Anda di halaman 1dari 73

Juni 2011

Pengelolaan Konflik di Indonesia –


Sebuah Analisis Konflik di Maluku,
Papua dan Poso
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Current Asia dan the Centre for
Humanitarian Dialogue
The Centre for Humanitarian Dialogue (HD Centre)
“Mediasi untuk Perdamaian”
Centre for Humanitarian Dialogue adalah sebuah organisasi mediasi independen
yang berdedikasi untuk menolong meningkatkan renspon global terhadap konflik
bersenjata. HD Centre berupaya untuk mencapai hal tersebut dengan memediasi
pihak yang bertikai dan mendukung komunitas mediasi yang lebih luas.
HD Centre didorong oleh nilai – nilai kemanusiaan dan tujuan utamanya untuk
mengurangi konsekuensi dari konflik kekerasan, meningkatkan keamanan, dan
memberikan kontribusi pada penyelesaian konflik secara damai.
HD Centre menjaga sikap netral terhadap pihak – pihak yang bertikai yang
dimediasinya, dan untuk menjaga kenetralannya HD Centre didanai oleh beragam
pemerintah, yayasan swasta dan dermawan.

Gambar sampul
Depan: Hari Masyarakat Adat Sedunia, 9 Agustus, Wamena , Papua. © Muridan Widjojo
Belakang: Sebuah desain batik dari Indonesia. © iStockphoto

Di dukung oleh MacAthur Foundation

Centre for Humanitarian Dialogue


114, rue de Lausanne
Geneva 1202
Switzerland

t + 41 22 908 11 30
f +41 22 908 11 40
e info@hdcentre.org
w www.hdcentre.org © Centre for Humanitarian Dialogue, 2011
Juni 2011

Pengelolaan Konflik di Indonesia –


Sebuah Analisis Konflik di Maluku,
Papua dan Poso
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Current Asia dan the Centre for
Humanitarian Dialogue
Hak cipta dan penghargaan

Centre for Humanitarian Dialogue


114, rue de Lausanne
Geneva 1202
Switzerland
t + 41 22 908 11 30
f +41 22 908 11 40
e info@hdcentre.org
w www.hdcentre.org

© Centre for Humanitarian Dialogue, 2011

Reproduksi semua atau sebagian dari publikasi ini


hanya dapat dilakukan atas persetujuan tertulis
dan sepengetahuan narasumber.

Editor: Cate Buchanan


(cateb@hdcentre.org)
Wakil Editor: Adam Cooper
Desain dan tata letak: Rick Jones
(rick@studioexile.com)

2 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Tabel Isi

Akronim dan terminologi .......................................................................................................................................................................... 5

Judul Utama ................................................................................................................................................................................................................ 7

Ringkasan ....................................................................................................................................................................................................................... 9
Pengantar 9
Isu-isu signifikan dalam proses perdamaian di Indonesia 11
Pengamatan 13

Studi Kasus Satu


Konflik dan kekerasan di Maluku: penyelesaian
dan pendekatan pengelolaan .......................................................................................................................................................... 15
Pengantar 15
Gambar 1: Peta Maluku 16
Kotak 1: Kronologi konflik di Maluku 17
Tokoh dan inisiatif pengelolaan konflik 19
Pendekatan darurat dan keamanan terhadap pengelolaan konflik 20
Perjanjian Perdamaian Malino 25
Kotak 2: perjanjian Malino II 26
Fase pemulihan dan pembangunan 26
Kesimpulan 30

Studi Kasus Dua


Jakarta – Papua : “Dialog yang tengah berproses” ....................................................................................... 32
Pendahuluan 32
Gambar 1: Peta Papua 33
Inisiatif pengelolaan Konflik untuk Papua 35

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


3
Kotak 1 : OTSUS – asal usul dan isinya 37
Kotak 2: Menilai OTSUS 38
Menyelesaikan Konflik Papua 40
Mempersiapkan dasar untuk dialog 42
Rekomendasi 44

Pandangan Papua mengenai Damai di Papua Barat


Otto Ondawame ................................................................................................................................................................................................. 46
Penjajahan, konflik dan kekerasan di Papua Barat 46
Organisasi Papua Merdeka dan Koalisi Nasional Papua Barat untuk Pembebasan 47
Cara dan pendekatan penyelesaian konflik orang Melanesia 49
Rekomendasi 50

Studi Kasus Tiga


Konflik kekerasan dan pengelolaannya di Poso, Sulawesi Tengah ......................................... 52
Pendahuluan 52
Gambar 1: Peta Poso 54
Kotak 1: Kronologi konflik Poso 55
Inisiatif penyelesaian konflik 57
Kotak 2: Sepuluh poin dalam Deklarasi Malino I 60
Kesimpulan 68

Lampiran ...................................................................................................................................................................................................................... 70

4 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Akronim dan terminologi

Keseluruhan POLRI
Adat Kepolisian Negara Republik Indonesia
Serangkaian hukum kebiasaan atau peraturan tak TNI
tertulis yang mengatur praktek sosial politik dan Tentara Nasional Indonesia
ekonomi, serta menyelesaikan persengketaan.
DOM
Bappenas Daerah Operasi Militer
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
DPD
BIN Dewan Perwakilan Daerah
Badan Intelijen Negara
DPR
Brimob Dewan Perwakilan Rakyat
Brigade Mobil
Kodam
Bupati Komando Daerah Militer
Wilayah Indonesia terbagi ke dalam provinsi.
Provinsi, kabupaten dan kotapraja memiliki Kodap
pemerintahan sendiri dan badan parlemen. Komando Daerah Perang
Kabupaten dipimpin oleh bupati. Menko Kesra
ELSHAM Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia Pemekaran
PI Pembagian provinsi atau kabupaten ke unit
Pemerintah Indonesia administratif yang lebih kecil

KOMNAS HAM Perda


Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Peraturan Daerah

KontraS UKP4
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan
Kekerasan Pengendalian Pembangunan

KOPASSUS YLBHI
Komando Pasukan Khusus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
LIPI AJI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Aliansi Jurnalis Independen

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


5
LBH Jakarta Foker LSM
Lembaga Bantuan Hukum Forum Kerja Sama Lembaga Swadaya
Masyarakat
Korem
Komando Resort Militer FWPC
Free West Papua Campaign
BAKORNAS PBP
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana FORERI
dan Pengungsi Forum Rekonsiliasi Masyarakat Irian Jaya
KNPB
Khusus Maluku Komite Nasional Papua Barat
FKM MRP
Front Kedaulatan Maluku Majelis Rakyat Papua
RMS OPM
Republik Maluku Selatan Organisasi Papua Merdeka.

GPM OTSUS
Gereja Protestant Maluku Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

ICMI PDP
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Presidium Dewan Papua

MMC JDP
Maluku Media Centre Jaringan Damai Papua

Malino II PVC
Perjanjian Perdamaian Malino II Papuan Volunteer Corps

PDI-P UP4B
Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat
PDI
Partai Demokrasi Indonesia WPNA
West Papua National Authority
PARKINDO
Partai Kristen Indonesia
Khusus Poso
POKJA-RKP
Khusus Papua Kelompok Kerja Resolusi Konflik Poso
DAP PRKP
Dewan Adat Papua Pusat Resolusi Konflik dan Perdamaian
DPRD GKST
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gereja Kristen Sulawesi Tengah
DPRP Malino I
Dewan Perwakilan Rakyat Papua Deklarasi Perdamaian Malino

6 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Judul Utama

Ucapan Terima Kasih yang baik, pembangunan perdamaian, keadilan


masyarakat, hak asasi manusia, kemanan, dan
HD Centre mengucapkan terima kasih kepada the
otonomi daerah. Beliau juga bekerja dengan lembaga-
MacArthur Foundation dan International Develop-
lembaga internasional dan pemerintah pusat
ment Research Centre untuk dukungan mereka
Indonesia. Beliau sebelumnya adalah direktur dari
atas program selama 2009-2011.
Institut Titian Perdamaian dan sekarang merupa-
HD Centre juga mengucapkan terima kasih
kan anggota staf dari Current Asia. Bapak Johari
kepada Yuli Ismartono dan John McBeth untuk
juga terlibat dalam penelitian dan penyusunan
tinjauan mereka terhadap studi kasus.
studi Poso dan Maluku.

Tentang kontributor Irine Hiraswari Gayatri lulus dengan gelar MA


Rohaiza Ahmad Asi menerima gelar BA dari dalam studi perdamaian dan konflik, dari
Universitas Nasional Singapura di mana beliau Departemen Studi Perdamaian dan Konflik di
mengambil jurusan Ilmu Politik dan Informasi Uppsala University, Swedia pada Agustus 2005.
dan Manajemen Komunikasi. Beliau meneruskan Sebelum mendapatkan gelar MA, beliau bekerja
mengambil gelar master Hubungan Internasional sebagai peneliti di Pusat Studi Politik, Lembaga
di S. Rajaratman School of International Studies Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak 1997. Antara
(RSIS) di Universitas Teknologi Nanyang. Pada 2004 2006 sampai 2008 beliau menulis tiga bab dalam
Rohaiza bergabung dengan RSIS sebagai peneliti buku yang berbeda tentang Aceh, yaitu tentang
yang fokus pada konflik dan terorisme di Indonesia rekonstruksi pasca-bencana, pemerintahan desa,
di mana beliau mengembangkan pengalaman perwakilan politik perempuan dalam politik Aceh.
penelitian praktis yang luas. Ibu Rohaiza bergabung Pada 2006 dan awal 2007, beliau juga bekerja
dengan HD Centre di Singapore pada 2007 dan saat bersama the United Nations Recovery Coordinator
ini menjabat sebagai Project Officer. Ibu Rohaiza (UNORC) sebagai pegawai lapangan di Pantai
juga terlibat dalam penelitian dan penyusunan Selatan Aceh dan Bener Meriah dan Aceh Tengah.
studi Poso dan Maluku. Pada 2008 beliau mengawasi sebuah survei bersama
dari Pusat Studi Politik, LIPI dan Universitas
Johari Efendi lulus pada 2000 dengan gelar Sarjana Oxford tentang Kesenjangan Horizontal di Bireuen,
Hukum dari Universitas Jenderal Sudirman, Aceh. Ibu Irine juga terlibat dengan LSM yang
Purwokerto, Jawa Tengah. Beliau bekerja di Yayasan berbasis di Jakarta, Yayasan INTERSEKSI, yang
Bantuan Hukum di Jakarta dan menjadi pengacara fokus kepada isu-isu minoritas dan multikulturisme.
pada 2002. Beliau memiliki pengalaman lebih dari Ibu Irine terlibat dalam penyusunan studi Papua.
satu dekade dalam fasilitasi, merancang program,
dan pelatihan kelompok-kelompok masyarakat dan Akiko Horiba lulus dengan gelar Master Studi
pejabat-pejabat pemerintahan diseluruh Indonesia Teologi dari Weston Jesuit School of Theology,
tentang masalah mediasi konflik, tata pemerintahan Cambridge, USA. Setelah melakukan penelitian

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


7
lokal di Indonesia, beliau dianugerahi gelar PhD sional untuk WPNCL beroperasi dari kantor barunya
dalam Studi Wilayah dari Shopia University, di Port Vila, Vanuatu.
Tokyo, Japan pada 2009. Beliau pernah menjadi
koordinator peneliti di Institut Titian Perdamaian, Marc Probst belajar administrasi bisnis, ekonomi,
bergabung pada 2007. Sejak 2010, beliau telah etika bisnis, hukum dan hubungan internasional
menjadi staf anggota dari Current Asia. Ibu Akiko di University of St Gallen, Swiss, dan di Chinese
juga terlibat dalam penelitian dan penyusunan University of Hong Kong. Pada 2004, beliau berga-
studi Poso dan Maluku. bung dengan Divisi Urusan Politik dari Departemen
Urusan Luar Negeri Swiss sebagai project officer di
John Otto Ondawame adalah Wakil Ketua Koalisi Bagian Kebijakan Perdamaian. Beliau juga adalah
Nasional untuk Pembebasan Papua Barat (West Kepala Bidang, Keamanan Manusia dan Bisnis,
Papua National Coalition for Liberation - WPNCL). dalam Seksi Promosi Hak Asasi Manusia. Bapak
Beliau lahir pada 1953 di Wananum, Kabupaten Marc bergabung dengan HD Centre pada 2008 di
Mimika, Papua Barat. Bapak Ondawame adalah Singapore dan adalah seorang Project Manager.
anggota OPM dan melarikan diri ke pengasingan Beliau terlibat dalam penelitian dan penyusunan
pada 1976. Beliau mendapatkan gelar PhD dalam studi Papua.
ilmu politik dari Australian National University di
Canberra pada 2000, gelar MSc dari University of Muridan Widjojo lulus dalam bidang antropologi
Western Sydney pada 1995, Diploma dari University dan literatur Perancis dari Universitas Indonesia.
of Sydney pada 1994 dan Uppsala University pada Setelah melakukan penelitian arsip dan lokal di
1986, dan gelar BA dari Universitas Cenderawasih, Papua dan Maluku, beliau dianugerahi gelar PhD
Papua Barat pada 1976. Bapak Ondawame adalah dari Universitas Leiden di Belanda. Pada 1993 beliau
penerima Penghargaan Rekonsiliasi 2001 yang bergabung dengan Pusat Studi Politik, LIPI di Jakarta
diberikan oleh kelompok the Australians Against dan mengkhususkan dirinya dalam permasalahan
Execution, dan Penghargaan Academic Excellence Papua dan Maluku. Beliau juga anggota dari tim
oleh Presiden Soeharto pada 1972. Pada 2000, Bapak investigasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Ondawame bergabung dengan Proyek Papua Barat pada 2000 dan bertindak sebagai konsultan untuk
di Pusat Studi Perdamaian dan Konflik dengan berbagai organisasi di Papua sejak 2000. Bapak
Universitas Sydney sebagai Project Coordinator. Saat Muridan juga terlibat dalam penelitian dan penyu-
ini beliau adalah Koordinator Hubungan Interna- sunan studi Papua.

8 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Ringkasan

Pengantar secara sitematis dan tidak dipublikasikan karena


takut hal itu akan memicu sentimen ‘etnis, agama,
Ketika Presiden Soeharto jatuh dari kekuasaannya
dan ras di antara kelompok-kelompok’, biasanya
pada 1998 setelah 32 tahun pemerintahan otoriter,
disingkat SARA (kependekan dari suku, agama,
hal ini menandai dimulainya baik transisi demokrasi
ras, antar golongan). Tentu saja, kebijakan inilah
Indonesia maupun letusan konflik kekerasan inter-
yang disalahkan atas pecahnya konflik kekerasan
nal yang membara di seluruh negeri. Pergolakan
komunal dalam era pasca-Soeharto.3
separatis meningkat di seluruh Aceh, Papua dan
Pengganti Soeharto, Bacharuddin Jusuf Habibie,
Timor Timur (sekarang Timor Leste).1 Pada periode
memulai proses desentralisasi kekuasaan dari
1998 sampai 2003 (di mana sebagian besar konflik
Jakarta dan mengurangi luasnya jangkauan militer
komunal diselesaikan) kekerasan ini diperkirakan
ke dalam kehidupan politik dan ekonomi. Transisi
telah membuat lebih dari satu juta orang mengungsi
politik ini mengubah hubungan antara negara
dan menyebabkan hilangnya ribuan nyawa. Konflik
dan masyarakat dan menawarkan baik tantangan
komunal pasca-Soeharto menghasilkan 1,3 juta
maupun kesempatan bagi pencipta perdamaian.
pengungsi.2
Perubahan yang besar terjadi di seluruh Indonesia,
Transisi demokrasi Indonesia yang dramatis
dari meningkatnya peran masyarakat sipil dalam
juga berdampak terhadap cara konflik dikelola.
penciptaan perdamaian sampai perubahan hubun-
Selama era Orde Baru konflik tersebut ditekan
gan antara militer dan kepolisian. Kecenderungan
di atas berinteraksi dengan masalah yang bermun-
1 Penggunaan kata ‘Papua’ dalam laporan ini merujuk pada provinsi culan di daerah lalu menghasilkan sebuah latar
Papua dan Papua Barat. Daerah tersebut sebelumnya dikenal dengan belakang konflik yang kompleks dan hingga kini
berbagai nama termasuk Belanda Nugini (1895–1962), Nugini Barat
(1962–Mei 1963), Irian Barat (1963–1973), Irian Jaya (1973–2000) dan
masih belum dapat dipahami dengan baik.
Papua (2001-2003). Pada 2003, sepertiga bagian paling barat dari
daerah tersebut dipisah menjadi provinsi yang berbeda, disebut Irian
Jaya Barat, yang kemudian dinamai ulang provinsi Papua Barat pada Keterbatasan penelitian ini
April 2007. Orang asli merujuk provinsi Papua dan Papua Barat
sebagai Papua Barat. Pendekatan terhadap pengelolaan konflik yang mucul
2 Varshney, Ashtosh dll., Patterns of Collective Violence in Indonesia di Indonesia pasca-Soeharto perlu mendapatkan
1990-2003, UNSFIR Working Paper 04/03, (Jakarta: United Nations
perhatian. Analisis dari isu-isu ini (biasanya melalui
Support Facility for Indonesian Recovery, 2004). Tentang kekerasan
di Indonesia pasca-Soeharto, lihat juga: Colombijn, Freek and penelitian akademik) berpusat terutama pada
Lindblad, Thomas J., “Introduction”, Dalam Colombijn, Freek dan pendorong konflik struktural dan terdekat, dampak
Lindblad, Thomas, J., (Eds.), Roots of Violence in Indonesia, (Singapore:
ISEAS, 2002). Tentang konflik Maluku, lihat: Sri, Yanuarti dll., Konflik dari konflik, dan tokoh yang terlibat: semua yang
di Maluku Tengah: Penyebab, Karakteristik, dan Penyelesaian memberikan informasi penting untuk memahami
Jangka Panjang, (Jakarta: LIPI, 2003). Tentang konflik Aceh, lihat:
Aspinal, Edward, “Violence and Identity Formation in Aceh under
Indonesian Rule”, Dalam Anthony Reid (Ed.), Verandah of Violence,
The background to the Aceh problem (Singapore: Singapore University 3 Gershman, John, “Indonesia: Islands of conflict”, Asia Times Online,
Press and World Scientific Publishing Co Pty Ltd., (2006) 26 Oktober (2002).

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


9
bentuk keluhan dan kekerasan. Tetapi hanya dari banyaknya inisiatif yang dilakukan oleh aktor
sedikit sekali analisa perbandingan kebijakan pemerintah dan non-pemerintah yang bertang-
pengelolaan konflik di Indonesia. Hal ini cukup gungjawab terhadap perubahan tersebut. Studi
mencolok mengingat betapa sering negara ini ini menanyakan mengenai bagaimana konflik
mengalami pergolakan kekerasan. Mereka yang tersebut dikelola? Apa dampaknya? Dan pendekatan
bertanggungjawab terhadap pencegahan dan penciptaan perdamaian mana yang memang dapat
pengelolaan konflik kekurangan akses terhadap dikatakan berhasil?
penelitan perbandingan yang tepat waktu terhadap Kasus Papua bahkan lebih mendesak mengingat
faktor – faktor yang membuat konflik kekerasan ini konflik tersebut masih terus berlangsung. Undang-
dapat diselesaikan, isu - isu penting apa yang masih undang otonomi khusus (OTSUS / Otonomi Khusus
tersisa dan isu – isu yang perlu dipertimbangkan bagi Provinsi Papua) yang disetujui pada2001
dalam penyelesaian konflik. diharapkan mengurangi kesenjangan antara Papua
Dalam hal ini, Centre for Humanitarian dan Pemerintah Indonesia (PI). Otsus juga dihara-
Dialogue (HD Centre), Lembaga Ilmu Pengetahuan pkan memberikan kesempatan kepada orang Papua,
(LIPI), Institut Titian Perdamaian (ITP), dan terutama orang asli Papua, untuk berperan aktif
kemudian Current Asia (CA), telah bekerjasama dalam proses pembangunan. Namun, karena undang-
untuk mengisi kesenjangan informasi penting undang tersebut diimplementasikan dengan buruk,
ini dan menghasilkan penelitian kebijakan yang akhirnya meningkatkan sentimen separatis. Papua
relevan yang bertujuan untuk memberi informasi juga mengalami konflik lokal di antara suku asli,
kepada upaya-upaya penciptaan perdamaian di dan baru-baru ini, ketegangan antara masyarakat
masa mendatang di Indonesia. Di beberapa daerah asli (seringkali orang Kristen) dengan pendatang
penghentian kekerasan tidak selalu ditangani (seringkali Muslim). Studi Papua adalah untuk
secara menyeluruh sampai akar penyebab konflik, merefleksikan dan memandang ke depan, memper-
dan isu-isu yang dapat memicu konflik masih tanyakan bagaimana konflik dapat diredakan
belum ditangani seperti peran aparat keamanan; dan siapa yang harus dilibatkan? Juga apakah
alokasi sumber daya yang adil; dan isu-isu sensitif halangan dan kesempatan yang ada untuk pen-
mengenai identitas etnis dan agama yang sedang ciptaan perdamaian?
berlangsung.
Laporan ini memasukkan tiga studi kasus
Metodologi
tentang pengelolaan konflik di Indonesia yakni
Dengan dukungan MacArthur Foundation melalui
Papua, Poso di Sulawesi Tengah dan Maluku. Poso
Asia Security Initiative, HD Centre, LIPI, ITP
dan Maluku dipilih sebagai studi kasus untuk
(dan akhirnya CA) melakukan penelitian skala
memberikan wawasan dan pelajaran yang didapat
luas. Dukungan juga diterima dari International
dari pengelolaan konflik komunal. Di kedua daerah
Development Research Centre.
tersebut, pemerintah pusat memediasi perjanjian
Selama 2009 sampai pertengahan 2010 penelitian
untuk mengakhiri kekerasan pada 2001 dan 2002
utama yang detil dilakukan di Maluku, Poso dan
- tetapi hanya setelah konflik tersebut dikelola
Papua. Metodologi untuk penelitian ini mencakup
secara salah selama bertahun-tahun. Penelitian
diskusi kelompok, lokakarya dan briefing perorangan.
yang dilakukan untuk laporan ini mengindikasikan
Semuanya ini juga dilengkapi dengan wawancara
bahwa perdamaian saat ini masih rentan karena
dengan pejabat dari pemerintah pusat dan tokoh
akar penyebab dan keluhan baru yang muncul dari
non-pemerintah di Jakarta, dan juga mengambil
konflik tersebut belum sepenuhnya ditangani. Pada
materi dari sumber lainnya. Sebuah bibliografi
intinya, perjanjian perdamaian yang dimediasi
yang memuat materi terpilih yang relevan dengan
pemerintah belum sepenuhnya diterapkan dan ban-
pengelolalan konflik di Papua, Maluku dan
yak penduduk Maluku dan Poso yang tampaknya
Poso telah diproduksi di awal tahun 2010.4
kurang mendapat informasi tentang isi perjanjian
Untuk keterangan lebih lanjut lihat Lampiran 1:
tersebut. Isu-isu seperti pemulangan pengungsi
Metodologi Penelitian.
dan persengketaan tanah antara kelompok etnik
atau agama masih menjadi sumber ketegangan yang
signifikan. Sejauh mana kekerasan telah berkurang, 4 Tersedia di www.hdcentre.org/files/IndonesiaLiteratureReview
adalah penting untuk menguraikan inisiatif manakah January2010_0.pdf

10 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Isu-isu signifikan dalam proses Kesulitan-kesulitan antara pemerintahan
perdamaian di Indonesia provinsi dan kabupaten tersebut mengakibatkan
pemerintah pusat menegaskan kembali dirinya
Desentralisasi di akhir tahun 2001, dan hasilnya adalah pemerin-
Desentralisasi dan otonomi daerah menjadi priori- tah pusat mengambil bagian dalam penyelesaian
tas nasional selama periode reformasi.5 Sejumlah konflik. Dapat dikatakan, proses reformasi
undang-undang yang dikeluarkan pada 1999 pasca-Soeharto masih dalam fase penyelesaian
memindahkan kekuasaan dari pemerintah pusat.6 dengan desentralisasi yang dihasilkannya memi-
Kepala pemerintah daerah , bupati dan walikota, liki implikasi dalam penyelesaian konflik yang
menjadi posisi terpilih untuk pertama kalinya. efektif.
Desentralisasi dengan banyak keuntungan positif
Sebagai akibatnya, upaya-upaya para menteri
dan demokratis juga membawa tantangan-tantangan
pemerintahan pusat – khususnya Susilo Bambang
besar. Penduduk daerah, sering disebut putra daerah,
Yudhoyono and Jusuf Kalla8 – menghasilkan
diberikan prioritas untuk posisi pegawai negeri di
deklarasi damai Malino di Poso pada Desember
pemerintah lokal. Kendali akan pelayanan masyar-
2001 dan perjanjian perdamaian Malino di
akat memberikan kekuasaan kepada mereka untuk
Maluku dan Maluku Utara di bulan Februari
mengalokasikan pekerjaan, kontrak dan terlibat
2002.9 Baik Malino I dan Malino II dianggap
dalam korupsi. Tidak mengherankan kemudian,
sebagai pengumuman politik untuk menandai
mereka yang mengendalikan birokrasi di bawah
berakhirnya konflik, tetapi sangat disayangkan
pemerintahan Soeharto (yang belum tentu berasal
dari penduduk lokal) membenci kehilangan posisi tidak ada proses partisipatif di mana masyarakat
mereka yang menguntungkan. Oleh karena itu, ada lokal dilibatkan dalam perencanaan dan pelak-
persaingan yang tajam di antara para elit, kadang- sanaan perjanjian tersebut. Perjanjian-perjanjian
kadang mengenai garis etnis, dan perbedaan ini ini dikritik hanya difokuskan pada pemulihan
dipertajam di antara mereka yang dianggap pen- fisik, rekonstruksi, dan penyediaan bantuan
duduk lokal dan pendatang. darurat kepada pengungsi, bukan mengatasi akar
Perbedaan-perbedaan ini memiliki dampak penyebabnya. Beberapa kritik utama adalah:
yang mendalam terhadap pengelolaan konflik. kurangnya konsultasi dengan masyarakat lokal
Dalam banyak kasus hal tersebut menimbulkan mengenai perjanjian damai; anggota tim negosiasi
kebingungan di dalam pemerintah. Pembagian tidak mewakili kebutuhan penduduk lokal; dan
kekuasaan antara pemerintah provinsi dan kabupaten perjanjian tersebut tidak membahas penyebab
kurang jelas, dan koordinasi dalam situasi krisis struktural dari konflik. Contohnya, sumber
terputus-putus. Korupsi menjadi lebih menyebar daya dan peluang ekonomi masih tidak merata,
karena pemindahan kekuasaan finansial kepada dan pengungsi yang direlokasi masih belum
pemerintahan daerah, diperparah dengan kurang- diintegrasikan secara efektif ke dalam lingkungan
nya pengawasan yang ketat dan pemerintahan baru mereka.
pusat yang kuat dalam mengawasi implementasi
undang-undang baru ini. Pengurus daerah
diseluruh Indonesia saat ini memiliki kekuasaan Aparat keamanan
yang besar atas ekploitasi sumber daya.7 Reformasi militer baru mulai diperhatikan secara
serius pada waktu kepresidenan Abdurrahman
Wahid (1999-2001). Pada waktu kepemimpinan
5 Era Pasca-Soeharto di Indonesia dimulai dengan jatuhnya Soeharto Soeharto, ABRI mempunyai dua cabang yaitu
di tahun 1998. Sejak itu Indonesia berada dalam periode transisi. Era
ini dinamai periode reformasi. militer/Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
6 Termasuk UU No. 22/1999 mengenai Pemerintah Daerah dan UU kepolisian. Pada 2002, keduanya dipisahkan sebagai
No. 25/1999 tentang Keseimbangan Finansial antara Pemerintah Pusat
dan Daerah. Kedua UU Nasional ini menggantikan UU nasional
sebelumnya yang mengatur struktur administrasi pemerintah daerah,
UU No. 5/1974 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 5/1979 tentang 8 Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Koordinasi untuk Politik dan
Pemerintahan Kelurahan. UU yang terakhir ini sebelumnya Keamanan, 2002-2004; Jusuf Kalla, Menteri Koordinasi untuk
memperkenalkan struktur administrasi Jawa untuk kelurahan Kesejahteraan Rakyat, 2001-2004.
seluruh Indonesia. 9 Deklarasi Malino untuk Poso bisa diakses di www.reliefweb.int/rw/
7 Richard, Seymour, dan Turner, Sarah, “Otonomi daerah: percobaan rwb.nsf/db900SID/ACOS-64BRC3?OpenDocument; Perjanjian
desentralisasi Indonesia”, New Zealand Journal of Asian Studies 4 Damai Malino II untuk Maluku dapat di akses di www.reliefweb.int/
(2002), hal.33-51. rw/RWB.NSF/db900SID/ACOS-64CDMA?OpenDocument.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


11
bagian dari proses reformasi di bidang keamanan.10 kekerasan sebagai pejuang, komandan, utusan
Di atas kertas, kepolisian ditugaskan untuk keamanan dan provokator.
internal sementara militer bertanggungjawab untuk Di Ambon, Poso dan Aceh, perempuan mem-
pertahanan nasional. Namun, selama proses transisi, impin banyak proses dialog antar-agama dan
pembagian tanggung jawab dan hubungan antara perdamaian pada tingkat akar rumput. Sering kali
militer dan kepolisian tidak jelas. Ada juga peno- dianggap sebagai tidak berbahaya (bahkan mungkin
lakan dari elemen militer, di mana mempunyai tidak berdaya) oleh banyak orang dalam masyarakat,
tradisi lama menganggap kepolisian sebagai perempuan sering dapat mempengaruhi para pria
kekuatan yang lemah. Dalam prakteknya, militer dan suami untuk meletakkan senjata. Walaupun
masih dipanggil untuk tugas keamanan internal perempuan memainkan peran yang luas dalam
di mana mereka bekerjasama dengan kepolisian. mengelola konflik di tingkat masyarakat dalam
Pihak militer tetap memiliki pengaruh politik, berbagai cara, keterlibatan mereka dalam penyele-
terutama dalam perumusan kebijakan keamanan saian konflik di tingkat politik yang lebih tinggi
nasional. Lebih lanjut, walaupun militer memiliki adalah minimal. Contohnya, dalam perjanjian
pengalaman dalam menangani kekerasan separatis Helsinki tentang Aceh, hanya satu perempuan,
atau anti-pemerintah, konflik komunal seperti sebagai penasehat Gerakan Aceh Merdeka (GAM),
yang terjadi di Maluku dan Poso, tidak memiliki yang terlibat dalam proses perdamaian.12 Dua
musuh yang jelas dan terbukti sangat lebih sulit pendeta perempuan dari komunitas Kristen dan
ditangani, membutuhkan keahlian yang tidak seorang perempuan Muslim berpartisipasi dalam
dimiliki militer. Dalam beberapa tahun belakangan proses Malino I. Di Malino II, seorang pendeta
ini, posisi kepolisian telah membaik, terutama perempuan dan dua perempuan Katolik dipilih
dalam hal dukungan anggaran. sebagai perwakilan dari komunitas Kristen, dan
tidak ada seorang perempuan pun mewakili komu-
nitas Muslim. Selain itu, kehadiran para perempuan
Peran perempuan ini dalam perundingan damai tidak berarti isu-isu
Walaupun perempuan sering diasumsikan sebagai yang berhubungan dengan perempuan dibicarakan,
korban dalam konflik bersenjata, peran perempuan karena mereka harus tunduk kepada agenda dari
dalam konflik kekerasan menyajikan gambaran yang tim yang didominasi laki-laki. Khususnya, tidak
lebih kompleks. Contohnya, ketahanan perempuan ada satupun artikel dalam perjanjian Helsinki
– lewat aktivitas ekonomi mereka, mengurus kelu- dan Malino yang secara eksplisit membahas isu-
arga dan anak, dan jaringan komunitas – membantu isu gender.
mencegah disintegrasi sosial yang lebih jauh diten- Partisipasi perempuan yang terbatas dalam
gah - tengah kekerasan dan ketidakamanan.11 Di penciptaan perdamaian merefleksikan tantangan
Indonesia hal inilah yang terjadi. Perempuan juga gender yang lebih luas di Indonesia. Walaupun
memainkan peran yang aktif dalam melakukan negeri ini memiliki komponen matrilineal yang
kuat dalam budaya tradisional, hal ini sebagian
besar tertutup oleh interpretasi agama yang sempit
10 Dua peraturan, UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara dan UU
No. 34/2004 tentang Kekuatan Bersenjata Indonesia, merupakan
tentang peranan perempuan dalam masyarakat.
undang-undang yang paling penting dalam reformasi sektor keamanan. Konteks budaya konservatif ini diperburuk oleh
Peran dan fungsi militer dan kepolisian kemudian dijelaskan dalam rendahnya kesadaran perempuan mengenai hak
dua peraturan baru: sesuai dengan Peraturan Pertahanan Negara
No.2/2002, TNI adalah “alat pertahanan untuk kesatuan Republik mereka baik di tingkat nasional maupun global.
Indonesia” (Pasal 10). Sedangkan, Peraturan Polisi Nasional No. 2/2002 Dalam keadaan seperti ini, sangatlah sulit untuk
menyatakan bahwa kekuatan polisi adalah perangkat negara yang
bertanggung jawab untuk menjaga keamanan umum dan ditugaskan
mendorong perempuan untuk berkontribusi di
untuk menjaga, mengatur dan melayani umum dan menjunjung tingkat politik yang lebih tinggi dalam pembuatan
undang-undang. UU No. 2/2002 juag secara jelas menyatakan bahwa keputusan dan bagi pembuat keputusan (laki - laki)
kepolisian adalah kekuatan sipil yang bertanggung jawal untuk
masalah keamanan internal: Militer dan Kepolisian”, Working Paper 9, untuk menciptakan dan membagi ruang politik
Netherlands Institute of International Relations Clingendael Conflict
Research Unit (Berlin: Berghof Research Centre for Constructive
Conflict Management, 2003).
11 Bell, Christine, “Women address the problems of peace agreements”,
In, Coomaraswamy, Radhika and Fonseka, Dilrukshi (Ed.), Peace 12 Memorandum of Understanding Helsinki antara Pemerintah RI dan
work: Women, armed conflict and negotiation, (India: Women Gerakan Aceh Merdeka tersedia di www.aceh-mm.org/download/
Unlimited, 2004). english/HelsinkiMoU.pdf

12 Pengelolaan Konflik di Indonesia


untuk memungkinkan hal tersebut terjadi.13 Sebagai di Indonesia. Kebijakan “kesatuan”-nya menggunakan
hasilnya, proses tersebut kehilangan akses akan beragam metode hukum dan ideologi baik untuk
perspektif yang luas dan pemahaman mendalam membatasi atau mengatur masyarakat sipil, salah
mengenai hal-hal yang dipertaruhkan dalam satu yang paling terkenal diantaranya adalah
konflik kekerasan. Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan
No. 8/1985, atau yang juga disebut UU ORMAS.
Dibawah hukum ini, semua organisasi harus
Masyarakat sipil mematuhi ideologi negara Pancasila.14 Dengan
Keberhasilan perwakilan masyarakat sipil dalam penghapusan peraturan yang mengatur akitivitas
menyelesaikan konflik di Indonesia adalah beragam. organisasi pada1998, jumlah LSM dan organisasi
Dalam banyak kasus, mereka adalah jembatan masyarakat lainnya meningkat dengan kecepatan
penting bagi pemerintah pusat. Contohnya, Jaringan tinggi. Namun, banyak dari organisasi ini yang
Damai Papua (JDP) sedang memimpin sebuah terpecah-pecah dalam bidang sektoral dengan
dialog internal antara kelompok masyarakat sipil kurangnya koordinasi antar kelompok-kelompok
untuk mempersiapkan pembicaraan tentang masa yang bekerja dalam isu yang sama; banyak yang
depan Papua, dan memastikan pandangan-pandangan lemah secara keorganisasian; dan hanya ada
dari masyarakat sipil dapat terwakilkan dengan sedikit mekanisme di mana organisasi – organisasi
baik dalam sebuah proses dialog yang potensial. ini dapat diminta pertanggungjawabannya atas
Perwakilan masyarakat sipil juga memainkan masyarakat yang berusaha mereka bantu atau yang
peran yang aktif sebagai tokoh perdamaian dan mereka klaim mereka wakili.
rekonsiliasi pada tingkat akar rumput dalam konflik
komunal di Maluku dan Sulawesi Tengah. Dalam
konflik-konflik ini, mereka berperan penting dalam Pengamatan
menyalurkan bantuan darurat kepada pengungsi
Walaupun konflik di Maluku, Poso dan Papua
dan masyarakat yang terkena dampak. Selain itu,
sangat jelas berbeda satu sama lain, ada sejumlah
ada beberapa inisiatif dari warga desa untuk
kesamaan tema yang patut direnungkan – terutama
membangun mekanisme lokal untuk mencegah
karena konflik di Papua masih berlangsung dan
konflik. Contohnya, di desa Wayame di Maluku,
masih banyak yang perlu dilakukan untuk
warga desa menciptakan “Tim 20” yang terdiri
memastikan perdamaian di Maluku dan Poso
dari sepuluh orang dari komunitas Muslim dan
dapat dipertahankan.
sepuluh orang dari komunitas Kristen yang bertang-
Sebuah tantangan yang sama dan jelas adalah
gung jawab untuk berpatroli di desa unutk menjaga
penggunaan aparat keamanan yang tepat. Karena
keamanan dan menyelidiki gosip yang beredar di
tidak berpengalaman dalam menangani konflik
desa yang berpotensi memicu konflik. Peraturan
komunal, respon awal aparat keamanan di Maluku
juga dibuat dan diberlakukan di desa termasuk
dan Poso malah memperburuk ketegangan. Aparat
larangan untuk membuat komentar yang menghina
keamanan bergabung dengan pihak yang berbeda
agama lain dan terlibat dalam kekerasan. Warga
dalam konflik, diduga memasok senjata dan gagal
desa yang didapati melanggar peraturan akan
menangkap mereka yang jelas-jelas melanggar
dihukum sesuai peraturan atau diminta untuk
hukum. Di Papua, hak asasi manusia dilecehkan
meninggalkan desa. Inisiatif masyarakat sipil lainnya
oleh badan keamanan dan persaingan di antara
termasuk menyediakan pendidikan, lapangan
mereka untuk kendali atas sumber daya alam telah
pekerjaan untuk perempuan dan konseling trauma.
mengakibatkan meningkatnya ketidakpercayaan
Namun, warisan otoriter Soeharto membatasi
terhadap pemerintah pusat dan juga para pendatang.
kemampuan masyarakat sipil untuk menangani
Namun, pada saat yang bersamaan, pelajaran dari
keberagaman yang menantang dari kelompok etnis
Maluku dan Poso ialah ketika petugas keamanan

