Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Rancangan yang digunakan yaitu studi kasus deskriptif. Studi

kasus dilaksanakan mengenal frekuensi dan distribusi suatu penyakit atau

masalah kesehatan pada manusia menurut karakteristik orang yang

menderita (person), tempat kejadian (please), dan waktu terjadiya

(time)penyakit atau masalah kesehatan. Studi kasus merupakan rancangan

penelitian yang mencakup pengkajian satu unit, keluarga, kelompok,

komunitas, atau institusi (Nursalam, 2008).

Studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini yaitu studi kasus

penggunaan suction terhadap bersihan dan kepatenan jalan nafas serta

hemodinamika pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang PICU-

NICU RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data (Sugiyono, 2016). Pada studi kasus ini menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

41
42

1. Wawancara

Data didapatkan melalui komunikasi langsung dengan responden.

Sumber data didapat dari klien, keluarga dan perawat lainnya. Hasil

dari anamnesa berupa: keluhan utama klien, identitas klien, riwayat

keperawatan sekarang, riwayat keperawatan dahulu dan ruwayat

keperawatan keluarga.

2. Observasi/ Pengamatan

Observasi yang dilakukan yaitu dengan mengobservasi pasien yang

terpasang alat bantu nafas ventilator mekanik di ruang PICU-NICU

RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang.

Pengukuran biofisiologis

Pengukuran biofisiologis pada penerapan ini adalah bersihan jalan

nafas dan hemodinamik pasien yang terpasang ventilator mekanik.

3. Dokumentasi

Pada studi kasus ini dokumentasi dilakukan dengan melihat buku

catatan medis pasien dan pangambilan foto pelaksanaan penelitian.

C. Luaran Pasien

Hasil yang diharapkan dalam studi kasus ini menurut Nursing outcomes

classification ( NOC) tahun 2018 yaitu :

1. Respiratory status : Ventilation


43

Pasien dapat batuk dengan spontan, suara nafas yang bersih, tidak

terjadi sianosis dan dispneu ( mampu mengeluarkan sputum dan

bernafas dengan mudah)

2. Respiratory status : Airway patency

Menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak terdapat retraksi

dada, irama nafas teratur, frekuensi nafas dalam rentang normal dan

tidak ada suara nafas abnormal.

3. Aspiration Control

Tidak terjadi aspirasi pada jalan nafas

D. Kriteria Pasien

Kriteria pasien ditentukan oleh :

1. Persamaan diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan dalam penelitian ini yaitu pasien yang

terpasang ventilator mekanik dengan indikasi tindakan suction di ruang

NICU RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang.

2. Persamaan kategori usia

Kategori usia dalam penelitian ini yaitu usia 0 bulan – 17 tahun.

3. Bentuk intervensi keperawatan mandiri

Bentuk intervensi keperawatan mandiri dalam penerapan ini yaitu

pasien yang terpasang ventilator mekanik yang dilakukan tindakan

penghisapan lendir pada endotrakeal untuk membersihkan secret yang

menyumbat dan menghambat pernafasan pasien.


44

E. Waktu dan Tempat

Waktu dilakukan penerapan studi kasus ini yaitu 10 - 22 Juni 2019

yang dilaksanakan di ruang NICU RSUD KRMT Wongsonegoro Kota

Semarang.

F. Alat Penerapan

1. Alat Nonsteril

a. Alat penghisap lendir (suction) dengan botol berisi larutan

desinfektan. Misal : Lysol 2%

b. 2 kom kecil tertutup : 1 kom kecil tertutup berisi aquades/NaCl

09% dan 1 kom kecil tertup berisi larutan desinfektan (savlon)

c. Tongue spatel bila perlu

d. Kertas tissue

e. Kantong balutan kotor

f. Plester dan gunting

g. 1 botol NaCl 0,9%

h. Nierbeken/bengkok

i. Oksigen

j. Stetoskop

k. Jellly

2. Alat Steril :

a. Keteter penghisap (suction) steril.

1) Anak usia 2-5 tahun : 6-8F


45

2) Usia sekolah 6-10 tahun : 8-10F

3) Remaja-Dewasa : 10-16F

b. Pinset Steril

c. Kasa steril

d. Sarung tangan/handscoon steril

G. Evidence Based Practice

1. Analisis PICOT

P (Problem) : Ditemukan fenomena bahwa sebagian

besar pasien yang menggunakan alat bantu

nafas ventilator mekanik terjadi akumulasi

secret yang bersifat obstruktif.

I (Intervention) : Perlu diberikan intervensi penghisapan

lendir untuk menghindari terjadinya

obstruksi jalan nafas yang berakibat fatal

terhadap kondisi pasien.

C (Comparison) : Perbandingan tindakan suction

menggunakan normal salin menunjukkan

efektifitas pengenceran secret dan mobilisasi

yang bagus, sedangkan penggunaan suction

tanpa normal saline juga terdapat mobilisasi

secret, akan tetapi pada penggunaan suction


46

tanpa normal saline tidak efektif terhadap

secret yang bersifat kental dan obstruktif.

O (Outcome) : Setelah diberikan tindakan suction

diharapkan bersihan dan kepatenan jalan

nafas pasien bebas dari secret yang purulent

dan obstruktif..

T (Time) : Intervensi tindakan suction dilakukan pada

saat suara nafas pasien yang abnormal serta

melihat pada slang endotrakeal tube yang

terpasang, hal ini juga memperhatikan

produktivitas secret yang dihasilkan.

2. Metode Telusur Artikel

Jurnal yang digunakan dalam studi kasus ini didapatkan dari akses

pencarian melalui google scholar, elsevier dan ProQuest. Kriteria

inklusi pada telusur jurnal yaitu jurnal yang sudah ter indeks dan

terdaftar pada jurnal nasional dan internasional, serta di publikasikan

pada rentang waktu kurang dari 5 tahun. Sedangkan kriteria eklusinya

yaitu jurnal yang tidak menyebutkan masalah secara spesifik.

Kata kunci yang berkaitan dengan pencarian jurnal untuk studi

kasus ini yaitu Pediatric,Suction, Endotracheal tube, Criteria,

Indicator,Normal saline, Nursing practice. Dari pencarian tersebut

didapatkan 4 jurnal yang masuk dalam kriteria inklusi.


47

3. Analisis Artikel

Hasil analisis yang didapatkan dari telaah jurnal adalah tindakan

penghisapan lendir atau suction dilakukan berdasarkan beberapa

indikasi, indikasi prioritas dalam tindakan penghisapan lendir adalah

terdapatnya secret yang bersifat obstruktif pada endotrakeal tube. Hal

ini dikarenakan pada pasien dengan ventilator mekanik seluruh

pernafasannya ditopang dengan alat tersebut, sehingga jika terjadi

sumbatan pada jalan nafas yang menghubungkan pasien dengan

ventilator akan berakibat buruk pada kondisi pasien. Hasil yang

didapat pada penelitian adalah p<0,001 r=0,63 bahwa tindakan

suction pada endotrakeal tube sangat diperlukan pada indikasi secret

yang obstruktif.

4. Implementasi EBP

Prosedur pelaksanaan tindakan penghisapan lendir adalah sebagai

berikut;

1. Jelaskan prosedur yang akan di laksanakan

2. Cuci tangan

3. Atur posisi Klien

a. Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral

suction) dan posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction)

b. Klien tidak sadar baringkan klien dengan posisi lateral

menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction)


48

4. Meletakkan nierbeken di dekat pasien

5. Gunakan sarung tangan

6. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap

7. Mesin penghisap dihidupkan. Atur daya hisap sesuai kebutuhan

pasien, yaitu 50-95 mmHg untuk.

8. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter

penghisap ke dalam kom berisi savlon baru kamudian ke kom

berisi aquadest atau NaCl 0,9% untuk mempertahankan kesterilan

9. Lakukan hiperoksigenasi 100% dengan resuscitator bag (jika ETT)

10. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap

11. Tarik dengan memutar kateter penghisap 10-15 detik

12. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan

berikutnya. Apabila pasien mengalami distres pernapasan, biarkan

istirahat 20-30 detik sebelum melakukan penghisapan berikutnya

13. Setelah selesai, dokumentasikan kegiatan (catat sputum :

banyaknya, kekentalan, warna) hasil dari auskultasi dan respon

pasien terhadap prosedur yang dilakukan

15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

5. Evaluasi EBP

Evaluasi EBP dilakukan dengan melihat beberapa respon yang muncul

setelah dilakukan tindakan suction antara lain;

1. Klien yang mempertahankan frekuensi pernapasan normal


49

2. Jalan napas dengan klien yang tidak dapat batuk dengan adekuat

bersih dari sekret

3. Meningkatnya suara napas

4. Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangan

saluran pernapasan, meningkatnya dinamik campliance paru,

meningkatnya tidal volume.

5. Adanya peningkatan dari nilai arterial bloodgas, atau saturasi

oksigen yang bisa dipantau dengan pulse oxymeter.

6. Hilangnya sekret pulmonal.

H. Prosedur Intervensi keperawatan mandiri berdasarkan EBP

Pengertian Tindakan menghisap lendir menggunakan suction pada bayi /


anak
Tujuan Membebaskan jalan nafas bayi / anak dari lendir atau
mukoneum
Kebijakan SK pedoman pengorganisasian komite keperawatan

Prosedur       Persiapan alat


  1. Suction
  2. Handscun steril
  3. Masker
  4. Kom, air pembilas (steril water)

Cara menghisap lendir pada bayi / anak menggunakan


suction
  1. Cuci tangan
  2.  Jelaskan pada orang tua pasien tentang tujuan dan prosedur
50

tindakan yang akan dilakukan


  3. Atur posisi bayi atau anak
  4. Hubungkan kateter penghisap apakah berfungsi atau tidak,
dengan cara mencelupkan kedalam air ujung kateter penghisap
5. Memutus hubungan sirkuit ventilator dengan ET (Open
Suction)
  6. Hisap lendir yang ada di selang ET selama 3-7 detik
7. Hisap lendir yang ada di rongga hidung / mulut selama 3-7
detik
  8. Tarik kateter keluar secara perlahan dengan cara memutar
  9. Celupkan ujung kateter penghisap untuk membilas
  10. Ulangi kembali penghisapan sampai bersih (2 kali siklus)
sebelum alat penghisap (suction) dimatikan
  11. Rapikan bayi / anak
  12. Kosongkan botol penampung dan alat – alat dirapikan
  13. Masukkan kateter kedalam tong sampah infeksius
  14. Cuci tangan
  15. Dokumentasikan
UNIT TERKAIT 1.      Ruang Perawatan anak
2.      Ruang perawatan neonatus

Anda mungkin juga menyukai