Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN DENGAN WAHAM

Disusun oleh :
Muhammad Hasan Yusuf P1337420922191

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
A. MASALAH UTAMA
Perubahan pola pikir : waham
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
 Waham
Waham merupakan keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu:
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya
klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3.  Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4.  Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5.  Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6.  Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.
 Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. (Keliat, 2011). Proses terjadinya HDR awalnya individu berada pada suatu
situasi yang penuh stressor ( krisis ), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi
tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa dirinya tidak mampu atau merasa
gagal menjalankan fungsi dan peran, seperti trauma yang tiba tiba misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Penilaian
individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi peran adalah
kondisi harga diri rendah situasional. Jika lingkungan tidak memberikan dukungan
positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
 Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala dari masalah utama:
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)
 Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan
 Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
C. POHON MASALAH

3. Kerusakan 4. Resiko Tinggi Mencederai Diri,


Komunikasi Verbal Orang Lain dan Lingkungan

2. Perubahan Isi Pikir : Waham

1. Gangguan Konsep Diri : Harga


Diri Rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Gangguan konsep diri ; HDR
Data Subyektif Data Obyektif
 Klien malu berinteraksi  Ekspresi muka klien
dengan oranglain sedih dan murung

2. Gangguan Proses Pikir ; Waham


Data Subyektif Data Obyektif
 klien mengatakan hal-hal  Pembicaraan klien
yang tidak nyata cenderung berulang-
ulang.
 klien mengatakan bahwa  isi pembicaraan tidak
seseorang mencederai sesuai dengan
dirinya. kenyataan
 pasien menolak makanan  klien tampak binggung
yang disajikan,merasa da ketakutan
ada racunnya

3. Kerusakan Komunikasi Verbal


Data Subyektif Data Obyektf
 klien mengatakan hal  klien berbicara kacau
yang tidak jelas  pembicaraan klien
berbelit-belit

4. Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang Lain dan Lingkungan


Data Subyektif Data Obyektif
a. Pasien a. Pasien terlihat menahan
susah diajak emosi
bercakap-cakap b. Pasien terlihat memandang
b. Pasien tidak ramah
mudah sekali marah
c. Pasien
menjawab
dengan emosi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Gangguan proses pikir: waham curiga
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx 1 : Diagnosa Perubahan pola pikir : Waham
Tujuan Umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
A. SP 1 P :
a. Membantu orientasi realita
b. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Membantu pasien memenuhi kebutuhan
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 1 k :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian tanda dan gejala waham dan jenis waham yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
B. SP 2 P :
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP 2 K :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP 3 P :
1. Latih kemampuan yang dipilih lalu berikan pujian.
2. Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih
3. Nilai kemampuan kemampuan yang telah mandiri dilakukan pasien
4. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan berikan pujian.
SP 3 k :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivas dirumah termasuk minum obat
2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau keluarga

Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan :
a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi
menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan
empati, tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan
diri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Tindakan :
a. pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas


Tindakan :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Tindakan :
a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.
b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika
Keliat, Budi Anna. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
ECG.
Sadock, Benjamin J., Virginia A. Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan
dan Sandock (Edisi 2). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai