64BahasaIndonesiaversion June 2011
64BahasaIndonesiaversion June 2011
Gambar sampul
Depan: Hari Masyarakat Adat Sedunia, 9 Agustus, Wamena , Papua. © Muridan Widjojo
Belakang: Sebuah desain batik dari Indonesia. © iStockphoto
t + 41 22 908 11 30
f +41 22 908 11 40
e info@hdcentre.org
w www.hdcentre.org © Centre for Humanitarian Dialogue, 2011
Juni 2011
Ringkasan ....................................................................................................................................................................................................................... 9
Pengantar 9
Isu-isu signifikan dalam proses perdamaian di Indonesia 11
Pengamatan 13
Lampiran ...................................................................................................................................................................................................................... 70
Keseluruhan POLRI
Adat Kepolisian Negara Republik Indonesia
Serangkaian hukum kebiasaan atau peraturan tak TNI
tertulis yang mengatur praktek sosial politik dan Tentara Nasional Indonesia
ekonomi, serta menyelesaikan persengketaan.
DOM
Bappenas Daerah Operasi Militer
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
DPD
BIN Dewan Perwakilan Daerah
Badan Intelijen Negara
DPR
Brimob Dewan Perwakilan Rakyat
Brigade Mobil
Kodam
Bupati Komando Daerah Militer
Wilayah Indonesia terbagi ke dalam provinsi.
Provinsi, kabupaten dan kotapraja memiliki Kodap
pemerintahan sendiri dan badan parlemen. Komando Daerah Perang
Kabupaten dipimpin oleh bupati. Menko Kesra
ELSHAM Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia Pemekaran
PI Pembagian provinsi atau kabupaten ke unit
Pemerintah Indonesia administratif yang lebih kecil
KontraS UKP4
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan
Kekerasan Pengendalian Pembangunan
KOPASSUS YLBHI
Komando Pasukan Khusus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
LIPI AJI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Aliansi Jurnalis Independen
GPM OTSUS
Gereja Protestant Maluku Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
ICMI PDP
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Presidium Dewan Papua
MMC JDP
Maluku Media Centre Jaringan Damai Papua
Malino II PVC
Perjanjian Perdamaian Malino II Papuan Volunteer Corps
PDI-P UP4B
Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat
PDI
Partai Demokrasi Indonesia WPNA
West Papua National Authority
PARKINDO
Partai Kristen Indonesia
Khusus Poso
POKJA-RKP
Khusus Papua Kelompok Kerja Resolusi Konflik Poso
DAP PRKP
Dewan Adat Papua Pusat Resolusi Konflik dan Perdamaian
DPRD GKST
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gereja Kristen Sulawesi Tengah
DPRP Malino I
Dewan Perwakilan Rakyat Papua Deklarasi Perdamaian Malino
Konflik dan kekerasan di terjadi antara desa Kristen dan Muslim, seringkali
dipicu oleh TNI. Pada 14 Januari 1999, terjadi keru-
Maluku: penyelesaian dan suhan antara umat Kristen dan Muslim di Dobo di
pendekatan pengelolaan tenggara Maluku.
Hal yang paling sering disebut sebagai pemicu
konflik di Ambon adalah peristiwa pada 19 Januari
Pengantar 1999 selama liburan hari raya Muslim, Idul Fitri.
Sebuah perselisihan kecil terjadi antara seorang
Konflik kekerasan di Maluku yang sebagian besar
pemuda Kristen dari Mardika, kabupaten di kota
terkonsentrasi di Ambon, adalah salah satu konflik
Ambon, dengan seorang pemuda Muslim dari
yang paling dahsyat yang pecah setelah kejatuhan
Batumerah, sebuah desa di sebelah Mardika.
rezim Soeharto. Konflik tersebut merenggut hampir
Desas – desus yang memperburuk perpecahan
5.000 nyawa dari tahun 1999 sampai 2002 dan
yang sudah ada antara komunitas Kristen dan
mengungsikan sepertiga dari penduduk Maluku
Muslim dimulai, mempengaruhi desa – desa
dan Maluku Utara.16 Sebelum pecahnya konflik
disekelilingnya ke dalam kekerasan. Pada awalnya,
komunal agama di kota Ambon, ada beberapa per-
perkelahian hanya terjadi antara orang Kristen
tempuran antar-agama di beberapa daerah lain di
Ambon dan pendatang Muslim dari Sulawesi
Indonesia. Pada November 1998, kerusuhan pecah
Selatan (Bugis, Buton dan Makassar), dengan
di Ketapang, Jakarta Utara, antara preman Ambon
masing – masing meluncurkan serangan mendadak
Kristen, dan Muslim. Dilaporkan setelah kerusuhan,
terhadap yang lain.18
hampir 200 preman Ambon dikirim kembali ke
Maluku oleh TNI AL Indonesia. Menurut para saksi
di Ambon, preman tersebut bertindak sebagai pro- Pendorong konflik
vokator pada pecahnya kekerasan untuk pertama Konflik di Maluku sering digambarkan sebagai
kalinya.17 Pada Desember 1998, di beberapa daerah permusuhan lama antara umat Muslim dan Kristen,
di Ambon, perkelahian dan serangan pembakaran walaupun kenyataannya lebih kompleks. Akibat
keterlibatan Eropa dalam perdagangan rempah pada
abad ke-16, hampir sekitar setengah dari penduduk
16 Brown, Graham., Wilson, Christopher dan Hadi, Suprayoga.,
“Overcoming Violent Conflict: Peace and Development Analysis in
Maluku sekarang adalah orang Kristen (50.2 persen
Maluku and North Maluku”, Vol. 4, Bappenas, (Jakarta: United menurut sensus tahun 2000); dibandingkan wilayah
Nations Development Programme dan Lembaga Ilmu Pengetahuan lain di Indonesia di mana 88 persen penduduknya
Indonesia, 2005).
17 Van Klinken, Gerry, “What caused the Ambon violence?”, Inside
Indonesia, No.60 (1999). Lihat juga: Aditjondro, “Di Balik Asap
Mesiu, Air Mata dan Anyir Darah di Maluku”, In Salampessy, Zairin 18 Panggabean, Samsu, “Maluku: The Challenge of Peace”, In van
dan Husain, Thamrin (Eds.), Ketika Semerbak Cengkih Tergusur Deveen, Hans (Ed.), Searching for Peace in Asia Pacific, (Boulder:
Asap Mesiu, (Jakarta: TAPAK Ambon, 2001). Lynne Rienner Publication, 2004).
adalah Muslim. Lebih dari 300 tahun penjajahan batkan orang Kristen diberi akses yang lebih besar
Belanda membagi masyarakat Maluku menurut dalam pendidikan dan posisi politik, sedangkan
garis agama, secara geografis dan sosial.19 Praktek Muslim menjadi mayoritas pedagang dan pebisnis.
– praktek tradisional diperkirakan telah meredam Menyusul kebijakan pemerintah untuk transmigrasi
ketegangan antara pihak Kristen dan Muslim dalam yang dimulai pada 1950-an, migrasi sukarela dari
kondisi yang stabil sampai pada1970-an.20 ‘Pela – Bugis, Buton dan Makassar yang bertumbuh pada
Gandong’, sebuah sistem aliansi desa yang unik di 1970-an, penduduk Maluku yang Muslim makin
Maluku Pusat, mengikat desa – desa Kristen dan bertambah. Pada 1990, Soeharto medirikan Ikatan
Muslim bersama – sama dan memainkan peran Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai
penting dalam hubungan sosial tradisional dan alat untuk mengamankan dukungan politik dari
pengalaman identitas budaya. kelompok Islam ketika kekuasaannya atas militer
Maluku mengalami banyak perubahan sosial memudar. Soeharto menggunakan ICMI sebagai
selama kepemerintahan Soeharto. Hubungan damai penyeimbang terhadap militer. ICMI menjadi sum-
antara Kristen dan Muslim yang terlihat hanyalah ber yang penting bagi perorangan untuk jabatan
lapisan luarnya saja. Penjajahan Belanda mengaki- pemerintahan yang penting, termasuk di Maluku.
Pada 1992, M. Akib Latuconsina, direktur ICMI di
Maluku diangkat menjadi gubernur. Beliau adalah
orang Maluku pertama dan orang sipil pertama
19 International Crisis Group, Indonesia: Overcoming Murder and Chaos
in Maluku, Asia Report No. 10, (Jakarta / Brussels: ICG, 2000). yang memegang jabatan tersebut, yang biasanya
20 Bartels, Dieter, “Your God is No Longer Mine: Muslim-Christian selalu ditempati oleh pejabat militer dari Jawa. Pada
Fratricide in the Central Moluccas after a Half-Millennium of 1996, semua bupati di provinsi adalah Muslim.
Tolerant Co-Existence and Ethnic Unity”, Dalam Pannell, Sandra
(Ed.), A State of Emergency: Violence, Society and the State in Eastern
Perubahan ini membuat kesal penduduk Kristen dan
Indonesia, (Darwin: Northern Territory University Press, 2003). lebih lagi membagi Maluku ke dalam garis agama.
1999 Januari Perkelahian jalanan yang kecil meningkat menjadi kerusuhan di kota Ambon dan sekitarnya.
Desember Konflik meningkat setelah gereja Silo dibakar dan pembantaian terjadi di desa Muslim Tobelo
di Maluku Utara.
Desember Front Kedaulatan Maluku (FKM) menyatakan kemerdekaan Republik Maluku Selatan (RMS).
2001 Januari Batalyon Gabungan (Yongab) melakukan “operasi pembersihan” dengan target kelompok
garis keras Muslim.
Mei Pemimpin Laskar Jihad, Ja’far Umar Talib dan FKM, Alex Manuputti ditangkap.
2004 April FKM mengibarkan bendera RMS, memicu kerusuhan di kota Ambon yang menewaskan 40 orang.
mengungkapkan bahwa Kopassus (pasukan khusus Kejadian – kejadian berikutnya tidak lagi memicu
TNI) dan sebuah geng Kristen yang melakukan kekerasan massa seperti yang terjadi sebelumnya.
serangan tersebut, bukan pihak Muslim seperti Pada April 2004, lebih dari 40 orang tewas dalam
dicurigai pada awalnya.27 Menurut banyak penga- kerusuhan menyusul pengibaran bendera RMS
mat, Kopassus mencoba memperpanjang konflik dirumah pemimpin FKM.29 Kerusuhan pecah lagi
dengan menyewa geng Kristen untuk melakukan di kota Ambon tapi mereda dalam waktu satu
serangan. Berty Loupatty, salah satu pemimpin minggu. Menyusul kerusuhan ini, pemboman
preman Kristen, mengaku jika serangan Soya kecil – kecilan terjadi tetapi tidak memicu reaksi
sebenarnya adalah perintah Kopassus.28 Hal ini keras dari masyarakat lokal.
memberikan pihak Kristen dan Muslim sebuah
alasan yang sama atas penolakan mereka terhadap
tentara. Sebuah kesamaan perasaan sebagai korban Tokoh dan inisiatif pengelolaan
mengurangi tingkat konflik komunal. konflik
Berbagai upaya telah diambil untuk mengakhiri
konflik, termasuk yang dipimpin oleh petugas
27 Muhammad, Najib, Security sector reform, democratic transition,
and social violence: The case of Ambon, Indonesia, Berghof Research
Center for Constructive Conflict Management, (Berlin: Berghof
Research Center for Constructive Conflict Management, 2004). 29 International Crisis Group, Indonesia: Violence Erupts Again in
28 Muhammad, Najib (2004), hal.8. Ambon, Asia Report No.32, (Jakarta/Brussels: ICG, 2004).
9. Dalam upaya menjaga ketertiban dan keamanan Fase pemulihan dan pembangunan
seluruh wilayah dan masyarakat diharapkan adanya Perjanjian Malino II menandai sebuah titik balik
kekompakan dan ketegasan untuk TNI/Polri sesuai
fungsi dan tugasnya. Sejalan dengan itu, segala
dalam pendekatan pemerintah untuk mengelola
fasilitas TNI segera dibangun kembali dan dikembalikan konflik. Baik pemerintah daerah dan pusat
fungsinya. menganggap perjanjian damai tersebut menandai
10. Untuk menjaga hubungan dan harmonisasi seluruh dimulainya fase pemulihan konflik. LSM – LSM
masyarakat, pemeluk agama Islam dan Kristen dan masyarakat sipil juga beralih dari penyedia
maka segala upaya dan usaha dakwah harus tetap
bantuan darurat ke aktivitas pembangunan
menjunjung tinggi undang-undang dan ketentuan lain
tanpa pemaksaan. perdamaian.
keluarga tinggal dalam satu rumah dan jumlah orang ke desanya tetapi desa – desa disekitarnya tidak mau
yang berbeda-beda dalam setiap keluarga. Perubahan menerima mereka kembali.” 59
ini sangat mempengaruhi distribusi perawatan Kembalinya pengungsi setelah konflik komunal
kesehatan, makanan dan rekonstruksi rumah. adalah masalah kompleks, khususnya di Maluku
Setelah Inpres No. 6 berlaku pada 2004, Pemer- di mana banyak pengungsi adalah transmigran
intah mulai melaksanakan langkah – langkah yang dari Bugis, Buton dan Makassar. Pendatang ini
lebih serius untuk membantu pengungsi. Namun, tinggal di Ambon sebelum mereka melarikan diri
masalah korupsi dan data yang tidak dapat diand- dari kekerasan. Mereka kehilangan harta miliknya
alkan masih tetap ada. Selain itu, pendekatan yang sebelum konflik, tapi tidak dapat memperlihatkan
diambil untuk membangun kembali komunitas dokumen registrasi atau bukti lainnya untuk
berfokus pada bangunan fisik dan rekonstruksi – membuktikan bahwa mereka pernah tinggal di
perhatian yang kecil diberikan untuk memperbaiki Ambon. Kesulitan dalam memverifikasi siapa yang
hubungan dan membangun kepercayaan antara sebenarnya tinggal di Ambon sebelum konflik dis-
pengungsi dan masyarakat sekitarnya. Salah satu alahgunakan oleh beberapa orang yang datang ke
PNS menegaskan masalah tersbut bahwa “beberapa
pengungsi tidak mau kembali ke desa mereka karena
trauma dan takut akan pengalaman mereka diserang 59 Wawancara Akiko Horiba dengan mantan asisten II Provinsi
para tetangga. Atau pengungsi tersebut ingin kembali Maluku, kota Ambon, 2 September 2009.
