran bayi masyarakat muslim

Sebarang Kota Jambi, untuk kemudian memperoleh suatu konsep yang lebih

relevan.

Kajian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif-

analitis-komparatif, yakni mendeskripsikan atau menguraikan data-data yang

berkaitan dengan pandangan hukum Islam tentang tradisi cukuran bayi

masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi yang telah diperoleh dan data-data

dari segi adat untuk kemudian dianalisa guna mendapatkan suatu pandangan

ataupun kesimpulan yang relevan pada saat ini. Penelitian ini berusaha untuk

menelusuri tentang perumusan hukum tentang tradisi cukuran bayi masyarakat

muslim Sebarang Kota Jambi.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian pustaka (library

research) dengan bahan pustaka yang berkaitan pembahasannya dalam

penelitian ini, baik bahan primer maupun bahan sekunder.

16
17

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. 12 Data primer

yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data utama

tentang pandangan hukum Islam tentang tradisi cukuran bayi

masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi, sumber primer data

wawancara dan observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah,

koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. 13 Data sekunder

dalam penelitian ini adalah data yang mendukung kajian tradisi

cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi menurut

hukum Islam, dengan sumber sekunder adalah dokumentasi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dimana data ini diambil.

Sumber data untuk kajian literatur berkaitan dengan literatur itu sendiri

yang menjadi bahan utama penyusunan setiap content draf penelitian.

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kelurahan Pasir Panjang, dengan alasan

masih dihadapkan pada permasalahan tradisi cukur bayi menurut hukum


12
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Sulthan Thaha Press, 2007,
hlm. 87.
13
Ibid., hlm. 91.
18

Ilsma, dan permasalahan ini belum pernah diteliti oleh peneliti

sebelumnya, di samping kemudahan akses data dari lapangan.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah luran Kelurahan Pasir Panjang, tokh

adat dan tokoh agama yang diambil dengan melakukan upaya menetapkan

informan kunci (key informan) adalah Lurah Pasir Panjang, tokoh agama

dan tokoh adat sebagai responden dijadikan informan tambahan. Subjek

dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian

lagi didatangi untuk diamati atau diobservasi secara langsung. Hal ini

dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui

wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik

triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data/informasi di

lapangan, maka penulis mengunakan metode:

1. Observasi

Observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.14 Melalui

kegiatan observasi maka penulis langsung mengadakan pengamatan secara

langsung ke lokasi tentang tradisi cukuran bayi masyarakat muslim

Sebarang Kota Jambi.

14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm.. 146
19

2. Wawancara

Wawancara adalah mengumpulkan informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula15 Melalui wawancara maka penulis mengadakan dialog langsung

kepada para informan yaitu memberikan beberapa pertanyaan yang

diperlukan, kemudian mencatat hasil wawancara guna memperoleh suatu

gambaran permasalahan yang diteliti yaitu tradisi cukuran bayi masyarakat

muslim Sebarang Kota Jambi menurut hukum Islam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data mengenal hal-hal atau

variabel berupa catatan, benda-benda tertulis, buku, dokumen, dan

peraturan-peraturan.16 Melaui dokumentasi dimaksud maka penulis

langsung mengadakan pencatatan data-data yang berupa jumlah penduduk

berdasarkan agama, pendidikan dan mata pencaharian, dan gambar

struktur organisasi desa dan beberapa catatan penting lainnya.

E. Analisis Data

1. Hasil Riset Kepustakaan

Hasil data perpustakaan penulis menggunakan analisis melalui

proses berfikir:

15
Ibid., hlm. 145
16
Ibid., hlm. 206.
20

a. Induktif, yaitu melalui proses berfikir dengan mengemukakan suatu

permasalahan yang bersifat khusus, kemudian dibahas kepada

permasalahan yang bersifat umum.17

b. Deduktif, yaitu suatu proses berfikir dengan mengemukan

permasalahan yang bersifat umum, kemudian dibahas kepada

permasalahan yang bersifat khusus. 18

c. Metode komparatif, yaitu membandingkan faktor-faktor yang lain

yang diambil dari defenisi-defenisi dan juga materi yang berkaitan

dalam arti membandingkan data mana yang lebih valid akan kebenaran

data tersebut.19

2. Hasil Riset Lapangan

Untuk data dilapangan, maka penulis menggunakan analisis

kualitatif, yaitu dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi

data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di

lapangan.20 Analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat

17
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 42
18
Ibid., hlm. 36.
19
Ibid., hlm. 40
20
A. Michael Huberman dan Matthew B Miles, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI, 1992,
hlm. 16.
21

ditarik dan diverifikasi mengenai tradisi cukuran bayi masyarakat

muslim Sebarang Kota Jambi menurut hukum Islam.

b. Penyajian Data

“Penyajian data sebagai sekumpulan data/ informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.”21 Penyajian-penyajian yang dibahas dalam

penelitian ini meliputi berbagai jenis model yang dirancang dengan

menggabungkan informasi yang tersusun tentang tradisi cukuran bayi

masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi menurut hukum Islam.

c. Verifikasi/Penarikan kesimpulan

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

dalam fikiran penganalisis selama ia menulis suatu tinjauan ulang

pada catatan. Catatan lapangan atau mungkin menjadi begitu seksama

dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar fikiran

antara teman sejawat.22 Dalam pengertian ini analisis kualitatif

merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus.

Masalah reduksi data penyajian data dan penarikan

kesimpulan/verivikasi menjadi gambaran keberhasilan secara

berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul

menyusul tentang tradisi cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang

Kota Jambi menurut hukum Islam.

21
Ibid., hlm. 17.
22
Ibid., hlm. 19
22

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi kepada lima bab, antara babnya ada

yang terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-

permasalahan tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan

bab yang berikutnya. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

Bab Pertama: Membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari sub bab

sebagai berikut : latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode

penelitian, sistematika penulisan.

Bab Kedua: Membahas mengenai metode penelitian.

Bab Ketiga: Membahas mengenai Cukuran dalam Islam.

Bab Keempat: Membahas mengenai pandangan hukum Islam tentang tradisi

cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi.

Bab Kelima: penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan

dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan hasil

seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka

penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam

waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan

pembimbing sebelum diajukan kepada sidang munaqasah. Adapun jadwal

kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:


23

Tabel 1
Jadwal Penelitian
Bulan

No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember


Januari
2017 2017 2017 2017 2017
2017
2017
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Pembuatan x x x
Proposal
2. Perbaikan x
Hasil Seminar
3. Pengumpulan x x x x x x
Data,
Verifikasi dan
Analisa Data
4. Membuat x x x x x
Laporan
Penelitan/Draf
Skripsi
5. Konsultasi x x x X x x x x x x x
pembimbing
6. Perbaikan x
7. Penggandaan x
Laporan
Catatan: Jadwal Berubah Sesuai Waktu
24

BAB III

GAMBARAN UMUM SEBARANG KOTA JAMBI

A. Sejarah Seberang Kota Jambi

Seberang Kota Jambi atau Sekoja adalah bagian utara Kota jambi yang

dipisahkan oleh sungai Batanghari. Walaupun hanya berjarak beberapa ratus

meter dari pusat Kota, namun Sekoja jauh tertinggal dibandingkan dengan

bagian Kota Jambi yang lain. Tidak ada gedung tinggi, apalagi mall, yang ada

hanyalah rumah-rumah panggung khas Jambi.

Seberang Kota Jambi adalah wajah Kota Jambi sebenarnya, tempat

warga asli melayu jambi tinggal beserta adat istiadatnya, serta tempat

peninggalan benda bersejarah yang masih bertahan dan terjaga baik dari

gerusan zaman. Sekoja bersebelahan dengan pusat kota Jambi, namun untuk

menuju kesana harus melintasi sungai Batanghari dahulu. Anda dapat

menggunakan Getek (atau Ketek) ataupun perahu wisata tradisional Jambi

yaitu “Kajang Lako”.

Perjalanan dengan perahu dari Pusat Kota menuju Sekoja hanya

membutuhkan waktu 10-15 menit, dengan biaya 2000-5000 saja. Selain dapat

ditempuh dengan jalur air, bisa juga ditempuh dengan menggunakan jalur

darat namun memakan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-40 menit. Kita

harus berkendara ke Barat dahulu untuk melintasi Jembatan Aurduri

(Batanghari I), baru kemudian memutar balik ke arah Sekoja. Kita juga bisa

24
25

melalui Jembatan batanghari II di sebelah timur, namun memakan waktu yang

cukup lama.23

Begitu sampai di Sekoja, anda tidak akan merasa di dalam kota, namun

terasa berada di tengah perkampungan tradisional. Sekoja memang seperti

kampung di tengah Kota. Jika anda ingin melihat masyarakat Melayu Jambi

disinilah tempatnya, disini mereka masih menjaga tradisi secara turun

temurun. Mulai dari rumah yang mereka tempati yang sebagian besar masih

berupa rumah panggung khas Jambi. Arsitektur rumah tradisional di Sekoja

adalah perpaduan antara budaya Melayu, Tionghoa, dan Arab, karena ketiga

budaya inilah yang memang sejak awal membentuk kawasan Sekoja menjadi

seperti adanya sekarang.

Salah satu rumah tua yang sekarang menjadi benda cagar budaya adalah

Rumah Batu, rumah yang berada di Jl. KH Ibrahim RT 02 Kelurahan Pasir

Panjang, Kecamatan Danau Teluk. Rumah ini merupakan peninggalan Sayyid

Idrus bin Hasan Al-Jufri, salah seorang penyiar agama Islam pertama yang

masuk Jambi.

Sayyid Idrus adalah sultan atau raja yang berkuasa di daerah itu pada

dekade akhir abad ke-19 dengan gelar Pangeran Wiro Kusumo. Beliau

merupakan seorang ulama keturunan Arab atau Yaman. Sayyid Idrus bin

Hasan Al Jufri wafat tahun 1902 dan dimakamkan di depan masjid Ikhsaniyah

yang didirikannya. Kini sekali dalam setahun keluarga besar beliau

menyelenggarakan peringatan wafatnya Habib Idrus bin Hasan Al Jufri yang

23
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
26

dipusatkan di masjid ini. peringatan tersebut di agendakan sekali dalam

setahun, oleh pihak keluarga dan masyarakat muslim Sekoja (seberang kota

Jambi) sebagai bentuk penghormatan atas jasa jasa beliau. Peringatan tersebut

setiap tahun turut juga dihadiri oleh tokoh agama, alim ulama, cendikiawan,

gubernur dan undangan lainnya.

Tanggal kelahiran Sayyid Idrus ini tidak diketahui, satu-satunya

informasi dari dokumen Belanda yang menyebutkan bahwa pada tahun 1879,

Sayyid Idrus berumur lebih dari 40 tahun. Bisa dikatakan bahwa beliau

dilahirkan di Jambi sebelum tahun 1839 dari seorang ayah asli Arab atau

Yaman. Masih berdasarkan dokumen Belanda, disebutkan bahwa Sayyid Idrus

wafat di tahun 1905 meskipun di makam beliau dicantumkan angka 1902

sebagai tahun kematiannya.

Sayyid Idrus merupakan salah satu keluarga Al-Jufri di Jambi yang

berasal dari golongan Sayyid (said). Keluarga Al-Jufri di Jambi turut

memainkan peran mereka dalam perpolitikan sejak tahun 1812. Keluarga Al-

Jufri yang datang ke Nusantara kemudian menikah dengan putri dari kalangan

bangsawan karena memang wanita Arab tidak turut serta bermigrasi ke

Nusantara.24

Kelauarga Arab memainkan peran penting sebagai mediator antara

penguasa lokal dengan penguasa penjajahan Belanda. Selain itu juga menjadi

juru bicara antara keluarga Al-Jufri terhadap keraton Jambi dan Penguasa

penjajahan Belanda. Sayyid Idrus memegang peran unik tersebut direntang

24
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
27

waktu 1860 hingga wafatnya di tahun 1902 atau 1905. Sayyid Idrus menikah

dengan Putri Sultan Nazaruddin dan mendapatkan gelar Pangeran Wiro

Kusumo langsung dari Sultan.

Gelar Pangeran ini juga memberi kekuasaan kepada Sayyid Idrus untuk

menjadi “pepati dalam” di keraton Jambi yang mengambil peran Sultan pada

saat Sultan tidak ditempat. Menurut dokumen Belanda, pangeran Wiro

Kusumo memainkan peran yang sangat penting ini di tahun 1858-1881 ketika

Sultan Nazaruddin lebih banyak memilih mengasingkan diri ke tempat yang

jauh dari keraton untuk menjaga jarak dengan penguasa penjajah Belanda di

Jambi. Mungkin itu sebabnya beberapa penulis bahkan sempat menyebut

pangeran Wiro Kusumo sebagai Sultan Jambi. Bisa di maklumi, karena

Pangeran Wiro Kusomo memang memiliki pengaruh yang begitu besar di

keraton Jambi, selain sebagai menantu dari Sultan Nazaruddin beliau juga

merupakan besan dari Sultan Thaha Syaifuddin, Sultan Jambi Terahir yang tak

lain juga merupakan ipar-nya sendiri.

Banyak orang bilang, Rumah Batu dulunya adalah istana. Dari

bangunan ini sangat nampak sekali perpaduan dari Melayu, Cina dan Arab.

Namun sayangnya kondisi Rumah Batu ini sudah sangat memprihatinkan.

Dinding-dindingnya sudah ditumbuhi lumut, tumbuh-tumbuan pakis, dan

rerumputan. Papan pintu pun sudah terlihat lapuk dan berlubang. Sementara,

daun-daun kering berserakan di halaman. Rumah yang sebenarnya megah dan


28

cantik ini malah terkesan angker dan menyeramkan. Sebagian besar yang

datang kemari hanya untuk ber foto Pre-wedding saja.25

Suasana Islam sangat kental sekali di Sekoja, terbukti dengan

banyaknya Masjid, Madrasah dan Pondok Pesantren. Disini terdapat Masjid

tertua di Kota Jambi yaitu Masjid Ikhsaniyyah atau yang lebih dikenal dengan

nama Masjid Batu. Masjid ini didirikan pada tahun 1880 oleh Sayyid Idrus.

Masjid Batu ini didirikan Sayyid Idrus untuk memenuhi fungsi tempat ibadah

bagi masyarakat seberang kota Jambi. Masyarakat kota Jambi waktu itu yang

sudah fanatik keislamannya memanfaatkannya sebagai tempat ibadah dan

kegiatan sosial lainnya. Bangunan masjid ini telah mengalami perluasan oleh

pemerintah Belanda semasa penjajahan dengan mempertahankan ciri ciri khas

utamanya demi menjaga nilai historis-nya. Masjid ini berada di Jalan KH.

Ibrahim, RT 05 Kelurahan Pasir Panjang, Kecamatan Danau Teluk Kota

Jambi.

Bangunan dalam masjid dipenuhi dengan hiasan kaligrafi berbagai

rupa. Mimbar asli berdiri anggun di sisi kanan mihrab. Sementara beduk

peninggalan terdahulu berada di bagian belakang ruang salat. Ciri mencolok

dari masjid ini adalah banyaknya jendela. Jendela-jendela yang dipasang

berpasangan itu mengelilingi masjid. Hanya tembok mihrab yang tak

berjendela. Sekitar tahun 60-an, Masjid Ikhsaniyyah merupakan tempat orang

menyelesaikan sengketa. Jika ada orang berselisih perihal kepemilikan tanah,

tuduhan mencuri, dan lain sebagainya orang akan membawa perkara itu ke

25
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
29

masjid dan mengambil sumpah dengan disaksikan para penduduk dan pemuka

agama.26

Hingga kini, masih ada kebisaaan dan adat istiadat yang dilakukan

Sayyid Idrus (Pangeran Wiro Kusumo) semasa hidup yang masih dilakukan

keturunan dan pengikutnya sampai sekarang. Salah satunya adalah menyantap

makan dalam tempeh (wadah besar) ramai-ramai. Tradisi seperti itu memang

merupakan salah satu tradisi para ulama yang berasal dari Yaman yang

kemudian berkembang di tanah air. Tadisi yang sama dapat juga dijumpai di

masjid masjid tua lainnya di tanah air seperti di Masjid Sultan Palembang

ataupun Masjid Al-Hawi di Condet, Jakarta.

