Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

TINJAUAN HUKUM TENTANG KEDUDUKAN GUBERNUR


SEBAGAI PENDIRI DAN PEMEGANG SAHAM PT. BANK SULTENG

HARDYANTO / D 101 07 278

PEMBIMBING :

I :_____________________________
II :______________________________

ABSTRAK

Perseroan Terbatas (PT). Bank Sulteng semula bernama Bank


Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, kemudian beralih menjadi PT. Bank
Sulteng, perubahan status ini secara yuridis mengakibatkan status Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tengah dalam hal ini Guebernur berubah pula, artinya yang
semula berhak untuk membuat kebijakan sendiri dalam pengelolaan bank yang
bersangkutan, namun setelah berubah status menjadi PT. Bank Sulteng posisi
Gubernur hanyalah merupakan pemegang saham mayoritas, dan untuk
membuat suatu kebijaksanaan pada Bank Sulteng tidak bisa dilakukan sendiri
oleh gubernur, melainkan harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), sebagaimana ditentukan Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Tebatas. Secara yuridis modal yang disertakan
Provinsi Sulawesi Tengah pada PT. Bank Sulteng bukan lagi milik Provinsi
Sulawesi Tengah, tetapi merupakan modal yang dimilliki oleh PT. Bank
Sulteng yang berasal dari modal yang disetorkan, artinya modal yang berasal
dari Provinsi Sulawesi Tengah yang disetorkan kepada PT. Bank Sulteng, dan
penggunaannya sepenuhnya tergantung pada kepentingan PT. Bank Sulteng
sebagimana diatur dalam Anggaran Dasarnya. Dan selanjutnya Provinsi
Sulawesi Tengah tidak bisa turut campur secara langsung, kecuali dalam
statusnya sebagai pemegang saham, itupun harus dilakukan melalui Rapat
Umum Pemegang Saham RUPS). Dan dari hasil penelusuran bahwa selama
ini tidak pernah dilaksanakan RUPS untuk membicarakan penambahan modal
PT. Bank Sulteng, tetapi secara sepihak diputuskan oleh Pemerintah Sulawesi
Tengah dengan berkoordinasi dengan DPRD. Padahal penambahan modal
dalam suatu Perseroan ada ketentuannya dalam. Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU. Perseroan)

Kata Kunci : Kewenangan, PT. Bank Sulteng, dan Pemegang Saham

I. PENDAHULUAN tercermin pada kenyataan bahwa Badan Usaha


A. Latar Belakang Milik Negara (BUMN) pun menjalankan
Bentuk badan usaha yang paling banyak usahanya dalam bentuk PT.1 Sementara itu
digunakan oleh pelaku usaha adalah Perseroan
1
Terbatas (selanjutnya disingkat PT). Pasal 11 Uu. No.19 Tahun 2003 Tentang Badan
Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dijalankan Usaha Milik Negara “Terhadap Perseroan Berlaku
pemerintah, pada dasarnya, memberikan Ketentuan Dan Prinsip-Prinsip Bagi Perseroan
Terbatas Sebagaimana Diatur Dalam Undang-Undang
preferensi pada bentuk ini, ini misalnya Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas”

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

karena sifatnya, PT harus dapat mendorong sejumlah orang. Maka harus diberikan
arah perkembangan sector swasta yang karakteristik, sekali modal masuk dalam
diharapkan lebih berperan dalam persekutuan, pada prinsipnya tidak dapat lagi
pembangunan nasional, khususnya dalam ditarik kembali oleh pemegang saham, agar
pembangunan perekonomian. modal tersebut relatif stabil. Maka jika
PT adalah konsep hukum yang muncul seorang pemegang saham ingin keluar dari PT
dalam abad ke 19, bentuk ini merupakan maka ia tidak dapat menarik kembali
inovasi institusional penting dari revolusi modalnya dari PT. Tetapi dengan demikian
industri kapitalis modern.2 Seringkali tidak berarti ia tidak bisa keluar dari PT.
dikatakan, bahwa perseroan terbatas Bahkan sesungguhnya sewaktu-waktu ia dapat
merupakan penemuan tunggal terbesar di keluar dari PT, tetapi bukan dengan jalan
zaman modern. Bahkan, penemuan tenaga uap menarik kembali modal yang telah
dan listrik, jauh kurang penting dari perseroan ditanamkannnya, melainkan harus
terbatas. Penulis sejarah ekonomi di masa mengalihkan sahamnya kepada pihak lain
datang akan menempatkan pencipta perseroan yang berkeinginan mengambil alih. Di sinilah
terbatas yang tanpa pada tempat yang letak keistimewaan PT, PT merupakan satu-
terhormat seperti yang diberikan oleh James satunya asosiasi yang bersaham. Tidak kita
Watt, Stephenson, dan pionir-pionir lainnya temukan asosiasi lain yang mengeluarkan
dari revolusi industria. Pernyataan di atas, saham.
yang banyak diutarakan pada awal abad ini, Pemegang saham yang memasukkan
tentu saja menunjukkan betapa pentingnya modalnya dalam suatu PT, berarti uang yang
badan hukum per-seroan dalam kehidupan dimasukkannya tersebut bukan lagi miliknya
modern ini.3 dan terpisah dengan kekayaan pemegang
Karakteristik utama dari bentuk PT saham tersebut, sebagai gantinya pemegang
adalah adanya tanggung jawab terbatas, saham mempunyai hak untuk menerima
kemungkinan kepemilikan dan pengalihan deviden dari PT tersebut.
saham secar mudah dapat dilakukan dan Bagi mereka yang menanamkan
berstatus badan hukum. PT dapat modalnya dalam PT (pemegang saham) secara
dikelompokkan menjadi PT tertutup dan PT pasti tidak akan memikul kerugian utang itu
terbuka (go public). Ciri-ciri utama dari PT lebih dari bagian harta kekayaannya yang
tertutup adalah jumlah pemegang sahamnya tertanamam dalam Perseroan. Jadi makna
tidak banyak, biasanya dalam kalangan “terbatas” itu sekaligus mengandung arti
tertentu saja dan pada umumnya pemegang keterbatasan baik dari sudut Perseroan
saham juga berpartisipasi dalam management maupun dari sudut penanam modal (pemegang
PT, sedang PT terbuka pemegang sahamnya saham). Maka sebab itulah dikatakan
berjumlah besar, karena sahamnya diperjual tanggung jawab terbatas itu mempunyai ari
belikan di bursa efek, sehingga setiap orang penting sebagai umpan pendorong agar
dapat membelinya. bersedia ikut serta menanamkan modal.
PT digolongkan sebagai asosiasi untuk Dengan pertanggungjawaban terbatas itu,
menghimpun modal-modal yang besar dari terlebih dahulu sudah dapat diramalkan berapa
besar maksimal risiko kerugian yang mungkin
(Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 40 diderita.4
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas). Tanggung jawab terbatas pemegang
2
Soemarso Sr, 1991, Peranan Akutansi Dalam
Kewajiban Pelaporan Keuangan Perseroan Terbatas, saham sebagaimana dikemukakan di atas
Makalah Disajikan Dalam Temu Karya “Pembaharuan dinyatakan dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-
Hukum Ekonomi Di Indonesia”, Pusat Pengkajian
Hukum Jakarta, Tgl. 22 - 23 Januari 1991.
3 4
Chatamarrasyid Ais, Peenerobosan Cadar Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri
Perseroan Dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan, Perrseroan Terbatasi, Citra Adiya Bakti,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, Hlm.1. Bandung,1996 Hlm. 12.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang pemegang saham, karena para pemegang
Perseroan Terbatas (UU. Perseroan), yakni saham tidak boleh bentindak secara individu,
“Pemegang saham tidak bertanggung jawab kalaupun ada pemegang saham yang bertindak
secara pribadi atas perikatakan yang dibuat dan memperatasnamakan PT, maka akibat
atas nama Perseroan melebihi saham yang hukum yang timbul dari tindakan itu tidak sah
dimiliki”. Ketentuan ini mempertegas ciri PT dan diluar tanggung jawab PT, tetapi
bahwa pemegang saham hanya bertanggung merupakan tanggung jawab pribadi pemegang
jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang saham yang melakukan tindakan tersebut.
dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan Beberapa waktu yang lalu Gubernur,6
pribadinya. mengangkat dan memberhentikan Direksi PT.
Rumusan terakhir dari Pasal 3 ayat (1) Bank Sulteng tanpa melalui RUPS melainkan
UUPT mengandung arti bahwa pemegang hanya berdasarkan surat keputusan saja, hal ini
saham tidak bertanggung jawab atas kerugian jelas merupakan pelanggaran terhadap Pasal
Perseroan yang melebihi nilai saham yang 44 ayat (1) UUPT, yang menetapkan bahwa
telah diambilnya, tanggung jawab adalah Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.
sepenuhnya ada pada Perseroan, dengan harta B. Rumusan Masalah
kkekayaan perseroan sendiri. Manakala harta 1. Bagaimanakah Kedudukan Hukum
kekayaan Perseroan tidak mencukupi, maka Propinsi Sulawesi Tengah Sebagai Pendiri
cukuplah dengan harta kekayaan Perseroan dan Pemegang Saham Mayoritas Pada PT.
yang ada. Bank Sulawesi Tengah?
Meskipun UU.Perseroan membatasi 2. Bagaimanakah status hukum penyertaan
tanggung jawab permilik saham, tapi dalam modal atau saham Pemerintah Daerah
praktek seringkali pemegang saham masih Sulawesi Tengah Dalam PT. Bank
terus memberikan dana kepada Perseroan yang Sulawesi Tengah?
mengalami masalah keuangan, misalnya tidak
mampu membayar utangnya kepada pihak II. PEMBAHASAN
ketiga, atau untuk untuk kepentingan
penambahan modal untuk memperluar A. Kedudukan Hukum Propinsi Sulawesi
ekspansi Perseroan yang bersangkutan. Dan Tengah Sebagai Pendiri dan Pemegang
yang lebih parah lagi adakalanya pemegang Saham Mayoritas Pada PT. Bank
saham mengambil kebijakan-kebijakan Sulawesi Tengah
tertentu tanpa melalui RUPS, yang merupakan
kekuasaan tertinggi dari suatu PT. Salah satu Sebelum mengkaji mengenai kedudukan
contoh dalam kasus demiikian ini adalah yang Provinsi Sulawesi Tengah dalam PT. Bank
terjadi pada PT. Bank Sulteng. Sulteng, terlebih dahulu dikemukakan
PT. Bank Sulteng5, adalah suatu PT mengenai profil Provinsi Sulawesi Tengah
yang didirikan oleh pihak Pemerintah Daerah yang merupakan suatu daerah otonom
Propensi Sulawesi Tengah (sebagai pemegang sebagaimana di atur dalam Undang-Undang
saham mayoritas) dan seluruh Pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Daerah (selanjutnya disebut UU. Otonomi
Tengah. Menurut ketentuan Undang-Undang Daerah).
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Sejak ditetapkan statusnya sebagai suatu
Terbatas (UUPT) , organ yang memiliki provinsi yang memiliki wilayah dan
kekuasaan yang tertingi dalam PT adalah pemerintahan sendiri maka dengan demikian
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang provinsi Sulawesi Tengah merupakan subyek
merupakan pendelegasian kewenangan para hukum, yang dalam kegiatannya atau