13 Lihat, HD Centre, Women at the Indonesian peace table: Enhancing


the contributions of women to conflict resolution, Laporan dan reko- 14 Pancasila terdiri dari 5 prinsip: Ketuhanan yang maha esa;
mendasi kebijakan dengan LIPI (Geneva: Centre for Humanitarian Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia;
Dialogue, 2010) tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Inggris di Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
www.hdcentre.org/projects/gender-amp-mediation/issues/ permusyawaratan perwakilan; dan Keadilan sosial bagi seluruh
women-peace- table-–-asia-pacific. rakyat Indonesia.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


13
terlihat menegakkan hukum secara adil dan menang- telah bertindak konstruktif tapi ketika kekerasan
kap mereka yang diketahui menghasut kekerasan, meningkat sampai level tertentu, pemerintah pusat
konflik dapat dikurangi. harus berpartisipasi – baik sebagai fasilitator dialog
Dana untuk pembangunan dan bantuan dalam konteks komunal atau sebagai peserta dialog
kemanusiaan tidak seharusnya dilihat sebagai jika merupakan bagian dari konflik.
sebuah obat penyembuh. Karena kekerasan men- Koordinasi yang lebih baik dalam pemerintah
ingkat di Maluku dan Poso, pemerintah pusat dan juga diperlukan. Kompetisi antara pemerintah
LSM memusatkan pada penyediaan bantuan darurat, provinsi dan kabupaten di Maluku dan Poso
khususnya kepada mereka yang mengungsi. melemahkan upaya untuk menangani konflik.
Walaupun ini adalah respon kemanusiaan yang Dalam kasus Papua, walaupun Bidang Papua dari
penting, hanya ketika pemerintah pusat mulai Kementerian Koordinasi untuk Hukum, Politik
memperhatikan pendorong fundamental dari dan Keamanan mempunyai mandat secara formal
konflik barulah konflik mereda. Demikian pula untuk menangani wilayah ini, pada saat yang sama
di Papua, ketergantungan pada proyek - proyek lembaga lain seperti Kementrian Dalam Negeri
pembangunan – yang menderita karena korupsi memperlihatkan kekuasaan yang lebih besar.
dan koordinasi yang lemah dalam pemerintahan Perwakilan masyarakat sipil – baik dari LSM
– telah gagal meredakan sentimen separatis. maupun komunitas keagamaan – memiliki peran
Sesungguhnya, pembangunan yang tidak merata penting dalam mendesak otoritas negara yang enggan
adalah pendorong konflik. Pelajaran ini berlaku untuk mengambil tindakan. Dibutuhkan seorang
sama untuk langkah - langkah pasca konflik. Uang pemimpin Kristen, Pendeta Tubondo, untuk
dialokasikan di Maluku dan Poso untuk memban- membujuk Jusuf Kalla untuk membantu memediasi
gun kembali infrastruktur diambil dari anggaran konflik di Poso. Di Papua, LIPI telah membangun
untuk upaya rekonsiliasi dan reintegrasi pihak – dukungan dari pemerintah untuk dialog yang
pihak yang bertikai. Usaha yang tidak terlihat nyata dimulai dengan proposalnya pada 2008, The Papua
ini sulit untuk diperhatikan, tapi penting untuk Road Map.15 Hal ini juga dilengkapi dengan karya
perdamaian yang berkelanjutan. Kesejahteraan seorang pastor Katolik, Pastor Neles Tebay, yang
ekonomi tidak seharusnya dianggap sebagai peng- telah mempromosikan dialog di kalangan komunitas
ganti dialog politik. Papua dan dengan pemerintahan pusat di Jakarta.
Studi kasus ini juga mengajukan pertanyaan Dalam semua hal ini, partisipasi publik sangatlah
sulit mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk penting. Perdamaian di Maluku dan Poso kurang
mengelola konflik di Indonesia, mengambarkan bisa didapatkan dari yang seharusnya karena
perdebatan yang sedang berlangsung di lingkungan Malino I dan Malino II merupakan perjanjian
pemerintahan di mana harus ada upaya untuk para elite yang dibuat tanpa keterlibatan publik
memasukkan pengelolaan konflik ke dalam hukum – sebuah pelajaran yang harus diperhatikan oleh
nasional. Pemerintahan kabupaten dan provinsi semua yang terlibat dalam dialog di Papua.

15 Widjojo, Muridan, (Ed.), Papua Road Map: Negotiating the Past,


Improving the Present and Securing the Future, (Jakarta: YOI, Yayasan
TIFA, LIPI, 2009).

14 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Studi Kasus Satu

Konflik dan kekerasan di terjadi antara desa Kristen dan Muslim, seringkali
dipicu oleh TNI. Pada 14 Januari 1999, terjadi keru-
Maluku: penyelesaian dan suhan antara umat Kristen dan Muslim di Dobo di
pendekatan pengelolaan tenggara Maluku.
Hal yang paling sering disebut sebagai pemicu
konflik di Ambon adalah peristiwa pada 19 Januari
Pengantar 1999 selama liburan hari raya Muslim, Idul Fitri.
Sebuah perselisihan kecil terjadi antara seorang
Konflik kekerasan di Maluku yang sebagian besar
pemuda Kristen dari Mardika, kabupaten di kota
terkonsentrasi di Ambon, adalah salah satu konflik
Ambon, dengan seorang pemuda Muslim dari
yang paling dahsyat yang pecah setelah kejatuhan
Batumerah, sebuah desa di sebelah Mardika.
rezim Soeharto. Konflik tersebut merenggut hampir
Desas – desus yang memperburuk perpecahan
5.000 nyawa dari tahun 1999 sampai 2002 dan
yang sudah ada antara komunitas Kristen dan
mengungsikan sepertiga dari penduduk Maluku
Muslim dimulai, mempengaruhi desa – desa
dan Maluku Utara.16 Sebelum pecahnya konflik
disekelilingnya ke dalam kekerasan. Pada awalnya,
komunal agama di kota Ambon, ada beberapa per-
perkelahian hanya terjadi antara orang Kristen
tempuran antar-agama di beberapa daerah lain di
Ambon dan pendatang Muslim dari Sulawesi
Indonesia. Pada November 1998, kerusuhan pecah
Selatan (Bugis, Buton dan Makassar), dengan
di Ketapang, Jakarta Utara, antara preman Ambon
masing – masing meluncurkan serangan mendadak
Kristen, dan Muslim. Dilaporkan setelah kerusuhan,
terhadap yang lain.18
hampir 200 preman Ambon dikirim kembali ke
Maluku oleh TNI AL Indonesia. Menurut para saksi
di Ambon, preman tersebut bertindak sebagai pro- Pendorong konflik
vokator pada pecahnya kekerasan untuk pertama Konflik di Maluku sering digambarkan sebagai
kalinya.17 Pada Desember 1998, di beberapa daerah permusuhan lama antara umat Muslim dan Kristen,
di Ambon, perkelahian dan serangan pembakaran walaupun kenyataannya lebih kompleks. Akibat
keterlibatan Eropa dalam perdagangan rempah pada
abad ke-16, hampir sekitar setengah dari penduduk
16 Brown, Graham., Wilson, Christopher dan Hadi, Suprayoga.,
“Overcoming Violent Conflict: Peace and Development Analysis in
Maluku sekarang adalah orang Kristen (50.2 persen
Maluku and North Maluku”, Vol. 4, Bappenas, (Jakarta: United menurut sensus tahun 2000); dibandingkan wilayah
Nations Development Programme dan Lembaga Ilmu Pengetahuan lain di Indonesia di mana 88 persen penduduknya
Indonesia, 2005).
17 Van Klinken, Gerry, “What caused the Ambon violence?”, Inside
Indonesia, No.60 (1999). Lihat juga: Aditjondro, “Di Balik Asap
Mesiu, Air Mata dan Anyir Darah di Maluku”, In Salampessy, Zairin 18 Panggabean, Samsu, “Maluku: The Challenge of Peace”, In van
dan Husain, Thamrin (Eds.), Ketika Semerbak Cengkih Tergusur Deveen, Hans (Ed.), Searching for Peace in Asia Pacific, (Boulder:
Asap Mesiu, (Jakarta: TAPAK Ambon, 2001). Lynne Rienner Publication, 2004).

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


15
Gambar 1: Peta Maluku

Sumber : Kantor UN OCHA untuk Asia-Pasifik, 2011.

adalah Muslim. Lebih dari 300 tahun penjajahan batkan orang Kristen diberi akses yang lebih besar
Belanda membagi masyarakat Maluku menurut dalam pendidikan dan posisi politik, sedangkan
garis agama, secara geografis dan sosial.19 Praktek Muslim menjadi mayoritas pedagang dan pebisnis.
– praktek tradisional diperkirakan telah meredam Menyusul kebijakan pemerintah untuk transmigrasi
ketegangan antara pihak Kristen dan Muslim dalam yang dimulai pada 1950-an, migrasi sukarela dari
kondisi yang stabil sampai pada1970-an.20 ‘Pela – Bugis, Buton dan Makassar yang bertumbuh pada
Gandong’, sebuah sistem aliansi desa yang unik di 1970-an, penduduk Maluku yang Muslim makin
Maluku Pusat, mengikat desa – desa Kristen dan bertambah. Pada 1990, Soeharto medirikan Ikatan
Muslim bersama – sama dan memainkan peran Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebagai
penting dalam hubungan sosial tradisional dan alat untuk mengamankan dukungan politik dari
pengalaman identitas budaya. kelompok Islam ketika kekuasaannya atas militer
Maluku mengalami banyak perubahan sosial memudar. Soeharto menggunakan ICMI sebagai
selama kepemerintahan Soeharto. Hubungan damai penyeimbang terhadap militer. ICMI menjadi sum-
antara Kristen dan Muslim yang terlihat hanyalah ber yang penting bagi perorangan untuk jabatan
lapisan luarnya saja. Penjajahan Belanda mengaki- pemerintahan yang penting, termasuk di Maluku.
Pada 1992, M. Akib Latuconsina, direktur ICMI di
Maluku diangkat menjadi gubernur. Beliau adalah
orang Maluku pertama dan orang sipil pertama
19 International Crisis Group, Indonesia: Overcoming Murder and Chaos
in Maluku, Asia Report No. 10, (Jakarta / Brussels: ICG, 2000). yang memegang jabatan tersebut, yang biasanya
20 Bartels, Dieter, “Your God is No Longer Mine: Muslim-Christian selalu ditempati oleh pejabat militer dari Jawa. Pada
Fratricide in the Central Moluccas after a Half-Millennium of 1996, semua bupati di provinsi adalah Muslim.
Tolerant Co-Existence and Ethnic Unity”, Dalam Pannell, Sandra
(Ed.), A State of Emergency: Violence, Society and the State in Eastern
Perubahan ini membuat kesal penduduk Kristen dan
Indonesia, (Darwin: Northern Territory University Press, 2003). lebih lagi membagi Maluku ke dalam garis agama.

16 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Kotak 1: Kronologi konflik di Maluku

1999 Januari Perkelahian jalanan yang kecil meningkat menjadi kerusuhan di kota Ambon dan sekitarnya.

Maret Kekerasan massal menyebar ke pulau lain di Maluku.

Mei Kampanye pemilihan umum dimulai dan kekerasan berkurang.

Juni Pemilihan umum

Juli Kekerasan massal dimulai lagi di kota Ambon.

Oktober Provinsi Maluku Utara dipisah dari Provinsi Maluku.

Desember Konflik meningkat setelah gereja Silo dibakar dan pembantaian terjadi di desa Muslim Tobelo
di Maluku Utara.

2000 Mei Laskar Jihad tiba di Ambon.

Juni Pembantaian di Galela dekat Tobelo di Maluku Utara.


Senjata polisi dicuri dan disebarkan ke masyarakat sipil.
Darurat sipil diberlakukan di Maluku dan Maluku Utara dan ribuan tentara dikerahkan.

Desember Front Kedaulatan Maluku (FKM) menyatakan kemerdekaan Republik Maluku Selatan (RMS).

2001 Januari Batalyon Gabungan (Yongab) melakukan “operasi pembersihan” dengan target kelompok
garis keras Muslim.

Juni Yongab melakukan “operasi pembersihan” lainnya.

2002 Pebruari Perjanjian Damai Malino (Malino II) ditandatangani.

April Kantor pemerintahan provinsi Maluku dibakar.


Desa Soya diserang, setelah itu kekerasan mulai berkurang di Maluku.

Mei Pemimpin Laskar Jihad, Ja’far Umar Talib dan FKM, Alex Manuputti ditangkap.

Oktober Laskar Jihad hilang dari Maluku.

2003 Mei Darurat sipil dicabut dari provinsi Maluku Utara.

September Darurat sipil dicabut dari provinsi Maluku.

2004 April FKM mengibarkan bendera RMS, memicu kerusuhan di kota Ambon yang menewaskan 40 orang.

Juni Pemilihan umum.

Evolusi konflik Konflik di Maluku mereda pada Mei 1999 ketika


Pada fase awal konflik, target kekerasan adalah perhatian beralih pada awal kampanye pemilihan
pendatang Muslim dari Bugis, Buton dan Makassar, umum. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
sebuah kelompok yang posisinya yang dominan (PDI-P) memenangkan pemilihan di Ambon. PDI-P
dalam pasar kerja dan sektor tenaga kerja informal adalah reformulasi daripada Partai Demokrasi
(contohnya pedagang pasar) menimbulkan keben- Indonesia (PDI) yang tergabung dengan lima
cian. Setelah eksodus besar – besaran dari para partai politik, termasuk Partai Kristen Indonesia
pendatang, konflik menyebar ke wilayah lain (PARKINDO). Secara historis, PARKINDO
Maluku dan menjadi lebih jelas mengenai keaga- didukung okeh komunitas Kristen Ambon dan
maan. Konflik yang pecah diperparah oleh desas dengan demikian PDI-P dianggap sebagai “partai
– desus sekitar simbol keagamaan seperti serangan Kristen” di Maluku. Kekerasan meledak di Ambon
terhadap mesjid dan gereja. Perempuan dan anak pada Juli 1999 ketika kemenangan PDI-P diumumkan.
– anak juga terlibat dalam kekerasan, dengan cepat Maluku berada diambang perang saudara. Rakyat
belajar membuat tombak, parang, panah dan bom.21 bergerak untuk mempertahankan agamanya dan
melakukan kekerasan terhadap siapapun dari agama
yang berbeda. Banyak desa yang mengambil bagian
21 Wawancara Akiko Horiba dengan Direktur LAPPAN (Lembaga
dalam pertempuran ini. Aparat keamanan juga
Pemberdayaan Perempuan dan Anak), Ambon, 17 Nopember 2009. terbagi dengan garis agama dan oleh karena itu

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


17
tidak dapat melakukan tugasnya dengan benar. maupun polisi tidak ada yang berhasil mengenda-
Puncak dari konflik adalah serangan terhadap Gereja likan situasi.24
Silo dan pembantaian Tobelo pada 26 Desember 1999.22 Ketidakmampuan pemerintah untuk menangani
Gereja Silo ditengah pusat kota Ambon adalah salah konflik menyebabkan kebangkitan Front Kedaulatan
satu Gereja Protestan Maluku (GPM) terbesar dan Maluku (FKM) pada 2000, sebuah gerakan yang
terbakar habis pada hari setelah Natal. Pada hari mengangkat warisan Republik Rakyat Maluku (RMS).
yang sama hampir 800 Muslim di mesjid desa RMS dibentuk 1950 dan mengadvokasi kaum sepa-
Tobelo dibunuh oleh pihak Kristen. Serangan ratis dari negara yang didominasi Muslim.25 RMS
tersebut pada akhirnya membuat pihak Kristen kemudian dianggap sebagai gerakan Kristen yang
dan Muslim untuk terlibat lebih jauh dalam konflik memperburuk dinamika konflik antar agama.
kekerasan, di mana militer tidak dapat berbuat Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
apa-apa untuk menanganinya. penurunan kekerasan pada akhir 2001. Serangan
Selama periode ini, banyak desa yang diserang, yang berkepanjangan telah memisahkan masyar-
gereja – gereja dan mesjid – mesjid dihancurkan, akat, sehingga secara logistik lebih sulit bagi orang
dan masyarakat sipil terbunuh dan mengungsi. Muslim dan Kristen untuk menyerang satu sama
Ketidakmampuan pemerintah pusat Indonesia lain. Sebuah batalion gabungan khusus, Yongab,
dan militer untuk mengendalikan konflik mem- terdiri dari pasukan khusus angkatan darat,
berikan kesempatan bagi kelompok – kelompok angkatan laut dan angkatan udara, melakukan
di luar Maluku untuk mengekploitasi situasi. operasi terutama melawan Laskar Jihad, termasuk
Pada 7 Januari 2000, setelah pembantaian di Tolelo, terhadap basis mereka. Pada akhirnya, orang
lebih dari 100.000 Muslim mengadakan protes di Maluku sering mengatakan bahwa mereka telah
Jakarta di Lapangan Monas, menyerukan jihad di lelah bertempur.
Maluku. Protes tersebut diatur oleh partai politik Pemerintah pusat memulai perundingan damai
Muslim dan organisasi Muslim. Salah satu organ- antara komunitas Kristen dan Muslim yang mana,
isasi Muslim, yang disebut Forum Komunikasi pada2002, memuncak pada perjanjian perdamaian
Ahlu Sunnah wal-Jama’ah (FKAWJ) yang dipimpin Malino II. Kekerasan sporadis dan pemboman
oleh Ja’far Umar Thalib, mengadakan sebuah berlanjut (termasuk serangan terhadap kantor
pertemuan akbar di Stadiun Senayan pada 6 April DPRD dan gubernur) tapi banyak berkurang
2000 dan menciptakan Laskar Jihad, sebuah dalam frekuensi dan intensitas sehingga status
kelompok Muslim militan.23 Pada Mei 2000, darurat sipil dihapus di Maluku pada2003.
militan Muslim yang berbasis di Jawa ini mengu- Titik balik penting lainnya adalah serangan
mumkan mereka akan meluncurkan misi Jihad pada April 2002 di desa Soya, di mana 11 orang
ke Maluku dan mulai mengirimkan anggotanya meninggal dan 22 rumah dibom.26 Penduduk Soya
ke provinsi tersebut. Mereka mencuri lebih dari adalah orang Kristen yang menganggap mereka
800 senjata dari gudang senjata polisi pada Juni aman dari serangan karena letaknya yang jauh
2000 dan melakukan serangan berkali-kali ke dari komunitas Muslim. Sebuah penyelidikan
anggota polisi. Baik Laskar Jihad maupun militer
menyalurkan senjata ke masyarakat sipil Muslim,
menyebabkan konflik tersebut meningkat. 24 Semua angka dalam paragraf ini mengenai jumlah aparat keamanan
Dinamika konflik berubah secara signifikan, diambil dari: Yanuarti, Sri., Nusa Bhakti, Ikrar dan Nurhasim,
dengan banyaknya desa Kristen yang diserang Mochamad, Military Politics, Ethnicity and Conflict in Indonesia,
Centre for Research on Inequality, Human Security and Ethnicity,
daripada desa Muslim. Sebuah keadaan darurat Working Paper No. 62 (2009).
sipil diberlakukan pada 27 Juni 2000 dan 25 FKM dibentuk tanggal 15 Juli 2000 oleh Alex Manuputti di Kudamati,
sejumlah besar pasukan militer dikerahkan di Ambon. Pada awalnya dibentuk untuk membangun moral penduduk
pada saat puncak konflik di mana peran negara lemah. Namun tidak
Maluku – pada waktu itu ada 17 batalion tentara mendapat banyak dukungan rakyat, dengan hanya beberapa ratus
dan dua batalion polisi – namun baik tentara anggota aktif dari populasi provinsi. Hal ini membuat Alex Manuputti
menggunakan bendera lama RMS untuk memajukan FKM. RMS
dipromosikan oleh Belanda untuk melemahkan oposisi terhadap
penjajahannya segera setelah Perang Dunia II. RMS merupakan
22 International Crisis Group (2000). organisasi yang didominasi oleh Kristen dan mendorong Maluku
23 Untuk informasi yang lebih mengenai Laskar Jihad, lihat Noorhaidi, untuk berpisah dari Republik Indonesia.
Hasan, “Faith and Politics: The Rise of the Laskar Jihad in the Era of 26 Sinar Harapan, “Belasan Preman Pelaku Pengeboman di Ambon,”
Transition in Indonesia”, Indonesia, Vol. 73, April, (2002), hal.145-170. 22 Oktober (2002).

18 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Seorang tentara Indonesia mengawasi sebuah desa yang hancur karena pertempuran antara Muslim dan Kristen di Ambon, Jumat, 14 Januari 2000.
AP Photo/Achmad Ibrahim

mengungkapkan bahwa Kopassus (pasukan khusus Kejadian – kejadian berikutnya tidak lagi memicu
TNI) dan sebuah geng Kristen yang melakukan kekerasan massa seperti yang terjadi sebelumnya.
serangan tersebut, bukan pihak Muslim seperti Pada April 2004, lebih dari 40 orang tewas dalam
dicurigai pada awalnya.27 Menurut banyak penga- kerusuhan menyusul pengibaran bendera RMS
mat, Kopassus mencoba memperpanjang konflik dirumah pemimpin FKM.29 Kerusuhan pecah lagi
dengan menyewa geng Kristen untuk melakukan di kota Ambon tapi mereda dalam waktu satu
serangan. Berty Loupatty, salah satu pemimpin minggu. Menyusul kerusuhan ini, pemboman
preman Kristen, mengaku jika serangan Soya kecil – kecilan terjadi tetapi tidak memicu reaksi
sebenarnya adalah perintah Kopassus.28 Hal ini keras dari masyarakat lokal.
memberikan pihak Kristen dan Muslim sebuah
alasan yang sama atas penolakan mereka terhadap
tentara. Sebuah kesamaan perasaan sebagai korban Tokoh dan inisiatif pengelolaan
mengurangi tingkat konflik komunal. konflik
Berbagai upaya telah diambil untuk mengakhiri
konflik, termasuk yang dipimpin oleh petugas
27 Muhammad, Najib, Security sector reform, democratic transition,
and social violence: The case of Ambon, Indonesia, Berghof Research
Center for Constructive Conflict Management, (Berlin: Berghof
Research Center for Constructive Conflict Management, 2004). 29 International Crisis Group, Indonesia: Violence Erupts Again in
28 Muhammad, Najib (2004), hal.8. Ambon, Asia Report No.32, (Jakarta/Brussels: ICG, 2004).

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


19
keamanan; pemerintahan pusat dan daerah; LSM Distribusi bantuan juga bermasalah. Pemerintahan
internasional dan lokal; masyarakat lokal dan daerah memiliki stok persediaan makanan dan
kelompok perempuan. Dua pendekatan yang luas kebutuhan dasar lainnya tetapi tidak dapat didis-
terhadap pengelolaan konflik di Maluku muncul tribusikannya tanpa dukungan militer. Namun,
dari upaya berikut: pendekatan keamanan dan ketergantungan terhadap militer untuk mendistri-
darurat; dan pendekatan pemulihan dan pemban- busikan bantuan tersebut seringkali mengakibatkan
gunan. Pengelolaan konflik sebelum Perjanjian kehilangannya. Ada yang mengatakan bahwa militer
Damai Malino pada Februari 2002 (Malino II) sendiri bahkan tidak memiliki dukungan logistik
sebagian besar adalah bersifat reaktif. Tidak ada yang cukup. Pecahnya struktur pemerintahan
strategi atau perencanaan jangka panjang oleh selama konflik berarti tidak ada kepemimpinan
baik Pemerintah maupun masyarakat sipil. yang menyediakan pengarahan tentang kemana dan
Alat pengelolaan konflik yang utama digunakan bagaimana bantuan darurat seharusnya dilakukan.
adalah pengiriman bantuan dan keamanan, Pemisahan antara komunitas Muslim dan Kristen
mengandalkan pada militer yang didatangkan dari menyajikan sebuah tantangan yang lebih terhadap
luar Maluku. Malino II adalah sebuah titik balik pendistribusian bantuan.
yang signifikan ditandai dengan pengalihan ke Pemerintah berupaya untuk menanggapi
pendekatan pemulihan dan pembangunan. Setelah kekerasan yang berkembang dengan militer. Selama
proses perdamaian Malino II, pemerintah pusat fase awal konflik, antara bulan Januari sampai
dan daerah menggunakan perangkat hukum – Maret 1999, Pemerintah mengirimkan 5.300 petugas
menangkap dan menuntut mereka yang memegang keamanan, baik dari Brimob dari kepolisian dan
senjata dan melakukan serangan – dan fokus dari militer, ke Maluku. Pada 15 Mei 1999, Komando
kepada perencanaan pembangunan jangka panjang Resort Militer (Korem) Maluku ditingkatkan men-
dan pemulihan. Masyarakat sipil juga mengalihkan jadi Komando Daerah Militer (Kodam) dibawah
pendekatannya dari bantuan darurat ke pemban- kepemimpinan seorang brigardir genderal, sebuah
gunan dan pemulihan. tindakan yang memberikan baik status maupun
anggaran yang lebih besar bagi militer di Maluku.
Pada November 1999, jumlah personel keamanan
Pendekatan darurat dan keamanan meningkat menjadi 6.000 personel, termasuk petu-
gas dari Kodam yang baru. Pada Januari 2000,
terhadap pengelolaan konflik
pasukan militer dan Brimob meningkat menjadi
Inisiatif pemerintah Pra-Malino II 5 batalyon (11.250 personel).30 Namun , peningkatan
ini tidak mengakibatkan penurunan konflik, karena
Sebelum Pemerintah memulai perundingan damai
militer tidak punya pengalaman dalam menangani
Malino II, ada beberapa upaya pemerintah daerah
konflik komunal. Militer tidak dilatih untuk konflik
yang tidak berhasil dalam resolusi konflik. Contohnya,
di mana konsep musuhnya tidak jelas dan tidak
Gubernur Maluku membentuk sebuah tim informal
tahu tindakan apa yang harus diambil ketika dua
pemimpin agama, ‘Tim 6’, pada akhir Januari 1999.
komunitas agama terlibat dalam pertempuran.
Tim tersebut terdiri atas enam pemimpin agama
Pada Juni 2000, meningkatnya kekerasan yang
dari komunitas Muslim, Katolik dan Protestan. Tugas
didorong oleh masuknya Laskar Jihad mengaki-
mereka adalah untuk mencegah penghancuran
batkan diberlakukannya darurat sipil di Maluku,
gereja - gereja, mesjid - mesjid dan rumah –rumah,
dan lebih banyak lagi pasukan polisi dan tentara
dan untuk menghentikan menyebarnya kekerasan
dikirim ke Maluku. Namun, koordinasi yang buruk
di kota Ambon. Namun, pemimpin yang dipilih
antara sipil dan militer terbukti menjadi hambatan
oleh Gubernur tidak serius berkomitmen untuk
yang signifikan dalam mengurangi tingkatan
perdamaian – bahkan, diduga mereka terlibat dalam
konflik. Menurut UU Darurat (UU 23/1959) adalah
kekerasan. Disamping itu, mengingat struktur
tanggung jawab gubernur untuk memulihkan ket-
pengambilan keputusan yang terdesentralisasi
ertiban dalam situasi darurat dan mereka memiliki
dalam komunitas Muslim, sangatlah sulit untuk
wewenang untuk menggunakan sumber daya yang
memilih perwakilan dengan wewenang yang sejati
diseluruh Maluku. Tidak mengherankan, Tim
6 tidak memiliki pengaruh dalam resolusi atau 30 Semua angka mengenai jumlah petugas keamanan dalam paragraf
pengelolaan konflik. ini diambil dari: Yanuarti, Sri dll (2009).

20 Pengelolaan Konflik di Indonesia


mereka miliki. Namun, baik Gubernur maupun membuktikan sebaliknya.33 Polisi yang ditempatkan
Bupati di Maluku tidak mampu untuk memimpin di Maluku sebagian besar direkrut dari penduduk
petugas keamanan, yang hanya bekerja dibawah lokal dan tidak mengherankan bila mereka mem-
arahan dari komando pusat mereka. Walaupun perlihatkan keberpihakan dengan sesama Muslim
ada koordinasi antara petugas keamanan dan atau Kristen. Sedangkan bagi militer, walaupun
pemerintah lokal, namun tidak cukup bagi kedua mereka telah sengaja dicampur dan secara berkala
belah pihak untuk menanggapi situasi darurat dipindah dari satu daerah ke daerah lain, para
dengan cepat dan tepat. Darurat sipil di provinsi tentara menjadi berteman dengan para penduduk
Maluku Utara berlangsung hingga bulan Mei 2003 desa yang mereka bela dan sering kali diberikan
dan darurat sipil di provinsi Maluku berlangsung makanan, minuman dan rokok oleh penduduk
hingga bulan September 2003. desa. Bukan hal yang aneh, jika terjadi bentrokan,
para tentara akan memihak kepada mereka yang
sering ditemui setiap hari sehingga kadang –
Walaupun pembagian tugas dan hubungan
kadang tentara Muslim membela desa Muslim
antara militer dan polisi tercantum diatas terhadap serangan Kristen dan tentara Kristen
kertas, dalam kenyataannya tidaklah membela temannya terhadap serangan Muslim.34
demikian Pada fase kedua konflik Maluku, beberapa personel
militer bahkan menyediakan senapan dan amunisi
kepada pihak yang bertikai.35 Tentara dikatakan
Petugas keamanan: perselisihan telah membeli makanan mereka dengan peluru
antara militer dan polisi dan, menurut anggota DPR Ambon: “Amunisi dan
Ada masalah koordinasi yang cukup signifikan di senapan dijual oleh para tentara yang membutuhkan
dalam petugas keamanan, terutama antara militer uang untuk hidup.” 36
dan kepolisian.31 Situasi yang tidak efektif antara Pemerasan oleh petugas keamanan juga mencoreng
polisi dan militer sebagian diakibatkan oleh peru- reputasi mereka di Maluku. Pada puncak konflik,
bahan struktural yang dialami kedua pihak ini tidak ada kelompok agama maupun perwakilan
selama transisi menuju demokrasi. Reformasi yang pemerintahan dapat melewati daerah yang didominasi
menyusul turunnya Soeharto memberikan kepoli- oleh sebuah kelompok agama tanpa perlindungan
sian tanggung jawab untuk keamanan internal dan oleh petugas keamanan. Seperti yang dikatakan oleh
sumber daya yang lebih besar dari sebelumnya, tetapi Sekretaris Kota Ambon: “Jika saya ingin melakukan
pihak militer tetap memperlihatkan kekuatannya, kunjungan, saya harus meminta petugas keamanan
berusaha untuk mempertahankan kewenangan untuk menemani saya. Tanpa perlindungan mereka,
dan anggarannya. Jadi, walaupun pembagian tugas saya tidak dapat pergi kemana – mana selama
dan hubungan antara militer dan polisi tercantum konflik” 37. Petugas keamanan mengeksploitasi situasi
di atas kertas, dalam kenyataannya tidaklah demi- tersebut, meminta uang perlindungan sebagai imbalan
kian. Malah terjadi pertempuran aktif antara TNI keamanan perjalanan. Seorang penduduk mengeluh
(militer) dan Polri (polisi). Pada Juli 2000, sebuah bahwa untuk melakukan perjalanan bolak – balik
peristiwa tembak menembak terjadi antara petugas kota Ambon untuk mengunjungi keluarganya
dari Batalion 509 (Kodam Diponegoro dan Kodam “petugas keamanan kadang – kadang meminta saya
Brawijaya) dan personel Brimob di mana setidaknya untuk membayar harga yang mahal. Saya memba-
seorang perwira polisi tewas.32 yarnya karena tidak ada pilihan lain. . . . petugas
Anggapan adanya keberpihakan petugas kea- keamanan mengambil keuntungan dari konflik.” 38
manan dalam beberapa kejadian, seperti serangan
desa Soya, menimbulkan ketidakpercayaaan dari
pada masyarakat – dan walaupun keterlibatan 33 TAPOL, KOPASSUS and the Maluku Crisis, Online bulletin, Januari-
Pebruari (2003).
tersebut disangkal secara formal baik oleh militer 34 International Crisis Group, Indonesia: The search for peace in Maluku,
maupun polisi, hasil beberapa penyelidikan Asia Report No. 31, (Jakarta/Brussels: ICG 2002).
35 Yanuarti, Sri dll (2009), hal.25.
36 International Crisis Group (2002), hal.5.
31 Muhammad, Nazib, ‘Violence in Between”, Dalam Kingsbury, 37 Wawancara Akiko Horiba dengan mantan Sekretaris Kota Ambon,
Damien (Ed.), Conflict and Security in Archipelagic Southeast Asia, 16 Juli 2009.
Monash Asia Institute (Melbourne: Monash Asia Institute, 2005). 38 Wawancara Akiko Horiba dengan penduduk Kebon Cengkeh, Kota
32 Yanuarti, Sri dll (2009), hal.26 Ambon, 1 September 2009.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


21
Rakyat Ambon meminta campur tangan PBB dalam perkelahian baru antara Kristen dan Muslim di Jakarta, 22 Mei 2000.
REUTERS/Darren Whiteside

Sektor non-pemerintahan lebih kepada daerah di mana LSM tertentu bisa


Karena pemerintahan daerah tidak dapat beroperasi mendapatkan akses.
selama masa darurat, LSM internasional dan lokal Pada periode sebelum perjanjian Malino ditan-
berupaya mengisi kekosongan tersebut. LSM datangani, LSM internasional dan badan – badan
merupakan penyedia bantuan kemanusiaan, sani- PBB fokus terutama kepada bantuan kemanusiaan
tasi, pelayanan kesehatan dan kebutuhan dasar daripada kegiatan-kegiatan pembangunan perda-
lainnya terutama untuk pengungsi. Karena donor maian.39 Mereka memberikan bantuan kepada
dan LSM internasional memiliki kesulitan memasuki masyarakat secara langsung, serta mendanai LSM
daerah konflik, LSM lokal memainkan peran yang lokal dan menjalankan program – program
penting dalam penyaluran bantuan. Menyusul pembangunan kapasitas untuk meningkatkan
kerusuhan di bulan Januari 1999, LSM lokal di Ambon tata laksana pemerintahan lokal. Upaya – upaya
mendirikan sebuah konsorsium yang disebut Tim dilakukan untuk mencoba dan menyediakan insentif
Relawan Kemanusiaan Sosial Maluku (TIRUS), untuk kerjasama keagamaan. Contohnya, Program
yang beroperasi dari sebuah kantor LSM Katolik. Pemulihan Masyarakat dari UNDP menyediakan
Sebelum konflik, kira – kira ada sepuluh LSM di dana kepada LSM lokal dengan syarat LSM Kristen
Ambon dan mereka sering melampaui perbedaan dan Muslim harus berkolaborasi.40 Namun, pejabat
agama. Namun, konflik membuat LSM terpecah pemerintahan daerah menyatakan bahwa organisasi
secara agama, masing – masing menyediakan
bantuan kepada komunitasnya masing – masing. 39 Brown, Graham dll (2005).
Bantuan yang disediakan kurang sesuai dengan 40 Wawancara Akiko Horiba dengan mantan staff Lakspesdam NU
penilaian yang sistematis terhadap kebutuhan dan (Nahdlatul Ulama), Kota Ambon, 20 Juli 2009.

22 Pengelolaan Konflik di Indonesia


internasional tidak mengkoordinasikan kegiatannya aturan di desa yang melarang penduduk mengambil
dengan mereka, yang mengakibatkan terjadinya tum- bagian dalam perkelahian, penyalahgunaan simbol
pang tindih bantuan di kamp – kamp pengungsi.41 – simbol keagamaan, mengkomsumsi alkohol, dan
membuat komentar yang menghina agama. Baik
pendeta dan pemimpin Muslim memainkan peran
Upaya – upaya dari masyarakat lokal yang penting dalam mempromosikan toleransi
untuk menyelesaikan konflik beragama, secara terus – menerus memberitahu
Sebelum kedatangan bantuan darurat dari pemer- kepada masyarakat lokal bahwa ini bukan konflik
intah pusat dan badan – badan internasional ke agama. Tim 20 juga menciptakan pasar yang dapat
Ambon, masyarakat lokal sangat bergantung diakses oleh kedua komunitas agama. Hal ini tidak
kepada lembaga – lembaga keagamaan untuk hanya menunjukkan hubungan yang harmonis
mendapat bantuan. Seperti yang dikatakan oleh antara Kristen dan Muslim tapi juga penting bagi
seorang penduduk Warigin di kota Ambon: “Kami kelangsungan hidup ekonomi desa selama konflik.
menolong dan mendukung satu sama lain dengan Gerakan Damai Baku Bae adalah insiatif penting
membagi persediaan makanan dan kebutuhan pengelolaan konflik lainnya yang menolong untuk
pokok lainnya, dan menerima pengungsi di rumah membentuk identitas bersama antara kedua kel-
kami. Tidak ada seorangpun yang menolong kami ompok, sebagai korban konflik. ‘Baku Bae’ adalah
untuk waktu yang lama. Kami bertahan hidup sebuah ungkapan adat Maluku yang umumnya
sendiri sampai bantuan darurat datang.”42 Di antara digunakan oleh anak – anak untuk memulihkan
masyarakat Kristen, gereja – gereja berfungsi persahabatan setelah kesalahpahaman atau
sebagai pusat distribusi untuk bantuan darurat.43 pertengkaran. Dalam konteks konflik Maluku,
Bantuan dalam masyarakat Muslim kurang teratur, ‘Baku Bae’ berarti menghentikan kekerasan.45 Ini
dengan mesjid – mesjid yang hanya berfungsi adalah sebuah istilah yang lebih dapat diterima
sebagai tempat penampungan bagi umat Muslim. daripada ‘damai’ pada puncak konflik. Gerakan
Pada fase konflik ini, ‘damai’ dianggap sebagai ini dikembangkan dan dibangun oleh sejumlah
kata yang tabu dalam banyak komunitas. Mereka masyarakat sipil di Ambon termasuk pelajar, aktivis
yang berbicara tentang ‘damai’ seringkali diper- LSM, pengacara, wartawan, perwakilan agama, dan
lakukan sebagai musuh, membatasi kemampuan pemimpin desa dan raja. Gerakan ini difasilitasi
mereka untuk memulai proses perdamaian. Namun oleh aktivis perdamaian dari Jakarta. LSM hak asasi
demikian, ada beberapa contoh pencegahan konflik manusia dari Jakarta, seperti Yayasan Lembaga
yang berhasil pada tingkat akar rumput. Sebuah Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Lembaga
contoh yang kuat ialah kasus ‘Tim 20’ di desa Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta) dan Komisi
Wayame, yang memelihara perdamaian hidup Orang Hilang Korban Kekerasan (Kontras), yang
bersama antara penduduk Kristen dan Muslim.44 mendukung gerakan Baku Bae melakukan peneli-
Tim 20 yang terdiri dari sepuluh orang Kristen tian di Ambon dan menyimpulkan bahwa konflik
dan sepuluh orang Muslim, bertanggung jawab ini bukan mengenai perbedaan agama yang men-
untuk memverifikasi setiap informasi yang bertu- dasar tapi lebih kepada peran negatif militer dalam
juan memprovokasi pertempuran antara kedua mengeksploitasi sentimen keagamaan. LSM-LSM
komunitas agama. Mereka juga memberlakukan tersebut kemudian mengadakan serangkaian
lokakarya di Jakarta pada 2001 bagi para pemimpin
agama di Maluku, kepala desa, kepala adat, aktivis
41 Wawancara Akiko Horiba dengan mantan staff Bapedda (Badan
LSM, pengacara dan wartawan yang membahas
Perencanaan Penbangunan Daerah) Provinsi Maluku, Kota Ambon, penyebab konflik dan mengeksplorasi cara – cara
21 Juli 2009.
untuk mendapatkan agenda bersama. Lokakarya
42 Diskusi kelompok fokus dengan penduduk Warigin di kota Ambon,
20 November 2009.
dan penelitian yang dilakukan oleh LSM hak asasi
43 Wawancara Akiko Horiba dengan pendeta di gereja Silo di kota manusia dari Jakarta, menolong menimbulkan
Ambon, 16 Juli 2009. pergeseran dari “melihat satu sama lain sebagai
44 Komentar di lokakarya oleh mantan pendeta di desa Wayame village,
salah seorang pemimpin dalam Tim 20, kota Ambon, 14 Oktober
2009. Lihat juga, Horiba, Akiko, “Community Mechanism in Wayame
on Ambon Conflict”, In, People’s Survival Strategy: Success Stories in 45 Ichsan, Malik, Bakubae: the community based movement for recon-
Conflict (Poso, Tangkura village and Ambon, Wayame Village)”, Research ciliation process in Maluku, Bakubae Maluku, Tifa Foundation and
Report, (Jakarta: Institut Titian Perdamaian, 2008). Yayasan Kemala, (Jakarta: Bakubae Maluku, Tifa and Kemala, 2003).

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


23
musuh dan berkelahi satu dengan yang lain menjadi dan Kristen dan menjadi sarana bagi mereka untuk
semuanya merupakan korban dan menyalahkan bertukar informasi dan memverifikasi informasi
pemerintah.”46 dengan rekan – rekan mereka dari penganut agama
Salah satu pencapaian dari lokakarya tersebut yang berbeda, yang sebelumnya mustahil untuk
ialah Maluku Media Centre (MMC) yang menam- dilakukan. Hal ini menghasilkan laporan konflik
pung wartawan Kristen dan Muslim yang telah yang lebih objektif.49
dilatih di lokakarya Baku Bae. Setelah mereka
kembali ke Ambon, mereka menyebarkan ide
jurnalisme perdamaian dan mendorong wartawan Peran perempuan
lain untuk menghindari penulisan atau pelaporan “Perempuan memiliki peran yang berpengaruh
berita – berita provokasi.47 dalam keluarga. Sebagai istri, perempuan
dapat membujuk suami mereka untuk tidak
terlibat dalam konflik dan sebagai ibu, mereka
Peran media dapat mendidik anak – anak mereka untuk
Dalam situasi konflik, media dapat digunakan tidak berprasangka terhadap agama lain.” 50
sebagai alat pembangunan perdamaian dan juga
Perempuan memainkan peran yang aktif dalam
dalang kekerasan. Selama konflik di kota Ambon,
upaya penciptaan perdamaian di ambon. Pertemuan
media (koran, radio dan internet) memainkan peran
antar agama dikalangan pengungsi perempuan
dalam mempromosikan kekerasan. Selain itu,
tidak hanya menjamin distribusi bantuan darurat
media terbagi dalam garis keagamaan dan digunakan
kepada pengungsi, tapi juga menjadi ajang untuk
untuk menyebarkan isu dan informasi palsu.
rekonsiliasi antara perempuan Muslim dan Kristen.
Contohnya, konflik mengakibatkan terpecahnya
Kepemimpinan perempuan dalam mengorganisir
sebuah koran lokal, Suara Maluku menjadi Suara
pertemuan antar agama di antara pengungsi per-
Maluku (untuk pembaca Kristen) dan Ambon
empuan adalah salah satu pencapaian penting di
Express (untuk pembaca Muslim). Informasi pro-
Maluku. Identitas bersama sebagai ‘ibu’ adalah titik
vokatif yang tidak diverifikasi sering dipublikasikan
masuk untuk diskusi antar agama. Keprihatinan
di kedua koran tersebut. Radio dan internet juga
yang sama akan keamanan dan masa depan anak
memicu kekerasan selama konflik Ambon. Laskar
– anak mereka, makanan, pendidikan, pelayanan
Jihad memiliki stasiun radionya sendiri, Suara
kesehatan, dan kebutuhan pokok lainnya, mem-
Perjuangan Muslim Maluku dan website (www.
bantu mengikat perempuan dari dua komunitas
laskarjihad.or.id) yang diduga menjadi alat untuk
agama yang berbeda menjadi satu: “Perempuan
memobilisasi Muslim untuk melakukan serangan
menciptakan sebuah budaya damai. Perempuan
kekerasan dan menyebarkan propaganda tentang
dapat meredakan ketegangan lewat nyanyian dan
konflik. Kristen dan Muslim juga saling mengkritik
tarian. Perempuan memiliki peran yang besar dalam
pembunuhan kejam dan serangan bom masing-
pengelolaan konflik,” simpul seseorang aktivis.51
masing di internet.48
Ada beberapa contoh dari media yang digunakan Namun bagaimanapun, perempuan paling aktif
sebagai alat pembangunan perdamaian selama di tingkat akar rumput. Salah satu contoh yang kuat
konflik. Gerakan damai Baku Bae mengadakan adalah Gerakan Perempuan Peduli (GPP) yang
lokakarya untuk meningkatkan kesadaran akan dibentuk pada September 1999 oleh lebih dari 40
pentingnya mengakhiri konflik di Maluku dan aktivis perempuan Muslim, Protestan dan Katolik.
juga lokarya untuk wartawan tentang pelatihan Mereka mengoraganisir aksi menentang kekerasan
jurnalisme perdamaian dan kemudian menciptakan di Maluku bahkan ketika konflik mencapai pun-
MMC. MMC terdiri dari baik wartawan Muslim caknya. Mereka juga mengatur pertemuan dengan
pejabat pemerintah dan keamanan, pemimpin agama

46 Wawancara Akiko Horiba dengan mantan wakil direktur YLBHI


(Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), Jakarta, 22 Agustus 2009. 49 Informasi lebih lanjut mengenai MMC, bisa dilihat di www.maluku
47 Wawancara Akiko Horiba dengan wartawan dari Televisi Republik mediacentre.org/
Indonesia, kota Ambon, 1 September 2009. 50 Wawancara Akiko Horiba dengan perwakilan Kristen untuk
48 Lihat: Brauchler, Birgit, “Cyberidentities at War: Religion, Identity, Perjanjian Damai Malino, Ambon, 31 Agustus 2009.
and the Internet in the Moluccas Conflict”, Indonesia, No. 75 (New 51 Wawancara Akiko Horiba dengan perwakilan Kristen untuk
York: Columbia University, 2003), hal.123-151. Perjanjian Damai Malino, Ambon, 31 Agustus 2009.

24 Pengelolaan Konflik di Indonesia


dan pemuda, juga melatih relawan perempuan di Perjanjian Perdamaian Malino
lapangan mengenai mediasi dan konseling. GPP
Pemerintah pusat memimpin proses perdamaian
juga bekerjasama dengan organisasi – organisasi
– yang sangat singkat dalam standar komparatif –
perempuan di Maluku.
yang memuncak pada penandatanganan perjanjian
Hanya ada sedikit partisipasi perempuan di
damai Malino II pada 11 Februari 2002 di pegu-
dalam penciptaan perdamaian di tingkat formal
nungan Malino di Sulawesi Selatan. Lihat kotak
yang lebih tinggi. Untuk Malino II, seorang pendeta
2 : Perjanjian Malino II. Dua tokoh di pemerintah
perempuan dan dua perempuan Katolik dipilih
pusat yang berperan dalam melaksanakannya
sebagai perwakilan dari komunitas Kristen, semen-
adalah: Menteri Kordinator Urusan Politik, Hukum
tara tidak ada perwakilan perempuan Muslim.
dan Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jusuf Kalla,
Perbedaan tersebut sebagian disebabkan karena
Mentri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Jusuf
pendeta perempuan atau biarawati Katolik memain-
Kalla meminta Gubernur Maluku untuk memilih
kan peran yang signifikan sebagai pemimpin
satu perwakilan masing – masing dari komunitas
komunitas Kristen, sementara peran perempuan
Muslim dan Kristen. Kedua perwakilan kemudian
dalam komunitas Muslim kurang terlihat.
memilih kelompok yang lebih besar dari komunitas
Walaupun beberapa perempuan di Ambon terlibat
mereka – 35 Muslim dan 34 Kristen – dan kesemua
dalam pembuatan bom dan dalang kekerasan, ini-
69 orang tersebut berkumpul di Malino selam
siatif – inisiatif perempuan yang spontan sebagian
tiga hari. Sebuah rancangan perjanjian disiapkan
besar membawa hasil yang positif. Di Ambon, proses
oleh pemerintah pusat, ditinjau dan diubah pada
rekonsiliasi antara perempuan dari dua komunitas
hari kedua pertemuan, dan ditandatangani pada
yang berbeda dimulai di pasar. Perempuan, baik
hari ketiga.
Muslim dan Kristen, secara teratur berani memer-
Tidaklah mengherankan, proses yang kilat
jang kekerasan untuk melakukan perjalanan ke
tersebut tidak memungkinkan adanya keterlibatan
pasar, yang umumnya berlokasi di kota Ambon,
antara perwakilan komunitas Muslim dan Kristen
untuk membeli makanan atau menjual produk
(mereka bahkan tinggal di hotel yang berbeda), tidak
mereka. Contohnya, perempuan yang dikenal
juga antara perwakilan dengan warganya. Pemimpin
sebagai jibu-jibu, melakukan perjalanan dari desa
agama tidak menjadi bagian dari konsultasi publik,
Muslim, Sirisori ke desa Kristen, Owu untuk
membuat beberapa komunitas merasa perwakilan
menjual produk mereka, bahkan selama konflik.52
mereka tidak mewakili pandangan mereka.
Upaya mereka terbantu oleh persepsi bahwa per-
Komunitas Muslim tidak memiliki pemimpin
empuan kurang berbahaya, sehingga lebih mudah
yang jelas dan tidak ada hirarki yang jelas di dalam
bagi mereka untuk masuk dan melewati daerah
mesjid. Pertanyaan mengenai legitimasi dari
yang didominasi agama lain. Walaupuan upaya
perwakilan Muslim muncul dengan pembakaran
mereka lebih didorong oleh kebutuhan pokok dari-
rumah pemimpin tim negosiasi Muslim setelah
pada kesadaran untuk penyelesaian konflik, mereka
perjanjian ditandatangani. Walaupun pemerintah
telah meletakkan dasar untuk inisiatif rekonsiliasi
pusat dan lokal memperhatikan untuk mendap-
yang lebih formal. Selain itu, karena interaksi
atkan perwakilan yang seimbang, mereka tidak
antara perempuan dari komunitas agama yang
memberikan perhatian yang memadai terhadap
berbeda, mereka menjadi pembawa pesan buat
siapa yang menjadi perwakilan dari masing –
komunitas yang lebih besar. Hal ini menempatkan
masing pihak dan apakah mereka memiliki kapa-
mereka dalam posisi yang bagus untuk memverifi-
sitas dan wewenang untuk menegakkan perjanjian.
kasi dan menghilangkan isu dan mencegah aksi
Namun bagaimanapun juga, Malino II adalah
– aksi provokasi.53
penting karena merupakan sebuah pernyataan
politik bahwa konflik dianggap telah selesai secara
formal dan adanya keinginan politik yang kuat
untuk mengurangi kekerasan. Karena Malino II
adalah perjanjian perdamaian dan bukan deklarasi
52 Wawancara Akiko Horiba dengan aktivis hak perempuan dari seperti Malino I, hal tersebut dilihat oleh orang
Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia) di Ambon,
17 Nopember 2009.
Maluku sebagai sebuah dokumen yang lebih ber-
53 Untuk informasi lebih banyak tentang peran perempuan dalam
makna. Perwakilan yang ikut serta dalam proses
proses damai Maluku, lihat Centre for Humanitarian Dialogue, (2010) Malino II mengerti bahwa konflik melampaui

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


25
perbedaan agama dan menghargai bahwa dinami-
Kotak 2: perjanjian Malino II kanya dipengaruhi oleh pemerintah lokal dan
militer. Walaupun mereka bersikeras supaya kedua
Perjanjian Malino II terdiri atas 11 poin:
pihak juga menandatangani perjanjian, pada
1. Mengakhiri semua bentuk konflik dan perselisihan. akhirnya hanya Pemerintah yang melakukannya.
2. Menegakkan supremasi hukum secara adil dan tidak Sebagai tambahan kepada 11 hal perjanjian,
memihak. Karena itu, aparat harus bertindak Malino II membentuk dua komisi bersama; satu
profesional dalam menjalankan tugasnya. untuk mengawasi hukum dan ketertiban; yang
3. Menolak segala bentuk gerakan separatis termasuk lain untuk mengawasi kondisi sosial dan ekonomi.
Republik Maluku Selatan. Namun, hal ini dilaksanakan dengan buruk dan
4. Sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bekerja sebaik komisi serupa di Poso. Syarat
(NKRI), maka bagi semua orang berhak untuk berada dari perjanjian juga tidak sepenuhnya diimplemen-
dan berusaha di wilayah Maluku dengan meperhatikan tasikan; isu – isu seperti kepulangan pengungsi
budaya setempat.
dan sengketa tanah antara kelompok agama yang
5. Segala bentuk organisasi, satuan kelompok atau berbeda masih menjadi sumber ketegangan yang sig-
laskar bersenjata tanpa ijin di Maluku dilarang dan
harus menyerahkan senjata atau dilucuti dan diambil
nifikan. Namun, setelah penandatangan perdamaian,
tindakan sesuai hukum yang berlaku. Bagi pihak-pihak setiap aksi kekerasan yang dilakukan dianggap
luar yang mengacaukan Maluku, wajib meninggalkan sebagai kejahatan dan tunduk kepada proses hukum
Maluku.
– sebuah perubahan jauh dari imunitas yang
6. Untuk melaksanakan seluruh ketentuan hukum, maka dinikmati oleh pelaku serangan pra-Malino II.
perlu dibentuk tim investigasi independen nasional Protes kekerasan dan pecahnya kekerasan
untuk mengusut tuntas peristiwa 19 Januari 1999,
Front Kedaulatan Maluku, Kristen RMS, Laskar Jihad,
terjadi secara menyebar Malino II ditandatangani,
Laskar Kristus, dan pengalihan agama secara paksa. tapi jumlahnya menurun setelah kejadian Soya.
Walaupun secara resmi konflik dianggap sudah
7. Mengembalikan pengungsi secara bertahap ke
tempat semula sebelum konflik. berakhir, perdamaian masih rapuh karena akar
penyebab konflik masih belum ditangani dan
8. Pemerintah akan membantu masyarakat merehabilitasi
sarana ekonomi dan sarana umum seperti fasilitas
munculnya keluhan baru. Dominasi Muslim dalam
pendidikan, kesehatan dan agama serta perumahan bisnis dan Kristen dalam pendidikan adalah sebuah
rakyat agar masa depan seluruh rakyat Maluku dapat masalah yang serius. Malino II meminta keseimban-
maju kembali dan keluar dari kesulitan. Sejalan
dengan itu, segala bentuk pembatasan ruang gerak
gan antara dua kelompok ini belum dapat dicapai.
penduduk dibuka sehingga kehidupan ekonomi dan
sosial berjalan dengan baik.

9. Dalam upaya menjaga ketertiban dan keamanan Fase pemulihan dan pembangunan
seluruh wilayah dan masyarakat diharapkan adanya Perjanjian Malino II menandai sebuah titik balik
kekompakan dan ketegasan untuk TNI/Polri sesuai
fungsi dan tugasnya. Sejalan dengan itu, segala
dalam pendekatan pemerintah untuk mengelola
fasilitas TNI segera dibangun kembali dan dikembalikan konflik. Baik pemerintah daerah dan pusat
fungsinya. menganggap perjanjian damai tersebut menandai
10. Untuk menjaga hubungan dan harmonisasi seluruh dimulainya fase pemulihan konflik. LSM – LSM
masyarakat, pemeluk agama Islam dan Kristen dan masyarakat sipil juga beralih dari penyedia
maka segala upaya dan usaha dakwah harus tetap
bantuan darurat ke aktivitas pembangunan
menjunjung tinggi undang-undang dan ketentuan lain
tanpa pemaksaan. perdamaian.

11. Mendukung rehabilitasi khususnya Universitas


Pattimura dengan prinsip untuk kemajuan bersama. Inisiatif pemerintah pasca Malino II
Karena itu, rekruitmen dan kebijakan lainnya dijalankan
secara terbuka dengan prinsip keadilan dan tetap Segera setelah Malino II ditandatangani, pemerintah
memenuhi syarat keadilan. pusat dan daerah menjadi lebih serius dalam bekerja
Diambil dari : Perjanjian Maluku di Malino (Malino II) yang ditanda menuju perdamaian. Otoritas pemerintah daerah
tangani untuk mengakhiri konflik dan menciptakan perdamaian di diseluruh Maluku memakai perjanjian tersebut
Maluku, Press dan Informasi Information, Kedutaan Republik
Indonesia, Tersedia di: www.reliefweb.int/rw/RWB.NSF/db900SID/
sebagai panduan. Namun, dengan berlalunya waktu,
ACOS-64CDMA?OpenDocument. sinisme tumbuh karena buruknya implementasi
perjanjian tersebut oleh pemerintah daerah. Salah

26 Pengelolaan Konflik di Indonesia


satu keluhan yang paling umum adalah bahwa di desa Kayu Tiga, Ambon, tempat pengungsi di
temuan Tim Investigasi Nasional, yang ditugaskan relokasi, sebuah sekolah dibangun oleh pemerintah
untuk menginvestigasi penyebab konflik dan lokal dan satu lagi oleh pemerintah provinsi,
kejadian kekerasan besar, masih belum dipublikasikan: walaupun hanya satu yang diperlukan.56
“Mengapa mereka tidak dapat mempublikasikan Kurangnya pengarahan yang jelas dan trans-
hasilnya? Apapun hasilnya semua rakyat Maluku paransi mengenai distribusi anggaran untuk Inpres
perlu tahu kebenaran. Tanpa kebenaran, kita tidak No. 6, dan juga pertanggungjawaban dan pengawasan
dapat bergerak maju.” 54 Selain itu, kelompok kerja yang buruk dari penggunaan anggaran, memung-
(pokja) yang dibentuk dibawah Perjanjian Malino II kinkan pejabat untuk terlibat dalam korupsi. Seperti
untuk menindaklanjuti implementasi hal-hal per- yang dikatakan oleh seorang anggota DPRD:
damaian tidak diberdayakan dengan kewenangn
dan tidak memiliki anggaran yang cukup. Banyak “Ada terjadi korupsi. Hampir semua anggaran
penduduk lokal merasa bahwa perjanjian tersebut untuk pembangunan perdamaian digunakan
bersifat elit dan kurang berkonsultasi dengan mereka untuk rekonstruksi infrastruktur. Sangatlah
yang ada di tingkat akar rumput. mudah untuk terjadi korupsi antara pegawai
Instruksi Presiden No. 6 (Inpres) merupakan sipil dan kontraktor karena tidak ada sistem
inisiatif besar untuk pemulihan konflik oleh pengawasan. Khususnya selama masa konflik,
pemerintah pusat. Inpres tersebut ditandatangani tidak ada yang memeriksa bagaimana uang
oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada untuk rekonstruksi dihabiskan. Buktinya?
21 September 2003 dan bertujuan untuk membuat Anda dapat melihat infrastrutur yang buruk
kerangka rehabilitasi dan rekonstruksi di Maluku di Maluku. Banyak uang untuk pembangunan
dan Maluku Utara. Pada 14 September 2004, DPR perdamaian di Maluku tapi kita tidak tahu
menyetujui anggaran sebesar Rp1,21 triliun dialoka- kemana uang itu menghilang.” 57
sikan pada 2005 untuk pelaksanaan Inpres No.6 di
Maluku dan Maluku Utara. Sebuah tambahan Para pengungsi
anggaran sebesar Rp.250 milyar dialokasikan untuk
Sejak tahun 1999 Pemerintah Maluku memiliki
kedua provinsi untuk aktivitas yang berhubungan
pokja untuk mengurus pengungsi. Pokja bekerja
dengan pengungsi pada 2005.55 Anggaran tersebut
berkoordinasi dengan badan nasional unutk
sebagian besar digunakan untuk pembangunan
pengelolaan pengungsi, BAKORNAS PBP (Badan
infrastruktur. Namun, pelaksanaan dari Inpres
Koordinasi Nasional untuk Pengelolaan Bencana
No. 6 di Maluku terganggu karena kurangnya
dan Pengungsi). Namun, ada masalah yang cukup
pertanggungjawaban dan transparansi dalam
signifikan dalam menyalurkan bantuan ke pen-
penggunaan anggaran.
gungsi. Pada akhir tahun 2002, hanya 10.000 dari
Terdapat juga kebingungan yang signifikan
perkiraan 64.000 keluarga yang menerima bantuan.58
mengenai mengapa anggaran Inpres No. 6 dikir-
Hal ini disebabkan kurangnya data dan informasi
imkan ke pemerintahan provinsi sementara dalam
yang yang dapat diandalkan, dan korupsi dalam
konteks desentralisasi dalam UU No. 32/2004
pengelolaan anggaran. Pemerintah daerah awalnya
anggaran tersebut seharusnya dicairkan oleh
memperoleh angka untuk pengungsi dengan
pemerintahan kabupaten. Penolakan dari pejabat
menggunakan jumlah rumah yang ditinggalkan
kabupaten dan kotapraja bertumbuh. Hanya ada
yang kemudian dirubah ke jumlah kepala keluarga,
sedikit koordinasi antara pemerintah provinsi dan
dan yang kemudian dirubah kembali ke jumlah
kabupaten dan kotapraja dalam pelaksanaan Inpres
rumah yang ditinggalkan. Menggunakan jumlah
No. 6, yang mengakibatkan kegiatan pemulihan
rumah yang ditinggalkan sebagai panduan adalah
tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Pemerintah
sebuah masalah karena bisa sampai tiga kepala
provinsi adalah hanya terlibat untuk meminta data
pengungsi dari pemerintah kabupaten. Koordinasi
yang buruk ini memiliki konsekuensi: contohnya,
56 Wawancara Akiko Horiba dengan staf BAPPEDA (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Ambon, 3 September 2009.
57 Wawancara Akiko Horiba dengan anggota DPRP Maluka, Kota
54 Komentar dalam lokakarya oleh Direktur Koalisi Pengungsi Maluku, Ambon, 20 Nopember 2009.
kota Ambon, 14 Oktober 2009. 58 Menurut angka yang dikeluarkan oleh Norwegian Refugee Council,
55 Brown, Graham dll (2005), p.53. lihat: Brown, Graham dll (2005), hal.55.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


27
Ribuan pendatang dan pengungsi menaiki kapal penumpang yang membawa mereka pergi dari kerusuhan yang menghancurkan Ambon, 28 Pebruari 1999.
AP Photo/Achmad Ibrahim

keluarga tinggal dalam satu rumah dan jumlah orang ke desanya tetapi desa – desa disekitarnya tidak mau
yang berbeda-beda dalam setiap keluarga. Perubahan menerima mereka kembali.” 59
ini sangat mempengaruhi distribusi perawatan Kembalinya pengungsi setelah konflik komunal
kesehatan, makanan dan rekonstruksi rumah. adalah masalah kompleks, khususnya di Maluku
Setelah Inpres No. 6 berlaku pada 2004, Pemer- di mana banyak pengungsi adalah transmigran
intah mulai melaksanakan langkah – langkah yang dari Bugis, Buton dan Makassar. Pendatang ini
lebih serius untuk membantu pengungsi. Namun, tinggal di Ambon sebelum mereka melarikan diri
masalah korupsi dan data yang tidak dapat diand- dari kekerasan. Mereka kehilangan harta miliknya
alkan masih tetap ada. Selain itu, pendekatan yang sebelum konflik, tapi tidak dapat memperlihatkan
diambil untuk membangun kembali komunitas dokumen registrasi atau bukti lainnya untuk
berfokus pada bangunan fisik dan rekonstruksi – membuktikan bahwa mereka pernah tinggal di
perhatian yang kecil diberikan untuk memperbaiki Ambon. Kesulitan dalam memverifikasi siapa yang
hubungan dan membangun kepercayaan antara sebenarnya tinggal di Ambon sebelum konflik dis-
pengungsi dan masyarakat sekitarnya. Salah satu alahgunakan oleh beberapa orang yang datang ke
PNS menegaskan masalah tersbut bahwa “beberapa
pengungsi tidak mau kembali ke desa mereka karena
trauma dan takut akan pengalaman mereka diserang 59 Wawancara Akiko Horiba dengan mantan asisten II Provinsi
para tetangga. Atau pengungsi tersebut ingin kembali Maluku, kota Ambon, 2 September 2009.

28 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Ambon dan berpura – pura menjadi pengungsi jadi – besaran mereka yang merencanakan kekerasan,
mereka dapat meminta kompensasi keuangan yang beberapa tokoh kunci dari kedua pihak dibawah ke
ditawarkan Pemerintah. Masalah – masalah tersebut persidangan. Pada 2003, Alex Manuputti, pemimpin
memperlihatkan kebutuhan akan data yang dapat FKM dan Ja’far Umar Talib, pemimpin Laskar Jihad,
diandalkan mengenai pengungsi agar dilakukan ditangkap. Beberapa orang yang diduga menjadi
oleh administrasi desa dan masyarakat sendiri di anggota kelompok teroris lokal atau militan ditang-
tingkat Rukun Warga atau Rukun Tetangga.60 kap antara tahun 2004 dan 2005 dan dibawa ke
pengadilan. Walaupun ada beberapa kritikan publik
atas kegagalan untuk menangkap tokoh lainnya
Pemekaran yang terlibat dalam kekerasan, keputusan untuk
Di Indonesia, pemekaran berarti pembagian dan menindak militan membawa tingkat stabilitas
penciptaan provinsi, kabupaten atau wilayah ke tertentu ke Maluku.
unit yang lebih kecil. Undang – undang otonomi
daerah Indonesia pada 1999 mengijinkan pembagian
provinsi, kabupaten dan kecamatan ke unit yang Masyarakat sipil
lebih kecil yang bertujuan untuk administrasi yang Masyarakat sipil – termasuk kelompok agama, LSM
lebih baik, distribusi sumber daya yang lebih adil internasional dan lokal, akademisi, wartawan, dan
dan pemerintahan yang lebih mewakili. Pada1999, kelompok perempuan – bekerja terutama untuk
sebuah provinsi baru, Provinsi Maluku Utara dic- mendistribusikan bantuan darurat sebelum perun-
iptakan dari Provinsi Maluku dan menciptakan dingan Malino II. Hanya segelintir terlibat dalam
kabupaten baru, Maluku Tenggara Barat dan Buru. inisiatif rekonsiliasi, seperti kegiatan dari Inter-
Hal ini juga diikuti penciptaan Seram Bagian Barat, faith Institute yang mendorong dialog antar agama
Seram Bagian Timur dan Aru pada 2003, kota Tual dan mempromosikan interaksi antara Kristen dan
pada 2007, dan Maluku Barat Daya dan Buru Selatan Muslim. Setelah perjanjian damai, pemerintah
pada 2008. Sekarang ada sembilan kabupaten dan lokal memprioritaskan rekonstruksi dan pemban-
dua kotapraja di Maluku. gunan infrastruktur tetapi sedikit perhatian yang
Perubahan – perubahan ini penting dalam diberikan untuk memulihkan keeratan sosial antara
menentukan apakah ketegangan diatasi dengan kelompok agama. Masyarakat sipil memainkan
kekerasan atau lewat cara lain. Sebuah konsekuensi peran utama dalam mengisi kesenjangan tersebut,
yang tidak diantisipasi dari pemekaran adalah dan juga bekerja untuk tujuan pemberdayaan per-
lebih banyak kesempatan untuk elit lokal untuk empuan dan menyediakan kebutuhan anak – anak.
memegang jabatan politik. Beberapa dari mereka Di Ambon, hanya ada sekitar sepuluh LSM lokal
yang terlibat dalam mendalangi kekerasan sekarang sebelum konflik. Pada 2001, jumlah ini meningkat
melihat kesempatan untuk mengejar tujuan mereka menjadi lebih dari 600.61 Konflik membawa masuk
lewat jalur politik. Oleh karena itu pemekaran telah LSM internasional dan memungkinkan LSM lokal
meningkatkan kompetisi politik tetapi menolong untuk memiliki akses yang mudah ke dana para
menurunkan konflik kekerasan di Maluku. donor, walaupun beberapa LSM lokal memiliki
sedikit atau tidak ada pengalaman lokal dan
memiliki sistem pertanggungjawaban dan trans-
Petugas keamanan paransi yang terbatas. Ketika fase darurat berakhir
Salah satu sukses besar dari Malino II ialah men- dan fokus berarah ke pembangunan, LSM lokal
gundang lebih banyak respon proaktif dari petugas mulai berkurang: banyak yang tidak memiliki
keamanan, yang mana pada gilirannya menolong pengalaman dan kemampuan untuk menangani
mengurangi kekerasan. Sebelum perjanjian, sedikit program rekonsiliasi dan pembangunan. Saat ini
dari mereka ditangkap dan dibawa ke persidangan ada sekitar tiga puluh LSM, dan hanya sepuluh
untuk kejahatan yang dilakukannya. Walaupun dari mereka yang aktif.
Malino II tidak menyebabkan pengangkapan besar Setelah Malino II, LSM internasional menjadi
lebih aktif dalam kegiatan rekonsiliasi, terutama

60 Ini merupakan tingkat terendah pemerintah yang mengatur kehidupan


sosial masyarakat. Tugas mereka adalah menjaga hubungan yang 61 Wawancara Akiko Horiba denan mantan direktur Hoalopu, kota
harmonis antar tetangga. Ambon, 14 Juli 2009.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


29
Banyak donor dan LSM internasional juga masyarakat. Secara tradisional, aliansi pela adalah
meninggalkan Ambon menyusul tsunami bentuk kekerabatan yang dibentuk oleh dua komu-
nitas agama yang berbeda. Namun, dalam konteks
di Aceh pada 2004 dan gempa bumi di ini, pela digunakan untuk memulihkan kepercayaan
Yogyakarta pada 2005, membuat lebih sulit dan membentuk kembali komunikasi antara pen-
bagi LSM lokal di ambon untuk mengakses gungsi yang kembali dengan desa-desa tetangga.
Penggunaan adat adalah efektif karena keban-
anggaran untuk pemulihan pasca kekerasan.
yakan orang di Maluku berasal dari kelompok
etnis yang sama (Ambon), tidak seperti di Poso.
dengan pengungsi. Namun, kesuksesan mereka Walaupun adat memiliki dampak yang terbatas
terbatas oleh kenyataan bahwa LSM internasional sebelum Malino II, hal itu kemudian menjadi lam-
bekerja lewat LSM - LSM lokal, yang memiliki bang rekonsiliasi di Ambon dan sebuah sarana
pengalaman yang terbatas dengan “rekonsiliasi”. untuk memulihkan rasa kebersamaan dan identitas
Banyak donor dan LSM internasional juga mening- di antara orang Ambon. Selain panas pela, sebuah
galkan Ambon menyusul tsunami di Aceh pada forum Raja diciptakan di antara pempimpin tradi-
2004 dan gempa bumi di Yogyakarta pada 2005, sional. Dengan dukungan awal dari gerakan Baku
membuat lebih sulit bagi LSM lokal di ambon Bae, para Raja mulai mendiskusikan relevansi peran
untuk mengakses anggaran untuk pemulihan pasca mereka dalam konteks saat ini dan pada 2007
kekerasan. Anggota LSM lokal yang dapat berbicara membentuk Majelis Latupati Maluku (MLM,
bahasa Inggris meninggalkan Ambon juga dan konferensi pemimpin tradisional Maluku).
menuju Aceh di mana kesempatan melimpah. LSM Pembentukan MLM dilihat sebagai penghidupan
lokal yang bertahan di Ambon telah mengalihkan adat dan pengakuan bahwa Raja masih memainkan
fokus mereka ke pendidikan alternatif, pemberdayaan peran yang penting dalam masyarakat. Para Raja
perempuan dan anak, pembangunan masyarakat secara khusus berguna dalam menolong memediasi
dan revitalisasi adat. dan menyelesaikan konflik antara masyarakat adat
yang berbeda di mana pengaruh mereka masih
dangat dihargai. Namun, adalah penting untuk
Revitalisasi adat menyadari keterbatasan adat. Imigran, khususnya
Adat mengacu pada hukum kebiasaan, aturan yang dari Bugis, Buton, Makassar dan Jawa sering
tradisional yang tidak tertulis yang mengatur kurang terintegrasi ke dalam struktur tradisional
kegiatan sosial, politik dan ekonomi dan juga dan adat.
penyelesaian sengketa. Adat mempengaruhi norma
– norma, nilai –nilai dan praktek – praktek budaya
kelompok etnis tertentu. Penggunaan praktek adat Kesimpulan
telah menurun tajam sejak pasal dalam UU No. 5 Walaupun banyak usaha perdamaian, tidak ada
1979 yang memperkenalkan administrasi desa yang strategi pengelolaan konflik yang jelas dan sedikit
memformalisasi kontrol pemerintahan lokal daripada koordinasi antara sejumlah tokoh di Ambon.
antara ketua adat. Hal ini khususnya berdampak Khususnya dalam kasus selama fase darurat, ketika
secara signifikan di Maluku tengah, di mana terda- baik pemerintah pusat ataupun masyarakat sipil
pat sistem aliansi antar-desa tradisional yang kuat tidak memiliki rencana jangka panjang atau pan-
yang secara bertahap menurun setelah 1979. Sistem dangan ke masa depan dan pengelolaan konflik
aliansi tersebut adalah sebuah mekanisme yang bersifat reaktif. Petugas keamanan bertindak untuk
penting dalam menyelesaikan perselisihan. mencegah kekerasan sementara pemerintah lokal
Perhatian terhadap adat khususnya panas pela dan masyarakat sipil fokus kepada pendistribusian
(revitalisasi hubungan tradisional, pela) dimulai bantuan kemanusiaan. Kurangnya koordinasi dan
sebelum Malino II dan diperkenalkan oleh kepala pertukaran informasi di antara pemangku kepent-
desa dan beberapa aktivis. Kegiatan – kegiatan untuk ingan yang berbeda merupakan masalah terbesar.
revitalisasi adat menolong untuk memulihkan Namun, beberapa komunitas lokal mengambil
identitas Ambon dan rasa kebersamaan di antara sebuah strategi pengelolaan konflik yang efektif,
orang Ambon. Pemimpin tradisional yang dipanggil seperti yang ditunjukkan oleh contoh dari desa
Raja memainkan peran yang penting dalam Wayame dan gerakan Baku Bae.

30 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Hanya setelah penandatanganan Perjanjian perencanaan yang konkrit mengenai apa yang
Perdamaian Malino II kemudian pemerintah pusat dibutuhkan oleh masyarakat lokal. Revitalisasi
dan lokal secara serius menangani isu – isu yang adat Maluku, dipimpin oleh masyarakat sipil,
berhubungan dengan konflik. Prioritas Pemerintah adalah salah satu strategi pengelolaan konflik
adalah rekonstruksi infrastruktur dan juga pemuki- yang lebih efektif.
man kembali pengungsi. Namun, kurangnya sistem Meskipun kekerasan terbuka telah menurun,
pertanggungjawaban dan transparansi mengakibat- masalah masih tetap ada. Di Ambon, contohnya,
kan anggaran untuk pemulihan konflik seringkali ada masalah pemisahan, pengangguran, sengketa
disalahgunakan. Selain itu, Pemerintah terlihat tanah dan hak milik, meningkatnya migrasi dari
tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap Jawa dan LSM yang dipisahkan oleh garis agama.
keeratan sosial dan juga trauma yang dialami Walaupun mempunyai wewenang, dengan undang
para korban konflik, dan kebanyakan tugas ini – undang desentralisasi untuk menciptakan peratu-
diambil oleh masyarakat sipil dan LSM. Banyak ran sendiri (peraturan daerah, perda), pemerintah
LSM lokal yang mengalami kesulitan ketika mereka daerah masih belum berhasil menawarkan kebijakan
menggunakan dana untuk bantuan darurat tanpa yang jelas untuk menangani masalah struktural ini.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


31
Studi Kasus Dua

Jakarta – Papua : “Dialog menawarkan suatu model untuk mencapai solusi


komprehensif untuk konflik ini. Bersamaan dengan
yang tengah berproses” itu, dijabarkan inisiatif dari seorang pastor Katolik
Papua, Pastor Neles Tebay yang mempromosikan
dialog antara komunitas Papua dengan pusat
Pendahuluan pemerintahan di Jakarta.
Rakyat Papua menuntut pemisahan dari Indonesia Kedua inisiatif tumbuh dan berdasarkan pada
sejak tahun 1960an, termotivasi oleh serangkaian pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
permasalahan sejarah, ekonomi dan politik.62 Usaha (SBY) pada Agustus 2005, bahwa pemerintah
serius yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia menginginkan penyelesaian konflik secara damai,
(PI) untuk menangani permasalahan dengan efektif dengan penekananyang signifikan pada penggunaan
dimulai sejak tahun 1999, dengan penetapan provinsi dialog. Sebagai hasil dua inisiatif ini, dialog telah
tersebut sebagai Daerah Otonomi Khusus. Hal ini menjadi bagian dari diskusi publik mengenai cara
diharapkan akan mengurangi jurang antara Papua menangani konflik Papua dan diterima oleh banyak
dan provinsi lainnya. Kenyataannya, walaupun pihak yang berkepentingan pada kedua belah pihak
Undang-undang Otonomi Khusus (Otonomi sebagai kunci untuk mencegah konflik lebih lanjut.
Khusus bagi Provinsi Papua atau OTSUS Papua) Studi kasus ini menyimpulkan bahwa sudah wak-
mengakomodasi beberapa aspirasi dari banyak tunya untuk berdialog. Rekomendasi yang diberikan
rakyat Papua dan menawarkan kemungkinan menyarankan beberapa langkah konkrit untuk tahap
kerangka untuk kestabilan, dalam waktu hampir persiapan hingga dialog yang sesungguhnya.
10 tahun sejak penetapannya, tidak terjadi perbaikan Akar dari status politik Papua yang diperebutkan
pemerintahan dan pembangunan yang signifikan, berawal dari proses dekolonisasi Indonesia. Ketika
sehingga rakyat Papua menjadi kecewa karenanya.63 Indonesia merdeka, Belanda pada awalnya ingin tetap
Studi Kasus ini meneliti apakah sebuah dialog memegang kontrol atas apa yang semula merupakan
adalah pendekatan alternatif yang bisa dicapai Nugini Belanda. Belanda membuat rencana yang
untuk menyelesaikan konflik ini. Akan dibahas mempersiapkan kemerdekaan Papua pada 1970. Tahap
Road Map Papua, sebuah proposal yang dibuat awal pemerintahan sendiri adalah pembentukan
oleh LIPI, badan penelitian pemerintah, yang Dewan Nugini pada April 1961.64 Pada 1 Desember
1961, anggota Dewan Nugini menaikkan bendera
Bintang Kejora dan menerbitkan pernyataan men-
genai eksistensi bangsa Papua Barat.65
62 Pemakaian istilah “Papua” dalam laporan ini merujuk ke orang asli
Papua sesuai dengan Undang-undang Otonomi Khusus no.21/2001
(OTSUS), yaitu “orang yang berasal dari ras Melanesia”. Istilah “asli”
dan “tidak asli” didefinisikan dalam kerangka politik. Secara resmi, 64 Dewan ini adalah badan perwakilan Papua yang dibentuk dalam daerah
ketika status “Papua” dipermasalahkan, keputusan akan diambil jajahan Belanda pada 1961; juga dikenal sebagai Nieu Guinea Raad.
oleh Majelis Rakyat Papua (MRP). 65 Lebih lanjut mengenai peristiwa penting ini dapat dilihat di : Saltford,
63 OTSUS diadopsi oleh parlemen Indonesia pada 22 Oktober 2001. Hal John, The United Nations and the Indonesian Takeover of West Papua,
ini berlaku efektif pada 22 Desember 2001. 1962-1969, (London: Routledge Curzon, 2003)

32 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Gambar 1: Peta Papua

Berasal dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakorsutanal), Pemerintah Indonesia

PI bereaksi langsung. Pada Desember 1961, Dalam kondisi Perang Dingin dan takut bahwa
Presiden Sukarno mengumumkan “Tiga Komando Indonesia akan bergabung dalam blok komunis,
Rakyat (Trikora)” untuk “memerdekakan” orang Amerika mendekati pemerintahan Barat lainnya
Papua dan menghentikan pembentukan “Negara untuk menghentikan dukungan terhadap kebijakan
Boneka Papua”.66 Papua akan diintegrasikan ke Belanda atas Papua. Belanda akhirnya setuju dengan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. solusi politik, sebagian karena TNI menjatuhkan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) kemudian 1500 pasukan terjun payung ke Papua untuk mem-
menyadari bahwa orang Papua tidak ingin “dimer- perlihatkan kekuatan militer Indonesia.68
dekakan”. Walaupun di beberapa daerah, seperti Pada 1962, pemerintah Belanda dan Indonesia
Kaimana dan Fakfak, orang Papua mendukung melaksanakan Perjanjian New York, yang mengha-
integrasi Papua ke dalam Indonesia, di banyak ruskan Belanda untuk meninggalkan Papua dan
daerah mereka menghadapi penolakan dari menyerahkan kekuasaan kepada United Nations
Korps Sukarela Papua, sebuah unit bersenjata Temporary Executive Authority (UNTEA) untuk
yang didirikan 1961 untuk mempertahankan Papua periode 6 tahun hingga pemunggutan suara dapat
dari TNI.67 dilaksanakan untuk menentukan keinginan orang
Papua untuk kemerdekaan atau integrasi dengan
Indonesia. Karena tidak diikutsertakan dalam
66 Trikora berisi : Hentikan pembentukan negara boneka Papua oleh negosiasi Perjanjian New York, banyak orang
Belanda; Kibarkan bendera Merah Putih di Papua, tanah air
Indonesia; Bersiaplah untuk mempertahankan kemerdekaan dan Papua menjadi tidak senang dan segera melakukan
kesatuan Negara dan Bangsa.
67 Korps Sukarela Papua (kadang juga dikenal sebagai Angkatan
Pertahanan Sukarela Papua) dibubarkan pada 1963 ketika UNTEA
meninggalkan Papua. Banyak anggotanya bergabung dengan OPM 68 Elmslie, Jim, Irian Jaya under the gun: Indonesian economic develop-
yang dibentuk pada 1965. Lihat : www.un.org/en/peacekeeping/ ment versus West Papuan nationalism, (Honolulu:University of Hawai’i
missions/past/unsfbacgr.html. Press, 2002), hal 19.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


33
‘SOS, Orang-orang asli Papua Dalam Bahaya’. © Muridan Widjojo

usaha untuk mencapai kemerdekaan. Suatu bersama (musyawarah) membenarkan pemberian


perwujudan dari keinginan ini adalah munculnya suara oleh perwakilan dibanding referendum.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1965.69 OPM Orang Papua juga dianggap “terlalu sederhana”
yang pada dasarnya melakukan operasi gerilya, dan “terlalu primitif” untuk memberikan suara.71
menjadi sarana perlawanan bersenjata.70 Hasil pemungutan suara ini disahkan dengan
Segera pada 1963, Indonesia mengambil alih Resolusi PBB no.2504, yang menyetujui pemindahan
administrasi dari UNTEA. Merujuk ke Perjanjian kekuasaan Papua ke tangan Indonesia.72 Walaupun
New York, 1026 perwakilan orang Papua dipilih terdapat kesaksian dari wartawan mengenai beragam
untuk berpartisipasi di ”Penentuan Pendapat Rakyat pelanggaran yang serius terhadap Perjanjian New
(Pepera)” pada 1969. Pilihannya adalah menjadi York, dan ketidaksetujuan dari 15 negara, Papua
negara merdeka atau bergabung dengan Indonesia. diserahkan ke Indonesia pada November 1969 dan
Negara Indonesia mengatakan bahwa situasi geografis secara resmi dimasukkan ke dalam Negara Indonesia
Papua yang sulit dan budaya politik Indonesia yang pada 1973. Episode sejarah ini terus menyulut
memiliki tradisi konsensus berdasarkan kesepakatan perasaan dikhianati di antara orang Papua, yang
percaya bahwa aktor-aktor eksternal –yaitu Amerika,
Belanda dan PBB- mempunyai tanggung jawab moral
69 Beberapa pihak mengatakan bahwa OPM dibentuk pada 1964. untuk mendukung penyelesaian konflik Papua:
Contohnya: Tan, Andrew (Ed.) 2, A handook of terrrorism and insur-
gency in Southeast Asia, (Chelthenham: Edward Elgar Publishing
Limited, 2007).
70 Budiharjo, Carmel and Liong, Liem Soei, West Papua : The Obliteration 71 Budiharjo dan Liem (1984), Hal.30
of a People, (Surrey, UK:Tapol, 1984); Widjojo, Muridan, “Nationalist 72 Resolusi PBB 2504, Agreement between the Republic of Indonesia
and Separatist Discourses in Cyclical Violence in Papua Indonesia”, and the Kingdom of the Netherlands concerning West New Guinea,
Asian Journal of Social Sciences, Vol.34, No.3 (2006); International 20 November 1996. Bisa dilihat di : http://daccess-dds-ny.un.org/doc/
Crisis Group, “Radicalization and Dialogue in Papua”, Asia Report RESOLUTION/GEN/NR0/256/38/IMG/NR025638.pdf?OpenElement,
No.188, 11 March (Brussels:ICG, 2010a). diakses 10 Juni 2010.

34 Pengelolaan Konflik di Indonesia


“Amerika, Belanda, dan PBB adalah bagian karena tidak mengakui bahwa masalah di Papua
dari masalah ini. Mereka seharusnya bertindak pada dasarnya adalah politik. Namun, beberapa
sebagai mediator atau setidaknya terlibat dalam inisiatif baru yang menjanjikan telah muncul
dialog. Mereka tahu sejarah kami karena dalam beberapa tahun belakangan, termasuk di
mereka bertanggung jawab atas konflik ini.” 73 Jakarta. Beberapa di antaranya yaitu :

Setelah secara formal menyatukan Papua ke


dalam Indonesia, Presiden Soeharto mengambil
Forum Rekonsiliasi Masyarakat Irian
beberapa langkah yang menjadi masalah hingga Jaya (Foreri) dan Tim 100
saat ini. Nugini Barat diganti nama menjadi “Irian Pada Juli 1998, para pemuka gereja, ahli intelektual
Jaya”, Papua diperlakukan sebagai Daerah Operasi dan LSM mendirikan Forum Rekonsiliasi Masyar-
Militer (DOM), Dewan Nugini dibubarkan, dan akat Irian Jaya. Pada Februari 1999, terjadi “Dialog
bendera Bintang Kejora serta lagu kebangsaan Nasional” antara 100 Ketua Papua (Tim 100) dan
Papua dilarang.74 Pemerintah kemudian melakukan Presiden Habibie.78 Proses menuju dialog ini melibat-
kerjasama dengan perusahaan pertambangan milik kan persiapan Kerangka Acuan yang dinegosiasikan
Amerika yaitu Freeport McMoRan untuk menam- antara orang Papua dan pegawai pemerintah.
bang pasokan tembaga terbesar di dunia dekat Kompromi agenda dilakukan dan kedua belah
Timika.75 Tempat ini menjadi pusat protes terhadap pihak setuju untuk tidak memasukan kemerdekaan
ekploitasi sumber daya alam Papua. Soeharto juga dan otonomi dalam agenda dan memulai dengan
memulai program transmigrasi di mana penduduk isu yang lebih kurang sensitif. Namun, ketika Tim
dari Jawa atau daerah yang padat pemukiman 100 secara terbuka menuntut kemerdekaan untuk
dipindahkan ke Papua, menciptakan perubahan di Papua, pemerintah secara tiba-tiba menghentikan
komunitas Papua yang menjadi sumber ketegangan.76 dialog dan mengakhiri semua usaha perdamaian.79
Kombinasi dari kebijakan ini dan migrasi ekonomi Tujuh bulan kemudian, pemerintahan Habibie
yang spontan menimbulkan ketakutan di antara menyetujui UU 45/1999 pembentukan Provinsi
orang Papua bahwa mereka akan dimarjinalkan. Papua, Papua Tengah dan Papua Barat dan mem-
Diperkirakan bahwa pada 2011 orang non-Papua bagi beberapa kabupaten, yang mana oleh orang
akan mencakup 53.5 dari populasi Papua.77 Papua dianggap sebagai upaya untuk memecah
dan melemahkan mereka.

Inisiatif pengelolaan Konflik Kongres Rakyat Papua


untuk Papua Pada 1999, dengan semangat pluralisme baru,
Setelah kejatuhan Soeharto pada Mei 1998 dan Presiden Abdulrahman Wahid mengumumkan
dimulainya era Reformasi, beberapa inisiatif secara terbuka bahwa pemerintah Indonesia harus
diupayakan untuk menangani konflik di Papua. menerima sebagai pihak yang juga bersalah
Banyak inisiatif tersebut yang mengalami penolakan sehubungan dengan kesulitan Papua, dan bahwa
reformasi harus segera dilembagakan. Namun,
Presiden Wahid juga menegaskan bahwa beliau
73 Pernyataan seorang Papua dalam diskusi tertutup di Wamena, tidak setuju memberikan kemerdekaan kepada
Januari 2010.
Papua. Dalam beberapa bulan setelah Wahid men-
74 Badan ini merupakan perkumpulan perwakilan Papua dari organisasi-
organisasi keagamaan, kepala suku dan tetua yang bertindak sebagai jadi Presiden, persiapan dilakukan untuk Kongres
wadah untuk permasalahan, keluh kesah dan proposal orang Papua. Rakyat Papua, yang akan menjadi wadah untuk
Badan ini dianggap sebagai perwakilan resmi Papua. Bintang Kejora
adalah bendera Papua dan dianggap sebagai simbol perlawanan
keprihatinan dan keluh kesah, serta dasar bagi
terhadap pemerintahan Indonesia.
75 Papua adalah tempat berbagai sumberdaya alam, termasuk kaya akan
pasokan emas, perak dan tembaga, juga minyak bumi, gas alam, sumber 78 Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian (FORERI) didirikan oleh para
daya laut dan kayu. Kota Timika adalah kota pertambangan kecil. pemimpin gereja, dewan tradisional, pelajar, wanita, dan LSM pada
76 Dalam program transmigrasi, suku-suku seperti Jawa dan Bugis 1998. Diharapkan dapat bertindak sebagai badan yang independen
diberikan uang untuk pindah ke Papua. Untuk informasi lebih lanjut memediasi dialog antara pemerintah nasional dan perwakilan
lihat: McGibbon, Rodd, Plural Society in Peril : Migration Economic Papua, tapi juga rekonsiliasi antara komunitas Papua. Walaupun
Change, and the Papua Conflict, Policy Studies 13, (Washington: tidak pernah dibubarkan, Forum ini tidak memegang peranan lagi.
East-West Center, 2004a) 79 Alua, Agus, Dialog Nasional Papua dan Indonesia 26 Februari 1999,
77 Widjojo, Muridan (Ed.), (2009), hal.17 (Jayapura:STFT Fajar Timur, 2002a)

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


35
orang Papua untuk membuat proposal ke Jakarta. militer dan polisi ke seluruh Papua. Orang-orang
Bagi orang Papua, ini adalah kesempatan besar untuk Papua lalu menyerang beberapa pendatang asal
mengorganisir mereka sendiri dan menyuarakan Jawa yang menyebabkan tindakan militer lebih
aspirasi mereka. keras. Pada 10 Nopember 2001, presiden PDP,
Presidium Dewan Papua (PDP) dibentuk selama Theys Eluay, dilaporkan dibunuh oleh Kopassus.83
apa yang dikenal sebagai Musyawarah Besar pemuka Pertahanan Papua menjadi lemah dengan segera
suku Papua. Dewan ini bertujuan untuk mengawali dan setelah pembunuhan tersebut pemerintah
kemerdekaan. Dipimpin oleh Theys Eluay dan pusat memperkuat represi untuk menghabisi
meliputi pemimpin politik, keagamaan maupun perlawanan bersenjata.
akademik dan yang lainnya yang mewakili aspirasi
etnik Papua. Dewan ini dilihat sebagai perwakilan
yang sah dari rakyat Papua.80 PDP mengorganisasi Undang-undang Otonomi Khusus
Kongres Papua yang kedua pada29 Mei hingga Pada21 Nopember 2001, Presiden Megawati Sukarno-
3 Juni 2000 dan dianggap sebagai kelanjutan Dewan putri menandatangani UU no.21/2001 mengenai
Nugini pada 1961. Kongres ini dihadiri oleh beberapa Otonomi Khusus di Papua. Banyak orang di Jakarta
ribu peserta dari seluruh Papua.81 Kongres ini percaya, walaupun bukan kemerdekaan penuh,
membentuk 4 komisi mencakup pelurusan sejarah, mayoritas tuntutan dari kelompok-kelompok
pengembangan agenda politik, konsolidasi organ- perlawanan Papua yang bertahan, bisa dipenuhi
isasi Papua dan hak-hak orang Papua asli. dengan undang-undang ini.84 Walaupun OTSUS
Kongres Papua kedua juga membawa pemimpin hanya mempunyai efek positif yang terbatas, mem-
Papua untuk meminta PI agar terlibat dalam dialog buat orang Papua mendapat porsi yang lebih besar
yang dimediasi oleh pihak ketiga. PDP menyerahkan dalam kehidupan politik di Papua85 dan menjamin
ke pemerintah draft kerangka acuan untuk dialog dana yang berkesinambungan ke 2 provinsi86,
yang diusulkan dan anggota komunitas interna- mayoritas orang Papua dan banyak pengamat di
sional (seperti Uni Eropa) menerima permintaan Jakarta merasa bahwa OTSUS telah gagal.
untuk dialog sedangkan yang lainnya mengusulkan Menurut Barnabas Suebu, Gubernur provinsi
diri sebagai mediator (seperti Perdana Menteri Papua :
Selandia Baru saat itu Phil Goff). PI tidak merespon
terhadap permintaan maupun usulan tersebut.
Pada awal Juni 2000, Kongres mendeklarasikan 83 Investigasi nasional khusus dibentuk oleh Presiden Megawati untuk
bahwa Papua adalah negara yang merdeka dan menyelidiki pembunuhan tersebut dan mencari kemungkinan
keterlibatan pemerintah atau tentara. Pada akhirnya, empat orang
independen. Hal ini tidak bisa diterima oleh Kopassus divonis dan dihukum antara 2 sampai 4 tahun di penjara.
Jakarta.82 Presiden Wahid, yang pemerintahannya Pemerintah Amerika telah menghentikan semua bantuan untuk
militer Indonesia pada 1999 sebagai akibat meluasnya pelanggaran
turut membiayai kongres tersebut, mendeklarasikan
hak asasi manusia di Timor Timur dan menolak memberikan
ke publik bahwa kongres tersebut tidak sah. Presiden bantuan ke Kopassus khususnya, karena kekhawatiran mengenai
menganggap ancaman yang terorganir terhadap kurangnya pertanggungjawaban. Namun, pada 2010, pemerintah
Obama memutuskan untuk menarik larangan tersebut. Lihat: Giay,
kedaulatan wilayah Indonesia adalah ilegal serta Benny, Pembunuhan Theys, Kematian HAM di Tanah Papua,
melanjutkannya dengan tindakan pencegahan oleh (Yogyakarta:Galangpress, 2006); East Timor Action Network,
Background on Kopassus and Brimob (2008) bisa dilihat di www.etan.
org/news/2008/04brikop.htm, diakses tanggal 16 Desember 2010.
Human Rights Watch, “Indonesia: US Resumes Military Assistance
80 Banyak Papua mengagumi Theys Eluay sebagai pemimpin besar to Abusive Force”, 22 Juli 2010, bisa dilihat di www.hrw.org/en/news/
rakyat Papua. Bagi Eluay, perjuangan Papua adalah keagamaan, 2010/07/22/indonesia-us-resumes-military-assistance-abusive-force,
sebanding dengan seperti Israel yang dipimpin Moses keluar dari diakses tanggal 24 Agustus 2010.
Mesir. Eluay dan pemimpin PDP lainnya berulang kali menekankan 84 Braithwaite, John., Cookson, Michael., Braithwaite, Valerie., and
pentingnya pendekatan tidak memakai kekerasan. Orang Papua Dunn, Leah, “Papua”, In Braithwaite, John., Braithwaite, Valerie.,
yang menginginkan kekerasan dituduh sebagai pengkhianat Papua, Cookson, Michael., and Dunn, Leah., (Eds.), Anomie and Violence.
“provokator” yang disewa. Selama kepemimpinannya di PDP, dia Non-truth and Reconciliation in Indonesian Peace Building, (Canberra:
mampu menyatukan kelompok Papua yang berbeda. Kopassus ANU E Press, 2010), hal.88
akhirnya membunuhnya ditahun 2001. Sekilas mengenai hidup 85 Gubenur dari 2 provinsi adalah orang Papua dan semua anggota
Theys Eluay dapat ditemukan di Wikipedia http://en.wikipedia.org/ MRP adalah Papua asli. Di level atas birokrasi diisi oleh mayoritas
wiki/Theys_Eluay, diakses pada 7 Juli 2001. Papua, dari LSM Lokal.
81 Bergantung sumbernya, jumlah peserta antara 1000 hinga beberapa ribu. 86 Pada 2002, Papua menerima Rp.1,3 millar, 2,9 milliar di tahun 2006
82 Resolution of the Second Papua’s People Congress, 4 Juni 2000. Bisa dan 3,5milliar di 2008 dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
dilihat di : http://freewestpapua.org/docs/congressII.htm, diakses pengembangan investasi dengan anggaran khusus di bidang
tanggal 23 Juli 2010. kesehatan dan pendidikan.

36 Pengelolaan Konflik di Indonesia


“Papua penuh konflik dan paradoks. [. . .]878889
Kotak 1 : OTSUS – asal usul dan OTSUS dimaksudkan sebagai solusi tapi9091929394
isinya telah menjadi masalah.” 95
Pembuatan naskah OTSUS dimulai pada 2000 atas inisiatif Walaupun Presiden Megawati menandatangani
Gubernur Papua saat itu, Jacob Solossa.87 Naskah tersebut OTSUS, beliau tidak setia dengan tujuannya. Beliau
didasarkan pada konsultasi publik yang luas, tapi mendapat
penolakan yang keras dari PDP, DAP dan para pelajar,
tidak setuju dengan pendapat Presiden Wahid
yang menolak ide tersebut karena lebih menginginkan yang lebih liberal tentang otonomi dan negosiasi
dialog langsung dengan Jakarta. Pada saat diserahkan ke kesepakatan dengan para separatis dan percaya
DPR, undang-undang tersebut juga mendapat perlawanan
bahwa OTSUS akan memperkuat gerakan separatis.
di Jakarta.88 Kementerian Dalam Negeri menyerahkan
naskahnya sendiri ke DPR namun kekurangan banyak Sebagai akibatnya, beliau melanggar OTSUS dengan
elemen yang penting yang diusulkan oleh rakyat Papua, membagi Papua menjadi 3 provinsi : PapuaTengah,
walaupun itu dihentikan dengan intervensi dari pejabat Papua dan Papua Barat. Provinsi Papua dan Papua
tinggi yang dipimpin oleh Agum Gumelar, Menteri Koordi-
nator Politik, Hukum, dan Keamanan pada saat itu.
Barat sudah dibentuk, namun pembentukan
Beberapa mekanisme seperti Panitia Khusus (Pansus), provinsi pusat yang terpisah ditolak oleh pengadilan
Panitia Kerja (Panja) dan Tim Perumus (Timus) di DPR Indonesia, yang mendeklarasikan bahwa hal tersebut
(termasuk delegasi dari pemerintah lokal Papua) mem-
tidak sesuai konstitusi dan melanggar kesepakatan
bahas lebih lanjut naskah undang-undang tersebut.89
Undang-undang tersebut akhirnya diloloskan dengan otonomi khusus.
menghilangkan beberapa kekuasaan seperti hak untuk Ketika SBY dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengadakan referendum, tapi bagaimana pun memberikan menjabat pada Oktober 2004, harapan rakyat
Papua otonomi yang lebih kuat dibanding di Aceh.90
Papua untuk penyelesaian yang komprehensif
Secara teori, OTSUS memberikan dua provinsi pemerin- kembali timbul, seperti yang diindikasikan oleh
tahan di Papua kekuasaan di segala area pemerintah Presiden Yudhoyono:
kecuali politik luar negeri dan pertahanan eksternal serta
kebijakan fiskal dan moneter. Keabsahannya tetap menurut
kewenangan dari Mahkamah Agung Indonesia. OTSUS
mengakui hak-hak orang Papua dan bertujuan mening- 87 Sollosa adalah Gubernur dari tahun 2000 hingga wafatnya di tahun 2005.
katkan kepemimpinan dan pengembangan, mengatur 88 McGibbon, Rodd, “Secessionist Challenges in Aceh and Papua: Is
pembagian pendapatan antara PI dan Papua dalam sektor- Special Autonomy the Solution?” Policy Studies 10, (Washington:
sektor penting.91 East-West Center, 2004b), hal.33.
89 Musa’ad, Mohammad, Papua Special Autonomy: Impact of General
Inti OTSUS ialah pembentukan Majelis Rakyat Papua Election and Direct Local Head Elections, (Tempat dan penerbit tidak
(MRP).92 Ini pada dasarnya untuk merangkul rakyat asli diketahui, 2009), hal.131.
Papua, pria dan wanita dari masyarakat adat dan institusi
90 McGibbon, Rodd (2004b), hal.20
keagamaan. Undang-undang ini memberikan MRP
kekuasaan yang luas seperti kuasa untuk menimbang 91 Chauvel, Richard dan Ikrar, Bhakti Nusa, The Papua Conflict: Jakarta’s
Perceptions and Policies, Policy Studies 5, (Washington: East-West
dan menyetujui calon Gubernur.93 MRP dimaksudkan
Center, 2004); Musa’ad, Mohammad (2009), hal.135.
untuk dibentuk 2 tahun setelah OTSUS diberlakukan
tetapi Jakarta takut akan potensi kekuatannya, sehingga 92 Kekuasaan MRP seperti yang dimuat di Undang-undang adalah:
menunda pembuatan peraturan pemerintah mengenai Memberikan pertimbangan dan persetujuan atas calon Gubernur
pembentukan MRP hingga hampir 4 tahun. Penundaan ini dan wakil Gubernur yang diajukan oleh DPRP; Memberikan
pertimbangan dan persetujuan atas calon anggota DPR RI, per-
secara efektif menahan proses politik dan hukum mengenai
wakilan regional untuk Provinsi Papua yang diajukan oleh DPRD;
implementasi OTSUS, yang perlu disahkan oleh MRP.
Memberikan pertimbangan dan persetujuan atas rancangan undang-
undang dari Perdasus (Peraturan Daerah Khusus) yang dibuat oleh
Dibandingkan dengan apa yang diantisipasi dengan
DPRP bersama dengan Gubernur; Memberikan nasihat, pertimbangan
adanya OTSUS, peraturan yang pada akhirnya membentuk
dan persetujuan atas rencana kesepakatan kerjasama yang dibuat
MRP memberikan badan tersebut kekuasaan yang terba- oleh Pemerintah serta Pemerintah Provinsi dengan pihak ketiga yang
tas. Ia berfungsi hanya sebagai badan budaya non-politik berlaku di Provinsi Papua, khususnya yang berhubungan dengan
dengan kekuasaan dan sumber daya yang terbatas untuk perlindungan hak Papua asli; Memperhatikan dan menyampaikan
melindungi kepentingan rakyat Papua asli. aspirasi, keluhan komunitas adat, keagamaan, wanita dan publik pada
umumnya sehubungan dengan hak Papua asli, dan memfasilitasi
Dalam kurun 10 tahun sejak OTSUS dijalankan, PI hanya kelanjutan penyelesaiannya; dan Memberikan pertimbangan ke
menghasilkan 2 dari 10 peraturan pelaksana yang DPRP, Gubernur, Kabupaten/Kota DPRP dan Bupati/Walikota dalam
diperlukan. Beberapa dari peraturan pemerintah juga hal-hal sehubungan dengan perlindungan hak Papua asli. Kekuasaan
memperlihatkan kecurigaaan pemerintah terhadap MRP bisa dilihat di: Peraturan Pemerintah no.54/2004 mengenai
otonomi yang asli, contohnya dengan melarang penggu- Komunitas Parlemen Papua. Bisa dilihat di: www.papuaweb.org/goi/
naan simbol Papua seperti bendera Bintang Kejora dan pp/2004-54-en.pdf, diakses pada 16 Desember 2010.
burung Mambruk.94 OTSUS membolehkan pengibaran 93 McGibbon, Rodd (2004b), hal.21
bendera Papua dengan kondisi khusus namun peraturan 94 Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) 77/2007. Burung
pemerintah no.77/2007 melarang penggunaan simbol- Mambruk (burung perdamaian) adalah “cap kenegaraan Papua”.
simbol tersebut.
95 Komentar pada saat peluncuran buku versi bahasa Inggris dari Papua
Road Map, August 2010, Jakarta

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


37
Kotak 2: Menilai OTSUS
OTSUS bukan dibentuk berdasarkan dialog dengan rakyat Tuduhan penyalahgunaan anggaran pemerintah di Papua
Papua atau pihak-pihak konflik yang utama, dan tidak adalah hal biasa tapi tuduhan tersebut jarang ditindaklanjuti.100
dimengerti oleh semua pihak yang berkepentingan sebagai Bukti anekdot yang dilontarkan adalah bahwa pemerintah
tanda untuk mengakhiri konflik.96 Rakyat Papua hanya memiliki pusat menutup mata terhadap korupsi tersebut untuk meng-
sedikit rasa memiliki dalam OTSUS dan grup yang pro-Indonesia hargai kaum elit Papua yang mendukung kebijakan integrasi
menolak undang-undang ini, menganggap bahwa ini adalah nasional pemerintah. Pejabat dan birokrat Papua mempunyai
kompromi yang berlebihan terhadap kaum separatis.97 sedikit insentif untuk menjalankan OTSUS dengan sukses,
yang akibatnya melemahkan dukungan publik terhadapnya.
Pada tingkat provinsi dan kabupaten, OTSUS dipergunakan
oleh orang-orang politik dan birokrat Papua untuk mening- OTSUS tidak mengurangi tindakan kekerasan di Papua.
katkan kekuasaan mereka dan mendapatkan akses ke dana. Pihak keamanan mengambil pendekatan yang sering men-
Mayoritas orang Papua percaya bahwa sekitar Rp.28 trilyun gakibatkan diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia,
dana yang tersedia untuk Papua dalam otonomi khusus tidak sedangkan OPM tidak melihat bahwa OTSUS sebagai alasan
sampai kepada mereka secara efektif. Ketua MRP sebelum- yang cukup bagi mereka untuk meninggalkan perlawanan
nya, Alm. Agus Alua98, merangkum pandangannya: “Tidak bersenjata mereka. OTSUS telah gagal memenuhi aspirasi
ada orang yang sungguh-sungguh berniat untuk mengimple- grup pelajar seperti Front Pepera dan Komite Nasional Papua
mentasi OTSUS. Ketika seorang pejabat berbicara tentang Barat (KNPB) yang menginginkan agenda untuk keluar yang
OTSUS, dia hanya memikirkan uang, bukan kebijakan.” 99 pada akhirnya memicu represi lebih lanjut.

“Pemerintah berharap untuk menyelesaikan96 di Indonesia, semangat hukum dan pelaksanaan


masalah di Papua dengan damai, adil dan97 peraturannya bisa berbeda sama sekali.
bermartabat dengan menekankan pada dialog Untuk mengatasi masalah-masalah ini, SBY
dan pendekatan. Kebijakan penyelesaian98 menerbitkan “Sebuah kebijakan baru untuk Papua”
masalah di Papua dipusatkan pada imple- (Inpres no.5/2007), sebuah instruksi presiden yang
mentasi yang konsisten atas otonomi khusus bertujuan untuk mempercepat pembangunan di
sebagai solusi yang adil, menyeluruh dan99100 Papua dan Papua Barat.102 Walaupun tindakan ini
bermartabat.” 101 diterima pada awalnya, namun akhirnya mening-
katkan penolakan kepada OTSUS karena pemerintah
Dalam pemerintahan Yudhoyono yang pertama,
pusat dapat mengambil alih kontrol atas keputusan
langkah-langkah penting menuju implementasi
anggaran penting.103
OTSUS tercapai, yaitu pembentukan MRP. Desen-
tralisasi kekuasaan yang substansial telah terjadi
sejak 2004, dengan PI tidak terlibat dalam area Papua “Tanah Damai”
politik kecuali politik luar negeri, pertahanan dan Pada Desember 2002, Tom Beanal, wakil ketua PDP
keamanan, fiskal dan moneter, urusan keagamaan saat itu, mendeklarasikan Papua sebagai ‘Zona
dan pengadilan. Namun, seperti yang sering terjadi Damai’: “daerah yang bebas dari kekerasan, penekanan
dan kesusahan”. TNI tidak setuju dengan kata-kata
ini, yang kemudian memicu pemimpin gereja untuk
96 Widjojo, Muridan (Ed.), (2009), hal. 152.
mendeklarasikan Papua sebagai ‘Tanah Damai’
97 “Kekuatan penyebab kemunduran pemerintah Indonesia, contohnya,
adalah kekhawatiran pejabat bahwa otonomi khusus akan menyulut
sebuah konsep dan kata-kata yang diterima oleh
separatis bukannya mengakhirinya. Dalam hal pengakuan hak khusus
untuk Papua dan Aceh, pejabat takut munculnya tuntutan yang sama
dari daerah lain’ (McGibbon, 2004, hal.viii); Lihat juga Timmer, Jaap,
“Papua”, The contemporary Pacific, Volume 17, Number 2 (2005), 102 Inpres no.5/2007 menyediakan pembentukan tim bantuan, diketuai
hal 448-456. oleh Menteri Koordinasi untuk Ekonomi, bertanggung jawab untuk
koordinasi dan sinkronisasi program dan kebijakan sektoral yang
98 Agus Alua meninggal pada 7 April 2011.
penting untuk mendukung program percepatan pembangunan di
99 Wawancara dengan Agus Alua, ketua MRP, Jayapura, 8 Juni 2009. provinsi. Diindikasikan ada 5 area prioritas untuk pembangunan di
100 Dilaporkan bahwa dana publik telah dipergunakan untuk membangun provinsi termasuk perbaikan infrastruktur dasar yang diperlukan
rumah bagi pemimpin DPRP dan Rp.5trilliun belum dipergunakan. untuk memberikan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan bagi
Lihat Widjojo, Muridan (Ed), (2009), hal.29. komunitas yang tinggal di daerah terpencil dan dalam serta yang
101 Yudhoyono, Susilo Bambang, Pidato Presiden Republik Indonesia tinggal di perbatasan. Juga diindikasikan kebutuhan untuk usaha
dan pernyataan pemerintah atas Anggaran Negara untuk tahun khusus untuk mempercepat pembangunan provinsi dengan program
fiscal 2006 dan catatan finansial didepan rapat umum DPR, infrastruktur transportasi baru.
16 Agustus 2005. 103 Braithwaite, John dll, (2010), hal.92

38 Pengelolaan Konflik di Indonesia


semua pihak di Papua.104 Pada Nopember 2004, Perbedaan pemahaman yang mendasar terhadap
gereja mengeluarkan permohonan bersama yang sejarah antara Jakarta dan Papua;
mengutuk ketidakadilan dan represi, menekankan Warisan kekerasan yang dilakukan oleh negara
pada pentingnya dialog sebagai jalan pemecahan terhadap masyarakat Papua.107
masalah, menuntut PI untuk menangani tuduhan
yang belum diselesaikan sehubungan dengan LIPI menyarankan pendekatan “Papua Baru”
pelanggaran hak asasi manusia. Kampanye ini di melalui kebijakan peneguhan yang memberi
bawah payung ‘Tanah Damai’ konsep yang diterima kekuasaan kepada rakyat Papua. LIPI merekomendasi
oleh pemimpin agama yang luas dan di didukung dialog sebagai cara untuk membangun pengertian
oleh banyak pihak termasuk OPM dan pihak yang sama mengenai akar permasalahan. Ini terbagi
keamanan. Pada 2007, TNI memulai perbincangan dalam 4 tingkatan dialog: dialog nasional antara PI
informal dengan LSM lokal mengenai cara untuk dengan rakyat Papua, dialog antara rakyat Papua
menerjemahkan konsep tersebut menjadi realitas.105 di Papua, dialog informal antara elit Papua, dan
Pada akhir 2007, pemimpin keagamaan sekali lagi dialog internasional antara perwakilan PI dan
mendeklarasikan bahwa konflik harus diselesaikan Papua dengan mediator internasional.
secara damai melalui proses penyelesaian konflik Dengan model LIPI, tahap sebelum dialog
bersama melibatkan pemerintah dan rakyat Papua, diperlukan untuk membangun dukungan bagi
yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral. dialog sejak awal dan menentukan Kerangka
Disarankan untuk evaluasi yang menyeluruh Acuan. Dialog internal dibutuhkan untuk
didukung oleh pemerintah dan rakyat Papua mensosialisasikan Kerangka Acuan ini, mengubah
mengenai implementasi undang-undang otonomi dan menyelesaikannya. Dalam hal agenda, LIPI
tersebut, juga memprioritaskan implementasi yang menyarankan untuk mengangkat isu sejarah dan
benar dari undang-undang otonomi tersebut dalam status politik Papua, rekonsiliasi dan hak asasi
menciptakan provinsi atau kabupaten yang baru manusia, kegagalan pembangunan, marjinalisasi
di Papua. dan diskriminasi.
Kelemahannya mungkin adalah kadang-kadang
terlalu akademis, hanya berpusat pada kebijakan
Road Map LIPI otoritas lokal, dan mengabaikan analisis kebijakan
Akhir-akhir ini, LIPI, badan penelitian pemerintah PI. Sedikit perhatian diberikan untuk isu ekonomi
yang ditugaskan untuk menasihati pemerintah atau peran industri ekstraktif dan TNI. Isu ketegangan
soal hal politik, menghasilkan proposal yang detil keagamaan antara muslim dan kristen, yang pada
– Road Map Papua – untuk proses dialog yang dasarnya dipicu oleh kedatangan migran dari daerah
dipimpin oleh pemerintah dan bila memungkinkan lain di Indonesia tidak mendapat cukup perhatian.
difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral.106 Memperhatikan kritikan tersebut, Road Map ini
Road Map tersebut mengidentifikasi 4 akar adalah dokumen yang cukup baik dipertimbangkan
penyebab konflik: dan tepat waktu. Karena LIPI adalah institusi
pemerintah, ia dapat lebih mengajak pihak-pihak
Marjinalisasi orang asli Papua, terutama dalam dari PI untuk terlibat lebih serius dengan ide dialog
hal ekonomi, sebagai efek migrasi; daripada bila hal ini merupakan inisiatif dari mas-
Kegagalan program pembangunan di Papua yarakat sipil. Hingga saat ini, ia telah menghasilkan
untuk mengatasi marjinalisasi ekonomi; momentum awal penting untuk membangun
dukungan bagi dialog di Jakarta dan di Papua.

104 Informasi lebih lanjut dapat dilihat di: www.faithbasednetworkon


107 Kekerasan ini akibat dari lamanya pendekatan militer-keamanan
westpapua.org/.
dalam mengatur Papua yang dimotivasi oleh ketakutan akan usaha
105 Braithwaite, John dll, (2010), hal.94 kaum separatis untuk memecah belah. Pendekatan ini didukung
106 Widjojo, Muridan (Ed.), (2009). Versi bahasa Indonesia buku ini oleh kaum nasionalis di Jakarta yang mendominasi baik kaum sipil
diluncurkan pada 30 Juni 2009 oleh Menteri Pertahanan Juwono maupun birokrat militer, dan berlanjut hingga transisi Indonesia ke
Sudarsono. Pada 2010, buku ini diterbitkan dalam bahasa Inggris demokrasi. Ada tuduhan yang terus menerus terhadap kekerasan
bersama dengan LIPI, Yayasan Obor Indonesia, KITLV Jakarta-Leiden pada pemimpin separatis, contohnya: Tahun 2009, pembunuhan
and ISEAS Singapore. Rangkumannya disirkulasikan di internet dalam terhadap pemimpin gerilya Kelly Kwalik oleh Densus 88 yang
bahasa Indonesia dan Inggris satu tahun sebelum penerbitannya, menimbulkan dan menguatkan kebencian terhadap Jakarta,
dan menarik respon positif dari internasional, nasional dan lokal. terutama dari kaum muda Papua di dataran tinggi.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


39
‘OTSUS telah mati’ 2005. © Muridan S. Widjojo

Cetak Biru Tebay untuk Dialog Cetak biru Tebay menyegarkan karena mengakui
Pada 2009, seorang pastor Katolik dan tokoh pemuka kesulitan baik Jakarta maupun Papua, dan secara
masyarakat sipil, Pastor Neles Tebay, meluncurkan gamblang menyarankan sebuah kerangka yang dapat
inisiatif di Papua untuk mempromosikan dialog membawa kedua belah pihak keluar dari posisinya
antara komunitas Papua dan pemerintah di Jakarta. yang maksimalis. Dokumen ini dibaca luas di Papua
Beliau mengarisbawahi keperluan untuk dialog, dan menjadi dasar diskusi mengenai proses dialog
menekankan bahwa kekerasan tidak akan mengakhiri yang potensial dengan pemerintah pusat.
konflik, otonomi khusus telah gagal dan pemerintah
kehilangan dukungan dari Papua maupun komunitas
internasional. Beliau menganggap bahwa kedua belah Menyelesaikan Konflik Papua
pihak harus memperlihatkan keinginan untuk dialog
dan menanamkan lagi kepercayaan.
Perubahan-perubahan terakhir dalam
Tebay menyarankan melakukan dialog di bawah dinamika politik – dukungan yang
payung “Tanah Damai”. Beliau menerangkan bahwa berkembang untuk dialog
sebelum dialog bisa dilaksanakan, dialog internal
Tidak mengherankan, karena ketidakseimbangan
antara Papua asli, antara Papua asli dan pendatang,
kekuasaan antara pihak-pihak yang berkonflik, PI
antara rakyat Papua di Papua dan di pengasingan
lebih keberatan daripada pemimpin Papua untuk
harus dilaksanakan. Beliau menyarankan bahwa
terlibat dalam dialog.
pihak ketiga bukan dimaksudkan untuk membuat
Salah satu hasil dari Kongres Rakyat Papua
konflik tersebut menjadi internasional, tapi untuk
2000 adalah kesepakatan bahwa cara untuk men-
membantu kedua belah pihak membangun keper-
capai tujuan adalah dengan dialog. Pendapat ini
cayaan untuk mendapatkan solusi yang damai.108
mendapat dukungan dari rakyat Papua yang tinggal
di Papua dan di pengungsian, walaupun ada harapan
108 Tebay, Neles, Dialog Jakarta-Papua, Sebuah Perspektif Papua
yang berbeda akan hasil dialog, terutama mengenai
(Jayapura: Office for Justice and Peace, 2009). kemerdekaan. Konsultasi publik yang dipimpin

40 Pengelolaan Konflik di Indonesia


oleh perwakilan masyarakat sipil (akan dijelaskan dianggap sebagai satu-satunya solusi yang
lebih lanjut di bagian Menyiapkan Dasar untuk memungkinkan, ini bukan merupakan hasil
Dialog) menjadi instrumental dalam membangun dari dialog antara pemerintah Indonesia dan
konsensus di antara rakyat Papua mengenai dialog. rakyat Papua. Bukti kurangnya kepemilikan
Konsultasi ini memimpin dua dari grup payung ini adalah satu faktor penting untuk mengerti
politik utama, West Papua National Coalition for lebih baik mengapa pemerintah tidak pernah
Liberation (WPNCL) dan West Papua National melaksanakan otonomi secara konsisten dan
Authority (WPNA) untuk membentuk kepemimpinan menyeluruh, dan mengapa rakyat Papua bisa
kolektif dan mengekspresikan dukungan untuk dengan mudah mengembalikan undang-undang
dialog ke publik. Ini diikuti oleh tiga grup dari Tentara tersebut ke pemerintah. Apa yang diinginkan
Pemerdekaan Nasional (TPN) dan pemimpin Papua rakyat Papua sebaliknya adalah yang utama
yang mengungsi. Baik grup politik di kota maupun dan terutama untuk dianggap serius dan
di dataran tinggi dan di hutan pada dasarnya setuju ditanggapi keluh kesahnya. Pengungkapan
untuk menghentikan usaha mencapai tujuan mereka referendum dan pengakuan kekuasaan
melalui cara kekerasan, dan mencari penyelesaian Papua adalah untuk dimengerti sebagai
damai dengan PI. basis perlunya dialog.” 110
Masalah besar untuk dialog adalah argumen
Reaksi dari Jakarta adalah beragam. Beberapa
Jakarta bahwa masyarakat Papua terlalu tercerai berai
menyalahkan pemimpin Papua karena gagal
sehingga sulit untuk mengidentifikasi perwakilan
melaksanakan OTSUS. Awalnya, Presiden berencana
Papua. Hal ini merupakan kekhawatiran yang
meningkatkan anggaran otonomi khusus dan daerah
mendasar karena sejak kematian Theys Eluay tidak
untuk Papua, Papua Barat dan Aceh pada 2011, juga
ada seorang pun pemimpin Papua yang dikenal,
memulai evaluasi OTSUS di Papua.111
baik di Papua maupun di pengasingan. Namun,
Perkembangan yang baik adalah pada saat pidato
masalah ini terus dibahas dalam proses konsultasi
Presiden pada hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus
publik masyarakat sipil. Kelompok - kelompok
2010 di mana beliau mengungkapkan keinginannya
yang berasal dari berbagai pihak politik menyadari
untuk terlibat dalam “komunikasi yang konstruktif”
perlunya kesatuan dan walaupun ada perbedaan
dengan Papua. Sebagai langkah awal, Presiden ingin
pendekatan, sekitar 90 dari mereka yang berpartisi-
memperbaiki komunikasi antara pemerintah dan
pasi di konsultasi mendukung adanya dialog.
DPRP, DPRD dan MRP.
Dalam tahun terakhir ini, ide dialog antara
Secara kritis, pernyataan Presiden tersebut mem-
Jakarta dan Papua telah menarik perhatian. Pada
bantu menguatkan posisi berkelanjutan dalam
Juni 2010, MRP membuat 11 rekomendasi, 2 di
pemerintah. Dalam lingkungan pemerintah yang
antaranya yang paling penting adalah mengemba-
lebih konservatif, bahkan istilah dialog adalah
likan Undang-undang Otonomi Khusus ke Jakarta
sensitif, karena menimbulkan ketakutan akan
dan meminta Jakarta untuk mengadakan dialog
disintegrasi Indonesia dan diartikan memberikan
dengan rakyat Papua asli. 109 Pastor Katolik Papua
yang terkenal, Neles Tebay mempertimbangkan posisi yang sama kepada kedua belah pihak.
aksi MRP dan menyatakan : Ketakutan mereka adalah bahwa dialog akan
merujuk Perjanjian New York 1962 dan Penentuan
“Walaupun undang-undang otonomi khusus Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, mempertanyakan
yang diimplementasikan sejak 2001 banyak dasar kekuasaan Indonesia di Papua, bahwa mengakui
pelecehan hak asasi manusia yang dilakukan oleh
pemerintah akan menjatuhkan citra Indonesia.
109 Rekomendasi MRP lainnya adalah: pelaksanaan referendum yang Faktor yang lebih progresif di pemerintah termasuk
bertujuan untuk kemerdekaan politik; PI mengakui pengembalian
beberapa pejabat senior di Kementerian Pertahanan
kekuasaan Rakyat Papua Barat yang diproklamasikan pada 1 Desember
1961; mendesak komunitas internasional untuk melakukan penutupan
terhadap dana internasional yang diberikan untuk implementasi
Undang-undang Otonomi Khusus; tidak perlu revisi atas UU 21/2001
mengenai Otonomi Khusus; menghentikan proses pemilihan kepala 110 Tebay, Neles, “Papuans want a Negotiated Solution”, The Jakarta
kabupaten di Papua; menghentikan transmigrasi dan melaksanakan Globe, 5 Juli, (2010).
pengawasan yang ketat atas arus migrasi ke Papua; mendesak pelepasan 111 Sebagai tambahan atas evaluasi PI, parlemen Papua Barat juga
semua tahanan poliotik Papua di penjara di manapun di Indonesia. mengumumkan evaluasinya. Evaluasi ini adalah akibat keputusan
Rekomendasi ini terdapat di www.etan.org/issues/wpapua/2010/ MRP pada Juni dan membuat pemerintah lokal dapat menentukan
1007wpap.htm#Special _Autonom kebijakannya terhadap PI.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


41
dan Kementerian Luar Negeri. Seperti yang dicatat Sebagai reaksi langsung, Presiden Indonesia mengirim
oleh Jendral Bambang Dharmono: tiga menteri koordinasi dalam perjalanan spontan
ke Papua dan Presiden sendiri mengunjungi Papua
“OTSUS gagal, Inpres 5/07 tidak mempunyai pada akhir Nopember 2010. Presiden Obama
efek, tidak ada hukum dan keteraturan lagi mengambil kesempatan untuk menyinggung
di Papua, situasi keamanan memburuk, Papua dalam pernyataannya ke publik pada saat
kesejahteraan menurun, budaya kekerasan kunjungannya ke Indonesia pada Nopember 2010,
mendapat dorongan dan marjinalisasi berlanjut. memancing perhatian internasional lebih lanjut.114
Hanya dengan dialog maka konflik bisa diatasi.” 112 Walaupun adanya momentum yang berkembang
Sejak pidato Presiden, ada beberapa tanda-tanda mengenai dialog baik di Jakarta maupun di Papua,
positif mengindikasikan perubahan kebijakan ber- tetap ada perbedaan pendapat penting mengenai
pihak ke Papua. Pada20 September 2010, Presiden dasar dialog. PI dengan jelas menolak ” interna-
secara formal memberikan mandat kepada Wakil sionalisasi” konflik, sedangkan hampir semua
Presiden untuk memperhatikan kebijakan Papua rakyat Papua meminta dialog diadakan di luar
dan mendorong pelaksanaan otonomi khusus. Unit Indonesia. Jalan tengahnya yaitu dialog di dalam
Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat Indonesia dimonitor oleh pihak internasional perlu
(UP4B) dibentuk pada 2011, dan akan bekerja di lima dicari. Juga ada debat mengenai fungsi mediasi
area: masalah infrastruktur, politik, investasi, aspek pihak ketiga. Kesepakatan Aceh mungkin dibentuk
sosial dan anggaran. Namun ada resiko yaitu unit tanpa fungsi pihak ketiga, sedangkan hampir semua
tersebut akan dianggap oleh Rakyat Papua sebagai rakyat Papua yang terlibat konsultasi publik percaya
dipaksakan oleh Jakarta tanpa konsultasi – ketakutan bahwa dialog hanya bisa berhasil bila pihak ketiga
yang muncul karena hanya dua Gubernur Papua yang netral hadir. Mereka meragukan akan adanya
yang diajak konsultasi mengenai unit baru tersebut. “dialog nasional” lainnya.
Pembuatan kerangka mandat unit tersebut juga
“Sebuah dialog nasional akan digunakan oleh
penting. Akan lebih mendapat penerimaan yang
Pemerintah untuk memperlihatkan kepada
lebih besar jika dianggap sebagai permulaan proses komunitas internasional bahwa mereka telah
menuju pencapaian solusi atas konflik, dibandingkan memecahkan masalah. Tapi tidak ada aksi,
jika dianggap sebagai paket pembangunan dan pemerintah bisa memanipulasi prosesnya”.115
infrastruktur untuk mempromosikan investasi.

Walaupun komunitas internasional belum


Mempersiapkan dasar untuk dialog
membangun perhatian yang berkelanjutan
Persiapan dialog antara Jakarta dan Papua telah
di Papua, beberapa aksi akhir-akhir ini dimulai oleh LIPI dan Pastor Neles Tebay yang
telah meminta PI untuk memusatkan menyodorkan proposal mereka untuk dialog dan
bekerjasama. Persiapan mereka terbagi atas empat
perhatiannya kepada Papua.
langkah pararel:
Walaupun komunitas internasional belum
membangun perhatian yang berkelanjutan di Membangun jaringan fasilitator Papua
Papua, belakangan ini berapa peristiwa telah
Titik permulaan dari pendekatan menuju dialog
meminta PI untuk memusatkan perhatiannya kepada
mungkin adalah beberapa kegiatan informal dari
Papua. Pada September 2010, Kongres Amerika
individu yang berani dan terhubung dengan baik
mengundang perwakilan Papua ke Washington
untuk dengar pendapat pertama mengenai Papua.113
114 Pada pidato di Universitas Indonesia, Presiden Obama mengatakan:
“Karena pada akhirnya, adalah hak warga negara yang akan mengi-
112 Bambang Dharmono adalah pensiunan Letnan Jendral. Posisi kat Nusantara dari Sabang sampai Merauke – kepastian bahwa setiap
terakhirnya sebelum pensiun pada 2010 adalah Sekretaris Jendral anak yang lahir di negara ini harus diperlakukan secara sama, apakah
Dewan Pertahanan Nasional. Komentar ini dibuat pada Agustus dia berasal dari Jawa atau Aceh; Bali atau Papua.” Walaupun secara
2010 di Jakarta pada saat peluncuran Papua Road Map. jelas menyebutkan teritori Indonesia, beliau menekankan perlunya
113 Pengakuan Joe Yun, Wakil Asisten Sekretaris untuk Asia Timur dan untuk menangani diskriminasi sebagai akar masalah konflik di Papua.
Pacific, www.state.gov/p/eap/rls/rm/2010/09/147551.htm, tanggal akses 115 Pernyataan yang dibuat oleh seorang Papua pada saat konsultasi
16 September 2010. umum di Sorong, 22 Pebruari 2010.

42 Pengelolaan Konflik di Indonesia


dari kedua belah pihak, yang pada mulanya akan dialog. Beberapa Menteri dan tokoh senior di
bekerja dalam kapasitas masing-masing.’ 116 Kementerian Luar Negeri dan Komisi I DPR juga
Jaringan Damai Papua (JDP) dibentuk pada memberikan dukungan mereka.117 Hayono Isman,
2010 oleh LIPI dan Pastor Neles Tebay untuk mem- seorang anggota DPR memberikan pandangannya:
bangun kapasitas dari “fasilitator informal Papua”
dari berbagai spektrum agama, etnis dan politis. “Papua harus menjadi prioritas pemerintah
Ini dilakukan untuk mendukung konsultasi antar dan saya berharap masalah ini selesai ketika
Papua dan membantu Papua menyiapkan proses SBY mengakhiri kepresidenannya.” 118
dialog potensial dengan pemerintah pusat. JDP
adalah sebuah grup dengan sekitar 30 pemimpin
Mencari legitimasi akar rumput
Papua dan non-Papua yang mewakili berbagai
pihak dimasyarakat (30 adalah wanita). LSM lain melalui konsultasi publik
juga terlibat di JDP yang memberikan inisiatif ini Dukungan dari pemimpin dari kelompok-kelompok
legitimasi yang lebih besar. Papua tidak pasti menjamin dukungan dari komu-
JDP mendekati pemimpin Papua, anggota DPRP nitas Papua. Kepemimpinan Papua biasanya
dan MRP mengenai kemungkinan dialog dan peserta terstruktur vertikal, dengan bagian-bagian yang
dialog yang penting ini memberikan dukungannya. terikat dalam komunitas suku atau agama. Tidak
Sama pentingnya juga, pihak pro-kemerdekaan ada seorang pemimipin yang mempunyai dukungan
yang mungkin menolak juga dilibatkan sehingga luas di Papua.
membangun dukungan yang luas bagi dialog tersebut. Untuk membantu pemimpin-pemimpin menjaga
Beberapa kelompok pemuda mengusulkan untuk dukungan dan legititmasi dari komunitas akar
menggunakan kekerasan untuk menyerang simbol rumput, JDP mendukung beberapa konsultasi
opresi dari negara seperti pos polisi atau militer publik di kota dan kabupaten di Papua. Ini mem-
dan menolak dialog. JDP terus mendekati dan berikan forum untuk mendengarkan keluh kesah
menyertakan pelajar dan pemimpin muda dalam tim komunitas, menjelaskan dialog, mendengarkan
fasilitasinya untuk mempromosikan pemahaman pandangan komunitas dan mengidentifikasi kriteria
yang lebih baik atas kekuatan dan kelemahan dialog untuk memilih perwakilan Papua dalam kemung-
sebagai cara menyelesaikan konflik. kinan dialog dengan Pemerintah. Dalam setiap
forum konsultatif, 50 individu dari grup yang luas
diundang termasuk dari pro-kemerdekaan, kelom-
Keterlibatan Pemerintah pok bersenjata, otoritas lokal, grup Merah Putih
Penolakan yang keras terhadap dialog dan Road Map (nasionalis Indonesia), pemimpin suku lokal, tokoh
datang dari beberapa institusi negara berbeda, ter- agama, pemimpin pemuda dan pemimpin perempuan.
utama Badan Intelijen Negara (BIN), Kementerian Selama konsultasi publik tersebut, rakyat Papua
Dalam Negeri, Kementerian Koordinasi untuk Politik, memperlihatkan keinginan yang besar untuk
Hukum dan Pertahanan. Mereka percaya bahwa berkompromi. Walaupun lebih banyak kompromi
Road Map dan dialog secara umum memberikan dibutuhkan untuk mencari titik tengah dengan
terlalu banyak ruang untuk perpecahan dan akan Jakarta, namun dari serangkaian konsultasi terlihat
menginternasionalisasi konflik karena saran untuk bahwa Papua adalah masyarakat yang tidak terlalu
menggunakan mediator asing. Untuk mencoba dan terpecah, yang menginginkan dan mempersiapkan
membangun kesepakatan untuk setuju akan dialog, dialog yang tulus.
jaringan individu berpengaruh yang pro-dialog
dibentuk, dengan pelan memperbesar suara yang
setuju dengan dialog dalam lingkaran pemerintah Konsultasi dengan diaspora Papua
yang strategis. Selain Kantor Wakil Presiden, badan Diaspora Papua terdiri dari beberapa kelompok di
penasihat pemerintah seperti Lembaga Ketahanan Vanuatu, Swedia, Belanda, Inggris dan Amerika.
Nasional (Lemhanas) dan Dewan Ketahanan Nasional Kelompok-kelompok ini terpecah-pecah dan sering
(Wantanas) memberikan dukungan pada inisiatif

117 “Perlu, Dialog Papua”, harian Kompas, 19 Januari (2010)


116 Kivimaki, Timo, Initiating a Peace Process in Papua: Actors, Issues, 118 Isman adalah anggota Komisi I. Beliau memberikan pandangan ini
Process, and the Role of the International Community, Policy Studies 25, ketika menjadi panel dalam peluncuran buku The Papua Road Map
(Washington: East-West Center, 2006), hal.54 dalam versi Inggris, Agustus 2010, Jakarta

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


43
bersaing satu sama lain. Namun demikian, keterli- yang menginginkan kemerdekaan. Keterlibatan
batan dengan diaspora Papua adalah aspek yang mereka akan menentukan keabsahan dari perun-
penting untuk membangun dukungan dan kesepa- dingan damai di mata rakyat Papua biasa. Utusan
katan dalam komunitas Papua untuk dialog. khusus tersebut juga harus membentuk mekanisme
Konsultasi dengan kelompok-kelompok diaspora konsultatif dan menentukan secara transparan di
telah dilakukan. Pada pertemuan pemimpin- Papua maupun Jakarta mengenai bagaimana hasil
pemimpin Papua di pengungsian bulan Desember kesepakatan tersebut akan di implementasikan oleh
2010 di Papua Nugini, para pemimpin tersebut semua pihak. Ini bisa dicapai melalui beberapa
menandatangani deklarasi setuju untuk menduku- lokakarya dan seminar yang diadakan di Papua
ng cetak biru untuk dialog dari Pastor Neles Tebay dan Jakarta – idealnya dalam kerangka akademis
yang akan menghasilkan proses dialog dengan PI.119 – untuk membantu mereka yang tidak setuju
dengan dialog dapat meningkatkan pemahaman
akan tujuan dan tolak ukur dialog.
Rekomendasi
Adalah sudah waktunya untuk dialog antara
Mengevaluasi OTSUS
komunitas Papua dan pemerintah pusat di Jakarta,
Membentuk komisi independen untuk memeriksa
walaupun halangan utama masih ada. Walaupun
operasi dan anggaran Undang-undang Otonomi
dibuat sedikit berbeda, kedua belah pihak Papua
Khusus. Walaupun Presiden Yudhoyono mengu-
dan Pemerintah Indonesia telah bersedia untuk
mumkan evaluasi OTSUS pada 2010, hal ini belum
berbicara. Di Papua, ada kecenderungan yang jelas
dilaksanakan. Komisi ini bisa terdiri dari para ahli
kepada kesatuan dari unit-unit yang berbeda dan
(termasuk, bila tidak dipimpin oleh orang Papua)
dukungan terhadap dialog. Pidato Presiden bulan
yang bisa diterima oleh hampir semua pihak yang
Agustus 2010 menandai dimulainya perubahan
berkepentingan untuk melakukan evaluasi yang
kebijakan di Jakarta. Rekomendasi di bawah ini
objektif terhadap OTSUS. Fokus utama evaluasi ini
dibuat berdasarkan perkembangan positif tersebut
adalah pasal mana yang telah diimplementasikan,
dan ada beberapa langkah konkrit untuk tahap
oleh siapa dan bagaimana, serta mengidentifikasi
persiapan maupun untuk pelaksanaan dialog:
alasan belum diimplementasikannya pasal yang
penting. Idealnya, evaluasi ini harus dilakukan
Menunjuk tim atau utusan khusus bersama dengan audit untuk memeriksa bagaimana
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan sumber daya OTSUS dipergunakan. Temuan dari
oleh Presiden Yudhoyono untuk menyiapkan dialog komisi ini akan berkontribusi menyediakan dasar
adalah menunjuk perwakilan khusus atau tim yang obyektif bagi dialog.
perwakilan yang netral, terdiri dari individu yang
dihormati di Jakarta dan diterima oleh rakyat Papua
yang mengerti konflik dan berdedikasi untuk Pemetaan dan penanganan aktor
menyelesaikannya. Perwakilan khusus yang idealnya konflik
melapor langsung ke Presiden, awalnya akan ber- Pengertian terhadap aktornya adalah hal yang
tindak sebagai fasilitator, dengan tugas untuk penting untuk pengelolaan konflik yang berhasil
merancang dan mengorganisasi tim dialog damai. baik. Pada kasus Papua, dengan luas daerah dan
Mereka juga akan membantu kedua belah pihak perbedaan sosial yang besar, ini adalah hal yang
untuk menyiapkan delegasinya ke dialog dan terus penting. Menentukan dan menangani pemetaan
menerus berkomunikasi dan mengkoordinasi aktor konflik adalah penting untuk mempersiapkan
sukarelawan JDP di Papua untuk memastikan proses dialog yang berarti. Hal ini perlu dilakukan
bahwa komunitas Papua mendapat informasi dan baik oleh unit pemerintah yang relevan maupun oleh
dapat berpartisipasi dalam prosesnya. Adalah penting rakyat Papua. Tujuannya adalah untuk mendapat
untuk memastikan bahwa delegasi-delegasi tersebut kesepakatan dalam proses pemetaan dengan pihak-
mewakili berbagai kelompok yang bertahan, terutama pihak yang berkepentingan. Adalah penting untuk
menepis alasan yang paling sering disebut untuk
tidak melibatkan komunitas Papua, yaitu: kami
119 Laporan rahasia, Port Moresby, Nopember 2010. tidak tahu harus berbicara kepada siapa.

44 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Menentukan agenda untuk dialog Kepastian untuk implementasi
Agenda dialog harusnya tidak hanya berpusat pada Apapun hasil dialog nantinya, kesepakatan untuk
isu yang sulit seperti sejarah dan status politik Papua. menjamin perdamaian dan stabilitas harus berisi
Harus disediakan waktu untuk mendiskusikan rencana untuk memastikan bahwa janji tersebut
inti dari undang-undang OTSUS, yang termasuk dilaksanakan. Detil dan mekanisme untuk mem-
pertanyaan mengenai rekonsiliasi, pengadilan hak fasilitasi implementasi kesepakatan tersebut perlu
asasi manusia, paradigma baru pembangunan dan dibuat jika perlu dalam kesepakatan implementasi.
kebijakan afirmatif untuk Papua. Proses bagaimana Campur tangan pihak ketiga sampai tingkat tertentu,
menentukan agenda adalah penting. Dengan mungkin sebagai saksi dalam dialog serta untuk
menciptakan rasa kepemilikan agenda pada kedua memudahkan akses wartawan dan LSM ke papua,
belah pihak dan dengan memberikan opsi mengenai jelas menyakinkan komunitas Papua akan ketulusan
masa depan, rakyat Papua mungkin setuju untuk pemerintah pusat. Tindakannya harus bisa dipercaya
memulai dialog dengan isu yang kurang sensitif. dan bertahan lama dan ini hanya bisa dicapai bila
Kedua belah pihak perlu membuat kompromi atas perubahannya dibuat di tingkat struktural.
agenda. Dalam kasus dialog mengenai masa depan
Aceh di mana otonomi khusus yang tulus berakhir
sebagai hasil yang paling berpengaruh, mungkin Laksanakan de-militerisme dan akhiri
adalah masalah politik tentang apa yang dimaksud imunitas
dengan otonomi dan bagaimana implementasinya. Adalah perlu untuk cepat tanggap terhadap laporan
yang dapat dipercaya mengenai penyiksaan di
tahanan dan secara permanen melepas-tugaskan
Menggunakan dukungan publik petugas yang bersalah dalam kasus pelanggaran
untuk dialog hak asasi manusia yang serius. PI perlu melakukan
Masyarakat Papua adalah beragam tapi tidak tindakan yang transparan untuk memastikan
terlalu terpecah-pecah. Rakyat Papua sendiri men- investigasi yang bisa dipercaya, obyektif dan tepat
yadari bahwa persatuan di antara mereka adalah waktu terhadap semua tuduhan pelanggaran hak
langkah yang perlu untuk dialog. Lebih banyak asasi manusia dimasa depan. Kedua, kehadiran
dukungan dari populasi Papua yang lebih luas petugas keamanan yang sangat kentara dianggap
perlu didapatkan melalui kampanye media dan oleh rakyat Papua dan para ahli sebagai tidak dapat
konsultasi tambahan. dibenarkan dan merupakan salah satu pendorong
konflik yang utama. Sektor keamanan dituduh
mendukung militer untuk melawan kaum separatis,
Melibatkan pendatang terlibat dalam aktivitas bisnis ilegal, melakukan
Pendatang harus dianggap sebagai pihak yang pent- kampanye militer dan melanggar hak asasi manusia
ing dalam kaitan mengenai perdamaian di Papua. Papua asli. Klarifikasi tugas dan status militer
Pemimpin pendatang sejauh ini tidak menyampaikan serta pengurangan jumlah petugas keamanan akan
pandangan mereka mengenai dialog Jakarta-Papua memberikan signal kepada rakyat Papua mengenai
yang akan diadakan. Sebagian karena mereka hanya keinginan PI yang tulus untuk menyelesaikan
mendapat sedikit informasi mengenai dialog yang konflik dan meningkatkan stabilitas di Papua.
akan terjadi dan menganggap bahwa permintaan
Papua untuk dialog sebagai tuntutan untuk kemer-
dekaan politik. Diperlukan pengertian yang lebih Mengubah peraturan kriminal Indonesia
baik mengenai permasalahan pendatang dan pan- Ubah atau batalkan semua pasal dalam peraturan
dangan mereka terhadap dialog, dan proses untuk kriminal Indonesia yang telah dipergunakan
konsultasi publik dengan pendatang akan mendapat untuk mempenjarakan orang atas aktivitas damai
persetujuan mereka untuk dialog yang akan diadakan yang sah, termasuk pasal 106 dan 110 mengenai
dan mengerti pandangan maupun pendapat mereka. “pemberontakan”.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


45
Pandangan Papua mengenai Selama bertahun-tahun, tentara Indonesia
melakukan kebijakan keamanan yang ketat di daerah
Damai di Papua Barat ini yang melibatkan tercatatnya pelanggaran hak
Otto Ondawame120 asasi manusia di Papua Barat, termasuk tuduhan
pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, intimidasi,
“Pengalaman dan sejarah Papua memperlihatkan pemenjaraan, kekerasan seksual dan perkosaan.124
bahwa kekerasan tidak pernah menyelesaikan Pemerintah Indonesia juga telah mempromosikan
konflik Papua [. . .] solusi konflik Papua dengan aktif, dan membiarkan dengan pasif,
terletak pada cara damai yaitu dialog, yang diskriminasi yang meluas terhadap orang asli dan
sangat perlu dengan segera untuk mencegah arus migrasi yang saat ini telah mengakibatkan
pertumpahan darah lagi dimasa depan.” 121 pengurangan populasi orang Papua menjadi hampir
minoritas di tanahnya sendiri.
Faktor sosial yang paling besar adalah tingginya
Penjajahan, konflik dan kekerasan di arus imigran dari Indonesia ke Papua Barat dibawah
Papua Barat program “transmigrasi”125 yang disponsori mau-
Banyak rakyat Papua Barat melihat bahwa Perjanjian pun spontan.126 Dalam 48 tahun terakhir, populasi
New York pada 15 Agustus 1962 dan Penentuan Papua menurun dengan signifikan. Pada 1959,
Pendapat Rakyat pada 1969 adalah pelanggaran non-Papua diperkirakan sebanyak 2 persen dari
terhadap hak asasi mereka. Pemimpin-pemimpin seluruh populasi. Pada 2011, angka itu diperkirakan
Papua mengatakan bahwa mereka tidak pernah naik menjadi 53,5 persen.127 Jika migrasi terus
dikonsultasi sebelum Perjanjian New York di tanda berlanjut dengan tingkat yang sama, persentase
tangani. Pemimpin Papua seperti saya sendiri yakin orang Papua asli akan menyusut menjadi 15.2
bahwa “Penentuan Pendapat Rakyat” tidak dilakukan persen pada 2030.128 Perkiraan mungkin bisa ber-
sesuai dengan standar internasional yaitu satu orang beda tetapi marginalisasi yang serius dari rakyat
satu suara. Dari sekitar 1.5 juta potensial suara Papua Barat adalah tidak diragukan.
rakyat Papua Barat, hanya 1,025 yang dikatakan
Diskriminasi pekerjaan, pelayanan kesehatan
“perwakilan rakyat” memberikan suaranya, dengan
dan pendidikan; sebagai akibat non-Papua
tingkat intimidasi yang signifikan terlibat.122 Oleh
mendominasi ekonomi;
karena itu, bagi banyak rakyat Papua, keabsahan
hukum pemilikan Indonesia atas Papua Barat Distribusi yang tidak adil atas pelayanan sosial
dan kesempatan ekonomi antara Papua dan
dipertanyakan. Status politik Papua Barat saat ini
non-Papua;
tidak lebih dari sebuah daerah jajahan Indonesia
dengan alasan yang jelas. Seperti yang diungkap
oleh seorang pengamat: “Saat ini Papua Barat adalah
124 Budiardjo and Liem, (1984); Dewan Australia untuk Bantuan Luar
daerah jajahan Indonesia yang berarti bahwa sumber Negeri, Trouble at Freeport: Eyewitness Account of the West Papuan
daya Papua Barat yang adalah milik rakyat Papua Resistance to Freeport MacMoRan Mine in Irian Jaya, June 1994-
February 1995, (Melbourne: ACFOA, 1995); Amnesty International,
Barat dipergunakan dan dieksploitasi oleh orang Human Rights Violations in Irian Jaya, (Geneva: AI Publications,
lain. . . Papua Barat memiliki hak hukum untuk 1991); Zonggonau W, dll., Accuses: The Case of West Papua, (dokumen
yang tidak diterbitkan, 1997); Haluk, Markus, A Report of State Violence
kemerdekaan.” 123
in West Papua, Consensus Working Committee, (Jayapura: Tim Kerja
Konsensus Nasional Papua, 2009).
125 Program transmigrasi yang tersponsor didukung oleh pemerintah
120 Otto Ondawame menggunakan istilah Papua Barat merujuk ke provinsi dan bertujuan memindahkan mereka yang tidak mempunyai tanah
Papua dan Papua Barat. Pandangan yang tertuang dalam artikelnya dan petani, terutama dari Jawa dan Bali, ke pulau lain di Indonesia,
ini tidak harus mencerminkan pandangan HD Centre atau LIPI. termasuk Papua Barat. Transmigrasi spontan adalah mereka yang
121 Tebay, Neles (2009) hal.2. datang atas kemauan dan biaya sendiri. Kebanyakan mereka berasal
dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku dan Sumatera.
122 Ondawame, Otto, “Comments”, dalam Lyubomir Ivanov (Ed.),
The Future of the Falkland Islands and Its People, (Sofia: Double T 126 Septer Manufandu menyatakan: “sebuah kapal membawa 2.206
Publishers, 2003) hal.63.Lihat juga: Ondawame, Otto, “The Colonial pendatang setiap minggu. Jika ada 3 kapal, berarti 6.618 pendatang
Politics of Papuan Rights”, dalam Bienek, Janusz and Trompf, Garry setiap minggu. Sebulan berarti 26.472 dan setahun berarti 31.664. Jika
(Eds.), Historical Perspective, Plight of Papuan Religion and Politics diambil 7 tahun, pendatang di Jayapura sendiri mencapai 2.223.648 orang.
in West Papua (or Irian Jaya), (Mt: Hagen: Michelite Community di Rakyat Papu menjadi kaum minoritas di tanahnya sendiri.” Lihat
PNG dan Australia, 2003), hal.103 Manufandu, Septer, “Bencana demografis di Papua Barat,” West Papuan
Update, (Jayapura: Forum Kerjasama LSM-LSM Papua, 2009), hal.29
123 Janki, Melinda, Pernyataan Ketua Pengacara Internasional untuk Papua
Barat, pidato pada peluncuran Parlemen Eropa untuk Papua Barat, di 127 Widjojo, Muridan, (Ed.) (2009),) hal.17.
Brussel, 26 Januari 2010. Lihat www.youtube.com/Watch?v=vqKr4bSPP71 128 Manufandu, Septer, (2009) hal.25

46 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Exploitasi sumber daya alam, yang mengun- jaman penjajahan Belanda. Gerry Awom134, dari
tungkan hanya sedikit orang dan membiarkan Pasukan Kasuari Papua135 dan karyawan departemen
pemilik asli tanahnya dalam kemiskinan;129 kehutanan dan pertanian136, mendeklarasikan
Larangan penggunaan kebudayaan, bahasa, kemerdekaan negara Papua setelah serangan ke
tradisi, cara hidup dan simbul nasional Papua, pos militer dan polisi.137 Walaupun gerakan itu
seperti bendera Bintang Kejora;130 dihancurkan dalam 4 hari setelahnya oleh militer
Indonesia, namun telah menyulut nasionalisme Papua
Penyebaran HIV/AIDS dari pekerja seks yang
dan OPM meningkatkan aktivitas militernya di
tiba di Papua Barat dari daerah lain di Indonesia.
perbatasan dengan Papua Nugini. Semua aktivitas
Per tahun 2009, 4.500 orang menderita HIV
militer dilakukan oleh OPM pada mulanya tetapi
dan 1.055 menderita AIDS di Papua Barat.131
sejak pendirian National Liberation Army of West
Secara perbandingan, tingkat HIV/AIDS di
Papua (NLAWP) 1968, aktivitas militer dilakukan
Papua Barat lebih tinggi dibanding daerah lain
oleh NLAWP. Visi dan misi politiknya adalah
di “Indonesia” dan Papua Nugini.
mencapai kemerdekaan bagi Papua Barat dengan
menghancurkan kolonialisme Indonesia. Secara
bersamaan, pemimpin-pemimpin Papua di Belanda
Organisasi Papua Merdeka dan
mendirikan National Liberation Council (NLC)
Koalisi Nasional Papua Barat untuk 1968 yang bertanggung jawab untuk lobi politik.138
Pembebasan Hubungan antara OPM di Papua dan NLC di Belanda
Orang Papua terlibat dalam berbagai bentuk peno- adalah baik. Pemimpin NLC menasehati pemimpin
lakan terhadap pemerintahan Indonesia. Bagian OPM, dan NLC mendukung kemerdekaan.
ini akan fokus pada 2 aktor utama : Organisasi Melalui Jendral Seth Rumkorem, Presiden
Papua Merdeka (OPM) dan Koalisi Nasional Papua Pemerintahan Revolusioner Sementara Papua Barat,
Barat untuk Pembebasan (Koalisi).132 Tujuan utama OPM sekali lagi secara sepihak mendeklarasikan
OPM dan Koalisi adalah membebaskan rakyat kemerdekaan pada 1 Juli 1971. Mereka meminta
Papua Barat dari kolonialisme, diskriminasi, referendum yang adil dan demokratis dibawah
eksploitasi Indonesia dan membentuk negara supervisi langsung PBB. Namun pada1976, kepem-
independen Papua Barat yang demokratis, adil, impinan terbagi dua antara 2 pemimpin utama OPM;
damai dan sejahtera.133 Jacob H. Prai yang adalah Ketua Senat Parlemen
Sementara Papua Barat, dan Set Rumkorem. Hal
OPM ini menyebabkan strukturisasi dan orientasi ulang
OPM, yang meluaskan pengaruhnya dan memecahkan
Gerakan penolakan berawal tanggal 26 Juli 1965
kekuasaan dalam organisasi. Lebih negatif lagi,
dengan pendirian OPM. Namun, gerakan penolakan
perpecahan ini mengakibatkan perebutan kekuasaan
tersembunyi telah dimulai di Papua Barat sejak
internal yang mengancam baik kesatuan maupun
reputasi OPM.139
129 Diperkirakan sekitar 81,5 persen Papua hidup dibawah garis
kemiskinan. Lihat Manufandu, Septer, (2009), hal.22
134 Ferry Awom adalah anggota Gerakan Sukarelawan Papua (disebut
130 Secara spesific, “Peraturan Pemerintah no.77/2007 melarang
Pasukan Kasuari Papua) dan dilatih oleh Belanda untuk memper-
penggunaan bendera Bintang Kejora OPM sebagai simbul budaya”.
tahankan Papua Barat dari pendudukan Indonesia.
Agus, Alua, “MRP dijelaskan sebagai anak yang lahir di hutan’
Cendrawasih Pos, 19 Juni (2010) 135 Pasukan Kasuari Papua dibentuk selama jaman penjajahan Belanda
dan bertujuan untuk mempertahanan Papua Barat dari perebutan
131 Di daerah pertambangan emas di Degeuwo di kabupaten Paniai, ada
Indonesia di tahun 1962 sewaktu perang pendek antara Belanda dan
234 pekerja seks (dari Jakarta dan Surabaya) dan 152 orang dilaporkan
Indonesia.
terinfeksi HIV dan AIDS di area tambang emas antara 2007 dan
2009. Lihat Manufandu, Septer (2009), hal.28 136 Manokwari adalah pusat pelatihan utama untuk pertanian dan
kehutanan di Papua Barat selama pemerintahan Belanda, dan oleh
132 OPM adalah gerakan penolakan di Papua Barat yang mempunyai
karenanya pekerjanya menjadi elit dan mengerti benar hak mereka
sayap politik dan militer. Sayap militer di OPM disebut Tentara
untuk menentukan diri sendiri dan kemerdekaan. Karena alasan
Pembebasan Nasional (TPN). Koalisi bertujuan membawa semua
ini, mereka bergabung dengan Pasukan Kasuari.
gerakan penolakan ke dalam satu badan untuk kesatuan nasional
dan kesatuan persepsi. Lebih dari 28 gerakan penolakan, termasuk 137 MacDougall, J., “Sebuah Cita-cita dari Hutan Irian”, Apakabar Daily
OPM, bergabung dengan Koalisi. Newspapers, Jakarta, 25 September, (1995). Lihat juga: Ondawame,
Otto (2010), hal.64.
133 Ondawame, Otto, One People, One Soul, West Papuan Nationalism
and the Organisasi Papua Merdeka, (Adelaide: Crawford House 138 Ondawame, Otto (2010), hal74-78.
Publishing, Political Program, 2010), hal.85-86. 139 Ondawame, Otto (2010), hal.81-110.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


47
Seth Rumkorem memimpin unit militer bernama dan Koalisi bekerja erat dengan kelompok di
Tentara Pembebasan Nasional (TPN). Beliau London dan New York.142
mendirikan 4 struktur komando regional di bagian OPM berpendapat bahwa semua Papua yang
utara Papua Barat yaitu Biak, Japen-Waropen, mendukung kemerdekaan adalah anggota OPM.
Manokwari dan Sorong. Jacob H. Prai mempimpin OPM menyatakan bahwa mereka tidak pernah
sebuah grup bernama Pembela Keadilan (PEMKA). menerima senjata dari luar negeri dan senjata mereka
Deklarasi Port Vila Peace pada 1985 menyatukan yang paling efektif adalah senjata tradisional, yang
kedua grup tersebut. terdiri dari tombak, pisau, busur dan panah.
OPM dipimpin oleh Jendral Matthias Wenda
sampai 2008, kemudian oleh Kelly Kwalik yang Koalisi
ditembak oleh polisi Indonesia pada Desember
Koalisi didirikan untuk menentukan agenda politik
2009. Sekarang dipimpin oleh Jendral Richard
yang efektif.143 Koalisi memberikan arahan baru
Youweni, Ketua OPM dan Koalisi. Beliau menjabat
untuk OPM dan membantu meningkatkan wajah,
sebagai Pejabat Sementara Komandan Tertinggi
kepemimpinan, dan struktur organisasi. Melihat
di TPN sampai keputusan resmi mengenai pengisi
independensi setiap anggota Koalisi, Koalisi mem-
jabatan tersebut.140
punyai struktur yang kurang formal dibanding
organisasi lain.
Tujuan sayap militer adalah untuk Untuk koordinasi yang efektif antar anggotanya,
meluncurkan kampanye untuk Koalisi di struktur sebagai berikut: Kongres Nasional
melindungi hidup orang Papua asli dari adalah badan tertinggi di Koalisi. Keputusannya
akan dijalankan oleh Dewan Eksekutif Nasional.
militer Indonesia dan menghancurkan Sekretaris Jendral menjalankan administrasi
kekuatan pendudukan kolonial, badan- operasional sehari-hari, dibantu oleh Koordinator
badan dan sekutunya. Kongres. Sekretaris Jendral menunjuk perwakilan
untuk Bidang, Biro, Administrasi Umum, dan
OPM sekarang terdiri dari dua sayap: militer Komisi Ad Hoc. Di dalam Papua, Koalisi dipimpin
(TPN) dan politik. Tujuan sayap militer adalah oleh Richard Youweni, pemimpin OPM dan Ketua
untuk meluncurkan kampanye untuk melindungi Koalisi. Ketua dibantu oleh Komisi, yang bertang-
hidup orang Papua asli dari militer Indonesia dan gung jawab untuk sosialisasi program Koalisi,
menghancurkan kekuatan pendudukan kolonial, mempromosikan dialog damai dan rekonsiliasi,
fasilitas-fasilitasnya, dan para sekutunya. Sayap dan juga untuk menggerakkan publik. Ketua
militer mempunyai 9 komando regional – yang Komisi Ad Hoc saat ini adalah Alberth Kaleile.
membuat koordinasi menjadi suatu tantangan. Cabang komisi ini beroperasi di tiap provinsi dan
Komandan tertinggi TPN bersama dengan Ketua kabupaten di Papua Barat dan dibawah koordinasi
Koalisi bertanggung jawab atas inisiatif militer.141 Pusat Komisi Ad Hoc yang berbasis di Port Numbay
Sayap politik beroperasi di dalam dan luar Papua (Jayapura). Di luar negeri, Koalisi juga menunjuk
Barat dan mempunyai kantor di Swedia (sejak 1998) perwakilan untuk menunjuk negara yang mem-
dan Vanuatu (sejak 2003). Kantor di Malmo (Swedia) bantu Koordinator Hubungan Internasional.
bertanggung jawab untuk menjangkau diplomatik, Koalisi juga mendapat lebih banyak pengakuan
kampanye pendidikan publik dan pencarian dari regional dan internasional atas isu Papua
dana, sedangkan kantor di Vanuatu (yang juga Barat. Pada 2010, pemerintah Vanuatu misalnya
merupakan sekretariat Koalisi) mempimpin kam-
panye internasional. Kedua sayap ini mendukung
dialog sebagai metode yang bisa diterima untuk 142 Sebagian kecil dari sayap politik dan militer percaya bahwa perlawanan
menyelesaikan konflik. Sebagai tambahan, OPM bersenjata sebagai alternatif yang bisa diterima untuk menyelesaikan
konflik di Papua Barat. Mereka diwakili oleh generasi yang lebih tua
dan bagian militan di OPM.
143 Di antara pemimpin-pemimpin tersebut adalah: Jendral Richard
140 Komando Tertinggi TPN yang baru akan segera ditunjuk. Jendral Youweni, Ketua Dr. Otto Ondawame, Wakil Ketua; Rex Rumakiek,
Jack Kemong adalah Komando Regional di Komando Nemangkawi Sekretaris Jendral. Alm.Kelly Kwalik, Komando tertinggi TPN juga
TPN di daerah dataran tinggi selatan. adalah pemimpin. Sebagai tambahan, beberapa perwakilan negara
141 Adalah menarik untuk dicatat bahwa Ketua Koalisi adalah juga juga ditunjuk. Saat ini, dua pertiga dari Dewan Eksekutif Koalisi
Ketua OPM. berasal dari OPM dan TPN.

48 Pengelolaan Konflik di Indonesia


memberikan dukungan penuh baik untuk Koalisi Mencari cara yang pantas untuk mendorong
maupun tujuan lebih luas untuk kemerdekaan bagi Pemerintah Indonesia untuk terlibat di dialog.
Papua Barat.144 Sejauh ini, Jakarta sangat segan terlibat walaupun
banyak permintaan untuk perundingan damai
Konsultasi di dalam gerakan dari OPM dan Koalisi. Koalisi telah mendekati
Pemerintah dan memberikan pandangannya
Sejak 2003, usaha konsultasi telah dilakukan di dalam
dalam empat kesempatan akhir-akhir ini.148
gerakan sebagai bagian dari proses rekonsiliasi dan
Namun, sejauh ini Jakarta belum menjawab
persatuan. Termasuk beberapa pertemuan yang
permintaan tersebut. Lebih dari lima tahun
membantu kelompok di Papua Barat untuk mencapai
yang lalu, pemimpin Gerakan Aceh Merdeka
posisi yang sama dan menyiapkan mereka lebih baik
(GAM) meminta perundingan damai yang
dalam dialog dengan Pemerintah Indonesia (lihat
mencapai Perjanjian Helsinki pada 2005. Jakarta
lampiran mengenai daftar pertemuan dan hasilnya).145
berpendapat bahwa dialog tersebut memung-
kinkan karena jelasnya kepemimpinan GAM
Prioritas OPM dan Koalisi dan efektifnya kekuatan militer. Oleh karena
Untuk mencapai kesatuan nasional yang lebih itu, Koalisi memusatkan pada menyatukan
signifikan, rekonsiliasi lebih lanjut diperlukan dan kepemimpinan Papua untuk memperlihatkan
pendekatan berikut harus dilakukan: keinginan yang tulus dari Papua untuk terlibat
dengan Pemerintah. Namun Jakarta juga mem-
Rekonsiliasi antara rakyat Papua adalah berikan sinyal dukungan. Salah satunya adalah
menjadi prioritas. Terpecahnya masyarakat melaksanakan Road Map Papua LIPI.149
Papua merupakan kesulitan yang besar untuk
Membangun jalur komunikasi yang efektif
mencapai perdamaian. Rekonsiliasi harus
antara delegasi proses perdamaian dan badan
didorong di dalam maupun di luar Papua.
lokal, terutama sayap militer OPM. Contohnya,
Dukung konsultasi yang sedang berlangsung di rapat internal antara pemimpin politik OPM
Papua Barat yang dipimpin oleh Pastor Dr. Neles dan komando militer regional diperlukan
Tebay dan Kelompok Kerja Koalisi.146 Rapat sebelum perundingan damai.
Konsultasi yang dianjurkan oleh Tebay yang
didukung oleh Koalisi, termasuk pertemuan
antar Papua di Papua Barat, antara pemimpin
Cara dan pendekatan penyelesaian
Papua di luar negeri, antara pemimpin grup di
Papua dan pemimpin OPM di luar negeri;
konflik orang Melanesia
antara pemimpin politik di OPM dan komando “Selama ada pulau Pasifik yang manapun dijajah,
regional TPM; dan terakhir, rekonsiliasi internal tidak ada seorang pun dari kita yang bebas.”150
Papua.147 Rekonsiliasi internal ini penting untuk Pendekatan orang Melanesia terhadap konflik dan
menyatukan persepsi yang sama, membentuk penyelesaiannya adalah agak berbeda dengan orang
tim negosiasi dan menentukan agenda untuk Indonesia. Orang Melanesia mengekspresikan
dialog damai internasional. emosinya secara langsung dan masyarakatnya
dibangun atas budaya ‘orang besar’ (Big Man).

144 Pemerintah Vanuatu telah memberikan dukungan untuk Papua


Barat selama beberapa dekade. Belakangan ini ditegaskan di tahun 148 Otto Ondawame, Sekretaris Jendral Koalisi saat itu, menulis surat ke
2009 oleh Bakon Kaltonga, ‘Communique on West papua, Statement Presiden Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, pada 2006
of the Minister for Foreign Affairs and External Trade’, 17 April. meminta dialog damai. Jakarta tidak membalas sehingga Sekretaris
Pada 18 Juni 2010, Parlemen Vanuatu mengeluarkan resolusi untuk Jendral Koalisi meminta lagi dialog pada Nopember 2007. Pada 15
menegaskan dukungan mereka atas kemerdekaan Papua Barat. Oktober 2009, Sekretaris Jendral Koalisi yang baru Rex Rumakiek,
145 Semua pertemuan rekonsiliasi sebelumnya didanai oleh pendukung menulis surat lagi ke presiden meminta perundingan damai. Pada
lokal. Namun, pertemuan di Ipoh dan Port Vila sebagian didanai 6 Agustus 2010, surat terakhir dikirim ke presiden melalui utusan
oleh Yayasan Olof Palme Peace di Stockholm. khusus, Dr. Felix Wanggai, meminta presiden terlibat dalam proses
146 Kelompok Kerja adalah istilah baru untuk Gugus Kerja untuk Damai dialog damai internasional.
dan Rekonsiliasi. Nama tersebut diganti setelah Pertemuan Pemimpin 149 Widjojo, Muridan (2009)., (Ed.)
Port Vila. Tugas utama kelompok ini adalah untuk mempromosikan 150 Pembukaan Petisi kepada Perdana Menteri dan Pemerintah Vanuatu,
rekonsiliasi dan mensosialisasikan kebijakan dan program Koalisi. berisi dukungan Pemerintah Vanuatu untuk Kemerdekaan Papua
147 Korespondensi antara Otto Ondawame dan Dr. Neles Tebay, 5 Mei 2010. Barat, 5 Maret 2010, Port Vila.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


49
Seseorang menjadi orang besar (Ketua) karena Rekomendasi
dia mempunyai kemampuan tertentu contohnya Sebagai hasil kerja LIPI dan Pastor Neles, ide dialog
kemampuan berbicara, kepemimpinan, keahlian sebagai alat pengelolaan konflik menjadi bagian
organisasi, kesejahteraan dan dipercaya dengan dari diskusi publik di Indonesia dan diterima di
tanggung jawab untuk mendeklarasikan perang antara banyak pihak yang berkepentingan di kedua
dan agen perdamaian. Dari sudut pandang budaya, belah pihak sebagai salah satu kunci untuk menye-
Dewan Orang Besar (Dewan Ketua) memainkan lesaikan konflik di Papua. Masyarakat Papua dan
peranan penting dalam penyelesaian konflik. gerakan penolakan menjadi kurang terpecah dan
Orang Melanesia umumnya melakukan pende- lebih siap untuk dialog tulus – dan akan menjadi
katan musyawarah untuk menyelesaikan konflik. lebih siap ketika rekomendasi di atas untuk men-
Walaupun Indonesia juga memakai musyawarah, guatkan kesatuan Papua diimplementasikan.
artinya berbeda antara orang Indonesia dan Semua gerakan harus dijadikan suatu kesatuan.
Melanesia. Dalam pengertian orang Melanesia, Tapi sejauh ini Jakarta sangat keberatan untuk
ini diartikan sebagai proses untuk mengumpulkan terlibat dalam dialog walaupun banyak permintaan
pendapat mengenai solusi. Semua anggota masyarakat untuk perundingan damai dari OPM dan Koalisi.
harus didekati dan didengarkan sehingga mereka Absennya dukungan formal maupun publik dari
merasakan kepemilikan dan pandangannya diper- Presiden Indonesia untuk inisiatif yang disebutkan
timbangkan dalam pengambilan keputusan. Oleh di atas untuk penyelesaian damai atas konflik
karena itu, Koalisi menekankan nilai konsolidasi menjadi tantangan utama. Pemerintah Indonesia
internal sebelum masuk ke dialog potensial dengan perlu mengambil langkahnya sendiri untuk mem-
Indonesia. Kontrasnya menurut pengertian Indonesia, buat dialog menjadi memungkinkan.
melakukan musyawarah berarti cara untuk mencapai
kesepakatan akhir.
Dengan pemikiran tersebut, rekomendasi
Orang Papua secara umum dianggap untuk Pemerintah Indonesia dibawah ini
oleh orang Melanesia sebagai bagian dari dibuat:
1. Pertimbangkan untuk terlibat dalam proses
“keluarga” mereka, berbagi ciri-ciri sosial
dialog untuk menyelesaikan konflik di Papua
dan budaya yang sama. Akibatnya, Barat. Presiden harus mendukung dialog secara
pemerintah Melanesia secara tradisional publik dan menunjuk utusan khusus
dan informal mendukung tujuan Papua. 2. Pertemuan internasional harus dilakukan
sesuai Road Map Papua yang dibuat oleh LIPI.
Orang Papua secara umum dianggap oleh Yang diundang adalah pihak yang percaya bahwa
orang Melanesia sebagai bagian dari “keluarga” konflik Papua dapat diselesaikan dengan dialog.151
mereka, berbagi ciri-ciri sosial dan budaya yang Pertemuan tersebut akan diakhiri dengan reko-
sama. Akibatnya, pemerintah Melanesia secara mendasi yang ditujukan ke Pemerintah Indonesia.
tradisional dan informal mendukung tujuan Papua. 3. Hentikan transmigrasi ke Papua Barat, mengingat
Pemerintah Vanuatu contohnya telah mempromo- sifat kebijakan yang kontroversial dan mengganggu
sikan dengan aktif isu Papua Barat di forum regional terhadap Papua. Kebijakan imigrasi merupakan
dan internasional. Dengan cara yang sama, Papua kesatuan usaha pemerintah Indonesia untuk
Barat sejarahnya ambil bagian di inisiatif politik menjajah Papua Barat.
regional, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan 4. Melakukan proses demiliterisasi Papua Barat
yang diluncurkan selama periode tidak dijajah untuk membangun keyakinan dan kepercayaan
pada 1950an dan awal 1960an. Pada 1950, Papua Barat di antara populasi Papua yang besar. Negara-
adalah anggota pendiri Komisi Ekonomi Pasifik, negara yang memberikan senjata dan perleng-
yang saat ini dikenal sebagai Forum Kepulauan kapan militer ke Indonesia harus berkeras
Pasifik. Lebih lagi, gereja-gereja di Papua Barat bahwa itu tidak digunakan di Papua.
adalah salah satu anggota pendiri Dewan Pasifik
Gereja (sekarang dikenal sebagai Konferensi Pasifik
Gereja) dan berpartisipasi aktif dalam Pacific Games, 151 Pihak yang berkepentingan termasuk peserta dari Papua Barat,
festival seni dan program pertukaran pelajar. Indonesia dan komunitas internasional.

50 Pengelolaan Konflik di Indonesia


5. Membiarkan organisasi kemanusiaan interna-
sional dan wartawan untuk masuk ke Papua
Barat untuk memantau situasi.

Untuk aktor internasional dan regional:


Negara-negara di kawasan regional dan lainnya
harus mempertimbangkan bagaimana mereka
dapat memainkan peran penyelesaian konflik yang
positif. Dalam proses perdamaian Bougainville,
Selandia Baru memperlihatkan bahwa fasilitator
netral bisa sangat efektif. Secara spesifik, fasilitator
netral harus mengatur pertemuan antara delegasi
dari Indonesia dan Papua untuk berdiskusi dan
menyepakati agenda untuk perundingan damai,
termasuk tapi tidak terbatas pada: peserta, kondisi
awal, halangan untuk negosiasi, prinsip-prinsip,
menyamakan dasar, sumber daya untuk negosiasi,
bentuk negosiasi, tempat dan lokasi, komunikasi dan
pertukaran informasi, menetapkan agenda yang
jelas, waktu dan prosedur pengambilan keputusan.152

1. Pemerintah Melanesia dan mereka yang ter-


masuk dalam Forum Kepulauan Pasifik harus
ambil bagian secara aktif untuk mempromosikan
dialog yang damai, proses dekolonisasi dan
mengangkat isu tersebut ke Pengadilan Interna-
sional. Keduanya harus mengambil posisi secara
jelas mengenai status Papua Barat dan meng-
hidupkan kaitan budaya Melanesia sebagai cara
untuk diplomasi budaya.
2. Uni Eropa harus menghentikan dukungan
terhadap Undang-undang Otonomi Khusus
karena tidak memenuhi aspirasi rakyat Papua.
Lebih lanjut, Uni Eropa harus mendukung
sepenuhnya proses dialog yang dapat menuju
hasil yang adil dan tidak bias.
3. Amerika, Belanda dan PBB mempunyai tang-
gung jawab moral, dan mungkin juga hukum,
terhadap rakyat Papua Barat. Oleh karena itu
adalah pantas bila mereka mempertimbangkan
untuk lebih aktif dalam mengembalikan kehor-
matan dan hak asasi manusia rakyat Papua
Barat. Mereka harus meminta referendum yang
asli sesuai dengan undang-undang internasional
dan dibawah pengawasan PBB.

152 Bloomfield, David and Nupen, Charles, “Negotiation Process”,


Dalam Harris, Peter dan Reilly, Ben (Eds.), Democracy and Deep-
Rooted Conflict: Options for Negotiations, (Stockholm: IDEA, 1998),
hal. 114-118.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


51
Studi Kasus Tiga

Konflik kekerasan dan yang diungkapkan oleh seorang mantan wakil bupati,
“Konflik di Poso bukan karena agama. Selama konflik
pengelolaannya di Poso, seseorang membakar gereja-gereja dan mesjid-mesjid
Sulawesi Tengah untuk memperpanjang konflik. Untuk apa? Makin lama
kerusuhannya, makin banyak uangnya. Seseorang
mendapatkan keuntungan dari konflik ini.” 155
Pendahuluan Suatu hal yang menjadi perdebatan khusus
Konflik kekerasan komunal di Poso dimulai pada adalah siapa yang menjadi bupati. Kebiasaan yang
24 Desember 1998: Malam Natal dan bulan Ramadan. berlaku di Poso adalah untuk mengisi posisi tersebut
Walaupun urutan kejadiannya diperdebatkan, dengan umat Kristen dan Muslim secara bergantian,
kebanyakan menyatakan dimulai dengan adanya sesuatu yang tidak dilakukan oleh bupatinya, Arif
3 pemuda Kristen yang mendatangi mesjid Darus- Patanga yang adalah seorang Muslim.156
salam di kampung Sayo dan memukul seorang Setelah kekerasan selama seminggu itu, hanya
pemuda di dalam mesjid pada tengah malam ada beberapa serangan yang dilakukan baik oleh
tanggal 24 Desember menjelang dini hari tanggal umat Kristen maupun Muslim hingga April 2000,
25 Desember.153 Kejadian ini membuat umat Muslim yang menandai dimulainya konflik tahap kedua.
merasa terancam dan mereka menyerang rumah Jeda kekerasan ini dikarenakan adanya pemilihan
warga Kristen. Berita ini cepat tersebar dan banyak umum nasional di Juni 1999 dan pemilihan bupati
orang berusaha masuk kota Poso dari daerah seke- di Oktober 1999, di mana elite politik berusaha
lilingnya. Umat Muslim datang dari Tokorondo, mendapatkan dukungan dari kedua komunitas.
Parigi dan Ampana, sedangkan umat Kristen yang Pada 16 April 2000, terjadi perkelahian antara
dipersenjatai parang datang dari Sepe, Silanca dan pemuda Muslim dan Kristen di terminal bis Poso
Tentena. Kerusuhan berlanjut hingga tanggal di kampung Lombogia, daerah yang di dominasi
29 Desember, meluas melewati perbatasan kota dan umat Kristen. Umat Muslim mulai menyerang rumah
masuk ke kota-kota disepanjang 3 jalan jalur utama.154 di Lombogia dan membakar gereja utamanya.
Walaupun konflik ini mencerminkan perpecahan Umat Kristen melakukan pembalasan. Tahap
keagamaan, namun juga dipicu oleh elit setempat ketiga konflik dimulai di bulan Mei 2000 ketika
yang diduga mendorong kekerasan tersebut. Seperti kelompok Kristen yang dikenal sebagai Pasukan

153 Ecip, Sinansari, Rusuh Poso Rujuk Malino, (Jakarta: Cahaya Timur,
2002). Lihat juga: Lasahido, Tahmidy, Suara dari Poso, Kerusuhan, 155 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan mantan wakil
Konflik dan Resolusi, (Jakarta: YAPPIKA, 2003); Karnavian, Tito, Bupati, Poso, 12 Maret 2010.
Indonesian Top Secret, Membongkar Konflik Poso, (Jakarta: Gramedia 156 Aditjondro, George, Kerusuhan Poso dan Morowali, Akar Permasalahan
Pustaka Utama, 2008). dan Jalan Keluarnya, (Jakarta, ProPatria 2004); Arianto, Sangaji
154 Lasahido, Tahmidy, Suara dari Poso, Kerusuhan, Konflik dan Resolusi, (2005), Rumput Kering di Balik Anyir Darah Konteks Etno Religius dari
(Jakarta: YAPPIKA, 2003). Tragedi Kemanusiaan Poso, (Palu: Yayasan Tanah Merdeka, 2005).

52 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Aparat keamanan dan penduduk, tampak belakang, mengamati puing-puing yang hangus dari toko-toko milik penduduk Kristen yang dibakar oleh
kelompok-kelompok Muslim di Poso pada 6 Desember 2001. © AP Photo/str

Kelelawar atau ninja yang dipimpin oleh Fabianus oleh pemerintah provinsi, pejabat kabupaten Poso dan
Tibo membunuh 3 orang di kampung Mo-Engko. 4 Gubernur di Sulawesi – tapi hanya sedikit hasilnya.
Kekerasan meningkat secara signifikan ketika Pada April 2001, kemarahan yang memuncak
serangan dilakukan ke kampung Situwu Lemba, dari komunitas Muslim terlihat dengan permintaan
atau dikenal sebagai Kilo Sembilan. Kelurahan ini mereka untuk hukuman mati atas 3 orang Kristen
adalah daerah transmigrasi suku Jawa Muslim dan – Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus
mempunyai pesantren bernama Wali Songo. Sekitar Dasilva – yang dituduh terlibat dalam penyerangan
70 orang dibunuh atau hilang dalam penyerangan Kilo Sembilan. Kelompok ekstrim dari luar Poso
tersebut. Kota Poso menjadi target dan membuat juga mengeluarkan amarahnya dan pada Juli 2001,
banyak Muslim mengungsi dari kota. Penyerangan beribu-ribu anggota Laskar Jihad (kaum militan
Kilo Sembilan memicu umat Muslim disekitarnya Muslim yang berbasis di Jawa) tiba di Poso, menandai
untuk angkat senjata. Hal ini juga membuat tentara dimulainya tahap keempat dari konflik. Keterlibatan
Indonesia menurunkan lebih banyak anggotanya.157 mereka di konflik ini mengubah dinamikanya,
Pada Agustus 2000, Presiden Abdurrahman memberikan tambahan yang signifikan untuk
Wahid diundang oleh empat Gubernur Sulawesi umat Muslim, yang menyerang dan membakar
untuk pertemuan damai, mengumpulkan 14 ketua perkampungan Kristen disekitar kota Poso. Konflik
adat dari kabupaten Poso. Inisiatif yang dikenal ini menjadi sangat satu pihak sekarang.
sebagai Rujuk Sintuwu Maroso ini diselenggarakan Pada Desember 2001, serangan yang dikoordinasi
oleh kelompok-kelompok Muslim terjadi di beberapa
kampung, dari Betalembah ke Sanginora, menandai
157 Ecip, Sinansari (2002), hal. 20-23. dimulainya tahap kelima dari konflik. Pemerintah

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


53
Gambar 1: Peta Poso

Sumber : Kantor Regional OCHA untuk Asia-Pasifik.

pusat mengirim 2000 petugas untuk mencoba ke Tanah Runtuh, yang merupakan markas Laskar
mengatasi kekerasan di Poso, sehingga total petugas Mujahidin dan Laskar-laskar setempat, yang
keamanan menjadi sekitar 3500 didaerah itu. Pada merupakan daerah yang dihindari sebelumnya.158
saat yang sama, Pemerintah menggagasi pembic- Namun, kenyataan bahwa konflik yang bertahun-
araan politik yang memuncak menjadi Deklarasi tahun ini telah menjadikan komunitas tersebut
Damai Malino (Malino I) yang ditandatangani terpisah – di mana Muslim berpusat disekitar
tanggal 21 Desember 2001 oleh para pemimpin Poso dan Kristen disekitar Tentena – juga telah
Muslim dan Kristen. Deklarasi ini menyerukan menghilangkan motivasi dan kemampuan untuk
semua pihak untuk mengakhiri semua kekerasan, melakukan penyerangan.
dan walaupun ada kekurangannya, mempunyai
beberapa hasil. Bentrokan langsung antara dua
komunitas ini berkurang, walaupun kadang-kadang Latar belakang Sejarah
masih terjadi pemboman dan penembakan yang Poso mempunyai sejarah panjang di mana beberapa
sebagian besar dilakukan oleh kelompok Muslim. komunitas agama tinggal berdampingan – dalam
Ketiga orang Kristen yang dicurigai melakukan ketegangan namun tanpa kekerasan berarti. Islam
penyerangan Kilo Sembilan diadili pada September masuk ke perairan Poso melalui pedagang Muslim
2006, yang akhirnya memicu protes yang berakibat dari Bugis dan Arab, sedangkan penduduk di dataran
kekerasan. tinggi tetap tidak beragama. Pada akhir 1800,
Keberhasilan mengurangi kekerasan ini sebagian Belanda melebarkan penjajahan ke wilayah ini dan
dikarenakan petugas keamanan, yang kepercayaannya
bertambah setelah Malino I ditandatangani dan
menjadi makin bertekad untuk menahan mereka 158 Kelompok-kelompok ini memperpanjang konflik Poso dengan serangan
bom tambahan. Kesepakatan Malino adalah titik balik konflik namun
yang melakukan penyerangan. Kemungkinan pun- bukan merupakan akhirnya, yang baru tercapai setelah penyerangan
cak semuanya ini adalah serangan polisi pada 2007 ke Tanah Runtuh.

54 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Kotak 1: Kronologi konflik Poso159

Tahap pertama

1998 Desember Kerusuhan dimulai waktu malam Natal, selama bulan Ramadan, berlangsung selama 3 hari.

1999 Juni Pemilihan Umum di Indonesia.

Oktober Kabupaten Morowali dibentuk dari sebagian kabupaten Poso. Bupati dan wakil bupati baru
dipilih, dan keduanya adalah Muslim.

Herman Parimo, seorang pemimpin Kristen yang disegani, dibawa ke pengadilan dan dihukum
penjara 15 tahun atas perannya memprovokator konflik pada 1998.
Agfar Patanga, adik dari bupati Arif Patanga dihukum 6 bulan penjara untuk perannya.

Yahya Patiro, calon bupati, di serang di Hotel Wisata di kota Poso.

Tahap kedua

2000 April Perkelahian antara pemuda Muslim dan Kristen dimulai di terminal bus Poso di Lombogia,
berkembang menjadi kerusuhan yang membuat sejumlah besar umat Kristen mengungsi.

Tahap ketiga

2000 Mei Sekelompok Kristen yang dipimpin oleh Fabianus Tibo menuju kota Poso dan membunuh 3
orang di kampung Mo-Engko. Sebuah pesantren di Kilo Sembilan diserang, mengakibatkan
lebih dari 70 orang wafat. Banyak orang yang mengungsi dari kota Poso.

Juni Konflik menyebar luas keseluruh Poso.

Agustus Presiden Wahid mengunjungi Poso. Upacara Rujuk Sintuwu Maroso untuk rekonsiliasi diadakan.

2001 April Umat Muslim meminta hukuman hati untuk 3 orang Kristen yang dituduh terlibat dalam serangan
di Kilo Sembilan.

Juni 3 orang Kristen yang terlibat dalam serangan di Kilo Sembilan dibawa ke pengadilan.

Tahap keempat

2001 Juli Umat Kristen bergerak dari Tentena ke Poso menuntut agar tanahnya dikembalikan ke mereka.
Serangan di Buyung Katedo menyebabkan 14 orang Muslim meninggal, memicu pembalasan
dari umat Muslim di kota Poso. Laskar Jihad tiba di Poso.

Tahap kelima

2001 Desember Penduduk kampung Tabalu menyerang kampung-kampung dari Betalembah sampai Sanginora.
Deklarasi Damai Malino (Malino I) di negosiasikan

Tahap setelah Malino I

2002 Ledakan bom dan serangan tembakan terjadi secara tersebar di kabupaten Poso sepanjang tahun.

2003 Desember Kabupaten Tojo una-una dibentuk dari bagian kabupaten Poso.

2003–2004 Beberapa serangan misterius terjadi di beberapa kampung. Pemboman terjadi di Poso.

2005 Mei Sebuah bom meledak di sebuah pasar di Tentena, merupakan serangan terbesar dijenisnya.

Agustus Sebuah serangan misterius terjadi di kampung Sepe-Silanca menyebabkan lima orang meninggal.

Oktober Tiga pelajar SMA Kristen dipenggal kepalanya.

2006 September Pemimpin Kristen, Fabianus Tibo dan dua orang lainnya yang dituduh mempimpin serangan
Kilo Sembilan, dijatuhi hukuman.

Oktober Polisi mengumumkan daftar 29 orang yang diduga terlibat konflik.

2007 Januari Operasi pertama dan kedua polisi terhadap kelompok teroris dilakukan.

159 Penjelasan detil tentang 5 tahap konflik Poso dapat dilihat: Lasahido, Tahmidy (2003); and Ecip, Sinansari, (2002).

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


55
Photo reruntuhan dari kampung yang dibakar di Poso, 8 December 2001.
REUTERS/STR New

agama Kristen diperkenalkan, terutama di daerah tinggi dan perairan, namun hanya sedikit hasilnya.160
dataran tinggi. Perpindahan agama mereka mem- Poso menjadi semakin beragam etnisnya selama
buat mereka mendapatkan status yang lebih baik era Soeharto karena migrasi spontan dari Sulawesi
di antara orang Belanda. Pusat Gereja Kristen Selatan dan transmigrasi yang disponsori pemerintah
Reformasi didirikan di Tentena disekitar danau dari Jawa dan Bali yang dimulai sejak awal 1950an.
Poso. Orang asli Poso dikenal sebagai Pamona. Di Jalan layang Trans-Sulawesi yang menghubungkan
Tentena, komunitas asli bersatu karena pengalaman Sulawesi Utara dan Selatan memfasilitasi migrasi,
penjajahan yang sama dan jaringan gereja yang terutama bagi mereka yang datang secara sukarela
kuat. Identitas Pamona menjadi kompleks dan diluar program transmigrasi pemerintah pusat. Banyak
diperdebatkan – awalnya merupakan kelompok orang Bugis dari Sulawesi Selatan pergi ke Poso pada
yang berdasarkan geografis dan bahasa di daratan 1980an karena kesempatan di perdagangan coklat.
tinggi, tetapi karena daerah perairan menjadi Muslim Pada 1997, hampir duapertiga penduduk Poso adalah
dan daerah dataran tinggi menjadi Kristen, dimensi Muslim dan sepertiga adalah Kristen. Institusi politik
keagamaan Kristen juga dipakai. Maka pengalaman menjadi semakin didominasi oleh umat Muslim.
penjajahan menghasilkan identitas berorientasi sekitar Ketika kebijakan nasional berpihak kepada Islam
agama, juga mengarahkan ke komunitas-komunitas pada akhir dekade Orde Baru, hal ini memperdalam
yang semakin terpisahkan secara geografis. persepsi komunitas terhadap keberpihakkan
Selama jaman Soeharto, istilah Pamona yaitu
Sintuwu Maroso (‘Kuat ketika bersatu’ atau ‘Kesatuan
160 Aragon, Lorraine, “Kekerasan gabungan di Poso, Sulawesi Tengah;
yang Kuat’) dipropagandakan oleh Pemerintah di mana orang makan ikan dan ikan makan orang”, Indonesia,
sebagai usaha untuk menyatukan penduduk dataran Volume 72 (2001), hal.71.

56 Pengelolaan Konflik di Indonesia


ekonomi dan politik terhadap Muslim dimasa lalu dan komunitas. Para wakil umat Kristen dan Muslim
dan menimbulkan diskriminasi untuk Kristen pada menandatangani deklarasi yang meminta mereka
saat ini dan masa depan. yang bukan dari kota Poso untuk kembali ke kam-
Dengan bertambahnya jumlah pendatang Muslim, pungnya dan agar komunitas Kristen dan Muslim
dan meningkatnya dominasi mereka disektor ekonomi, tidak memimbulkan gangguan. Kelompok ini juga
ketegangan antara dua komunitas agama tersebut memutuskan untuk membatasi penjualan alkohol
bertambah, terutama mengenai kekuatan politik. di kabupaten Poso untuk meminimalkan kekerasan,
Walaupun ketegangan antara umat Muslim dan karena umat Muslim sebelumnya telah menyerang
Kristen telah berkembang sebelum 1998, kekerasan toko, hotel dan restoran yang ditemukan menjual
terbuka masih jarang, selain sebuah serangan oleh alkohol. Pada 27 Desember, Arif Patanga dan yang
kelompok pemuda Kristen kampung Madale yang lainnya yang terlibat dalam MUSPIDA pergi ke daerah
merusak mesjid dan sekolah Islam di kampung di mana orang-orang berkumpul untuk menyerukan
Tegalrejo pada 1995. Ketegangan tersebut bisa mengakhiri kekerasan. Pemimpin keagamaan Islam
diatasi dengan baik oleh polisi dan militer.161 dan Kristen merangkul satu sama lain sebagai tanda
kerjasama didepan umum. MUSPIDA ini mengh-
entikan kekerasan untuk sementara.163
Inisiatif penyelesaian konflik Inisiatif pemerintah kabupaten tidak akan
berhasil tanpa keterlibatan aktif dari pemimpin
Inisiatif pemerintah setempat
komunitas setempat – tentu saja, peran pemerintah
Ada banyak inisiatif pengelolaan konflik yang setempat adalah lebih untuk mengumpulkan para
dilakukan oleh elite provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan dan memfasilitasi diskusi
individu – yang kebanyakan tidak efektif karena untuk menghentikan kekerasan. Tugas ini diper-
sedikitnya koordinasi antara pemerintah provinsi mudah karena fakta bahwa pada tahap konflik ini
dan kabupaten. Sebagai akibatnya adalah kegagalan tidak ada kelompok radikal atau petugas keamanan
untuk menggabungkan kelebihan yang dimiliki dari luar Poso yang terlibat. Lebih sedikit kepent-
oleh pemerintah provinsi (sumber daya keuangan) ingan yang dipertaruhkan pada saat ini. Tindakan
dan pemerintah kabupaten (jaringan setempat kekerasan tidak direncanakan, seperti terbukti
yang luas dan pengetahuan geografis). dengan penggunaan senjata tradisional (berbeda
dengan senjata api yang dipergunakan pada tahap
Inisiatif pemerintah kabupaten tidak akan belakangan konflik ini.)164
berhasil tanpa keterlibatan aktif dari Pada tahap kedua konflik, polisi berada di antara
kedua kelompok Muslim dan Kristen, tetapi dalam
pemimpin komunitas setempat – tentu
usaha yang sia-sia untuk menghentikan kekerasan,
saja, peran pemerintah setempat adalah akhirnya malah menembaki kedua belah pihak.
lebih untuk mengumpulkan para pemangku Karena umat Muslim yang melakukan lebih banyak
penyerangan, lebih banyak jatuh korban dipihak
kepentingan dan memfasilitasi diskusi
mereka sehingga memperburuk ketegangan.
untuk menghentikan kekerasan. Tambahan sebanyak 200 petugas keamanan
diturunkan dari Palu.165 Pada 18 April, Gubernur
Pada tahap pertama konflik, bupati Arif Patanga Sulawesi Tengah mengunjungi Poso dan menyerukan
mengadakan beberapa pertemuan termasuk ketenangan.
pertemuan penting Musyawarat Pimpinan Daerah
(MUSPIDA) setelah terjadi kerusuhan pada malam
tanggal 24 Desember 1998. Pertemuan tersebut
diadakan pada 25 Desember malam untuk 163 Ecip, Sinansari (2002), hal.9-10; Wawancara Johari Efendi & Akiko
Horiba dengan Yahya Mangun, pemimpin Muslim di Lawanga, Kota
mempertimbangkan cara mengatasi kekerasan.162 Poso, Poso, 10 Maret 2010.
Pertemuan ini diikuti oleh parlemen setempat, 164 Wawancara Johari Efendi dengan Daud Somba, pekerja LSM di Poso,
militer, polisi, pengacara, hakim, pemimpin agama Poso, 10 Desember 2010.
165 Sebelum konflik dimulai, ada 200 petugas keamanan di Poso.
Tambahan sebanyak 300 polisi diturunkan segera setelah tahap
pertama konflik. Pada 17 April, tambahan 100 tentara dan 100 polisi
161 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.40. diturunkan, sehingga total petugas keamanan menjadi 700. (2002),
162 Karnavian, Tito (2008), hal.53. hal. 15.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


57
Pertemuan-pertemuan antara pemimpin mengetahuinya, meskipun mereka diharapkan
komunitas dan pejabat pemerintah kabupaten seharusnya mengetahui rencana tersebut. Polisi
terjadi antara tanggal 17 dan 23 April 2000.166 Pada yang berusaha memasuki Poso dari daerah
pertemuan pertama disetujui bahwa semua pihak Makassar dihambat dengan batang-batang kayu
harus bekerja sama untuk menghindari masuknya yang diletakkan di jalan.
orang dari luar Poso, sedangkan pada pertemuan Sebagai tanggapan, pemerintah setempat dan
kedua, umat Muslim meminta penarikkan Brigade petugas keamanan mengadakan pertemuan gabungan
Mobil (BRIMOB) karena peran mereka yang tidak pada 12 Juni 2000 yang terdiri dari mereka yang
membangun. Konflik ini menjadi lebih susah terlibat dalam MUSPIDA sebelumnya dan para
dikendalikan dibanding tahap pertama. Seperti peminpin agama. Mereka meminta kedua pihak
pernyataan seorang mantan wakil bupati berikut ini: komunitas Kristen dan Muslim untuk menyerahkan
senjatanya pada 15 Juni. Tidak ada senjata yang
“Kerusuhan pertama terjadi dari tanggal
diserahkan.170
25 hingga 27 Desember 1998. Dalam satu Inisiatif lain termasuk pertemuan empat
minggu kerusuhan berhenti. Kami bereaksi Gubernur Sulawesi di Manado yang menghasilkan
dengan cepat dan dapat mengendalikan situasi 6 hal kesepakatan.171 Para Gubernur tersebut
dengan berkoordinasi dengan pemimpin kemudian menerbitkan pernyataan pada saat
kampung dan agama setempat. Namun, pertemuan tahunan di bulan Agustus 2000,
ketika kekerasan terjadi lagi di bulan April menekankan bahwa konflik adalah musuh bersama
2000, banyak elemen luar yang terlibat dalam rakyat Sulawesi dan memutuskan untuk mengun-
konflik ini.” 167 dang Presiden Wahid ke Poso. Setelah pertemuan
Elemen-elemen luar dalam konteks ini merujuk tersebut, Gubernur Sulawesi Tengah mengunjungi
ke masalah politik, terutama kekecewaan komuni- Presiden Wahid untuk meminta bantuan beliau
tas Kristen karena tidak mendapat posisi dalam dan mengundangnya ke Poso, yang diterima oleh
pemilihan bupati. Pada 19 April, bupati Poso, Presiden. Menjadi perdebatan kemudian antara para
anggota MUSPIDA dan pemimpin-pemimpin Gubernur dan pejabat di Poso adalah bagaimana
Muslim berkeliling kabupaten untuk meminta sebaiknya menyambut Presiden. Para Gubernur
rakyat agar tenang dan kembali ke kampungnya. sepakat dengan ide menggunakan adat172 dan
Pada saat pertemuan lain antara para pemimpin melakukan upacara rekonsiliasi berbasis komunitas
setempat dan pemerintah kabupaten diadakan yang tradisional. Para Gubernur membentuk
pada 23 April, kekerasan massal telah surut.168 kelompok yang terdiri dari 13 ketua dewan adat
Namun, ketika kekerasan baru terjadi pada bernama Rujuk Sintuwu Maroso atau ‘Membangun
Mei 2000 pada tahap ketiga konflik, banyak senjata Kesatuan yang Kuat’.
modern dipergunakan dan lebih besar koordinasi Pada 22 Agustus 2000, Presiden Wahid datang
dan perencanaan serangan.169 Pada 24 mei, kelompok ke Poso dan kesepakatan Rujuk Sintuwu Maroso
Kristen datang dari selatan dan sekitar Tentena dibacakan didepan Presiden menggunakan bahasa
memasuki dan menyerang Poso dari lima arah Pamono. Namun tidak semua pihak teridentifikasi
yang berbeda termasuk kampung Mo-Engko dan dengan penggunaan adat, bahasa Pamona dan 13 ketua
Kilo Sembilan. Ketika pemerintah kabupaten di adat yang dipilih – terutama pendatang dari Jawa
Poso bertanya ke pemerintah wilayah di Tentena dan Bugis – dan oleh karenanya kesepakatan ini
mengenai kebenaran isu mengenai serangan yang
akan datang tersebut, pejabat Tentena menyangkal
170 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.63.
171 Pertemuan tersebut terjadi tanggal 28 Juli 2000 dan dihadiri oleh
empat Gubernur Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
166 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.50. Lihat juga: Ecip, Sinansari (2002),
Selatan dan Sulawesi Tenggara.) Enam hal yang disepakati adalah
hal.96.
(1) menjadi bebas dari segala macam konflik (2) mengadakan pertemuan
167 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan mantan wakil lanjutan di Tentena (3) meminta bantuan Presiden (4) meminta
bupati Poso, Poso, 10 Maret 2010. bantuan dari donor internasional (5) melibatkan pemimpin informal
168 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin dll (2005), Hubungan Negara dalam proses rekonsiliasi di setiap tingkat dan (6) menyediakan bantuan
dan Masyarakat dalam Resolusi Konflik di Indonesia, Daerah Konflik psikologi untuk pengungsi. Ecip, Sinansari (2002), hal. 97.
Sulteng, Maluku dan Malut, (Jakarta: LIPI Press, 2005). Lihat juga: 172 Adat adalah kumpulan hukum kebiasaan atau aturan tradisional yang
Ecip, Sinansari (2002),hal.96. tidak tertulis yang mengatur kebiasaan sosial, politik dan ekonomi,
169 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin dll. (2005), hal.43. juga penyelesaian perselisihan.

58 Pengelolaan Konflik di Indonesia


hanya sedikit artinya bagi mereka. Penggunaan ono) dan Menteri Koordinasi Kesejahteraan
adat adalah tidak tepat pada tingkat tertentu, karena Masyarakat (Jusuf Kalla) dan Menteri Pertahanan
adalah pemimpin agama bukan pemimpin adat (Abdul Jalil). Beliau meminta pemerintah untuk
yang lebih terlibat aktif dalam konflik. Yang lebih mengatasi konflik di Poso dan karena posisinya
penting, pemimpin adat lebih terpusat pada sub-etnis yang tinggi di gereja, diartikan sebagai tanda bahwa
tertentu daripada secara geografis. Maka ketika komunitas Kristen secara luas lebih siap untuk
13 ketua adat dipilih untuk mewakili 13 wilayah perdamaian. Hal ini tidak mengherankan karena
dan membentuk dewan adat, hal ini tidak sesuai komunitas Kristen adalah pihak yang lebih banyak
dengan kebiasaan tradisional. Setelah kunjungan menerima serangan belakangan ini.174
presiden, pemerintah provinsi membentuk tim Jusuf Kalla yang berasal dari Sulawesi dan
rekonsiliasi Rujuk Sintuwu Maroso tapi inisiatif mempunyai jaringan yang kuat disana, mengirimkan
ini kurang diterima oleh bupati Poso sehingga tim kecil ke Poso dan Tentena untuk menilai situasi
gagal memberikan kemajuan. dan memilih sepuluh umat Kristen dan sepuluh
Pemerintah provinsi juga meminta pemerintah Muslim yang akan diajak konsultasi.175 Pada
pusat untuk mengadakan pemekaran. Di dalam 14 Desember 2001, Jusuf Kalla bertemu kelompok
kabupaten Poso, kabupaten Morowali dibentuk pada kecil ini secara terpisah di Makassar dan memberikan
Oktober 1999 dan Tojo una-una pada Desember 3 opsi: membiarkan konflik terus berlangsung,
2003. Walaupun hal ini merupakan hasil perebutan menggunakan kekuatan keamanan untuk
sumber daya di antara para elite dan perwujudan mengambil tindakan atau membiarkan Pemerintah
keinginan kelompok etnis berbeda untuk mengatur memfasilitasi kesepakatan damai.176 Ketika diberikan
dirinya sendiri – dan bukan merupakan strategi pilihan seperti itu, kelompok-kelompok tersebut
pengelolaan konflik – namun mempunyai efek memilih untuk negosiasi damai dan lalu Jusuf Kalla
penting pada konflik. memutuskan untuk mengadakan perundingan
Politik di Poso telah menjadi perebutan antara damai melibatkan 25 umat Muslim dan 23 Kristen.
tiga kelompok: yang berasal dari Tojo, Bungku dan
Pamona.173 Ketika Poso masih merupakan satu daerah
Fakta bahwa konflik ini telah meluas
kekuasaan yang besar, kompetisi tiga kelompok ini
sangat kuat – namun setelah dipisahkan menjadi melibatkan kelompok radikal seperti Laskar
3 daerah melalui pemekaran, tiap daerah mempu- Jihad juga meningkatkan kekhawatiran
nyai kekuasaan atas daerahnya sendiri. Pemekaran
internasional.
menciptakan kesempatan kerja dan posisi politik,
yang memberikan para elite pada khususnya jalan
Penerimaan Pemerintah yang hangat mungkin
mencapai kekuasaan selain melalui konflik. Banyak
sebagian karena ditekan oleh Amerika (dalam
orang meninggalkan Poso dan kembali ke daerahnya
bulan-bulan setelah serangan 11 September 2001)
untuk terlibat dalam pemerintahan setempat yang
untuk mengambil tindakan atas kelompok radikal
baru dibentuk.
Muslim. Untuk tingkat tertentu, hal ini mendorong
Pemerintah Indonesia memperlihatkan komitmen
Inisiatif pemerintah pusat serius untuk mengatasi konflik, terutama karena
Salah satu inisiatif penyelesaian konflik pemerintah militer Amerika pernah terlihat aktif di Mindanao
pusat yang paling berarti adalah Deklarasi Damai di Filipina, dekat Sulawesi.177
Malino pada Desember 2001, atau sering disebut
sebagai Malino I. Dari sejak dimulai hingga selesainya,
keseluruhan proses ini memakan waktu kurang 174 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.28-29.
175 Ecip Sinansari (2002), hal.89. Lihat juga: Syafuan Rozi, Dhurorudin
dari dua bulan. Pada November 2001, pemimpin
Mashad, dll. (2005), hal.47.
Kristen yang terkemuka, Pastor Tubondo, datang 176 Ecip, Sinansari (2002), hal.85-86. Ketiga opsi ini dipresentasikan
ke Jakarta menemui Menteri Koordinasi Politik, sedikit berbeda disumber lain, seperti Adi Susilo, Taufik, Membaca
Hukum dan Keamanan (Susilo Bambang Yudhoy- JK Biografi Singkat Jusuf Kalla, (Yogyakarta: Garasi House of Book,
2010). Buku ini menyatakan bahwa ketiga opsi Jusuf Kalla adalah:
memberikan senjata dan amunisi kepada kedua belah pihak yang
bersengketa untuk membunuh satu sama lain, menambah militer
173 Tokoh-tokoh penting meliputi: Arif Patanga dari Tojo; Abdul Muin ke daerah konflik, atau membiarkan Pemerintah dapat memfasilitasi
Pusadan dari Bungku; serta Yahya Patiro dan Eddy Bungkudapu negosiasi damai.
dari Pamona. 177 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.109-110.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


59
Muslim lebih bersifat dari atas ke bawah dan
Kotak 2: Sepuluh poin dalam bermasalah (menggambarkan betapa rapuh dan
Deklarasi Malino I tersebarnya kepemimpinan di komunitas Muslim)
dan dari ke 25 wakil Muslim, 12 orang berasal dari
1. Menghentikan semua bentuk konflik dan perselisihan.
Palu, ibukota provinsi yang hampir tidak tersentuh
2. Menaati semua bentuk dan upaya penegakkan hukum konflik. Hanya satu wanita dari Poso dari pihak
dan mendukung pemberian sanksi hukum bagi siapa Muslim yang terlibat perundingan damai.
saja yang melanggar.
Setelah para wakil selesai ditunjuk, Malino I
3. Meminta aparat negara bertindak tegas dan adil dilaksanakan dalam pertemuan tiga hari. Pada
untuk menjaga keamanan. hari pertama, umat Kristen dan Muslim tiba di
4. Untuk menjaga terciptanya suasana damai, menolak Makassar, Sulawesi Selatan, tapi tinggal di hotel yang
memberlakukan darurat sipil serta campur tangan berbeda. Mereka dibawa ke Malino, 70 km dari
pihak asing. Makassar pada hari kedua, di mana pemerintah
5. Menghilangkan seluruh fitnah dan ketidakjujuran memberikan mereka naskah kesepakatan. Diskusi
terhadap semua pihak dan menegakkan sikap saling dilakukan untuk membicarakan apa yang akan
menghormati dan memaafkan satu sama lain, demi diubah dalam naskah tersebut, namun kedua
terciptanya kerukunan hidup bersama.
kelompok tidak pernah bersama-sama di dalam
6. Tanah Poso adalah bagian integral dari Republik satu ruang. Naskah yang baru diberikan dan
Indonesia. Karena itu, setiap warga negara memiliki
ditandatangani pada hari ketiga.179 Tidak mengher-
hak untuk hidup, datang, dan tingal secara damai
dan menghormati adat istiadat setempat.
ankan bila proses yang cepat ini membuat penerimaan
yang kurang bahkan dari para pemimpin yang
7. Semua hak-hak dan kepemilikan harus dikembalikan
menanda tangani kesepakatan, apalagi komunitas
kepada pemiliknya yang sah, sebagaimana adanya
sebelum konflik dan perselisihan berlangsung.
yang mereka wakili.
Menindak lanjuti Deklarasi Malino I, para
8. Mengembalikan seluruh pengungsi ke tempat asal
pemimpin yang menandatanganinya membentuk
masing-masing.
Kelompok Kerja Malino (Pokja Malino) ditingkat
9. Bersama pemerintah melakukan rehabilitasi sarana provinsi, kabupaten dan wilayah. Ditingkat pemer-
dan prasarana ekonomi secara menyeluruh.
intah pusat, Menteri Koordinasi Kesejahteraan
10. Menjalankan syariat agama masing-masing dengan Rakyat (Menko Kesra) dan Menteri Koordinasi
cara dan prinsip saling menghormati dan menaati Politik dan Keamanan (Menko Polkam) membentuk
segala aturan yang telah disetujui, baik dalam bentuk
Komisi Pemantauan Pelaksanaan Deklarasi Malino.
undang-undang maupun peraturan pemerintah dan
ketentuan lainnya.
Mandat Pokja Malino ditentukan oleh pemerintahan
provinsi tanpa konsultasi dengan para bupati atau
para wakil komunitas. Tugasnya terbatas untuk
menyebarluaskan isi Malino I melalui penyebaran
Fakta bahwa konflik ini telah meluas melibatkan brosur dan menjangkau tempat-tempat keagamaan.
kelompok radikal seperti Laskar Jihad juga mening- Idealnya Pokja Malino diberikan mandat yang
katkan kekhawatiran internasional. Pernyataan dari lebih besar termasuk inisiatif rekonsiliasi seperti
Hendro Priyono, kepala Badan Intelijen Negara memfasilitasi kembalinya pengungsi.
bahwa Poso adalah rumah tempat latihan teroris, Publik kurang mendapat informasi yang jelas
mendapat perhatian khusus.178 mengenai mandat dan anggaran yang dialokasikan
Di dalam komunitas Kristen, pertemuan para untuk Pokja Malino dan mengira mereka mempunyai
pemimpin komunitas diadakan di Tentena untuk otonomi lebih, padahal faktanya adalah anggaran
memutuskan para wakil yang akan dikirim ke dikontrol oleh pemerintah provinsi. Dilaporkan
perundingan damai Malino. Ke 23 delegasi tersebut bahwa pemerintah provinsi mengalokasikan anggaran
berasal dari semua daerah konflik dan meliputi Malino I untuk petugas keamanan dan beragam
para wakil dari akademisi, pemuda, dan para pem- badan pemerintah. Seorang akademisi yang ikut
impin agama. Dua wanita Tentena dari komunitas menandatangani deklarasi Malino menyatakan bahwa:
Kristen berpartisipasi dalam perundingan damai
ini. Proses pemilihan para wakil dari komunitas
179 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan dosen Universitas
Kristen Tentena yang merupakan wakil komunitas Kristen dalam
178 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.70. perbincangan Malino, Poso, 12 Maret 2010.

60 Pengelolaan Konflik di Indonesia


“Rakyat Poso mempunyai pandangan yang Menko Kesra memberikan Rp.58 milyar kepada para
buruk atas Pokja Malino karena mereka bupati pada tingkat kabupaten. Namun Menko
mengira ada banyak uang namun tidak ada Kesra tidak memberikan rekomendasi mengenai
implementasi yang terlihat. . . rakyat mengira cara penggunaan dana tersebut. Terjadi salah
uangnya hilang karena korupsi. Namun, perkiraan kemampuan pemerintah kabupaten
faktanya adalah hampir semua anggaran itu yang cenderung meningkatkan pengeluaran untuk
tidak dialokasikan untuk Pokja Malino, tapi aktivitas yang tidak berhubungan dengan konflik,
untuk petugas keamanan dan beberapa seperti seragam Hansip, daripada mengembangkan
departemen. Pokja Maliona tidak punya proyek usaha perdamaian.
cukup uang. Seharusnya Pokja Malino adalah Pada 2007, Menko Kesra menyiapkan anggaran
organisasi independen. Kami menginginkannya lain untuk rehabilitasi dan rekonstruksi di Poso
terpisah dari pemerintah.” 180 sekitar Rp.18 milyar. Namun kali ini Menko Kesra
tidak mendistribusikan bantuan tersebut melalui
Inisiatif pemerintah pusat lainnya untuk
pemerintah kabupaten melainkan memutuskan
pengelolaan konflik di Poso adalah termasuk
memberikan bantuan tersebut langsung ke kelompok
Instruksi Presiden No.14/2005 yang menekankan
komunitas, kebanyakan untuk pendidikan tapi juga
pendekatan yang terkoordinasi dan komprehensif
untuk proyek lain yang dianggap mempercepat
untuk menyelesaikan konflik Poso dengan melak-
rekonsiliasi. Suatu contoh adalah menyediakan
sanakan deklarasi Malino.181 Inpres No.7/2008
kapal-kapal pancing untuk dipergunakan baik
adalah untuk mempercepat aktivitas pembangunan
oleh umat Kristen maupun Muslim.184 Seorang
di Sulawesi Tengah.182 Namun Inpres tersebut tidak pejabat Menko Kesra menjelaskan alasan kebija-
membuat anggaran terpisah dan malahan berusaha kannya berpaling dari mengalirkan dana melalui
mengalihkan dana yang ada sebelumnya. Pemerintah bupati sebagai berikut:
wilayah juga tidak diberikan tanggung jawab khusus
mengenai implementasinya walaupun pejabat wilayah “Pada awalnya, kami mendistribusikan
mengakui merekalah yang paling tahu benar apa bantuan langsung ke kabupaten Poso. Namun
kebutuhannya: pejabat kabupaten Poso menggunakan dana
tersebut untuk membuat seragam baru bagi
“Kami tidak tahu secara tepat total anggaran pegawai sipil dan aktivitas rutin lainnhya.
Inpres 14. Semua anggaran seharusnya datang Mereka tidak tahu bagaimana menggunakan
ke kabupaten Poso untuk implementasi aktivitas dana untuk rehabilitasi dan rekonsiliasi.” 185
rekonstruksi. Namun, pemerintah pusat
mengalirkan bantuan lewat pemerintah Sebagian bantuan diberikan untuk mereka
provinsi. Tidak semuanya tiba di kabupaten yang terlibat langsung dalam perkelahian. Pada
Poso. Uang mengalir ke tiap departemen di 2005, Menko Kesra memberikan uang untuk
provinsi ini dan kami di kabupaten Poso tidak pejuang dari kedua belah pihak dengan harapan
dapat mengendalikan apa-apa. . . Kami tahu akan menghalangi mereka terlibat dalam konflik
masalahnya karena kami adalah rakyat Poso, selanjutnya. Pada 2007, anggaran Menko Kesra
tapi kami tidak dapat memutuskan bagaimana mengambil pendekatan yang berbeda. Kantor
menggunakan uangnya.” 183 Polisi Provinsi Sulawesi Tengah bekerja melalui
Yayasan Bina Bangsa Mandiri (YB2M) memban-
Menko Kesra juga terlibat dalam pendistribusian
gun program pelatihan untuk pejuang sehingga
dana bagi rehabilitasi dan rekonstruksi Poso, pada
mereka dapat menemukan mata pencaharian lain
awalnya mengalirkan dana melalui bupati. Pada 2005,
seperti menjadi mekanik atau petani ikan danau.
Pelatihan tersebut berguna tapi tidak dilakukan

180 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan dosen Universitas
Kristen Tentena yang merupakan wakil komunitas Kristen di
184 Yang paling ahli menangkap ikan secara tradisional adalah kaum
perbincangan Malino, Poso, 12 Maret 2010.
Muslim. Kristen mendominasi beberapa daerah perairan tapi tidak
181 Langkah-Langkah Komprehensif Penanganan Permasalahan Poso, mempunyai keahlian menangkap ikan. Dengan menyediakan kapal
Instruksi Presiden, terbit 12 Oktober 2005. dilihat sebagai satu cara untuk meningkatkan ketergantungan antara
182 Instruksi Presiden No. 7/2008, 23 Agustus 2008. dual komunitas.
183 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan wakil bupati Poso, 185 Wawancara Johari Efendi dengan pejabat di Menko Kesra, Jakarta,
Poso, 10 Maret 2010. 10 September 2009.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


61
secara strategis seperti seharusnya. Contohnya, galaman dengan kesulitan penegakan hukum
bengkel didirikan untuk mekanik tapi didaerah dalam konflik komunal di mana, secara alami,
yang sedikit dilewati kendaraan. banyak orang terlibat. Seperti yang dikemukakan
Pengeluaran Menko Kesra pada umumnya oleh seorang akademisi: “Kebanyakan orang di
adalah untuk kepentingan khusus. Pendidikan daerah konflik adalah tokoh konfliknya. Jika hukum
mendapat perhatian khusus karena dianggap sebagai ditegakkan di daerah konflik, maka penjara akan
“salah satu sistem pencegahan konflik dimasa depan penuh, semua orang di daerah konflik terlibat secara
di Poso.”186 Menko Kesra membangun Pesantren langsung atau tidak langsung.” 189
Ittihadul Ummah di kampung Tokorondo untuk Ada beberapa tindakan terhadap pelaku konflik
komunitas Muslim, sumber pendidikan yang pent- ditahap awal. Ini termasuk menghukum Herman
ing dan lebih moderat dibanding Tanah Runtuh Parimo (pemimpin Kristen yang dituduh meng-
yang diyakini telah menghasilkan dan melindungi gerakkan orang dari Tentena pada tahap awal
kelompok radikal.187 Menko Kesra juga membangun konflik) untuk 15 tahun penjara pada 1999. Agfar
Universitas Kristen Tentena di Tentena untuk Patanga, pemimpin Muslim yang dituduh mem-
komunitas Kristen pada 2007. Pembukaan kedua provokasi pada tahap awal konflik, juga mendapat
sekolah tersebut disambut dan banyak program enam bulan penjara. Hukuman tersebut memicu
rekonsiliasi dan perdamaian dilakukan – walaupun demonstrasi dari pendukung masing-masing dan
memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil dari tetap tidak cukup untuk menghentikan konflik.
investasi tersebut. Cara-cara tersebut mungkin dapat Tidak berpengalamannya polisi dengan penegakan
mencegah kekerasan dari awalnya, seperti yang hukum selama konflik komunal mempersulit per-
dikemukakan oleh mahasiswa Universitas Tadulako masalahan. Terlalu banyak penggunaan kekuatan,
di Palu: “Jika pemerintah pusat melakukan inisiatif kebanyakan terhadap kelompok Muslim yang
pengelolaan konflik lebih awal, maka konflik Poso memulai hampir semua kekerasan pada tahap kedua
tidak akan sampai menyebar ke daerah sekitarnya.” 188 konflik, malahan merangsang serangan terhadap
Namun, walaupun ada masalah dengan Malino I, komunitas Kristen.
implementasi dan dana rekonstruksi yang ada Selama tahap ketiga konflik, kesepakatan yang
membawa titik balik untuk konflik ini. Petugas difasilitasi pemerintah kabupaten pada 12 Juni
keamanan mulai menegakkan hukum, menangkap 2000 meminta masyarakat untuk menyerahkan
mereka yang membawa senjata. Adalah lebih mudah senjatanya atau mereka akan ditangkap oleh polisi.
untuk pro-perdamaian setelah Malino I dan Polisi dan petugas keamanan dari Sulawesi Tengah
kekerasan berkurang secara drastis. melakukan operasi khusus yaitu Sadar Maleo (oleh
polisi) dan Operasi Cinta Damai (oleh milliter)
dengan kira-kira 1300 orang, yang mengakibatkan
Penegakan hukum tokoh konflik makin sulit untuk mobilisasi.190
Ada permintaan yang kuat untuk penegakan hukum Pada Mei 2000, tiga orang Kristen, Fabianus Tibo,
bahkan sejak awal mula konflik. Dalam pertemuan Domingus Dasilva, dan Marinus Riwu dituduh
pertama dengan para pemimpin setempat dan melakukan kekerasan dan dibawa ke pengadilan
pemimpin keagamaan di kabupaten Poso pada pada 11 Desember 2000. Pada 2001, mereka dijatuhi
Desember 1998, semua peserta setuju bahwa kedua hukuman mati dan pada September 2006 hukuman
belah pihak yang berseteru harus dihukum jika tersebut dilaksanakan. Pada tahap ketiga konflik
mereka menyerang satu sama lain. Keinginan sebanyak 90 orang dibawa ke pengadilan dan
tersebut juga disetujui dalam kesepakatan Rujuk dihukum, kebanyakan dari komunitas Kristen
Sintuwu Maroso yang dibuat oleh para ketua adat karena pada saat itu mereka yang melakukan
pada Agustus 2000. hampir semua serangan.191
Namun Pemerintah kesulitan untuk menanggapi
permintaan tersebut karena mereka tidak berpen-
189 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan seorang dosen
dari Universitas Kristen Tentena yang merupakan wakil komunitas
Kristen di perbincangan Malino, Poso, 12 Maret 2010.
186 Wawancara Johari Efendi dengan petugas di Menko Kesra, Jakarta, 190 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.55; Karnavian, Tito (2008), hal.64;
10 September 2009 Saftri Dyah, Lidya Ariesusanty dan Akmadi Abbas, Dinamika Sosial
187 Karnavian, Tito (2008), hal.130-135. dan Pembangunan di Kabupaten Poso, (Subang: LIPI Press, 2006),
188 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan seorang professor hal.57-58.
Universitas Tadulako, Palu, 13 Maret 2010. 191 Ecip, Sinansari (2002), hal.68.

62 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Anggota petugas anti-teror Indonesia terlibat dalam penyerangan ke pertahanan Islam militan, Senin, 22 Januari 2007 di Poso. Penyerangan ini menjadi
pertempuran senjata api selama 3 jam yang mengakibatkan sembilan petugas dan seorang tentara wafat, meurut kepala polisi setempat. AP Photo

Pengadilan merasa kesulitan menghakimi Presiden Megawati setuju atas operasi keamanan
ditengah situasi konflik. Sebenarnya, pada awal yang terintegrasi di Poso yang dinamakan Operasi
konflik, kebanyakan tertuduh dibawa ke pengadilan Sintuwu Maroso, dimulai sejak 7 Desember 2001 dan
di Palu, bukan di kabupaten Poso sendiri. Polisi, bertahan selama enam bulan. Operasi ini mempunyai
hakim dan pengacara kadang tidak bebas mengambil empat pendekatan: identifikasi hambatan pelak-
keputusan tanpa mendapat tekanan. sanaan Malino I; meningkatkan kesadaran publik
Penegakan hukum dipergunakan lebih ekstensif atas pentingnya penegakan hukum; tindakan
sebagai alat pengelolaan konflik setelah Malino I pencegahan untuk mengurangi resiko kekerasan
ditandatangani. Kesepakatan tersebut menggaris antara pihak yang berselisih; dan tindakan penekanan
bawahi pentingnya “usaha untuk menegakkan hukum serta menghukum mereka yang melakukan tindakan
dan mendukung sanksi atas pelanggar hukum.” kriminal.192 Pada puncaknya, operasi ini melibatkan
Tapi pendekatan Pemerintah yang berubah tidak 4.162 petugas keamanan.193 Karena makin banyak
disebabkan oleh kata-kata tersebut melainkan militer dan polisi yang dikirim ke Poso setelah
karena meningkatnya kepercayaan diri mereka. Malino I ditanda tangani, maka ditempatkan pejabat
Malino I adalah deklarasi bahwa negara adalah polisi yang lebih tinggi dan Brigadir Jendral,
penting untuk penyelesaian konflik – dan oleh bukannya Mayor Jendral, suatu tanda yang jelas akan
karenanya pejabat negara menjadi berani men- keinginan yang besar untuk penegakan hukum.
gambil tindakan atas tokoh konflik.
Tentu saja selama proses Malino I sedang berlang-
sung, ada permintaan untuk tindakan yang lebih 192 Ecip, Sinansari (2002), hal.166-167.
keras oleh petugas keamanan. Pada 4 Desember 2001, 193 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin, dll (2005), hal.53.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


63
Pada Nopember 2005, Satuan Tugas Bareskrim Inisiatif non-pemerintah
(Satgas) dikirim ke Poso sebagai tanggapan atas Sebelum konflik, tidak ada LSM lokal maupun
dipenggalnya kepala tiga orang murid SMU Kristen. internasional di Poso – kebanyakan berpusat di
Satgas ini didukung oleh banyak elemen di polisi, Palu – tapi pada 2003 jumlahnya telah berkembang
termasuk unit melawan terorisme Detasemen menjadi 40.196 Hanya setelah 2001, setelah deklarasi
Khusus 88 (Densus 88). Satgas bekerja selama seta- damai Malino I, LSM dari Palu dan LSM interna-
hun setengah mengidentifikasi jaringan kelompok sional datang dan membuka kantor di Poso. Sebelum
radikal, dan berpuncak pada serangan polisi tanggal itu, distribusi bantuan darurat hanya dilakukan oleh
11 dan 22 Januari 2007 ke Tanah Runtuh di mana Departemen Sosial atau melalu institusi keagamaan.
kelompok-kelompok tersebut berbasis.194 Diseluruh Indonesia, LSM kekurangan pengalaman
Polisi dikritik karena menunggu terlalu lama dalam pembangunan perdamaian dan menyelesaikan
untuk mengambil tindakan tersebut. Hal ini sebagian konflik. Selama konflik, mereka terpaku pada
dimotivasi kepercayaan petugas keamanan bahwa menyediakan bantuan kemanusiaan. Karena rakyat
penegakan hukum harus ‘seimbang’ dan bukan Poso hanya mempunyai sedikit pengalaman bekerja
ditujukan pada satu komunitas, walaupun mereka dengan LSM, maka memerlukan waktu bagi LSM
yang melakukan lebih banyak serangan. Seperti untuk mendapatkan kerjasama dan kepercayaan
yang dijelaskan seorang pekerja LSM, “Semua orang publik. Membagikan bantuan darurat dilihat sebagai
tahu bahwa ada kelompok radikal di Tanah Runtuh, cara untuk mendapatkan kepercayaan sebelum
tapi polisi tidak berbuat apa-apa dan hanya men- membuka kantor di Poso atau bergerak menuju
gambil tindakan setelah Fabianus Tibu dihukum.” 195 aktifitas rekonsiliasi.197
Ini menggambarkan pendekatan di Ambon, di mana
penegakan hukum baru menjadi efektif setelah baik LSM di Palu memberi advokasi setempat
Jafar Umar Talib maupun Alex Manuputi ditangkap.
Namun, pada awal konflik, umat Kristen menolak jika mereka bisa, tapi jika mereka merasa
dengan apa yang mereka pandang sebagai bias di keamanan mereka terancam atau mengenai
sistem pengadilan. Antara 2001 dan 2002, 24 orang masalah sensitif, LSM di Jakarta akan
Kristen dan sembilan Muslim dipenjarakan.
Sebagian alasannya adalah karena perbedaan cara memberikan advokasi atas nama mereka.
mobilisasi komunitas ini – kepemimpinan Kristen
lebih jelas dan terorganisasi dengan baik. Hirarkinya Fokus ke rekonsiliasi dimulai 2001 ketika
membuat mereka yang bertanggung jawab atas kelompok informal yang terdiri dari LSM kedua
serangan lebih mudah diidentifikasi dibanding belah pihak membentuk POKJA-RKP (kelompok
komunitas Muslim. Umat Kristen juga adalah kerja rekonsiliasi konflik Poso). Awalnya berbasis di
penggerak konflik pada saat itu. Palu karena dianggap terlalu sulit untuk mendis-
Adalah sulit untuk menentukan seberapa sukses kusikan masalah perdamaian di Poso dan banyak
penegakan hukum dalam mengelola konflik. pengungsi di Poso berasal dari Palu.198 POKJA-RKP
Penggunaan alat hukum setelah konflik komunal, melakukan beberapa beberapa aktivitas di Palu
di mana penyebabnya kompleks dan pelakunya sebelum Malino I, termasuk menjadi tempat netral
banyak, akan menjadi problematik. Putusan yang untuk kedua belah pihak yang berselisih untuk
diberikan bisa tidak diterima oleh satu komunitas berbicara satu sama lain (kadang untuk korban,
dan dianggap bias. Hukuman mati atas Fabianus kadang untuk pejuang). Hal ini membangun kesa-
Tibo dan dua lainnya, sebagai contoh, dianggap daran yang lebih besar di Palu mengenai situasi di
bias oleh komunitas Kristen. Tindakan hukum atas Poso dan meningkatkan keyakinan mereka yang
kelompok muslim memicu para ektrimis untuk terlibat konflik untuk berbicara mengenai masalahnya.
melakukan pemboman sebagai pembalasan. Namun, inisiatif ini gagal karena dilakukan dari
Adalah besar keuntungan untuk memberikan Palu dan bukan dari Poso sendiri.
impunitas tapi harus dibandingkan dengan akibat
tindakan hukum.
196 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan mantan wakil
Bupati Poso, 10 Maret 2010.
197 Wawancara Johari Efendi dengan Udin Ojobolo, Poso, 13 Maret 2010.
194 Karnavian, Tito (2008), vii, hal.126-206. 198 Lasahido, Tahmidy (2003), hal.67; Wawancara Johari Efendi dengan
195 Wawancara Johari Efendi dengan pekerja LSM dari Poso, Poso, Daud Somba, pekerja LSM di Poso dan anggota sebelumnya dari
10 Maret 2010. POJKA-RKP, Poso, 12 Desember 2010.

64 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Akhirnya kelompok kerja ini menjadi Pusat Namun, LSM-LSM sendiri juga menderita karena
Rekonsiliasi Konflik Poso (PRKP) dan memindahkan mereka terpecah-pecah berdasarkan garis keagamaan,
basisnya ke Poso. LSM-LSM mulai melakukan tersebar secara geografis seperti komunitasnya,
pelatihan dan lokakarya mengenai pembangunan di kota Poso kebanyakan Muslim, dan Kristen
perdamaian untuk pemuda, pemimpin komunitas, di Tentena. Koordinasi di antara mereka lemah.
pemimpin agama dan pejuang.199 Beberapa LSM Beberapa donor internasional mendorong kerjasama
mengatur kunjungan pertukaran di mana umat yang lebih besar dengan memberikan dana bila
Muslim dibawa dari Poso ke Tentena dan umat terjadi kolaborasi dengan LSM dari pihak lain di
Kristen dari Tentena ke Poso. Bila memungkinkan, konflik. Sebuah hasilnya adalah pembentukan “Poso
mereka membantu memfasilitasi pemulangan Center” pada 2005, sebuah kantor bersama di kota
pengungsi ke kampung halamannya. Poso untuk 32 LSM dari Jakarta, Palu dan Poso.
LSM-LSM menjadi bertambah terlibat dalam Sebuah kelemahan – dan pelajaran penting –
memberikan advokasi masalah perdamaian. Ini adalah kurangnya koordinasi antara LSM dan
mencapai puncaknya ketika seorang anggota pemerintah setempat. Perhatian Pemerintah
Parlemen Provinsi Sulawesi Tengah mengumumkan adalah pada Pokja Malino, sebuah kelompok kerja
keadaan darurat sipil di Poso. Sebagai tanggapan, yang terdiri dari para pemimpin setempat dan
pada Agustus 2001, beberapa LSM dan anggota agama. Sedikit pertimbangan diberikan supaya
Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) di Palu bertemu Pokja Malino dan LSM dapat bekerja sama dalam
dengan DPRD I Sulteng untuk menolak keadaan kegiatan rekonsiliasi. Pada 2005, pemerintah
darurat sipil di Poso. Keadaan Darurat Sipil tidak setempat membuat daftar LSM-LSM di Poso
jadi dilaksanakan. Beberapa LSM nasional meng- dengan keinginan untuk memberikan mereka
kampanyekan perdamaian di Poso, seperti YLBHI, pelatihan, tapi hal ini tidak pernah terealisasi.
AJI dan Kontras – sebagian besar mereka bekerja Sedangkan bagi LSM internasional, peran
erat dengan LSM di Palu. LSM di Palu memberi mereka menjadi lebih signifikan setelah pertemuan
advokasi di tingkat lokal jika mereka mampu, tapi keempat Gubernur Sulawesi tanggal 28 Juli 2000
jika mereka merasa hal itu mengancam keamanan di mana mereka memutuskan untuk meminta
mereka atau jika hal itu berkaitan dengan isu bantuan dari lembaga donor internasional.201 LSM
sensitif, maka LSM di Jakarta akan memberikan Internasional (LSMI) seperti World Vision Indonesia,
advokasi atas nama mereka. Care International, Church World Services dan
Advokasi ini juga meliputi mengawasi tanggapan Mercy Corps mulai beroperasi di daerah tersebut.
Pemerintah atas konflik dan memberikan kritik bila Dengan cara yang sama seperti LSM setempat,
tanggapannya kurang. Pengawasan ini diperlukan pada awalnya perhatian diberikan untuk bantuan
terutama karena dana yang disediakan untuk darurat dan setelah Malino I kemudian beralih ke
daerah ini setelah Malino I. Dari 2001 hingga 2005, masalah perdamaian, pendidikan, pemulihan dan
Rp.207 milyar diberikan oleh pemerintah pusat200; kehidupan. Tidak mengherankan, LSM yang berlatar
maka tidak heran bila isu koruspsi diangkat oleh belakang Kristen atau Muslim cenderung untuk
beberapa LSM. Pada April 2005, bom meledak dil- lebih fokus melayani daerah dengan agama yang
uar kantor dua buah LSM yang membuat tuntutan sama.202 Ada kecurigaan terhadap LSMI, terutama
tersebut. Masyarakat sipil juga mengkritik operasi dikalangan Muslim, karena sedikit dari pekerja asing
keamanan yang dilakukan polisi dan militer, dan yang mendaftarkan diri di pemerintah kabupaten
menuduh bahwa militer juga mempunyai agenda seperti yang diharuskan.203
bisnis di Poso.

201 Ecip, Sinansari (2002), hal.97


199 Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI dengan 202 Forum Poso Bersatu website, Kitorang So Bosan Le Hidup di
P4K Universitas Tadulako, Pengkajian Pelaksanaan Bantuan Pengungsian, September 27 (2008), bisa dilihat di: http://posobersatu.
Pemulihan Kehidupan Masyarakat Pasca Konflik di Kapupaten Poso multiply.com/journal/item/41/Laporan_Perjalanan_ke_Poso_
Sulawesi Tengah, (Jakarta: Kantor Kementerian Koordinator 2 diakses 15 September, 2010.
Kesejahteraan Rakyat RI, 2009); Lihat juga Syafuan Rozi, Dhurorudin 203 Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI dengan
Mashad, dlll. (2005), hal.68-69. P4K Universitas Tadulako (2009), hal.110; Intelejen TNI selidiki
200 Rakyat Merdeka online, Aminuddin Tahanan Kota, 3 Agustus (2006) keberadaan tentara asing di Poso, 31 Mei 2002, bisa dilihat di: www.
www.rakyatmerdeka.co.id/nusantara/2006/08/03/1763/Aminuddin- dephan.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=2574 diakses
Tahanan-Kota, diakses pada 27 Desember 2010. 15 September, 2010.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


65
Pemimpin komunitas setempat Selama konflik, beberapa ketua kampung
Pada awal konflik, peran pemimpin komunitas memainkan peran penting dalam pengelolaan
dalam pengelolaan konflik adalah signifikan. konflik. Sebagai contoh, di kampung Male-Lage,
Dalam kerangka MUSPIDA, pejabat pemerintah warga bekerja sama melindungi kampung dari
kabupaten dan petugas keamanan bertemu dan penyerangan, walaupun mereka berbeda agama
berkoordinasi dengan pemimpin komunitas untuk dan etnis. Di kampung Toyado, ada kesepakatan
menyerukan ketenangan. Pada tahap pertama antara pemimpin agama untuk tidak mengganggu
konflik, 129 pemimpin komunitas dan agama setuju kelompok agama lain di dalam kampung. Pada 25
untuk bekerja sama menghentikan kekerasan. Karena Mei 2000 di Tokorondo, ketua-ketua kampung
para pemimpin komunitas sangat berpengaruh, dari Tokorondo (yang didominasi Islam) dan
keterlibatan mereka dianggap penting oleh pemer- Masani (yang didominasi Kristen) membuat
intah setempat. kesepakatan untuk bekerja sama jika mereka
Namun, kapasitas pemimpin komunitas semakin diserang dari luar kampung-kampung mereka. Di
dipertanyakan oleh publik ketika konflik berlanjut kampung Tangkura, warga diserang dan mereka
ke 2000. Hal ini sebagian karena munculnya melarikan diri, tapi baik umat Kristen dan Muslim
beberapa orang yang menyebut diri pemimpin membantu satu sama lain untuk kembali ke
komunitas tapi sebenarnya merancang dan mem- kampung mereka. Walaupun usaha mereka efektif,
provokasi konflik. Juga karena ketidak mampuan namun hanya terbatas pada kampung masing-
atau keengganan pemimpin komunitas untuk masing. Kesuksesan tergantung pada kepemimpinan
mengendalikan elemen dari luar Poso, sepert Laskar setempat yang kuat dan progresif, dan pada beberapa
Jihad dan Laskar Manguni.204 kasus, tergantung kekhasan masing-masing kam-
Keberhasilan usaha pengelolaan konflik pada pung. Sebagai contoh, salah satu alasan keberhasilan
awalnya bergantung dari kerjasama yang erat Tangkura adalah karena tidak ada Gereka Kristen
antara pemimpin komunitas dan pemerintah Sulawesi Tengah yang dominan di daerah tersebut.
setempat. Namun karena pemerintah setempat Sebaliknya, beberapa aliran gereja yang berbeda yang
semakin tidak bisa dipercaya, terutama oleh umat tersedia – kurangnya kendali yang tersentralisasi
Kristen, usaha pemerintah setempat untuk mem- dari satu kelompok agama membatasi kemampuan
fasilitasi pemimpin kedua komunitas tersebut pemimpinnya untuk menggerakkan anggotanya
tidak lagi berhasil seperti semula. Pengaruh dari untuk melakukan kekerasan.
ketua adat juga berkurang seiiring waktu. Kombinasi Pemimpin setempat mempunyai kapasitas yang
dari meningkatnya transmigrasi selama era Suharto lebih besar untuk memainkan peran yang lebih
dan kebijakan sentralisasi Jakarta membuat menu- membangun setelah Malino I karena banyak yang
runnya peran dan pengaruh ketua adat dan terlibat di kelompok kerja yang menyebarkan hal-hal
memunculkan kekuatan pemimpin agama. Pada kesepakatan ke komunitasnya (Pokja Deklarasi
22 Agustus 2000, pemimpin provinsi menggunakan Malino atau Pokja Deklama). Sekitar 235 pemimpin
ketua adat untuk mencoba dan menemukan solusi komunitas adalah anggota Pokja Deklama 2002.
di Poso. Mereka membawa kesepakatan Rujuk Pemimpin-pemimpin ini bekerja sama dengan
Sintuwu Maroso yang berdasarkan tradisi etnis baik dengan petugas keamanan dan pemerintah
Pamona ke Presiden. Namun keragaman etnis di kabupaten. Sebuah contoh yang baik keterlibatan
Poso (daerah ini memiliki 13 sub-etnis berbeda, komunitas dalam proses rekonsiliasi adalah kegiatan
dan tidak semua mempunyai tradisi Pamona) Muslim ke Poso, sebuah inisiatif beberapa pemimpin
melemahkan kesepakatan ini. Kebanyakan ketua Muslim di kota Poso bekerja sama dengan Gereja
adat kurang pengaruhnya dibanding pemimpin Kristen Sulawesi Tengah di Tentena. Mereka meng-
agama. Umat Muslim terutama ragu-ragu terhadap atur agar umat Muslim dari kota Poso mengunjungi
adat karena menurut mereka tarian tradisional Tentena untuk mengunjungi pengungsi dari Poso
Pamona tidak sesuai dengan agama Islam.205 sebagai cara membangun pengertian satu sama
lain yang lebih besar.206

204 Ini adalah kelompok Kristen yang datang dari Manado, Sulawesi Utara.
205 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin dll. (2005). 206 Rozi, Syafuan, Mashad, Dhurorudin, dll. (2005), hal.66-68.

66 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Peran untuk perempuan Paulindai) atau sebagai penyedia dukungan tidak
Sedikit keterlibatan yang berarti dari perempuan langsung seperti makanan dan tempat berlindung
dalam proses perdamaian formal. Hanya tiga bagi pejuang.208
perempuan yang hadir di pertemuan Malino, dua Setelah Malino I ditanda tangani, perempuan
dari komunitas Kristen dan satu dari komunitas mengambil berbagai peranan dalam mempromosikan
Muslim. Para wakil Kristen dipilih melalui pertemuan rekonsiliasi dan membantu pemulangan pengungsi.
yang diatur oleh komunitas Kristen di Tentena, Dalam banyak kasus, perempuanlah yang pertama
sedangkan wakil perempuan Muslim dipilih karena kali kembali ke kampungnya untuk melihat kemung-
dia adalah ketua kelompok perempuan Muhamadiyah. kinan kembali secara tetap. Sebagai contoh di
Namun, kehadiran perempuan tersebut tidak Tangkura, baik komunitas Muslim dan Kristen di
berarti membawa masalah perempuan ke meja kampung mengungsi karena konflik dan melarikan
pertemuan, karena mereka harus mendukung diri ke perkemahan pengungsi. Setelah deklarasi
agenda yang lebih luas dari tim yang didominasi Malino I, perempuan dari kedua komunitas agama
laki-laki. Isu seperti penyembuhan trauma dan secara cepat melakukan komunikasi sebagai usaha
kekerasan seksual tidak didiskusikan dalam nego- untuk kembali ke kampungnya. Mereka mengadakan
siasi. Menurut seorang akademisi : pertemuan perempuan antar agama untuk
mendiskusikan kemungkinan kedua komunitas
“Perempuan, terutama yang sedang hamil, kembali ke kampungnya. Perkawinan antar agama
adalah korban terbesar konflik ini. Pada saat memfasilitasi perempuan untuk membujuk para
yang sama, perempuan aktif dalam rekonsiliasi lelaki untuk kembali ke kampungnya. Seorang
ditingkat akar rumput: Aktivis perempuan aktifis bahkan sampai berkata, “Kampung Tangkura
Kristen dan Muslim berkomunikasi satu sama kembali damai berkat inisiatif kaum perempuan.”209
lain dan kami sering mengadakan pertemuan Peran perempuan yang lebih proaktif juga
informal untuk meningkatkan kesadaran. Tapi sebagian karena dukungan LSM yang mempunyai
walaupun suara perempuan sangat penting perempuan sebagai staff program dan memberikan
untuk perdamaian, kami tidak mendiskusikan pelatihan kepada perempuan mengenai usaha
pandangan kami dalam pertemuan di Malino. perdamaian, rekonsiliasi dan kesempatan mencari
Hanya ada tiga perempuan dan adalah sulit nafkah.
untuk mengajukan masalah tipikal yang
dihadapi perempuan. ” 207
Peran media
Sampai seberapa jauh perempuan terlibat Pepatah di Poso mengatakan bahwa isu dan gosip
diusaha perdamaian sering tergantung dari posisi melaju lebih cepat daripada kendaraan motor (laju
perempuan tersebut dalam struktur sosial komu- susuki lebih laju susupo). Karena kesulitan menda-
nitasnya. Contohnya, Nelly Tan Alamako adalah patkan informasi yang bisa dipercaya dari media
pendeta di kampung Sepe yang terlibat dalam proses di Poso, maka bisa diprediksi terjadi konsekuensi
Malino I dan melobi atas tuduhan pelecehan di yang negatif terhadap konflik. Tidak ada surat kabar
pusat pemeriksaan keamanan polisi dikampungnya dan majalah dari Poso selama konflik, walaupun
pada 2001. surat kabar dari Palu tiba di Poso pada sore di hari
Selama konflik, perempuan sering memainkan yang sama diterbitkannya. Menurut Pusat Penelitian
peranan “penghubung”, menghubungkan komuni- Pengelolaan Damai dan Konflik dari Universitas
tas yang tadinya terpecah-pecah. Hal ini teutama Tadulako, surat kabar Palu tersebut cenderung
didaerah di mana umat Muslim dan Kristen tinggal mengambil pernyataan dari satu sisi tanpa meminta
bersama seperti di Male Lage, Tangkura, Kilo 9 dan komentar atau memeriksa fakta dari sisi lain, dan
Matako. Mereka menyediakan tempat aman untuk hal ini cenderung memicu konflik lebih lanjut.
keluarga lain ketika kampung mereka diserang. Banyak orang tergantung pada informasi dari radio,
Namun, beberapa perempuan terlibat langsung yang mempunyai masalah yang sama dengan surat
dalam konflik, baik sebagai pejuang (contohnya di

208 Ecip, Sinansari (2002), hal.32.


207 Wawancara Johari Efendi dengan dosen Universitas Kristen Tentena, 209 Wawancara Johari Efendi & Akiko Horiba dengan aktivis perempuan
Poso, 12 Maret 2010. Kristen dan peneliti kasus Tangkura, Poso, 12 Maret 2010.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


67
kabar dalam hal mengulangi gosip.210 Beberapa tidak terbiasa melihat bahwa partisipasi dalam
organisasi berusaha mengatasi kurangnya kemam- konflik merupakan tindakan kriminal yang harus
puan jurnalis, dengan memberikan pelatihan dan akan dihukum.
jurnalisme damai dan praktek jurnalisme standar.211 Fakta bahwa campur tangan pemerintah pusat
Media memberikan lebih banyak kontribusi diperlukan untuk menyelesaikan konflik merupakan
positif kemudian dalam mempromosikan kampanye indikasi gagalnya pemimpin di pemerintah setempat.
melawan usulan status darurat sipil di Poso pada Tiap tingkat pemerintah mempunyai keuntungan
2001. Bekerja sama dengan LSM di Poso, media komparatif yang harusnya bisa digunakan secara
memberitakan pertemuan LSM dengan DPRD di strategik, tapi hubungan antara pemerintah –
Palu, yang akhirnya menghasilkan dukungan dari khususnya antara tingkat provinsi dan kabupaten –
LSM di tingkat nasional. Foto proses Malino I juga lebih sering adalah persaingan daripada bekerjasama.
menguatkan – pemandangan akan pemimpin Muslim Perubahan di pemerintah setempat dari yang tadinya
dan Kristen merangkul satu sama lain adalah tanda mempunyai komposisi agama yang seimbang
yang jelas untuk komunitasnya masing-masing menjadi didominasi oleh Muslim dibanyak bidang
bahwa para elite mereka telah setuju untuk menimbulkan penolakan yang mengarah ke konflik;
menghentikan kekerasan. dan ketika konflik terjadi, mereka kekurangan
Setelah Malino I, media memberikan perhatian kemampuan untuk mengkoordinasi inisiatif damai
pada proses rekonsiliasi, menekankan pada aktifitas secara efektif. Tentu saja, pemerintah setempat
Pokja Deklama. Ketika serangan bom terjadi setelah terlibat dalam beberapa kasus – seperti pada tahap
Malino I, media menjadi lebih bertanggung jawab, ketiga konflik, ketika pemerintah wilayah Tentena
mencari komentar dari Pemerintah, petugas gagal memberi peringatan ke kabupaten Poso
keamanan, LSM dan Pokja Deklama. Peliputan mengenai rencana serangan oleh kelompok Kristen.
mereka mendorong petugas keamanan untuk Dalam kasus lain, usaha pemerintah setempat
mengambil tindakan yang lebih besar dalam bukannya karena keinginan buruk, bertujuan
menanggapi serangan tersebut. LSM mempunyai baik tapi salah arah; contohnya keputusan empat
hubungan yang erat dengan media yang membantu Gubernur Sulawesi untuk menggunakan 13
kampanye advokasi publik untuk perdamaian dan pemimpin adat dalam upacara Rujuk Sintuwu
rekonsiliasi. Maroso untuk membantu rekonsiliasi. Upacara
tersebut tidak mendapatkan penerimaan banyak
kelompok yang terlibat di konflik, terutama
Kesimpulan dari komunitas Muslim dan inisiatif tersebut
Merupakan fakta bahwa konflik di Poso berlangsung gagal karena tidak melibatkan para pemimpin
sedemikian lama dan akhirnya diselesaikan adalah kabupaten. Kelompok kerja yang dibentuk setelah
karena penegakan hukum. Polisi dan pemerintah upacara, Pokja Rujuk Sintuwu, ditolak oleh pemer-
mempunyai sedikit pengalaman mengenai konflik intah kabupaten.
komunal. Perubahan pendekatan setelah Malino I Malino I menjadi titik balik untuk konflik ini.
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Ketiga pilihan yang diberikan oleh Jusuf Kallo
berkurangnya kekerasan – seharusnya penegakan kepada pihak konflik memperlihatkan bahwa
hukum lebih ditingkatkan dilakukan sejak awal. Pemerintah mempnyai kekuatan untuk membantu
Kurangnya antusiasme pemerintah untuk men- menyelesaikan konflik dan keinginan politik
egakkan hukum sejak awal mengakibatkan publik untuk menggunakannya. Pada tahap belakangan
konflik ini, kelompok Muslim melakukan mayoritas
serangan karena mereka berada di atas angin dan
210 Institute Studi Arus Informasi (ISAI) dan International Media
mereka tidak ingin berdamai (seperti umat Kristen
Support (IMS), Peran Media dalam Pembangunan Perdamaian dan
Rekonsiliasi Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara, (Jakarta: ketika tahap ketiga konflik di mana mereka adalah
UNDP dan BAPPENAS, 2004). dominan). Namun, ancaman tersirat Jusuf Kalla
211 Pembangunan kapasitas untuk wartawan dilakukan oleh beberapa bahwa memperpanjang konflik akan membuat
LSM seperti LSPP (Lembaga Studi Pers dan Pembangunan), The
British Council, LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan mereka menjadi sasaran dari pemerintah ditanggapi
Penerangan Ekonomi dan Sosial) dan PWI (Persatuan Wartawan secara serius dan mempunyai efek menghentikan
Indonesia). Pembangunan kapasitas untuk institusi media dilakukan
oleh Internews Indonesia, KBR-68H (Kantor Berita Radio 68H) dan
yang kuat. Karena Malino I adalah pertama kalinya
Common Ground Indonesia. pemerintah pusat terlibat dalam fasilitasi penyelesaian

68 Pengelolaan Konflik di Indonesia


konflik komunal, tentu saja ada kelemahan dipros- rekonsiliasi dan menggabungkannya dengan
esnya, tidak hanya sebegitu cepatnya “kesepakatan” Pokja Deklama secara efektif untuk menyebarkan
dicapai. Pengalaman proses ini dipelajari dan akan hal-hal kesepakatan ke tingkat komunitas. Walaupun
diterapkan lebih berhasil di Ambon kemudian. Pokja Deklama kurang mendapat kepercayaan,
Ketika Malino I ditanda tangani, ia tidak karena masyarakat menganggapnya terlibat korupsi
mendapat dukungan publik yang penuh, walaupun dana, pencapaian tertingginya adalah bahwa
telah berkembang kelelahan atas konflik. Untuk pemimpin setempat yang tadinya menerima
mendapatkan dukungan, Pemerintah menggunakan atau aktif mendukung konflik beralih menjadi
media secara penuh untuk mendorong pesan agen perdamaian.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


69
Annexes

Lampiran 1: Metodologi penelitian Kalimantan Barat tidak termasuk dalam laporan


Tiga perjalanan ke Ambon dan tiga ke Poso dilakukan ini). Pertemuan ini mengumpulkan para wakil dari
antara Juli 2009 dan Maret 2010, untuk melakukan unit pemerintah setempat, LSM, akademisi, serta
serangkaian diskusi kelompok dan wawancara pemimipin agama dan tradisional untuk mendis-
pribadi dengan pejabat pemerintah setempat, kusikan strategi pengelolaan konflik di tiga daerah
pemimpin komunitas dan agama, dan anggota dan perkembangan menuju rekonsiliasi dan rekon-
masyarakat sipil termasuk penasehat hak perempuan. struksi yang telah dicapai hingga saat ini. Peserta
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan didorong untuk memberikan saran perbaikan
informasi langsung dari komunitas setempat pendekatan pengelolaan konflik yang dapat diambil
dan tokoh penting mengenai pandangan mereka baik oleh tokoh pemerintah dan non pemerintah.
terhadap pengelolaan konflik. Ini juga membantu Proses penelitian di Papua meliputi serangkaian
mengidentifikasi pelajaran yang bisa diambil. wawancara di provinsi juga wawancara dan semi-
Dua lokakarya selanjutnya memperjelas prosesnya, nar di Jakarta dengan para wakil masyarakat sipil,
diadakan di kuartal ketiga 2009: di Ambon pada kelompok agama dan Pemerintah. Secara total,
14 Oktober dan di Poso pada 18 Desember. Lokakarya hampir 100 wawancara dilakukan, kebanyakan di
ini merupakan rangkaian lokakarya yang didanai Papua, dan tujuh lokakarya diadakan, termasuk
oleh Kedutaan Kanada di Jakarta, sebagai bagian lima diantaranya di Jakarta. Lokakarya ini dipu-
dari proyek HD Centre, Women at the Peace Table satkan pada berbagai masalah sehubungan dengan
Indonesia, dengan tambahan dari MacArthur opsi penyelesaian konflik.
Foundation. Ulasan literatur dibuat antara Agustus dan
Lokakarya terakhir diadakan di Pontianak, Oktober 2009. Ini memuat studi, tulisan dan artikel
Kalimantan Barat pada 2 Pebruari 2010, untuk mengenai studi kasus Indonesia – Papua, Maluku
berbagi dan bertukar pelajaran dari pengalaman dan Poso di Sulawesi Tengah – dan pengelolaan
Maluku dan Poso (walaupun studi kasus konflik di konflik secara keseluruhan di Indonesia.

70 Pengelolaan Konflik di Indonesia


Lampiran 2: Ringkasan pertemuan- 5. Pertemuan di Yambi, Papua Nugini pada
akhir 2005216
pertemuan inti Koalisi Nasional
Pertemuan ini menghasikan Memorandum of
Papua Barat untuk Pembebasan Understanding (MoU) untuk hubungan kerja yang
(Koalisi) lebih baik antara beragam elemen penolakan dan
pembentukan Koalisi sebagai organisasi payung
1. Pertemuan para Pemimpin Papua di dalam perjuangan pembebasan.
Nieuwegein, Belanda pertengahan 2003212
6. Pertemuan di Madang, Indonesia pada
Pertemuan ini menekankan pentingnya kesatuan
pertengahan 2006217
nasional dan rekonsiliasi antara semua kelompok
politik dan sosial Papua. Tujuan utama adalah untuk Pertemuan antara beberapa komandan dan perwakilan
mendiskusikan kesatuan nasional, rekonsiliasi dan TPN yang mendeklarasikan dukungan mereka
konsolidasi di antara komunitas Papua yang lebih untuk kesatuan dan dialog damai.
luas, dan gerakan penolakan pada khususnya, dan
juga menemukan strategis yang tepat untuk mencapai 7. Pertemuan para pemimpin militer pada
tujuan tersebut dengan membagi tugas antara awal 2007218
kelompok politik, militer dan sosial. Para pemimpin militer mengadakan pertemuan di
Papua dan memutuskan untuk mengatur ulang struk-
tur militer, dan mereka menekankan mendesaknya
2. Lokakarya Konsultasi Para Pemimpin
kepentingan untuk rekonsiliasi dan konsolidasi.219
Papua di Abepura, Papua Barat, akhir 2004
Lebih lanjut mereka menyarankan pemimpin politik
Selama lokakarya ini, para pemimpin mendiskusikan untuk mengadakan Pertemuan Pemimpin Papua.
usaha rekonsiliasi dan konsolidasi di dalam gerakan,
mereka setuju untuk mengorganisasi pertemuan 8. Pertemuan di Ipoh, Malaysia pada
para pemimpin Papua dan mendiskusikan langkah akhir 2007220
selanjutnya.
Pertemuan ini mendiskusikan hal-hal yang lebih luas
untuk kemungkinan perundingan damai, menguatkan
3. Pertemuan Konsultasi Para Pemimpin struktur Koalisi dan menyimpulkan dengan kepu-
Papua di Sydney 2004 tusan untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi
Pertemuan ini adalah untuk menghidupkan kem- Pemimpin Papua di Port Vila untuk diskusi lanjutan.
bali Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi213, dan tu-
gas serta tanggung jawal anggota Koalisi di dalam 9. Pertemuan Tingkat Tinggi Pemimpin Papua
dan di luar Papua Barat. di Port Vila, Vanuatu pertengahan 2008221
Lebih dari 50 delegasi dan pengamat yang mewakili
4. Konsultasi Para Pemimpin Papua di 13 gerakan penolakan berpartisipasi dalam pertemuan
Port Vila pada akhir 2004214 ini dan menandatangani MoU baru untuk bekerja
Pertemuan ini mendiskusikan rekonsiliasi dan sama menuju dialog damai. Namun ada beberapa
konsolidasi dengan OPM sebagai prioritas dan tokoh penting yang tidak dapat atau tidak mau
menyatakan keperluan untuk : “menyatukan menghadiri pertemuan ini karena beragam alasan.
perbedaan pendapat dan lalu membentuk suatu Walau bagaimanapun, kepemimpinan baru ini
kesatuan yang akan mewakili aspirasi rakyat telah bertekad untuk membawa membawa mereka
Papua Barat”.215 masuk ke dalam badan nasional dalam waktu dekat.

216 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi, Briefing Paper, (Port Vila: Sekretariat
212 Ondawame, Otto, Let’s Work Together to End the Suffering of Our
Koalisi, 2006), hal.6. Lihat juga Ondawame, Otto (2008), hal.5.
People, Briefing Paper, (Port Vila: Koalisi, 2008), hal.3.
217 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi, Memorandum of Understanding,
213 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi pada saat ini dikenal sebagai (Madang, 2008). Lihat juga: Ondawame, Otto (2008), hal.6-7.
Kelompok Kerja untuk Koalisi. Tugas Kelompok Kerja untuk
218 Kelompok Kerja untuk Rekonsiliasi, pertemuan pemimpin TPN di
Rekonsiliasi adalah untuk konsultasi dengan beberapa unit yang kantor pusat OPM di dalam hutan untuk mendiskusikan posisi
berbeda di dalam OPM/TPN dan juga dengan gerakan penolakan mereka dalam proses rekonsiliasi, 7 April 2007.
yang berbeda, supaya dapat bergerak menuju rekonsiliasi internal.
219 Rekonstruksi militer melibatkan penghilangan Unit Komando dalam
Tugas ini dilanjutkan oleh Kelompok Kerja untuk Koalisi tetapi PN (Unit PEMKA Unit, Unit Kemenangan Unit dan Arfak 1965).
berpusat pada dialog perdamaian sebagai tujuan utamanya. Semua unit bersatu dalam Tentara Pembebasan Nasional).
214 Ondawame, Otto (2008), hal.5. 220 Ondawame, Otto (2008), hal.7.
215 Ondawame, Otto (2008), hal.5. 221 Ondawame, Otto (2008), hal.8-18.

Sebuah Analisis Konflik di Maluku, Papua dan Poso


71

Anda mungkin juga menyukai