Menurut Habib Salim, seorang pengurus masjid, masjid ini diyakini

memiliki keramat tersendiri karena jika ada yang berani bersumpah palsu di

dalamnya, maka dia akan mengalami bala atau hal lainnya. Karena itulah,

pada masa itu Masjid Batu amat masyhur dan tak ada seorang pun yang berani

mengambil risiko bersumpah palsu di dalamnya. Banyak orang-orang yang

berdusta yang awalnya berani bersumpah di dalamnya. Namun, setelah sampai

mereka tak berani dan mengakui perbuatannya. Jika ada yang bersalah dan tak

mengakui perbuatannya sampai diambil sumpahnya, orang itu akan

menggelepar tak sadarkan diri. Dan jika ia sudah sadar biasanya orang yang

bersalah itu akan mengakui perbuatannya. Namun sayang, tradisi itu sudah

hilang sama sekali. Tak ada lagi orang yang menjadikan masjid itu sebagai

26
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
30

sarana mempertemukan kebenaran dan mencari keadilan. Tradisi sumpah itu

mulai terlupakan, hanya kalangan tua saja yang mengetahui kisah tersebut.27

Pada tahun-tahun awal abad ke-20, perkembangan Islam di Jambi maju

pesat. Hal ini seiring dengan majunya pendidikan keislaman di Jambi yang

ditandai dengan berdirinya empat pesantren utama, yaitu Pesantren Nurul

Iman, Pesantren Saadad Daarain, Pesantren Jauharain, dan Pesantren Nurul

Islam. Keadaan ini membuat kesadaran keislaman penduduk semakin

mengkristal dan menjadikan kawasan seberang kota Jambi banyak didatangi

orang dari berbagai daerah untuk belajar.

Keadaan ini tentu saja berpengaruh bagi Masjid Batu. Makin lama

jamaah masjid itu semakin penuh hingga akhirnya tak lagi mampu

menampung jamaah yang terus membludak, terlebih pada Shalat Jumat. Maka

tokoh-tokoh masyarakat lalu menggelar musyawarah dan bermufakat untuk

memperbaharui masjid. Disepakati dana pembangunan masjid dikumpulkan

dari sedekah dan infaq masyarakat sampai akhirnya terkumpul dana yang

cukup untuk memugar masjid. Saat itu tahun menunjukkan angka 1935.

Karena berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda, para tokoh masyarakat

meminta izin kepada Belanda, lalu masuklah permohonan pemugaran masjid

ke pemerintah Belanda yang ada di Jambi dengan menceritakan latar belakang

dan sejarah berdirinya masjid.

Tahulah Belanda bahwa Masjid Batu tersebut merupakan peninggalan

Sayyid Idrus yang merupakan salah seorang sultan Jambi yang bergelar

27
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
31

Pangeran Wiro Kusumo. Karena menganggap bahwa masjid tersebut bernilai

sejarah sebagai masjid sultan, tahun 1937 pihak kolonial mengambil alih

pembangunan masjid. Dana pun turun dari pihak kolonial dan pembangunan

sepenuhnya berada dalam pengendalian Belanda. Padahal awalnya para tokoh

masyarakat hanya perlu izin karena dana sudah tersedia. Jadilah dana dari

masyarakat itu tidak terpakai yang akhirnya digunakan untuk membuat pagar

mengelilingi masjid.28

Selain itu banyak Madrasah -Pesantren Tua yang sudah berumur

Puluhan tahun. Salah satunya adalah Madrasah Nurul Iman yang sudah berdiri

sejak Tahun 1915. Lulusan madrasah ini banyak menjadi pejabat penting

seperti mantan Gubernur Jambi Abdurrahman Sayoeti, Gubernur Riau Rusli

Zainal, dan tokoh penting lainnya. Selain kental dengan nuansa Islami,

masyarakat Sekoja juga kental dengan berbagai tradisi dan budaya. Salah

satunya adalah Batik Khas Jambi. Sekoja adalah pusat produksi Batik Jambi.

Disini anda dapat melihat proses pembuatan batik bahkan dapat terlibat

langsung dalam proses pembuatannya.

Batik tulis jambi memiliki ciri khas yang unik dan eksotis. Baik dari

segi warna maupun motifnya. Sebagian besar pewarna batik jambi diambil

dari bahan-bahan alami, yaitu campuran dari aneka ragam kayu dan tumbuh-

tumbuhan yang ada di jambi, seperti getah kayu lambato dan buah kayu

bulian, daun pandan, kayu tinggi dan kayu sepang. Motif yang ada diantaranya

28
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
32

motif Durian Pecah, kaca piring, puncung rebung, angso duo bersayap

mahkota, Tampuk Manggis, Kapal Nyanggat, dan lain-lain.

Di Sekoja banyak sanggar batik, salah satu diantaranya adalah di Kreasi

Batik Asmah, Milik Azmiah di Jl. H Somad No 41, Pasir Panjang, Danau

Teluk Jambi. Tepat di depan tempat penyeberangan Sekoja, terdapat

Bangunan khas jambi yang merupakan Balai Kerajinan Rakyat Selaras Pinang

Masak. Disini anda dapat melihat berbagai kerajinan khas Jambi terutama

Batik. Sebagian jalan di Sekoja langsung berhadapan dengan Sungai

Batanghari dan hanya dibatasi oleh Pohon Palem yang tersusun rapi di

sepanjang tepian sungai. Tepian sungai pun sudah dilapisi dengan tembok

sehingga anda dapat bersantai duduk ditepian sungai sambil menikmati

pemandangan Pusat Kota Jambi dari Seberang dan berbagai aktivitas

masyarakatnya di atas Sungai Batanghari. 29

B. Gambaran Umum Kelurahan Pasir Panjang

1. Sejarah

Kelurahan Pasir Panjang memiliki sejarah tersendiri, seperti halnya

daerah-daerah lain di Kota Jambi. Kelurahan Pasir Panjang merupakan

salah satu kelurahan yang ada di Seberang Kota Jambi. Seberang Kota

Jambi terkenal dengan daerah santri karena banyak bertebaran pondok

pesantren dan menjadi tujuan belajar santri dari seluruh Jambi dan luar

29
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
33

Provinsi Jambi. Sejarah Kelurahan ini karena di daerah ini banyak terdapat

hamparan pasir, maka oleh masyarakat disebut Pasir Panjang.30

2. Letak Geografis

Kelurahan Pasir Panjang terletak di Kecamatan Danau Teluk Kota

Jambi dengan luas pemukiman 3,7 Km Kelurahan Pasir Panjang memiliki

batas-batas dimana:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Olak Kemang.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Batanghari.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Raden.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Penyengat Olak.31

Keadaan iklim Kelurahan Pasir Panjang termasuk kategori beriklim

sedang, dikatakan demikian karena pada siang harinya tidak telalu panas

dan pada malam harinya tidak terlalu dingin. Sementara itu, tidak jauh

berbeda dengan daerah tropis lainnya di Propinsi Jambi, maka keadaan

musim di Kelurahan Pasir Panjang hampir sama yakni mengalami dua

musim yaitu musim panas dan musim hujan. Kondisi suhu pada siang hari

mencapai 360 C dan malam hari mencapai 210 C.32 Kalau dilihat dari sinar

matahari, biasanya terjadi pada bulan Juni sampai bulan Agustus yang

merupakan bulan-bulan yang relatif kering dimana penyinarannya lebih

tinggi dari pada bulan Oktober sampai April yang relatif basah. Bagi

masyarakat, penyinaran matahari digunakan keperluan rumah tangga

seperti untuk mengeringkan pakaian dan lain-lain sebagainya.