5
Sebelum Pt. Bank Sulteng Adalah Suatu
6
Perusahaan Daerah ( Pd. Bank Pembangunan Sulteng).. Pada Periode Pemerintahan H.B Paliudju.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

perbuatan/tindakan hukumnya diwakili oleh formal sebuah PT tidak dimiliki oleh siapa-
Gunernur Sulawesi Tengah. siapa, melainkan pemiliknya adalah PT itu
Otonomi Daerah mempunyai hak, sendiri, hal ini ber-dasarkan UUPT, bahwa PT
wewenang, dan kewajiban untuk mengatur adalah suatu badan hukum, yang ber- arti PT
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dalam subyek hukum yang mempunyai hak
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dan kewajiban dalam lalu lintas hukum, yang
dengan peraturan perundang-undangan (vide ada dalam suatu PT adalah pemilik saham (ic.
Pasal 1 angka 5 UU. Otonomi Daerah). Provinsi Sulawesi Tengah). Karena kesalah
Sedangkan Daerah otonom, selanjutnya pahaman inilah Pemerintah Provinsi Sulawesi
daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum Tengah bersama DPRD Sulawesi Tengah telah
yang mempunyai batas-batas wilayah yang memasukkan penambahan modal PT. Bank
berwenang mengatur dan mengurus urusan Sulteng dalam APBD (Anggaran Pendapatan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat dan Belanja Daerah), karena me-nganggap PT.
setempat menurut prakarsa sendiri Bank Sulteng adalah milik Provinsi Sulawesi
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Tengah, yang sebenarnya Provinsi Sulawesi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (vide Tengah hanyalah pemegang saham mayoritas.
Pasal 1 angka 6 UU. Otonomi Daerah). Sebagai pemegang saham Kota Provinsi
Selanjutnya Daerah Otomom dipimpin oleh Sulawesi Tengah mempunyai tanggung jawab
Pemeritah Daerah, yang terdiri atas Gubernur terbatas. Tanggung jawab terbatas ini
utuk tingkat Provinsi, Bupati dan Walikota merupakan karakteristik yang paling menarik
untuk Daerah Tingkat II. dalam suatu PT. Makna tanggung jawab
Sebagai suatu daerah otonom, Provinsi terbatas adalah bahwa pemegang saham hanya
Sulawesi Tengah berdasarkan Pasal 21 huruf bertanggung jawab sebesar nilai nominal
(g) UU. Otonomi Daerah berhak mendapatkan saham yang dimiliki, dan bila pemegang
sumber-sumber pendapatan lain yang sah. saham telah menyetor semua harga sahamnya,
Salah satunya adalah melalui bagian laba atas maka pemilik saham yang bersangkutan tidak
penyertaan modal pada perusahaan milik dapat lagi dituntut untuk memasukkan modal
swasta atau kelompok usaha masyarakat bila PT mengalami defisit permodalan.7
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf Dari penjelasan tersebut di atas harus
(c) Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 dipahami bahwa Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan tidak dapat lagi membantu permodalan yang
Keuangan Daerah. dianggarkan dalam APBD, karena PT. Bank
Bagian laba sebagaimana dimaksud di Sulteng sepenuhnya tunduk pada ketentuan
atas dapat diperoleh bila Provinsi Sulawesi UUPT, yang berarti bukan Badan Usaha Milik
Tengah menanamkan ivestasi jangka panjang Daerah, tetapi badan usaha sawasta. Jadi
(lebih dari 12 bulan) antara lain kepemilikan perbeda dengan Perusahaan Daerah Sulawesi
odal dalam suatu badan usaha (vide Pasal 71 Tengah PD. Sulteng) yang apabila
ayat (4) Penmendagri No. 13/2006). permodalannya mengalami defisit Provinsi
Berdasarkan ketentuan hukum Sulawesi Tengah dengan persetujuan DPRD
sebagaimana dimaksud di atas, maka Provinsi dapat turun tangan memberikan bantuan.
Sulawesi Tengah mendirikan sekaligus Meskipun Provinsi Sulawesi Tengah
mengivestasikan modalnya pada PT. Bank mempunyai tanggung jawab terbatas pada PT.
Sulteng dengan cara membeli saham, sehingga Bank Sulteng, tanggung jawab terbatas ini
dengan demikian merupakan pemilik saham dapat dikesamping-kan oleh Pengadilan
PT. Bank Sulteng. berdasarkan prinsip, sifat terbatasnya
Dalam praktek seringkali terjadi salah
paham yang menganggap bahwa PT. Bank 7
Sulteng solah-olah adalah milik Provinsi Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab
Pemegang Saham, Direksi, & Komisaris Perseroan
Sulawesi Tengah, padahal secara yuridis Terbatas (Pt), Visimedia, Jakarta, 2009, Hlm 56
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