Berasal dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakorsutanal), Pemerintah Indonesia
PI bereaksi langsung. Pada Desember 1961, Dalam kondisi Perang Dingin dan takut bahwa
Presiden Sukarno mengumumkan “Tiga Komando Indonesia akan bergabung dalam blok komunis,
Rakyat (Trikora)” untuk “memerdekakan” orang Amerika mendekati pemerintahan Barat lainnya
Papua dan menghentikan pembentukan “Negara untuk menghentikan dukungan terhadap kebijakan
Boneka Papua”.66 Papua akan diintegrasikan ke Belanda atas Papua. Belanda akhirnya setuju dengan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. solusi politik, sebagian karena TNI menjatuhkan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) kemudian 1500 pasukan terjun payung ke Papua untuk mem-
menyadari bahwa orang Papua tidak ingin “dimer- perlihatkan kekuatan militer Indonesia.68
dekakan”. Walaupun di beberapa daerah, seperti Pada 1962, pemerintah Belanda dan Indonesia
Kaimana dan Fakfak, orang Papua mendukung melaksanakan Perjanjian New York, yang mengha-
integrasi Papua ke dalam Indonesia, di banyak ruskan Belanda untuk meninggalkan Papua dan
daerah mereka menghadapi penolakan dari menyerahkan kekuasaan kepada United Nations
Korps Sukarela Papua, sebuah unit bersenjata Temporary Executive Authority (UNTEA) untuk
yang didirikan 1961 untuk mempertahankan Papua periode 6 tahun hingga pemunggutan suara dapat
dari TNI.67 dilaksanakan untuk menentukan keinginan orang
Papua untuk kemerdekaan atau integrasi dengan
Indonesia. Karena tidak diikutsertakan dalam
66 Trikora berisi : Hentikan pembentukan negara boneka Papua oleh negosiasi Perjanjian New York, banyak orang
Belanda; Kibarkan bendera Merah Putih di Papua, tanah air
Indonesia; Bersiaplah untuk mempertahankan kemerdekaan dan Papua menjadi tidak senang dan segera melakukan
kesatuan Negara dan Bangsa.
67 Korps Sukarela Papua (kadang juga dikenal sebagai Angkatan
Pertahanan Sukarela Papua) dibubarkan pada 1963 ketika UNTEA
meninggalkan Papua. Banyak anggotanya bergabung dengan OPM 68 Elmslie, Jim, Irian Jaya under the gun: Indonesian economic develop-
yang dibentuk pada 1965. Lihat : www.un.org/en/peacekeeping/ ment versus West Papuan nationalism, (Honolulu:University of Hawai’i
missions/past/unsfbacgr.html. Press, 2002), hal 19.
Cetak Biru Tebay untuk Dialog Cetak biru Tebay menyegarkan karena mengakui
Pada 2009, seorang pastor Katolik dan tokoh pemuka kesulitan baik Jakarta maupun Papua, dan secara
masyarakat sipil, Pastor Neles Tebay, meluncurkan gamblang menyarankan sebuah kerangka yang dapat
inisiatif di Papua untuk mempromosikan dialog membawa kedua belah pihak keluar dari posisinya
antara komunitas Papua dan pemerintah di Jakarta. yang maksimalis. Dokumen ini dibaca luas di Papua
Beliau mengarisbawahi keperluan untuk dialog, dan menjadi dasar diskusi mengenai proses dialog
menekankan bahwa kekerasan tidak akan mengakhiri yang potensial dengan pemerintah pusat.
konflik, otonomi khusus telah gagal dan pemerintah
kehilangan dukungan dari Papua maupun komunitas
internasional. Beliau menganggap bahwa kedua belah Menyelesaikan Konflik Papua
pihak harus memperlihatkan keinginan untuk dialog
dan menanamkan lagi kepercayaan.
Perubahan-perubahan terakhir dalam
Tebay menyarankan melakukan dialog di bawah dinamika politik – dukungan yang
payung “Tanah Damai”. Beliau menerangkan bahwa berkembang untuk dialog
sebelum dialog bisa dilaksanakan, dialog internal
Tidak mengherankan, karena ketidakseimbangan
antara Papua asli, antara Papua asli dan pendatang,
kekuasaan antara pihak-pihak yang berkonflik, PI
antara rakyat Papua di Papua dan di pengasingan
lebih keberatan daripada pemimpin Papua untuk
harus dilaksanakan. Beliau menyarankan bahwa
terlibat dalam dialog.