30
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
31
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
32
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
34

Rata-rata penyinaran matahari sebesar 51% yaitu setara dengan 4,28

jam perhari dan rata setiap bulan yang tertinggi terdapat pada bulan Juni

sebesar 65%, setara dengan 5,41 jam perhari dan yang terendah pada bulan

September sebesar 42% setara dengan 3,5 jam perhari.33 Sumber air bersih

tergantung pada sumur dan sungai batanghari, sumber air yang berasal dari

sumur galian tanah, mereka menggunakan air tersebut untuk memasak,

mandi, mencuci dan keperluan lainnya. Kalau musim kemarau datang

biasanya mereka menggunakan air sungai batanghari untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama, Pendidikan dan Ekonomi

Penduduk Kelurahan Pasir Panjang merupakan daerah yang terletak di

pinggir kota. Penduduk Kelurahan Pasir Panjang berjumlah 1623 jiwa,

laki-laki berjumlah 843 jiwa, perempuan berjumlah 780 jiwa dan. Berikut

keadaan penduduk Kelurahan Pasir Panjang:

Tabel 2
Keadaan Penduduk di Kelurahan Pasir Panjang34
No Kategori Jumlah (jiwa)
1. Jumlah Penduduk Laki-Laki 843
2. Jumlah Penduduk Perempuan 780
3. Jumlah 1623

Agama yang diakui di Indonesia meliputi Islam, Kristen, Katholik,

Hindu dan Budha. Penduduk Kelurahan Pasir Panjang sebagian besar

menganut agama Islam, dan mereka menjadikan Islam dan ajarannya

33
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
34
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
35

sebagai pedoman dalam kehidupannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 3
Keadaan Pemeluk Agama di Kelurahan Pasir Panjang35
No Nama Agama Jumlah Persentase
1. Islam 1623 100%
2. Kristen 0 0
3. Katholik 0 0
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Jumlah 1623 100%

Masyarakat memerlukan sarana peribadatan untuk melaksanakan

ibadah kepada Tuhan Yang Masa Esa. Berikut sarana peribadatan yang

ada di Kelurahan Pasir Panjang, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4
Keadaan Sarana Peribadatan di Kelurahan Pasir Panjang36
No Jenis Jumlah
1 Masjid 1 Unit
2 Musholla 0 Unit
Jumlah 1 unit

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak sarana

ibadah di Kelurahan Pasir Panjang, yang memudahkan masyarakat untuk

beribadah, yaitu 1 masjid.

Pembangunan sektor pendidikan merupakan hal yang sangat penting.

Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai

indikator kemajuan suatu bangsa. Mengenai keadan pendidikan penduduk

di Kelurahan Pasir Panjang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

35
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
36
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
36

Tabel 5
Keadaan Pendidikan Penduduk di Kelurahan Pasir Panjang37
No Jenis Jumlah Keterangan
1. Taman Kanak-Kanak 20
2. Tamat SD/Sedejarat 289
3. Tamat SMP/sederajat 247
4. Tamat SMA/sederajat 314
5. Tamat Akademi 78
6. Sarjana 24
Pascasarjana 6

Di Kelurahan Pasir Panjang telah dirasakan lengkap sarana dan

prasarana pendidikan. Masyarakat Kelurahan Pasir Panjang berupaya

memanfaatkan fasilitas yang ada ini, karena bila bersekolah ke luar

kelurahan akan menambah biaya sekolah. Adapun sarana dan prasarana

pendidikan yang tersedia di Kelurahan Pasir Panjang ini, yakni:

Tabel 6
Keadaan Sarana Pendidikan di Kelurahan Pasir Panjang38
No Nama Jumlah (unit)
1. TPA/RA 6
2. PAUD 1
3. Sekolah Dasar 1
4. SMA 1
5. PERTI 1
5 Jumlah 10

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lembaga pendidikan

di Kelurahan Pasir Panjang sangat banyak dan sangat memadai untuk

suatu daerah Kelurahan.

Sebagaimana halnya masyarakat kelurahan pada umumnya, yang

senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan serta hubungan baik

antara sesama masyarakat, maka masyarakat Kelurahan Pasir Panjang pun

37
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
38
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
37

selalu menerapkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari. Sifat gotong

royong, musyawarah dan saling tolong menolong antara satu dan lainnya

sudah menjadi kebiasaan yang melembaga di kalangan masyarakat

setempat. Begitu juga halnya hubungan antara kaum remaja berjalan

dengan harmonis, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat

Kelurahan Pasir Panjang berjalan dengan normal seperti layaknya hidup

bermasyarakat.

Adat yang dimaksud di sini adalah adat yang berupa peraturan tata

cara yang berasal dari nenek moyang, ataupun nenek mamak, tua

tengganai serta pemuka masyarakat yang berdasarkan syara’ dan

bersumber kepada Kitabullah sehingga adat tidak merusak dan

mempengaruhi nilai-nilai aqidah maupun syariat itu sendiri. Adat yang

diadatkan adalah mufakat para penghulu beserta cerdik pandai negeri.

Kesepakatan ini dapat berubah sesuai dengan perubahan zaman yang

patut, dan adat yang terdapat adalah kebiasaan yang diadakan di kalangan

masyaraka itu sendiri.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat penulis ambil suatu

pemahanan bahwa masalah adat istiadat yang ada di Kelurahan Pasir

Panjang ini masih terlihat Islami dan tetap mempertahankan nilai-nilai

moral dan etika, sehingga masyarakat di kelurahan ini mempunyai nilai-

nilai terhadap agama.

Penduduk yang menetap di Kelurahan Pasir Panjang dalam

kehidupan sehari-hari mereka hidup saling berdampingan dan saling


38

tolong-menolong satu dengan yang lainnya. Dalam pergaulan sehari-hari

mereka masih memperhatikan adat-istiadat. Adat-istiadat merupakan

pedoman yang dipegang teguh oleh orang tua dan anak di Kelurahan Pasir

Panjang.

Di sisi lain masyarakat Kelurahan Pasir Panjang juga memiliki jiwa

sosial yang baik. Untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, 1

kali dalam sebulan warga Kelurahan Pasir Panjang selalu mengadakan

kerja bakti membersihkan lingkungan, parit dan sarana umum lainnya

yang terdapat di Kelurahan Pasir Panjang. Pemuda dan orang tua membaur

menjadi satu bekerja membersihkan lingkungan tempat mereka hidup dan

tinggal di sana, tepatnya di Kelurahan Pasir Panjang. Sifat gotong royong

juga ditampakkan oleh masyarakat Kelurahan Pasir Panjang dalam

berbagai hal, seperti dalam kegiatan pesta pernikahan dimana di antara

masyarakat saling bantu membantu dalam kegiatan tersebut.39

Seperti diketahui bagi masyarakat Melayu Jambi yang terkenal

dengan Undang-Undang Adat secara turun-temurun, hal tersebut masih

dapat dipertahankan, mereka tetap mengenal istilah-istilah sebagai berikut:

Titian teras bertangga batu, maksudnya titian teras merupakan adat,

sedangkan bertangga batu adalah syara′ dan kitabullah. Sehingga hukum

adat tersebut haruslah dijalankan dengan wibawa yang kuat, sedangkan

39
Observasi, 2 Mei 2018
39

teras adalah bagian dari pada inti kayu yang tidak mudah dipatahkan

namun dapat dipindahkan atau dialihkan.40

Sehingga hukum syara′ yang disebut bertangga batu, hukum yang

positif dan permanen baik menghadap ke bawah maupun menghadap ke

atas, dan tidak dapat dipikuli diajak (dipindahkan) dan tidak mempunyai

prioritas bagi seseorang, bila sesuatu haram haruslah dikatakan haram,

najis haruslah dikatakan najis, makruh tetaplah makruh, yang benar dibela

yang salah dihukum seperti ungkapnya di bawah ini: ”Raja Adil raja

disembah, Raja zalim raja disanggah, Jalan berabah yang diturut, Amar

makruf nahi munkar”41

Berbuat di luar kebiasaan, berarti menentang orang banyak

menentang adat dan syara′, adat dan syara′ merupakan cermin gendang

yang tak pernah kabur, pedoman yang jelas haruslah diikuti tanpa ada

pilihan lain. Tak lapuk di hujan tak lekang di panas, maksudnya yang salah

tetap dihukum, hutang haruslah dibayar, hilang ganti, ngilih menggantikan

lantak nan tak goyah. Maksudnya tugas menjalankan keadilan dan

kebenaran bagi pemimpin yang adil, tetap dalam pendiriannya, sifat

pemimpin yang baik.42

Adapun ciri-ciri adat-istiadat yang ada dalam masyarakat di

Kelurahan Pasir Panjang ini adalah, karena mayoritas penduduknya adalah

beragama Islam, untuk segala adat dan aturan yang dilakukan dalam

masyarakat ini bersendikan Islam dan keagamaan seperti pelaksanaan


40
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
41
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
42
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
40

dalam acara-acara perkawinan, pernikahan, pembacaan do’a selamat,

pencukuran, akikah maupun mengkhitankan anak.43 Masyarakat

Kelurahan Pasir Panjang pada hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Idul

Adha mereka saling kunjung-mengunjungi, dan tak lupa juga mereka

selalu membantu saudara mereka yang tertimpa musibah. Dengan sedikit

menyisihkan rizki untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya. Terutama untuk anak-anak yatim piatu, janda-janda tua

yang ada di Kelurahan Pasir Panjang. Biasanya pemberian sedekah ini

dilakukan pada bulan Ramadhan dan menjelang hari Raya Idul Fitri.

Bentuk pertolongan yang mereka berikan berupa materi, uang, tenaga, dan

nasehat yang baik, itu semuanya diberikan dengan ikhlas tanpa ada rasa

pamrih.

Mayoritas penduduk Kelurahan Pasir Panjang adalah karyawan

swasta. Tetapi ada sebagian Kelurahan Pasir Panjang yang memiliki

kegiatan ekonomi berbeda yaitu nelayan, PNS, pensiunan TNI/POLRI dan

lain lain.

4. Struktur Pemerintahan

Terorganisasinya suatu pemerintahan merupakan salah satu faktor

berjalannya dengan baik serta berhasilnya suatu pemerintahan dan

kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan. Selain merupakan suatu

peraturan pemerintah bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus

secara sistematis, hal ini juga merupakan gambaran aktivitas kerja objektif.

43
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
41

Organisasi yang baik dan teratur merupakan ujung tombak dari

keberhasilan pembangunan.

Suatu wilayah kelurahan biasanya mempunyai tiga persyaratan

unsur penting yaitu ada rakyat, pimpinan dan daerah. Maka demikian juga

halnya dengan Kelurahan Kelurahan Olak. Kelurahan ini dipimpin oleh

seorang Lurah. Berjalan atau tidaknya suatu pemerintah kelurahan sangat

bergantung pada kemampuan, kemauan dan kecakapan dari pemimpinnya.

Kelurahan Kelurahan Pasir Panjang dipimpin oleh seorang Lurah. Berjalan

atau tidaknya suatu pemerintah kelurahan sangat bergantung pada

kemampuan, kemauan dan kecakapan dari pemimpinnya. Untuk jabatan

sekretaris kelurahan belum ditempati oleh satu petugaspun, karena masih

dalam masa transisi peralihan jabatan. Selanjutnya, mengenai struktur

pemerintahan Kelurahan Pasir Panjang, adalah sebagai berikut:


42

GAMBAR 1
STRUKTUR PEMERINTAHAN
KELURAHAN PASIR PANJANG TAHUN 201844

Lurah
Pasir Panjang
Muhammad Hapiz, SE

Sekretaris
Muhammad Firdaus, A.Md

Kasi Peme & Pelum Kasi Trantib Kasi PM & Kesos


NAIMAH RD. USMAN SAMSIR

Staf Staf
Syamsu

Keterangan
______= Garis Komando

44
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
43

Susunan struktur organisasi pada suatu kelurahan merupakan suatu

kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program kegiatan-

kegiatan dalam kelurahan tersebut, di sampimg itu juga mempermudah

pencapaian tujuan program pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah

kelurahan dan Kelurahan Pasir Panjang di atas tentu memiliki banyaknya

tugas yang dibebankan kepadanya. Selengkapnya tugas tersebut sebagai

berikut:

Lurah. Kelurahan mempunyai tugas pokok penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyaraktan berdasarkan asas

otonomi daerah dan tugas pembantuan dan tugas lain yang dilimpahkan

oleh walikota. Kelurahan selain mempunyai tugas pokok dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan

juga mempunyai fungsi antara lain:

a. Mengkoordinasi kegiatan pemerintahan di tingkat kelurahan;

b. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat tingkat

kelurahan;

c. Mengkoordinasikan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban

umum tingkat kelurahan;

d. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-

undangan;

e. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasiltas pelayanan

umum;

f. Membina penyelenggaraan aparatur kelurahan;


44

g. Melaksankan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya.45

Sekretaris Lurah. Mempunyai tugas pokok membantu Lurah dalam

melakukan pengkoordinasian, penyiapan bahan, penyusunan, perencaaan,

penatausahaan urusan keuangan, kepegawaian umum dan pengkoordinasi-

an penyelenggaraan tugas Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas tersebut,

Sekretaris Kelurahan mempunyai fungsi:

a. Penelaahan data/ informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja

kelurahan;

b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijakan umum

dan teknis opersional urusan Kesekretariatan Kelurahan;

c. Pelaksanaan koordinasi penyiapan bahan penyusunan rencana kerja

Kelurahan;

d. Pelaksanaan urusan umum, kepegawaian dan keuangan;

e. Pelaksanaan koordinasi dsan penyusunan laporan capaian kinerja dan

keuangan Kelurahan;

f. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya;

g. Pengendalian, evalausi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan

kesekretariatan;

h. Pelaksanaan Tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas

dan fungsi.46

45
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
45

Kepala Seksi Tata Pemerintahan. Mempunyai tugas membantu

Lurah dalam melakukan penelaah data/informasi sebagai bahan

penyusunan rencana kerja dan kebijakan pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan urusan pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas tersebut,

Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi:

a. Penelaahan data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja tata

pemerintahan tingkat kelurahan;

b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijan umum

dan teknis operasional urusan pemerintahan di tingkat Kelurahan ;

c. Pengelolaan adminstrasi pemerintahan umum;

d. Pengelolan administrasi kependudukan;

e. Pengelolan administrasi keaagrariaaan;

f. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksannan urusan

pemerintahan;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai tugas dan

fungsi.47

Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat. Mempunyai tugas pokok

membantu Lurah dalam melakukan penelaahan data informasi sebagai

bahan penyusunan rencana kerja dan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan

pelaporan urusan pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan

lingkungan hidup. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Seksi

Pemberdyaaan Masyarakat mempunyai fungsi:

46
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
47
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
46

a. Penelaah data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja

pemberdyaan masyaraktan pada tingkat Kelurahan;

b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijan umum dan

teknis operasional pembangunan urusan pembangunan, pemberdayaan

masyarakat dan lingkungan hidup di tingkat Kelurahan;

c. Sebagai penyusun program dan penyelenggaraan pembinaan dalam

bidang kesejahteraan masyarakat, program di bidang keagamaan,

kesehatan dan pendidikan KB, pembinaan kesejahteraan keluarga dan

organisasi kemasyarakatn lainnya; melaksanakan program pembinaan

dan bantuan sosial disalurkan kepada masyarakat terutama keluarga

miskin; memotifasi program pembinaan pengembangan perekonomian

masyarakat.48

Kepala Seksi Kesejahteraan sosial dan Pelayanan Umum. Seksi

Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan Umum dipimpin oleh seorang Kasi

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Lurah melalui

Sekretaris Kelurahan. Seksi Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan Umum

mempunyai tugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan

kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Kesejahteraan

Sosial Pelayanan Umum. Penjabaran tugas Seksi Kesejahteraan Sosial

Pelayanan Umum, adalah:

a. Membuat perencanaan dan program kerja Seksi Kesejahteraan Sosial

dan Pelayanan Umum;

48
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
47

b. Memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan anak usia dini,

taman kanak-kanak dan pendidikan dasar;

c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan program pendidikan,

generasi muda, keolahragaan, kebudayaan, kepramukaan serta peranan

wanita;

d. Melakukan pembinaan terhadap lembaga adat dan keagamaan;

e. Melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan program kesehatan

masyarakat;

f. Memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan;

g. Melakukan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan obat,

narkotika, zat adiktif, psikotropika dan bahan berbahaya;

h. Melaksanakan penyuluhan program wajib belajar;

i. Mengkoordinir bantuan-bantuan sosial, serta kegiatan organisasi

kemasyarakatan seperti majlis taklim

j. Menyiapkan data-data yang berhubungan dengan permasalahan sosial

di Kelurahan

k. Melakukan mitigasi dan penanggulangan bencana di Kelurahan

l. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Seksi

Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan Umum;

m. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan

fungsinya.49

49
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
48

Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban. Mempunyai tugas pokok

membantu Lurah dalam melakukan penelahaan data informasi sebagai

bahan dalam penyusunan rencana kerja dan kebijakan, pelaksanaan,

evaluasi dan pelaporan urusan ketentraman dan ketertiban umum. Untuk

melaksanakan tugas tersebut, Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban

mempunyai fungsi:

a. Penelaahan data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja

Ketentaman dan Ketertiban Umum tingkat Kelurahan;

b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijan umum

dan teknis opersiaonal urusan ketentraman dan ketertiban umum di

tingkat kelurahan;

c. Pengeloaan urusan ketentraman dan ketertiban umum tingkat

Kelurahan;

d. Penerapan dan penegakan peraturan perundan-undangan;

e. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan ketentaman

dan ketertiban umum;

f. Penyusun program, penyelenggaraan pembinaan lingkungan meliputi

trantib, perlindungan masyarakat, kegiatan pembinaan kebersihan

keindahan dan sanitasi lingkungan/sarana umum, membantu

menyusun program pembinaan penegakkan dan pelaksanaan PERDA

dan Peraturan lainnya yang telah disepakati bersama.50

50
Dokumentasi Kelurahan Pasir Panjang, 2018
49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat Muslim Sebarang Kota Jambi

Adat mencukur rambut bayi yang baru dilahirkan sebenarnya

bukanlah hanya sekedar tradisi yang sudah lama melekat di masyarakat, tetapi

juga anjuran dan ajaran agama. Tentu dibalik tradisi mencukur rambut

terdapat banyak manfaat, banyak nilai positif terutama bagi kesehatan bayi.

Tradisi mencukur rambut bayi merupakan suatu perayaan bagi sebuah

keluarga karena hadirnya sebuah pelita hati, permata baru. Perlu mengundang

kerabat dekat, sahabat atau tetangga untuk ikut menyaksikan kebahagiaan

yang dirasakan keluarga itu sekaligus memberikan nama yang bagus yang

bermakna do’a, agar setiap orang yang memanggil namanya ikut mendo’akan

sesuai nama si bayi.

Menurut Lurah Pasir Panjang, Muhammad Hapiz, SE, mengatakan

bahwa:

Maksud dan tujuan dari upacara gunting rambut adalah sebagai rasa
ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, memohon
kesejahteraan dan keselamatan bagi anak atau bayi dalam kehidupan
dunia dan akhirat. Di samping itu juga merupakan sunatul Rasul yang
dilaksanakan untuk mendapatkan keridhaan serta keselamatan bagi
bayi yang baru lahir dan digunting rambutnya. 51

Wawancara di atas menjelaskan bahwa maksud dan tujuan dari upacara

gunting rambut adalah sebagai rasa ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan

Yang Maha Kuasa, memohon kesejahteraan dan keselamatan bagi anak atau

51
Wawancara, 19 November 2017
49
50

bayi dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di samping itu juga merupakan

sunatul Rasul yang dilaksanakan untuk mendapatkan keridhaan serta

keselamatan bagi bayi yang baru lahir dan digunting rambutnya.

Waktu penyelenggaraan upacara adat gunting rambut tidak dibatasi,

akan tetapi pada umumnya dilaksanakan oleh orang tua bayi setelah 40 hari

sampai 1 tahun dilihat dari kondisikedua orang tua, karena di dalam upacara

ini memerlukan biaya yang tidak sedikit dan paling lambat pada tahun kedua

setelah bayi lahir.52

Upacara gunting rambut pada masyarakat Seberang Kota Jambi

dilaksanakan di rumah orang tua bayi yang akan digunting. Namun tidak

jarang dilaksanakan ditempat lain seperti di masjid atau tempat yang lebih luas

sesuai dengan latar belakang keluarga yang akan melaksanakan upacara. Hal

ini disebabkan apabila pada akhir upacara pihak keluarga yang melaksanakan

hajatan mengadakan jamuan makan bagi kaum kerabat yang datang.

Manfaat dari mencukur rambut bayi adalah:

1. Paska persalinan, pada saat bayi melewati jalan lahir, banyak lemak pada

kulit bayi dan kotoran ibu yang menempel pada tubuhnya, termasuk

rambutnya

2. Cukur rambut akan ‘mengangkat’ sisa-sisa lemak dan kotoran tersebut

3. Meningkatan aliran darah ke kepala, sehingga kebutuhan kulit kepala akan

nutrisi tercukupi.Cukupnya pasokan nutrisi ke dalam folikel rambut, akan

52
Observasi, 21 November 2017
51

merangsang perbaikan dan pertumbuhan rambut yang lebih baik.

Menjadikan rambut tampak lebih sehat, kuat, indah dan bercahaya.

4. Pada bayi dengan gangguan kerak kepala (dermatitis seboroik)

pemotongan rambut dapat mempermudah perawatan gangguan kulit

tersebut.

5. Dermatitis seboroik atau Cradle cap (kulit kepala tebal dan bersisik)

sering mengenai bayi yang ditandai dengan adanya kerak berwarna kuning

dan berminyak. Nah, rambut bayi perlu dicukur untuk memudahkan

membersihkan kepala bayi dari kotoran atau lemak yang menempel.

6. Mudah mendeteksi adanya masalah di kulit kepala bayi, seperti bisul,

iritasi, atau luka.Bayi mudah beradaptasi dengan lingkungan atau udara

sekitar karena kulit kepalanya tidak berambut.

7. Setelah dicukur, rambut akan tumbuh kembali. Mitos yang mengatakan

bahwa pemotongan rambut bayi akan mejadi lebih lebat tidak sepenuhnya

benar karena sampai sekarang masih belum terbukti secara klinis. Setelah

pemotongan rambut bayi, ada sebagian yang kembali seperti saat lahir, ada

yang bertambah lebat, atau sebaliknya ada yang menjadi lebih sedikit. Hal

ini dipengaruhi faktor genetik dari orangtua, juga bisa dari nenek-kakek.

8. Mencegah gangguan visual mata. Bila rambut terlalu panjang, khususnya

daerah dahi dan keliling telinga. Rambut dahi yang terlalu panjang hingga

menutupi mata, akan mengganggu adaptasi visual bayi dan anak-anak.

Bahkan bila ujung rambut sering mengenai kornea mata, dapat


52

menimbulkan jaringan parut pada kornea sehingga menyebabkan

gangguan penglihatan yang disebut visus.

9. Rambut sekeliling telinga yang terlalu panjang sering kali menimbulkan

iritasi dan luka pada liang telinga. Rambaut panjang tersebut akan

memperberat gangguan pada anak dengan gangguan alergi kulit pada

telinga.53

Selepas tujuh hari daripada hari bersalin itu, lazimnya diadakan

kenduri nasi kunyit, karena itulah harinya adat mencukur rambut kepala si

bayi itu dijalankan dan sekaliannya memberi nama kepada si bayi/anak. Tetapi

adakalanya upacara itu dilaksanakan agak berlainan, artinya tidak mengikut

kepada ketentuan memberi nama anak pada saat upacara pencukuran rambut.

Disebabkan, ada yang melakukan pencukuran rambut itu, ketika bayi telah

berumur satu atau satu setengah tahun. Adakalanya pula ketika anak telah

pandai berjalan.54

Upacara memotong rambut atau mencukur rambut ini mempunyai

maksud, konon – untuk membuang sial pada rambut yang dibawa sejak lahir.

Selain itu kononnya, ujung rambut yang dibawa sejak lahir itu, jika tidak

dibuang, si bayi akan senantiasa dirundung malang.

Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari ketujuh setelah bayi itu

dilahirkan. Untuk melakukan acara ini dilakukan beberapa tahap dan

kelengkapan. Sebelum dilakukan acara cukur rambut ini:

1. Rumah dibersihkan serta rumah itu dihias supaya terlihat indah.

53
Observasi, 21 November 2017
54
Observasi, 21 November 2017
53

2. Anak bayi itu dipakaikan dengan pakaian yang indah-indah dan diletakkan

di atas tilam kecil.

3. Satu ceper berisi tiga buah mangkuk atau piring kecil yang berisi air

tepung tawar, beras kunyit, bertih, bunga rampai, bubur merah dan putih.

Sebiji nyiur mumbang (kelapa muda) yang agak besar sedikit, dipotong

buka pada arah kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku keluang

dan dijadikan tutupnya daripada potongan kepala nyiur. Air nyiur itu

dibuang dan diisi di dalamnya sedikit dengan air sejuk, dan nyiur itu

diletakkan di dalam sebuah tempat semuat-muat nyiur itu saja.

4. Bila sudah siap semuanya maka anak bayi itupun dibawa keluar dan

dikelilingkan kepada tamu laki-laki. Tiap-tiap mereka setelah menepuk

sedikit tepung tawar, menebar sedikit beras kunyit dan bertih kepada si

bayi, maka iapun menggunting sedikit saja dari rambut (ujung) si bayi

dengan gunting yang memang telah disediakan. Rambut yang digunting itu

dimasukkan ke dalam air di dalam nyiur itu. Pada masa inilah biasanya si

bayi diberikan nama.