tanggung jawab Provinsi Sulawesi Tengah dokterin yang mengenyampinkan pembatasan


disebut pierce the corporate veil. tersebut (hal ini diuraikan pada pembahasan
Pengenyampingan tanggung jawab tersebut berikutnya).
mengacu pada prinsip di mana pengadilan Ada tiga tujuan adanya tanggung jawab
demi hukum dapat mengenyampingkan terbatas bagi Kota Palu sebagai pemegang
prinsip pemisahan dalam PT dan pegang saham, yakni9 :
saham harus bertanggung jawab atas tindakan Pertama tanggung jawab terbatas untuk
perusahaan jia tindakan tersebut disebabkan melindungi Provinsi Sulawesi Tengah dari
oleh pemegang saham. kerugian yang lebih besar di luar apa yang
Prinsip umum dalam PT menyatakan telah diinvestasikan.
bahwa PT merupakan badan hukum yang Kedua, Provinsi Sulawesi Tengah
kekayaannya terpisah dari para pemegang sebagai pemegang saham mampu
saham, direksi, dan komisaris. Sehingga mengalihkan risiko kegagalan bisnis yang
dengan demikian kewajiban PT. Bank Sulteng potensial kepada kreditur perusahaan.
merupakan tanggung jawab PT tersebut dan Ketiga, untuk mendoromg investasi dam
bukan merupakan tanggung jawab Provinsi menfaslitasi akumlasi modal perusahaan.
Sulawesi Tengah sebagai pemegang saham. Prinsip tanggung jawab terbatas pada
Hal ini secara tegas dirumuskan dalam Pasal 3 umumnya mem- punyai dua keuntungan yang
ayat (1) UUPT, bahwa “Pemegang saham dapat dinikmati oleh pemegang saham,
Perseroan tidak bertanggung jawab secara khususnya Provinsi Sulawesi Tengah sebagai
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama pemegang saham. Pertama, tanggung jawab
Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas terbatas dapat mendorong terciptanya efisiensi
kerugian Perseroan melebihi saham yang modal. Kedua, tanggung jawab terbatas
dimilikinya.” memberikan akses bagi Provinsi Sulawesi
Pengecualian dari ketentuan Pasal 3 ayat Tengah untuk meminimalisasikan risiko dalam
(1) UUPT tersebut ditegaskan dalam Pasal 3 kegiatan usaha PT. Bank Sulteng, sehingga
ayat (2) UUPT tidak berlaku apabila” Provinsi Sulawesi Tengah dapat memperoleh
a. persyaratan Perseroan sebagai badan keungang yang diharapkanna.
hukum belum atau tidak terpenuhi; Dokterin piercing the corporate10 dapat
b. pemegang saham yang bersangkutan baik diterapkan pada kasus Provinsi Sulawesi
langsung maupun tidak langsung dengan Tengah sebagai pemegang saham PT.Bank
itikad buruk memanfaatkan Perseroan Sulteng, hal terjadi bila modal PT tersebut
untuk kepentingan pribadi; tidak mencukupi, kegagalan untuk memenuhi
c. pemegang saham yang bersangkutan formalitas pendirian PT. Bank Sulteng, dan
terlibat dalam perbuatab melawan hukum Provinsi Sulawesi Tengah menyalahgunakan
yang dilakukan oleh Perseroan, atau; kewenangan dalam perusahaan sebagai akibat
d. pemegang saham yang bersangkutan baik adanya dominasi Provinsi Sulawesi Tengah
langsung maupun tidak langsung secara sebagai pemegang saham mayoritas. Selain itu
melawan hukum menggunakan kekayaan dokterin piercing the corporate dapat
Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan dikenakan kepada Kota Palu bila menghindar
Per-seroan, yang mengakibatkan kekayaan dari kewajiban hukum, dan Kota Palu sebagai
Perseroan menjadi tidak cukup untuk pemegang saham mayoritas menjamin untuk
melunasi utang Perseroan.8 menanggung kewajiban PT. Bank Sulteng.
Selain ketentuan Pasal 3 ayat (2) yang Faktor jaminan Provinsi Sulawesi
mengenyampingkan pembatasan tanggung Tengah sebagai pemegang saham mayoritas
jawab pemegang saham terdapat beberapa atas utang PT. Bank Sulteng terkait dengan

8 9
M. Yahya Haharap, Hukum Perseroan Rapat Umum Pemegang Saham (Rups)
10
Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm 46 M. Yahya Harahap, Op Cit, Hlm 54
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

faktor permodalan, hal ini terjadi karena dari Provinsi Sulawesi Tengah sebagai
Provinsi Sulawesi Tengah dalam membatu pemegang saham mayoritas atas enititas PT.
permodalan bagi PT. Bank Sulteng dan keadaan-keadaan lain yang
Selain faktor-faktor di atas, ada pula menunjukkan tidak adanya pemisahan antara
faktor lain yang dapat dikenakan dokterin Provinsi Sulawesi Tengah dengan PT. Bank
piercing the corpotare veil terhadap Provinsi Sulteng. Keadaan-keadaan lain ini misalnya
Sulawesi Tengah sebagai pegang saham modal PT. Bank Sulteng tidak terpenuhii,
dominan, hal ini terjadi bila Provinsi Sulawesi adanya dominasi Pemerintah Provinsi
Tengah merekomendasikan penyaluran dana Sulawesi Tengah sebagai pemegang saham
PT. Bank Sulteng kepada pihak ketiga, yang mayoritas, sehingga dapat menyalahunakan
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip perbankan, PT. Bank Sulteng.
khususnya prinsip kehati-hatian. Dokterin Agency, dapat pula dikenakan
Selain dokterin piercing the corporate pada Provinsi Sulawesi Tengah, apabila
veil yang dapat dikanakan kepada pemegang B. status hukum penyertaan modal atau
saham, juda dapat diikenakan dokterin alter saham Pemerintah Daerah Sulawesi
ego atau mere instrumentality. Kedua teori ini Tengah Dalam PT. Bank Sulawesi
mengajarkan, bahwa pemegang saham akan Tengah
dikenakan tanggung jawab tidak terbatas jia
ada penyatuan keuntungan pemegang saham Provinsi Sulawesi Tengah sebagai
dan perusahaan atau tidak ada pemisahan pemegang saham memperlakukan atau
kekayaan antara pemegang saham dan entitas menggunakan entitas PT. Bank Sulteng
perusahaan.11 sebagai agennya. Dan hal ini dalam
Teori tersebut di atas, kiranya dapat kenyataannya memang dapat dilihat bahwa
diterapkan pada Kota Palu sebagai pemegang Pemerintah Sulawesi Tangah melalui
saham mayoritas, hal ini disebabkan karena Gubernur menjadikan PT. sebagai agennya
nampak tidak ada pemisahan kekayaan yang dalam melakukan, khususnya yang terkait
tegas antara Pemerintah Sulawesi Tengah dengan pengolaan Bank Sulteng, semuanya
sebagai pemegang saham mayoritas dengan harus melalui persetujuan Gubernur, padahal
PT. Bank Sulteng, karena Provinsi Sulawesi seharusnya semua kebijakan harus dijalankan
Tengah menganggap dirinya sebagai pemilik oleh Direksi berdasarkan Anggaran Dasar PT.
PT. Bank Sulteng sehingga memasukkan Bank Sulteng12.
penyaluran modal pada PT tersebut melalui Penyertaan modal artinya, Provinsi
beberapa APBD Provinsi Sulawesi Tengah. Sulawesi Tengah memisahkan sebagian
Bila suatu saat kasus seperti di atas kekayaannya atau dananya yang kemudian
terjadi dan berlanjut pada penyelsaian di dimasukkan sebagai saham dalam PT. Bank
pengadilan, maka pengadilan dapat Sulteng. Perlu dicatat bahwa penyertaan
berargumentasi bahwa ketika Provinsi modal tidak dapat ditarik kembali, dengan
Sulawesi Tengah selaku pemegang saham demikian dana Provinsi Sulawesi Tengah yang
mayoritas gagal untuk menjaga karakteristik digunakan sebagai modal dalam bentuk saham
khusus PT. Bank Sulteng sebagai badan PT. Bank Sulteng secara yuridis berubah
hukum, maka Provinsi Sulawesi Tengah tidak statusnya menjadi milik PT. Bank Sulteng,
akan mendapat keuntungan yang dapat dan untuk itu Provinsi Sulawesi Tengah hanya
dipoerolehnya dari pemisahan hukum entitas berhak untuk mendapatkan laba atas
yaitu adanya tanggung jawab terbatas. penyertaan modalnya dari PT. Bank Sulteng,
Pangadilan dapat menggunakan tolok hal ini ditegaskan dalam Pasal 26 ayat (3)
ukur yaitu, minimal harus ada pengendalian huruf c Perrmendagri. No 13 Tahun 2006.

11
Ridwan Khairandi, Hukum Perseroan
12
Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm. 270. M. Yahya Harahap, Op Cit, Hlm 68
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

Meskipun demikian dalam praktek Kota disertakan modal Provinsi Sulawesi Tangah
Palu melalui Pemerintah Provinsi Sulawesi pada pada PT. Bank Sulteng melalui APBD
Tengah atau bahkan DPRD menganggap dana menimbulkan kerugian pada keuangan daerah
yang disertakannya pada PT. Bank Sulteng dan dengan demikian dapat merusak
tetap merupakan miliknya, sehingga setiap keseimbangan fundamental perekonomian
saat Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah.
berusaha selalu menambah modal tersebut Secara yuridis modal yang disertakan
melewati APBD, dengan demikian dana yang Provinsi Sulawesi Tengah pada PT. Bank
disertakan dalam PT. Bank Sulteng tersebut Sulteng bukan lagi milik Provinsi Sulawesi
dikategorikan dalam belanja daerah, padahal Tengah, tetapi merupakan modal yang
menurut Pasal 15 ayat (3) Permendagri. No. dimilliki oleh PT. Bank Sulteng yang berasal
13 Tahun 2006 bahwa APBD mempunyai dari modal yang disetorkan, artinya modal
fungsi otorisas, perencana-an, pengawasan, yang berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah
alokasi, distrubusi, dan stabilisasi. yang disetorkan kepada PT. Bank Sulteng, dan
Menurut Pasal 16 ayat (4) Permendagri. penggunaannya sepenuhnya tergantung pada
No. 13 Tahun 2006, alokasi sebagaimna kepentingan PT. Bank Sulteng sebagimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) diatur dalam Anggaran Dasarnya. Dan
mengandung arti bahwa anggaran daerah selanjutnya Provinsi Sulawesi Tengah tidak
harus diarahkan untuk menciptakan lapangan bisa turut campur secara langsung, kecuali
kerja/mengurangi pengangguran dan dalam statusnya sebagai pemegang saham,
pemborosan sumber daya, serta meningkatkan itupun harus dilakukan melalui Rapat Umum
efisiensi dan efektifitas perekonomian. Pemegang Saham RUPS). Dan dari hasil
Fungsi alokasi APBD sesuai ketetuan penelusuran bahwa selama ini tidak pernah
tersebut di atas tidak dipenuhi, bahkan dilaksanakan RUPS untuk membicarakan
sebaliknya penyertaan modal melalui APBD penambahan modal PT. Bank Sulteng, tetapi
tersebut bahkan terindikasi merupakan suatu secara sepihak diputuskan oleh Pemerintah
pemboronsan keuangan Provinsi Sulawesi Sulawesi Tengah dengan berkoordinasi
Tengah, dan bahkan selama ini Provinsi dengan DPRD. Padahal penambahan modal
Sulawesi Tengah belum pernah menerima dalam suatu Perseroan ada ketentuannya
deviden, karena pendapatan atau keuntungan dalam UUPT.
PT. Bank Sulteng masih digunakan untuk Mengenai penambahan modal Perseroan
pengembangan usaha dan aset. menurut Pasal 21 ayat (1) UUPT dikategori
Fungsi distribusi mengandung arti perubahan AD tertentu. Dan menurut Pasal 19
bahwa kebijak-an anggaran daerah harus ayat (1), setiap perubahan AD ditetapkan oleh
memperhatikan rasa keadilan dan keptutan. RUPS. Dengan demikian, ketentuan Pasal 41
Fungsi ini juga tidak terpenuhi, khususnya ayat (1) yang mengatakan penambahan modal
yang menyangkut kepatutan, karena adalah Perseroan harus berdasar “persetujuan” RUPS
suatu hal yang tidak patut bahwa Provinsi (jadi bukan persetujuan DPRD), sejalan
Sulawesi Tengah memberikan bantuan dengan apa yang digariskan pasal-pasal
melalalui APBD kepada PT. Bank Sulteng tersebut di atas. Oleh karena itu, menurut
yang notabena atalah suatu perusahaan privat hukum tidak mengkin terjadi penambahan
yang tunduk sepenuhnya pada ketentuan modal Perseroan tanpa persetujuan RUPS (i.c.
UUPT. sebagaimana terjadi pada PT. Bank Sulteng).
Fungsi stabilitas mengandung arti bahwa Dapat saja Gubernur sebagai anggota
anggaran pe-merintah daerah menjadi alat Dewan Komisaris menyetujui pelaksanaan
untuk memelihara dan meng- upayakan RUPS atas penambahan modal PT. Bank
keseimbangan fundamental perekonomian Sulteng asalkan hal tersebut berdasarkan
daerah. Hal ini juga jauh dari kenyataan, penyerahan yang dilakukan oleh RUPS (vide
bahkan yang terjadi sebaliknya bahwa dengan Pasal 41 ayat (2) UUPT). Berdasarkan
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

Penjelasan Pasal ini, yang dimaksud dengan mengintervensi bank tersebut. Berdasrkan hal
“pelaksanaan” dalam ketentuan ini adalah tersebut di atas disarankan agar Pemerintah
penentuan saat, cara, dan jumlah penambahan Provinsi Sulawesi Tengah dan DPRD tidak
modal yang “tidak melebihi” batas maksimum mencapuri kebijakan yang diambil oleh
yang ditetapkan oleh RUPS. Pada kenyataan Direksi PT. Bank Sulteng sepanjang tidak
ketentuan ini tidak pernah diaplikasikan oleh bertentangan Anggaran Dasarnya, apalagi
Gubernur sebagai anggota Dewan Komisaris kebijakan tersebut pada dasarnya bersumber
PT. Bank Sulteng. dari hasil RUPS di mana Provinsi Sulawesi
sendiri yang merupakan pemegang saham
III. PENUTUP maypritas yang mengendalikan RUPS
A. Kesimpulan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, maka
penulis dapat menarik kesimpulan:
1. Bahwa PT. Bank Sulteng merupakan suatu
perusahaan perbankan yang berstatus badan
hukum privat, hal ini mengandung
pengertian bahwa PT. Bank Sulteng
merupakan suatu subyek hukum yang
mandiri, yang secara yuridis tidak
mempunyai pemilik, yang ada hanyalah
pemegang saham pada PT. Bank Suteng.
Sehingga dengan demikian kedudukan
Provensi Sulawesi Tengah dalam bank
tersebut hanyalah sebagai pemegang saham
mayoritas saja. Sebagai pemegang saham
mayoritas maka Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan pemegang saham pengendali.
Sebagai pemegang saham mayoritas maka
suara terbanyak dalam RUPS berada di
pihak Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga
keputusan RUPS selalu berdasarkan suara
dari Provinsi Sulawesi Tengah, hal inilah
yang menyebabkan anggapan bahwa PT.
Bank Sulteng adalam milik Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Bahwa, adapun status penyertaan modal
dari Provinsi Sulawesi Tengah pada PT.
Bank Sulteng bukan lagi miliknya tetapi
milik PT. Bank Sulteng, dan dalam hal ini
Provinsi Sulawesi Tengah hanya berhak
untuk menerima deviden saja dari bank
yang bersangkutan.

B. Saran
Mengingat adanya anggapan bahwa PT.
Bank Sulteng dan penyertaan modalnya adalah
milik Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan
DPRD Sulawesi Tengah sering
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Chatamarrasyid Ais, Peenerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum
Perusahaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Frans Satrio Wicaksono, Tanggung jawab Pemegang Saham, Direksi, & Komisaris
Perseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009.

M. Yahya Haharap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perrseroan TerbatasI, Citra Adiya Bakti,


Bandung,1996.

Ridwan Khairandi, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Soemarso SR, 1991, Peranan Akutansi Dalam Kewajiban Pelaporan Keuangan Perseroan
Terbatas, Makalah disajikan dalam temu karya “Pembaharuan Hukum Ekonomi di
Indonesia”,

Pusat Pengkajian Hukum Jakarta, tgl. 22 - 23 Januari 1991.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

C. Internet, Karya Tulis Ilmiah, artikel dan Lain-Lain

Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS )


Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

BIODATA

HARDYANTO, Lahir di .........., .............................. Alamat Rumah Jalan


........................................, Nomor Telepon +62...................., Alamat Email
........................................

Anda mungkin juga menyukai