Disusun Oleh :
Ika Dwi Rachmawati
NIM. P1337420918069
A. Pengertian
Waham adalah suatu kenyakinan yang dipertahankan secara kuat, terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham
atau delusi adalah kenyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita
normal (Stuart dan Sudden, 2004)
B. Tanda dan gejala
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
2. Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
3. Takut, kadang panik
4. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
5. Ekspresi tegang, mudah tersinggung
C. Penyebab
1. HDR (Harga Diri Rendah)
a. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah
situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga
diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai
keinginan(Herman, 2011).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya
diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan
(Fitria, 2009).
b. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan (Yosep,
2009)
D. Klasifikasi waham
1. Waham agama
Keyakinan klien terhadap sesuatu agama secara berlebihan dan
diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang
disampaikan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan
3. Waham somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
4. Waham curiga klien mempunyai kenyakinan bahwa ada seseorang atau
kelompok yang berusaha merugikan atau menodai dirinya yang disampaikan
secara berlebihan dan ditolak sesuai kenyataan
5. Waham sisip pikir
Klien menyakini bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan atau
dimasukkan kedalam fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak
sesuai dengan kenyataan
6. Waham nihilistik
Klien nyakin bahwa dirinya sudah tidak didunia atau meninggal yang
dismpaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
7. Waham siar fikir
Klien yakin bahwa ada orang lain yang mengetahui apa yang dia butuhkan
walaupun tidak mengatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
E. Akibat
1. Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal.
Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.
2. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurugaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c. Curiga
d. Bermusuhan
e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
f. Takut, sangat waspada
g. Tidak dapat menilai lingkungan atau lingkungan
h. Ekspresi wajah tegang
i. Mudah tersinggung (Aziz, 2003)
F. Pohon masalah
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
1) Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
2) BHSP
3) Jangan memancing emosi klien
4) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
5) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
6) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan
tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan
kesadaran klien
J. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, F dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo
Stuart, G.W, dan Sudden, S.J 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Yosep, iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama.
A. Proses keperawatan:
1. Kondisi : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang kebesaran) berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Klien tampak gelisah, kooperatif, kontak
mata kurang
c. Kontrak
- Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
perasaan bapak bahwa bapak adalah soerang
pahlawan
- Tempat : Bapak mau dimana? Bagaimana kalau disini atau
di kamar saja..?
- Waktu : Kira-kira berapa lama kita akan bercakap?
Bagaimana kalau 10 menit?
2. Kerja
a. Apa pengalaman yang bapak alami akhir -akhir ini?
b. Bagaimana hubungan bapak dengan orang-orang di rumah
(keluarga/tetangga)? Apakah baik-baik saja?
c. Bagaimana lingkungan kerja bapak?
Baiklah pak… saya bisa memahami apa yang bapak rasakan
d. Apakah bapak pernah mengalami kejadian yang membuat bapak
takut?
e. Apakah bapak pernah merasa kurang dihargai dihadapan orang-
orang disekitar bapak?
f. Apa harapan bapak saat ini?
g. Apakah ada harapan bapak yang belum terpenuhi sampai saat
ini?
h. Apakah bapak pernah mendengar atau melihat sesuatu yang tak
berwujud? Apakah hal itu ada kaitannya dengan perasaan bahwa
bapak merasa sebagai seorang direktur?
i. Baiklah pak… saya tau bapak merasa bahwa bapak adalah
seorang direktur tetapi suster akan lebih senang jika bapak adalah
seorang….(biasa)
j. Bagaimana perasaan bapak saat bapak menganggap bahwa bapak
adalah direktur?
k. Kapan perasaan itu muncul bahwa bapak adalah seorang
direktur? Kira-kira selama berapa menit?
l. Pak, walaupun bapak merasa sebagai seorang pahlawan, tapi
kenyataannya bapak adalah seorang cleaning service… itu adalah
pekerjaan yang bagus pak…
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap cakap?
b. Evaluasi Objektif:
Coba sebutkan kapan saat bapak merasa seperti direktur? berapa
lama?
c. Rencana tindak lanjut:
Baiklah, pak waktu kita sudah habis. Nanti coba bapak di ingat
ingat lagi, penyebab kenapa bapak merasa sebagai direktur dan
menuliskan didalam buku kegiatan bapak
4. Kontrak
a. Topik : nanti kita akan birdiskusi tentang kemampuan
yang dimiliki bapak?
b. Tempatnya : mau dimana kita bicara pak? Bagaimana kalau
disini saja?
c. Waktu : besok gimana pak?terus waktunya kira kira jam
10.00 pagi yah pak.
A. Proses keperawatan:
1. Kondisi : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang kebesaran) berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Klien tampak gelisah, kooperatif, kontak
mata kurang
2. Diagnosa : perubahan proses pikir : waham kebesaran
3. TUK :
- Klien mengenal kemampuan yang dimiliki
- Klien dapat melaksanakan kemampuan yang dimiliki
2. Kerja
a. Sebelumnya aktivitas apa yg dilakukan bapak di rumah? bapak
mempunyai hobi apa?
b. Baiklah pak, dari aktivitas atau hobi bapak yg bisa di lakukan
disini adalah …..
c. Bapak selama berada di rumah sakit pernah membantu menyuci
piring,menyapu atau membersihkan tempat tidur? bagus kalau
bapak pernah mencobanya..untuk pengisi waktu luang.Tetapi
kalau bapak belum mencobanya sebaiknya bapak mulai mencoba
membersihkan tempat tidur untuk mengisi waktu luang bapak.
d. Ok pak selanjutnya bapak tuliskan kegiatan tadi dalam buku
kegiatan bapak ya,,, mari saya bantu.
e. Pak besok kita ada TAK.tak itu sendiri adalah terapi aktivitas
kelompok.besok bapak ikut TAK yah?
f. Wahh bagus bapak mau ikut TAK
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
Bagaimana perasaan bapak budi setelah melatih kemampuan
yang dimiliki?(coba sebutkan kembali kemampuan yang dimiliki
bapak). Bagus sekali
b. Evaluasi Objektif:
Coba sebut ulang cara mengisi waktu luang! bagus, terus, ya
benar (bantu klien)
c. Rencana tindak lanjut:
Bagaimana kalau bapak hari ini melakukan seperti mencuci
piring,menyapu dan membersihkan tempat tidurnya sendiri?
Kegiatannya kita catat di buku kegiatan ya…
4. Kontrak
a. Topik:
Baiklah, waktu kita sudah habis. Besok kita berbincang bincang
tentang manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat?
b. Tempatnya:
Mau dimana kita bicara pak? Bagaimana kalau disini saja?
c. Waktu:
Besok gimana pak?terus waktunya kira kira jam 12.00 siang yah
pak.sampai besok pak
A. Proses keperawatan:
a. Kondisi : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang kebesaran) berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Klien tampak gelisah, kooperatif, kontak mata kurang