5. Aturan bilangan orang yang melakukan guntingan rambut itu hendaklah

sebilangan yang ganjil, yaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah

selesai dijalankan oleh pihak lelaki, maka si bayi dibawa pula ke tempat

orang-orang perempuan dan melakukan sebagaimana yang dilakukan

sebelumnya (pada upacara-upacara adat Melayu, jemputan/undangan

lelaki dan perempuan dipisahkan tempat/ruangannya).


54

6. Rambut anak itu semuanya dimasukkan ke dalam nyiur itu kemudian nyiur

itu di tanam dihalaman rumah itu bersama pohon anak nyiur sebagai

peringatan atas masa anak-anak itu dilahirkan.55

Dalam tradisi cukur rambut terdapat beberepa perlengkapan tepuk

tepung tawar (beras kunyit, beras basuh (putih), air tepung tawar, daun

perenjis, bubur merah, bubur putih) bunga rampai, nyiur, dan tanah.

Perlengkapan itu memilik fungsi dan maknanya masing-masing.

1. Tepung tawar: ditepuk pada bayi sebelum rambutnya dicukur. Bahan-

bahannya dapat berupa:

a. Beras Kunyit : melambangkan agar diberikan kemurahan rezeki,

kesabarn, menjaga marwah, serta mendapatkan kekuasaan.

b. Beras Basuh (Beras Putih) : Melambangkan kesucian hati lahir dan

batin.

c. Air Tepung Tawar : Merupakan beras sejuk yang diberi air,

melambangkan penyejuk hati, peneduh kalbu, dan diharapkan dapat

memberikan kesabaran dan kesucian hati.

d. Daun Perenjis : merupakan daun juang-juang, daun ganda rusa, daun

sedingin, daun setawar, daun ati-ati yang diikat menjadi satu dengan

daun ribu-ribu sebagai pelambang ikatan kekeluargaan dan

kebersamaan, kerukunan dan kedamaian.

55
Observasi, 25-28 November 2017
55

2. Bunga Rampai. Bunga rampai merupakan bunga mawar dan bunga lain-

lainnya yang dipotong kecil- kecil. Juga daun pandan yang dipotong kecil-

kecil kemudian dicampur. Baunya ini sangat harum.

3. Kelapa yang diukir : Sebiji nyiur mumbang (kelapa muda) yang agak besar

sedikit, dipotong buka pada arah kepalanya dengan potongan berkelok-

kelok dan dijadikan tutupnya dari potongan kepala nyiur. Air nyiur itu

dibuang dan diisi di dalamnya sedikit dengan air sejuk, dan nyiur itu

diletakkan di dalam sebuah tempat. Setelaj rambut bayi dicukur, maka

rambut itu dimasuukan kedalam kelapa tersebut.

4. Tanah yang diisi dalam sebuah mangkok kemudian dicocokkan sebatang

anak pohon pinang. Kaki bayi tersebut dijejakkan ke pasir itu. Sebagau

tanda bahwa ia telah dilahirkan di dunia dan menginjak bumi.56

Makna bertepuk tepung tawar:

1. Menepuk dahi/ubun-ubun maksudnya mendoakan semoga berpikiran

sehat, cerdas, dan dapat menggunakan akal sehat dalam menempuh

kehidupan.

2. Menepuk bahu kanan dan kiri maksudnya mendoakan semoga kuat

memikul baban.

3. Menepuk telapak tangan maksudnya memohon doa semoga cekatan,

terampil dalam melaksanakan pekerjaan.57

Uniknya dalam acara cukur rambut disiapkan sejumlah parsel dan telur

rebus yang diberi pewarna dan dihiasi semenarik mungkin. Diberi kepada

56
Observasi, 3-8 Desember 2017
57
Observasi, 15 Desember 2017
56

orang-orang tua yang telah mencukur rambut anak tersebut. Sebagai tanda

terima kasih.

Acara cukur rambut dikemas dalam bentuk syukuran atau tasyakuran.

Tak jarang sebuah keluarga mengundang grup rebana, marawis, habsi atau

markabanan untuk melengkapi acara itu. Bunyi tabuhan gendang disertai puji-

pujian terus berkumandang sambil mencicipi hidangan dari tuan rumah. Riuh-

rendah suaranya, tapi senandung puji itu mampu membangkitkan semangat,

mampu memotivasi seluruh yang hadir untuk tetap duduk sampai acara

berakhir.

Budaya melayu telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini.

Masyarakat melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang bersumberkan

dari ajaran agama Islam. Tradisi dan adat istiadat yang masih dipegang teguh

hingga kini adalah mengenai adab kepada orang tua, sikap hidup bergotong

royong dalam masyarakat dan perilaku kehidupan yang harus selalu berpegang

pada nilai agama. Tradisi masyakakat melayu yang religius menjadi ciri

penting orang melayu.

Dalam setiap kelahiran, rasa syukur dihaturkan kepada sang pencipta

melalui acara akikahan dan cukur rambut. Acara tersebut dilakukan dengan

sangat meriah. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tradisi cukur

rambut yang biasa dilakukan masyarakat melayu setelah kelahiran anaknya.

Menurut salah satu tokoh adat Kelurahan Pasir Panjang mengatakan

bahwa: “Upacara memotong rambut atau mencukur rambut ini mempunyai

maksud, konon – untuk membuang sial pada rambut yang dibawa sejak lahir.
57

Selain itu kononnya, ujung rambut yang dibawa sejak lahir itu, jika tidak

dibuang, si bayi akan senantiasa dirundung malang.”58

Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari ketujuh setelah bayi itu

dilahirkan. Untuk melakukan acara ini dilakukan beberapa tahap dan

kelengkapan. Dalam tradisi cukur rambut terdapat beberepa perlengkapan

tepuk tepung tawar (beras kunyit, beras basuh (putih), air tepung tawar, daun

perenjis, bubur merah, bubur putih) bunga rampai, nyiur, dan tanah. Pada

tradisi bercukur rambut ataupun beberapa upacara lainnya dalam kehidupan

orang Melayu senantiasa pula diadakan Berjanzi atau Marhaban yang memuji-

muji, mengalu-alukan kebesaran akan Nabi Allah, Nabi Muhammad SAW.

Banyak ibu cemas atau kawatir saat pertama kali merencanakan

memotong rambut bayinya. Potongan rambut yang pertama mungkin

menandakan tahap baru bagi buah hati tercinta. Beberapa orangtua sering

bertanya-tanya kapan rambut bayi harus pertama kali dipotong. Banyak yang

menganggap bahwa bila bayi dipotong rambut sejak dini akan membuat

rambut bayi akan lebih lebat.

Menurut salah satu tokoh agama Kelurahan Pasir Panjang mengatakan

bahwa: “Pada tradisi bercukur rambut ataupun beberapa upacara lainnya

dalam kehidupan orang Melayu senantiasa pula diadakan Berjanzi atau

Marhaban yang memuji-muji, mengalu-alukan kebesaran akan Nabi Allah,

Nabi Muhammad SAW.”59

58
Wawancara, 21 Desember 2017
59
Observasi, 1 Desember 2017
58

Barzanji atau sarakal adalah salah satu adat melayu yang dibawakan

dalam acara cukur rambut atupun pernikahan. Orang-orang yang

membawakan biasanya bukanlah orang-orang muda tetapi orang-orang tua.

Didalam sarakal ini terkandung makna salawat nabi dan puji-pujian terhadap

nabi Muhammad SAW. Diharapkan pembasa sarakal akan mendapat

keberkahannya.

B. Pandangan Hukum Islam tentang Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat

Muslim Sebarang Kota Jambi

Kegiatan memotong rambut pada bayi sebenarnya dilakukan dengan

beberapa pertimbangan atau tujuan tertentu. Sebagian orangtua merencanakan

memotong rambut karena menginginkan agar rambut anak tumbuh lebih lebat.

Sebagian lain bertujuan agar anak berpebampilan lebih rapi dan lebih trendi.

Sedangkan beberapa orangtua memotong rambut anaknya karena mengalami

gangguan kulit di kepalanya.

Di bidang medispun para dokter tidak pernah bersepakat dan tidak ada

yang bisa memastikan kapan waktu terbaik pemotongan rambut dilakukan.