pihak ketiga bukan dimaksudkan untuk membuat
Salah satu hasil dari Kongres Rakyat Papua
konflik tersebut menjadi internasional, tapi untuk
2000 adalah kesepakatan bahwa cara untuk men-
membantu kedua belah pihak membangun keper-
capai tujuan adalah dengan dialog. Pendapat ini
cayaan untuk mendapatkan solusi yang damai.108
mendapat dukungan dari rakyat Papua yang tinggal
di Papua dan di pengungsian, walaupun ada harapan
108 Tebay, Neles, Dialog Jakarta-Papua, Sebuah Perspektif Papua
yang berbeda akan hasil dialog, terutama mengenai
(Jayapura: Office for Justice and Peace, 2009). kemerdekaan. Konsultasi publik yang dipimpin
Konflik kekerasan dan yang diungkapkan oleh seorang mantan wakil bupati,
“Konflik di Poso bukan karena agama. Selama konflik
pengelolaannya di Poso, seseorang membakar gereja-gereja dan mesjid-mesjid
Sulawesi Tengah untuk memperpanjang konflik. Untuk apa? Makin lama
kerusuhannya, makin banyak uangnya. Seseorang
mendapatkan keuntungan dari konflik ini.” 155
Pendahuluan Suatu hal yang menjadi perdebatan khusus
Konflik kekerasan komunal di Poso dimulai pada adalah siapa yang menjadi bupati. Kebiasaan yang
24 Desember 1998: Malam Natal dan bulan Ramadan. berlaku di Poso adalah untuk mengisi posisi tersebut
Walaupun urutan kejadiannya diperdebatkan, dengan umat Kristen dan Muslim secara bergantian,
kebanyakan menyatakan dimulai dengan adanya sesuatu yang tidak dilakukan oleh bupatinya, Arif
3 pemuda Kristen yang mendatangi mesjid Darus- Patanga yang adalah seorang Muslim.156
salam di kampung Sayo dan memukul seorang Setelah kekerasan selama seminggu itu, hanya
pemuda di dalam mesjid pada tengah malam ada beberapa serangan yang dilakukan baik oleh
tanggal 24 Desember menjelang dini hari tanggal umat Kristen maupun Muslim hingga April 2000,
25 Desember.153 Kejadian ini membuat umat Muslim yang menandai dimulainya konflik tahap kedua.
merasa terancam dan mereka menyerang rumah Jeda kekerasan ini dikarenakan adanya pemilihan
warga Kristen. Berita ini cepat tersebar dan banyak umum nasional di Juni 1999 dan pemilihan bupati
orang berusaha masuk kota Poso dari daerah seke- di Oktober 1999, di mana elite politik berusaha
lilingnya. Umat Muslim datang dari Tokorondo, mendapatkan dukungan dari kedua komunitas.
Parigi dan Ampana, sedangkan umat Kristen yang Pada 16 April 2000, terjadi perkelahian antara
dipersenjatai parang datang dari Sepe, Silanca dan pemuda Muslim dan Kristen di terminal bis Poso
Tentena. Kerusuhan berlanjut hingga tanggal di kampung Lombogia, daerah yang di dominasi
29 Desember, meluas melewati perbatasan kota dan umat Kristen. Umat Muslim mulai menyerang rumah
masuk ke kota-kota disepanjang 3 jalan jalur utama.154 di Lombogia dan membakar gereja utamanya.
Walaupun konflik ini mencerminkan perpecahan Umat Kristen melakukan pembalasan. Tahap
keagamaan, namun juga dipicu oleh elit setempat ketiga konflik dimulai di bulan Mei 2000 ketika
yang diduga mendorong kekerasan tersebut. Seperti kelompok Kristen yang dikenal sebagai Pasukan
153 Ecip, Sinansari, Rusuh Poso Rujuk Malino, (Jakarta: Cahaya Timur,
2002). Lihat juga: Lasahido, Tahmidy, Suara dari Poso, Kerusuhan, 155 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan mantan wakil
Konflik dan Resolusi, (Jakarta: YAPPIKA, 2003); Karnavian, Tito, Bupati, Poso, 12 Maret 2010.
Indonesian Top Secret, Membongkar Konflik Poso, (Jakarta: Gramedia 156 Aditjondro, George, Kerusuhan Poso dan Morowali, Akar Permasalahan
Pustaka Utama, 2008). dan Jalan Keluarnya, (Jakarta, ProPatria 2004); Arianto, Sangaji
154 Lasahido, Tahmidy, Suara dari Poso, Kerusuhan, Konflik dan Resolusi, (2005), Rumput Kering di Balik Anyir Darah Konteks Etno Religius dari
(Jakarta: YAPPIKA, 2003). Tragedi Kemanusiaan Poso, (Palu: Yayasan Tanah Merdeka, 2005).
Kelelawar atau ninja yang dipimpin oleh Fabianus oleh pemerintah provinsi, pejabat kabupaten Poso dan
Tibo membunuh 3 orang di kampung Mo-Engko. 4 Gubernur di Sulawesi – tapi hanya sedikit hasilnya.
Kekerasan meningkat secara signifikan ketika Pada April 2001, kemarahan yang memuncak
serangan dilakukan ke kampung Situwu Lemba, dari komunitas Muslim terlihat dengan permintaan
atau dikenal sebagai Kilo Sembilan. Kelurahan ini mereka untuk hukuman mati atas 3 orang Kristen
adalah daerah transmigrasi suku Jawa Muslim dan – Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus
mempunyai pesantren bernama Wali Songo. Sekitar Dasilva – yang dituduh terlibat dalam penyerangan
70 orang dibunuh atau hilang dalam penyerangan Kilo Sembilan. Kelompok ekstrim dari luar Poso
tersebut. Kota Poso menjadi target dan membuat juga mengeluarkan amarahnya dan pada Juli 2001,
banyak Muslim mengungsi dari kota. Penyerangan beribu-ribu anggota Laskar Jihad (kaum militan
Kilo Sembilan memicu umat Muslim disekitarnya Muslim yang berbasis di Jawa) tiba di Poso, menandai
untuk angkat senjata. Hal ini juga membuat tentara dimulainya tahap keempat dari konflik. Keterlibatan
Indonesia menurunkan lebih banyak anggotanya.157 mereka di konflik ini mengubah dinamikanya,
Pada Agustus 2000, Presiden Abdurrahman memberikan tambahan yang signifikan untuk
Wahid diundang oleh empat Gubernur Sulawesi umat Muslim, yang menyerang dan membakar
untuk pertemuan damai, mengumpulkan 14 ketua perkampungan Kristen disekitar kota Poso. Konflik
adat dari kabupaten Poso. Inisiatif yang dikenal ini menjadi sangat satu pihak sekarang.
sebagai Rujuk Sintuwu Maroso ini diselenggarakan Pada Desember 2001, serangan yang dikoordinasi
oleh kelompok-kelompok Muslim terjadi di beberapa
kampung, dari Betalembah ke Sanginora, menandai
157 Ecip, Sinansari (2002), hal. 20-23. dimulainya tahap kelima dari konflik. Pemerintah
pusat mengirim 2000 petugas untuk mencoba ke Tanah Runtuh, yang merupakan markas Laskar
mengatasi kekerasan di Poso, sehingga total petugas Mujahidin dan Laskar-laskar setempat, yang
keamanan menjadi sekitar 3500 didaerah itu. Pada merupakan daerah yang dihindari sebelumnya.158
saat yang sama, Pemerintah menggagasi pembic- Namun, kenyataan bahwa konflik yang bertahun-
araan politik yang memuncak menjadi Deklarasi tahun ini telah menjadikan komunitas tersebut
Damai Malino (Malino I) yang ditandatangani terpisah – di mana Muslim berpusat disekitar
tanggal 21 Desember 2001 oleh para pemimpin Poso dan Kristen disekitar Tentena – juga telah
Muslim dan Kristen. Deklarasi ini menyerukan menghilangkan motivasi dan kemampuan untuk
semua pihak untuk mengakhiri semua kekerasan, melakukan penyerangan.
dan walaupun ada kekurangannya, mempunyai
beberapa hasil. Bentrokan langsung antara dua
komunitas ini berkurang, walaupun kadang-kadang Latar belakang Sejarah
masih terjadi pemboman dan penembakan yang Poso mempunyai sejarah panjang di mana beberapa
sebagian besar dilakukan oleh kelompok Muslim. komunitas agama tinggal berdampingan – dalam
Ketiga orang Kristen yang dicurigai melakukan ketegangan namun tanpa kekerasan berarti. Islam
penyerangan Kilo Sembilan diadili pada September masuk ke perairan Poso melalui pedagang Muslim
2006, yang akhirnya memicu protes yang berakibat dari Bugis dan Arab, sedangkan penduduk di dataran
kekerasan. tinggi tetap tidak beragama. Pada akhir 1800,
Keberhasilan mengurangi kekerasan ini sebagian Belanda melebarkan penjajahan ke wilayah ini dan
dikarenakan petugas keamanan, yang kepercayaannya
bertambah setelah Malino I ditandatangani dan
menjadi makin bertekad untuk menahan mereka 158 Kelompok-kelompok ini memperpanjang konflik Poso dengan serangan
bom tambahan. Kesepakatan Malino adalah titik balik konflik namun
yang melakukan penyerangan. Kemungkinan pun- bukan merupakan akhirnya, yang baru tercapai setelah penyerangan
cak semuanya ini adalah serangan polisi pada 2007 ke Tanah Runtuh.
Tahap pertama
1998 Desember Kerusuhan dimulai waktu malam Natal, selama bulan Ramadan, berlangsung selama 3 hari.
Oktober Kabupaten Morowali dibentuk dari sebagian kabupaten Poso. Bupati dan wakil bupati baru
dipilih, dan keduanya adalah Muslim.
Herman Parimo, seorang pemimpin Kristen yang disegani, dibawa ke pengadilan dan dihukum
penjara 15 tahun atas perannya memprovokator konflik pada 1998.
Agfar Patanga, adik dari bupati Arif Patanga dihukum 6 bulan penjara untuk perannya.
Tahap kedua
2000 April Perkelahian antara pemuda Muslim dan Kristen dimulai di terminal bus Poso di Lombogia,
berkembang menjadi kerusuhan yang membuat sejumlah besar umat Kristen mengungsi.
Tahap ketiga
2000 Mei Sekelompok Kristen yang dipimpin oleh Fabianus Tibo menuju kota Poso dan membunuh 3
orang di kampung Mo-Engko. Sebuah pesantren di Kilo Sembilan diserang, mengakibatkan
lebih dari 70 orang wafat. Banyak orang yang mengungsi dari kota Poso.
Agustus Presiden Wahid mengunjungi Poso. Upacara Rujuk Sintuwu Maroso untuk rekonsiliasi diadakan.
2001 April Umat Muslim meminta hukuman hati untuk 3 orang Kristen yang dituduh terlibat dalam serangan
di Kilo Sembilan.
Juni 3 orang Kristen yang terlibat dalam serangan di Kilo Sembilan dibawa ke pengadilan.
Tahap keempat
2001 Juli Umat Kristen bergerak dari Tentena ke Poso menuntut agar tanahnya dikembalikan ke mereka.
Serangan di Buyung Katedo menyebabkan 14 orang Muslim meninggal, memicu pembalasan
dari umat Muslim di kota Poso. Laskar Jihad tiba di Poso.
Tahap kelima
2001 Desember Penduduk kampung Tabalu menyerang kampung-kampung dari Betalembah sampai Sanginora.
Deklarasi Damai Malino (Malino I) di negosiasikan
2002 Ledakan bom dan serangan tembakan terjadi secara tersebar di kabupaten Poso sepanjang tahun.
2003 Desember Kabupaten Tojo una-una dibentuk dari bagian kabupaten Poso.
2003–2004 Beberapa serangan misterius terjadi di beberapa kampung. Pemboman terjadi di Poso.
2005 Mei Sebuah bom meledak di sebuah pasar di Tentena, merupakan serangan terbesar dijenisnya.
Agustus Sebuah serangan misterius terjadi di kampung Sepe-Silanca menyebabkan lima orang meninggal.
2006 September Pemimpin Kristen, Fabianus Tibo dan dua orang lainnya yang dituduh mempimpin serangan
Kilo Sembilan, dijatuhi hukuman.
2007 Januari Operasi pertama dan kedua polisi terhadap kelompok teroris dilakukan.
159 Penjelasan detil tentang 5 tahap konflik Poso dapat dilihat: Lasahido, Tahmidy (2003); and Ecip, Sinansari, (2002).
agama Kristen diperkenalkan, terutama di daerah tinggi dan perairan, namun hanya sedikit hasilnya.160
dataran tinggi. Perpindahan agama mereka mem- Poso menjadi semakin beragam etnisnya selama
buat mereka mendapatkan status yang lebih baik era Soeharto karena migrasi spontan dari Sulawesi
di antara orang Belanda. Pusat Gereja Kristen Selatan dan transmigrasi yang disponsori pemerintah
Reformasi didirikan di Tentena disekitar danau dari Jawa dan Bali yang dimulai sejak awal 1950an.
Poso. Orang asli Poso dikenal sebagai Pamona. Di Jalan layang Trans-Sulawesi yang menghubungkan
Tentena, komunitas asli bersatu karena pengalaman Sulawesi Utara dan Selatan memfasilitasi migrasi,
penjajahan yang sama dan jaringan gereja yang terutama bagi mereka yang datang secara sukarela
kuat. Identitas Pamona menjadi kompleks dan diluar program transmigrasi pemerintah pusat. Banyak
diperdebatkan – awalnya merupakan kelompok orang Bugis dari Sulawesi Selatan pergi ke Poso pada
yang berdasarkan geografis dan bahasa di daratan 1980an karena kesempatan di perdagangan coklat.
tinggi, tetapi karena daerah perairan menjadi Muslim Pada 1997, hampir duapertiga penduduk Poso adalah
dan daerah dataran tinggi menjadi Kristen, dimensi Muslim dan sepertiga adalah Kristen. Institusi politik
keagamaan Kristen juga dipakai. Maka pengalaman menjadi semakin didominasi oleh umat Muslim.
penjajahan menghasilkan identitas berorientasi sekitar Ketika kebijakan nasional berpihak kepada Islam
agama, juga mengarahkan ke komunitas-komunitas pada akhir dekade Orde Baru, hal ini memperdalam
yang semakin terpisahkan secara geografis. persepsi komunitas terhadap keberpihakkan
Selama jaman Soeharto, istilah Pamona yaitu
Sintuwu Maroso (‘Kuat ketika bersatu’ atau ‘Kesatuan
160 Aragon, Lorraine, “Kekerasan gabungan di Poso, Sulawesi Tengah;
yang Kuat’) dipropagandakan oleh Pemerintah di mana orang makan ikan dan ikan makan orang”, Indonesia,
sebagai usaha untuk menyatukan penduduk dataran Volume 72 (2001), hal.71.
180 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan dosen Universitas
Kristen Tentena yang merupakan wakil komunitas Kristen di
184 Yang paling ahli menangkap ikan secara tradisional adalah kaum
perbincangan Malino, Poso, 12 Maret 2010.
Muslim. Kristen mendominasi beberapa daerah perairan tapi tidak
181 Langkah-Langkah Komprehensif Penanganan Permasalahan Poso, mempunyai keahlian menangkap ikan. Dengan menyediakan kapal
Instruksi Presiden, terbit 12 Oktober 2005. dilihat sebagai satu cara untuk meningkatkan ketergantungan antara
182 Instruksi Presiden No. 7/2008, 23 Agustus 2008. dual komunitas.
183 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan wakil bupati Poso, 185 Wawancara Johari Efendi dengan pejabat di Menko Kesra, Jakarta,
Poso, 10 Maret 2010. 10 September 2009.
Pengadilan merasa kesulitan menghakimi Presiden Megawati setuju atas operasi keamanan
ditengah situasi konflik. Sebenarnya, pada awal yang terintegrasi di Poso yang dinamakan Operasi
konflik, kebanyakan tertuduh dibawa ke pengadilan Sintuwu Maroso, dimulai sejak 7 Desember 2001 dan
di Palu, bukan di kabupaten Poso sendiri. Polisi, bertahan selama enam bulan. Operasi ini mempunyai
hakim dan pengacara kadang tidak bebas mengambil empat pendekatan: identifikasi hambatan pelak-
keputusan tanpa mendapat tekanan. sanaan Malino I; meningkatkan kesadaran publik
Penegakan hukum dipergunakan lebih ekstensif atas pentingnya penegakan hukum; tindakan
sebagai alat pengelolaan konflik setelah Malino I pencegahan untuk mengurangi resiko kekerasan
ditandatangani. Kesepakatan tersebut menggaris antara pihak yang berselisih; dan tindakan penekanan
bawahi pentingnya “usaha untuk menegakkan hukum serta menghukum mereka yang melakukan tindakan
dan mendukung sanksi atas pelanggar hukum.” kriminal.192 Pada puncaknya, operasi ini melibatkan
Tapi pendekatan Pemerintah yang berubah tidak 4.162 petugas keamanan.193 Karena makin banyak
disebabkan oleh kata-kata tersebut melainkan militer dan polisi yang dikirim ke Poso setelah
karena meningkatnya kepercayaan diri mereka. Malino I ditanda tangani, maka ditempatkan pejabat
Malino I adalah deklarasi bahwa negara adalah polisi yang lebih tinggi dan Brigadir Jendral,
penting untuk penyelesaian konflik – dan oleh bukannya Mayor Jendral, suatu tanda yang jelas akan
karenanya pejabat negara menjadi berani men- keinginan yang besar untuk penegakan hukum.
gambil tindakan atas tokoh konflik.
Tentu saja selama proses Malino I sedang berlang-
sung, ada permintaan untuk tindakan yang lebih 192 Ecip, Sinansari (2002), hal.166-167.
keras oleh petugas keamanan. Pada 4 Desember 2001, 193 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin, dll (2005), hal.53.
204 Ini adalah kelompok Kristen yang datang dari Manado, Sulawesi Utara.
205 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin dll. (2005). 206 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin, dll. (2005), hal.66-68.
216 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi, Briefing Paper, (Port Vila: Sekretariat
212 Ondawame, Otto, Let’s Work Together to End the Suffering of Our
Koalisi, 2006), hal.6. Lihat juga Ondawame, Otto (2008), hal.5.
People, Briefing Paper, (Port Vila: Koalisi, 2008), hal.3.
217 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi, Memorandum of Understanding,
213 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi pada saat ini dikenal sebagai (Madang, 2008). Lihat juga: Ondawame, Otto (2008), hal.6-7.
Kelompok Kerja untuk Koalisi. Tugas Kelompok Kerja untuk
218 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi, pertemuan pemimpin TPN di
Rekonsiliasi adalah untuk konsultasi dengan beberapa unit yang kantor pusat OPM di dalam hutan untuk mendiskusikan posisi
berbeda di dalam OPM/TPN dan juga dengan gerakan penolakan mereka dalam proses rekonsiliasi, 7 April 2007.
yang berbeda, supaya dapat bergerak menuju rekonsiliasi internal.
219 Rekonstruksi militer melibatkan penghilangan Unit Komando dalam
Tugas ini dilanjutkan oleh Kelompok Kerja untuk Koalisi tetapi PN (Unit PEMKA Unit, Unit Kemenangan Unit dan Arfak 1965).
berpusat pada dialog perdamaian sebagai tujuan utamanya. Semua unit bersatu dalam Tentara Pembebasan Nasional).
214 Ondawame, Otto (2008), hal.5. 220 Ondawame, Otto (2008), hal.7.
215 Ondawame, Otto (2008), hal.5. 221 Ondawame, Otto (2008), hal.8-18.