Bila ditinjau dari manfaat mencukur bayi maka hal tersebut tergantung dari

kondisi bayi yang berbeda. Pada penderita yang rambutnya sangat lebat bila

disertai kotoran rambut sisa persalinan sukit dibersihkan mungkin bisa

dilakukan saat usia minggu pertama. Sedangkan pada penderita gangguan

alergi kulit atau dermatitis seboroik maka saat serang dermatitis menghebat

ada usia tertentu misalnya usia 3-4 bulan dapat dilakukan pemotongan. Pada

kasus bayi dengan rambaut yang memanjang sehingga menyentuh tekinga atau
59

sudah meangganggu pandangan mata bisa dipotong. Hal ini biasanya terjadi

pada usia anak 1-2 tahun.

Kapan waktu pemotongan rambut sampai saat ini dalam masyarakat

lebih banyak dipengaruhi oleh masing-masing kepercayaan, agama, adat atau

maupun kebiasaan buadaya masyarakat yang dianut. Bagi pemeluk agama

Islam, Nabi Muhammad SAW menyunahkan untuk mencukur rambut bayi

pada hari ke-7 setelah lahir sekaligus melakukan akikah sebagai tanda syukur

dan persembahan kepada Tuhan. Tradisi masyarakat Arab memotong rambut

bayi bersamaan dengan waktu akikah atau sekitar 7 hari setelah kelahirannya.

Berat rambut yang tergunting itu kemudian ditimbang dan seberat itu pula

akan dikeluarkan perak untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Masyarakat

Hindu India juga mempunyai tradisi memotong rambut bayi untuk

membersihkannya dari hal-hal negatif dalam kehidupan sebelumnya.

Lain halnya dengan umat Budha, masyarakat Cina, Thailand dan masyarakat

Asia yang melakukan pencukuran saat bayi berusia 1 bulan atau 35 hari.

Masyarakat Eropa percaya bahwa waktu terbaik mencukur rambut anaknya

setelah berusia 1 tahun. Budaya Jawa yang mengenal tradisi potong rambut

saat bayi berusia 35 hari atau bertepatan dengan upacara selapanan. Pada saat

itu beberapa orang yang dituakan seperti kakek atau nenek secara bergantian

akan memotong sejumput rambut bayi. Upacara ini akan diikuti dengan tradisi

membagikan sepincuk nasi gudangan (urap) pada anak-anak kecil di

lingkungannya. Masyarakat melayu juga mempunyai tradisi memotong


60

rambut bayi yang disebut saro-saro. Upacara ini sebagai simbol untuk

menyambut kehidupan baru bagi sang bayi.

Kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Seberang Kota

Jambi sesuai dengan kondisi dimana upacara adat itu dilaksanakan, seperti

halnya upacara-upacara yang berkaitan dengan suatu peristiwa adat. Ritual

kepercayaan masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

lingkungan salah satunya adalah upacara penyelangraan memotong rambut

(cukur rambut) dengan tujuan untuk membuang rambut yang dibawa sejak

anak di lahirkan. Selain itu maksud lainnya adalah untuk membuang sial yang

terdapat pada ujung-ujung rambut yang dibawa sejak lahir.

Bagi masyarakat Seberang Kota Jambi, gunting rambut adalah salah

satu unsur budaya yang masih tetap dilaksanakan dan dihayati, karena di

dalam budaya tersebut mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang sangat

sakral dan bermakna wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

untuk keselamatan dan kesejahteraan bagi keluarga khususnya maupun

masyarakat pada umumnya. Upacara gunting rambut atau disebut juga potong

jambul diselenggarakan apabila di dalam suatu keluarga mendapatkan anak

bagi yang telah menginjak usia sekitar 40 hari sampai 1 tahun dan hal ini telah

menjadi suatu upacara tradisi masyarakat secara umum.

Budaya melayu telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini.

Masyarakat melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang bersumberkan

dari ajaran agama Islam. Tradisi islam sangat kental dalam budaya masyarakat

melayu. Tradisi dan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga kini
61

adalah mengenai adab kepada orang tua, sikap hidup bergotong royong dalam

masyarakat dan perilaku kehidupan yang harus selalu berpegang pada nilai

agama. Tradisi masyarakat melayu yang religius menjadi ciri penting orang

melayu.

Islam mengajarkan agar kelahiran seorang bayi disambut dengan baik

dan kemudian dirawat dan diasuh agar menjadi seorang muslim yang taat dan

saleh. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal yang ditentukan oleh agama

Islam: a. Adzan b. Aqiqah c. Pemberian Nama dan Mencukur Rambut d.

Khitanan.60dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

‫ﺴﻤﻰ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍالْﺑو‬


َ ُ‫سﺎﺑِ ِع ِﻪ َﻭيُ ْخﻠَ ُق َﻭي‬ َ ‫غالَ ِم َﺭ ِهﻴْنَةُ ﺑِعَ ِق ْﻴقَتِ ِﻪ ت ُﺪﺑَ ُح‬
َ ‫ﻋ ْنﻪُ يَ ْو َم‬ ُ ‫ُكﻞ‬

)‫دﺍﻭد ﻭﺍلترمﻴزي‬

“Seorang anak yang baru lahir tergadai dengan aqiqahnya, disembelih

darinya (kambing) pada hari ke tujuh kelahirannya dicukur rambutnya dan

diberi nama”, (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).61

Dalam setiap kelahiran, rasa syukur dihaturkan kepada sang pencipta

melalui acara akikahan dan cukur rambut. Acara tersebut dilakukan dengan

sangat meriah. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tradisi aqiqah dan

cukur rambut yang biasa dilakukan masyarakat melayu setelah kelahiran

anaknya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester pada

mata kuliah Tradisi Melayu.

60
Departemen Agama, op. cit., hal. 53.
61
H.R. An-Nasa’i, Abu Dawud dan At-Tirmizi
62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas yang telah penulis kemukakan maka dapatlah

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tradisi cukuran bayi masyarakat muslim Sebarang Kota Jambi

dilaksanakan di rumah orang tua bayi yang akan digunting pada usia anak

1-2 tahun. Kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat

Seberang Kota Jambi sesuai dengan kondisi dimana upacara adat itu

dilaksanakan, seperti halnya upacara-upacara yang berkaitan dengan suatu

peristiwa adat

2. Pandangan hukum Islam tentang tradisi cukuran bayi masyarakat muslim

Sebarang Kota Jambi kebudayaan mecukur rambut bayi ini merupakan

suatu nilai yang telah dilakukan secara turun temurun, sehingga apapun

kepercayaan yang dianut di Seberang Kota Jambi, hal ini tetap dilakukan.

Nilai-nilai tersebut di seberang Kota Jambi tidak ada yang menyimpang

dari ajaran Islam meskipun tidak diatur dalam Al Quran dan as Sunnah.

Islam mengajarkan agar kelahiran seorang bayi disambut dengan baik dan

kemudian dirawat dan diasuh agar menjadi seorang muslim yang taat dan

saleh. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal yang ditentukan oleh agama

Islam: adzan, aqiqah, pemberian nama dan mencukur rambut serta

khitanan.

62
63

B. Saran-Saran

Budaya mencukur rambut si kecil telah dikenal turun temurun. Para

umat muslim biasa menyelenggarakan upacara cukuran saat anaknya berusia

40 hari dengan maksud membersihkan atau menyucikan rambut si kecil dari

segala macam najis dan diharapkan nantinya si kecil akan tumbuh sehat dan

dijauhkan dari berbagai macam penyakit. Selain itu upacara ini juga

merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah

mengaruniakan seorang anak.


64

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama R.I, 1986.

A. Michael Huberman dan Matthew B. Miles, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:


UI, 1992.

Al-Marhum As-Sayyid Al-Hasyimi. Muhtarul Hadits An-Nabawiyah. Cet. 6..

Anonim, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusata Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional, 2008.

Bewa Ragawino, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat Indonesia, Bandung:


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, 2008.

Departemen Agama, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Sakinah I,


Jakarta:Direktorat Jenderal, 2003.

Heru Kuswanto, Modul: Hukum Adat, Surabaya: Fakultas Hukum Universitas


Narotama Surabaya, 2011.

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Sulthan Thaha
Press, 2007.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah, Edisi Revisi,


Jambi: Syari’ah Press, 2012.
65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai