Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sifat zat padat selain bergantung kepada jenis atom-atom
penyusunnya juga bergantungpada struktur materialnya, yaitu cara
penyusunan atom di dalam zat padat. Zat padat merupakanzat yang
memiliki struktur yang stabil. Kesetabilan struktur zat padat disebabkan
oleh adanyainteraksi antara atom membentuk suatu ikatan Kristal. Istilah
Kristal memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan
fisika zatpadat. Dalam kehidupan sehari-hari kristal termasuk pada benda
padat yang menunjukkan bentukgeometri tertentu. Berbagai bentuk kristal
dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis
ikatan molekuler antara atom-atom untukdapat menentukan struktur kristal
dan juga keadaan terbentuknya kristal tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang diambil dari masalah ini yaitu :
1. Pengertian Konstanta Elastik.
2. Pengertian ikatan kristal dan gaya ikat.
3. Macam – macam ikatan kristal, Getaran kristal,
4. Pengertian gas fermi.

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui konstanta elastic kristal
2) Umtuk mengetahui ikatan kristal dan gaya ikat
3) Untuk mengetahui macam-macam ikatan kristal, getaran kristal
4) Untuk mengetahui gas fermi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konstanta Elastik

Konstanta elastik adalah tinjauan hubungan antara tegangan-tegangan dan


perubahan bentuk benda yang ditimbulkannya. Konstanta-konstanta elastisitas
tersebut sangat penting dalam kajian ilmu seismologi untuk mengetahui sifat
elastisitas material di dalam bumi pada saat menjalarkan gelombang seismik.
Konstanta elastisitas biasanya menjelaskan bagaimana hubungan tegangan dan
regangan yang bekerja pada suatu bahan. Untuk medium yang homogen isotropik
konstanta elastik didefinisikan sebagai sifat medium dimana tidak terdapat variasi
densitas didalam medium sehingga gelombang menjalar dengan kecepatan yang
sama dalam medium.  konstanta elastik meliputi modulus Young, modulus Bulk,
modulus Rigiditas dan rasio Poisson.

1. Modulus Young (stretch modulus)


Didefinisikan sebagai besarnya regangan yang diakibatkan oleh perubahan
panjang suatu benda akibat adanya tarikan . Di mana atau regangan timbul dari
gaya yang bekerja pada suatu luasan dan tarikan yang diberi lambang adalah
perubahan panjang untuk setiap panjang benda. Semua komponen regangan yang
tidak searah sumbu panjang adalah nol. Hal ini disebabkan tegangan hanya terjadi
pada arah sumbu panjang tersebut, pada arah yang lain tegangannya nol.
Perumusannya adalah:

2
2. Modulus Bulk (Κ)
Menyatakan regangan yang dialami oleh suatu benda yang ditunjukkan oleh
perubahan volume benda tersebut. Tegangan pada modulus ini didefinisikan
sebagai tekanan hidrostatik. Jadi modulus Bulk adalah hubungan antara tegangan
dan regangan pada benda yang mengalami tekanan hidrostatik. Bila tekanan
hidrostatik Ph= F/A dan regangan volume  = ΔV/V, maka modulus Bulk adalah:

3
3. Modulus Rigiditas (μ)
Tekanan terhadap suatu benda dapat menimbulkan regangan berupa
pergeseran pada salah satu permukaan bidangnya. Tekanan yang bekerja pada
benda ini disebut tekanan geser dan regangannya disebut regangan geser.
Perubahan bentuk akibat pergeseran ini tidak disertai perubahan volumenya.
Hubungan antara tegangan dan regangan yang menimbulkan pergeseran
sederhana ini disebut modulus Rigiditas. Perumusan matematisnya adalah: 

atau persamaan modulus rigiditas bisa dituliskan seperti :

 
4. Rasio Poisson  ( )
Rasio Poisson atau poisson’s ratio adalah ukuran besarnya regangan pada
suatu benda berupa kontraksi dalam arah transversal dan peregangan dalam arah
longitudinal akibat terkena tekanan. Apabila pernyataan tersebut diterapkan pada
silinder dimana arah transversalnya dinyatakan dengan diameter silinder (D) dan
arah longitudinal dengan panjang silinder (L), maka rasio Poisson adalah

4
 

  Kaitan konstanta-konstanta elastik

Kaitan antara modulus Bulk, Young dan rasio poisson’s adalah

5
Tegasan pada satu sisi (y) menyebabkan sisi sejajarnya mengalami perubahan
bentuk seperti ditunjukkan di gambar. 6, yang pada awalnya belum mengalami
perubahan bentu gambar.5, sehingga memberikan kontribusi regangan transversal
sebesar x dan z;

6
B. IKATAN KRISTAL
Gaya Antar Atom
 Gaya apakah yang
mepertahankan atom-atom
dalam kristal agar
tetap bersatu? Gaya elektrostatik
tarik-manarik antara muatan
negatif elektron dan muatan
positif inti atom yang menjadi
penyebab timbulnya gaya pemersatu (kohesi) dalam zat padat.
 Gaya magnet sangat kecil pengaruhnya pada kohesi dan gaya
gravitasi bahkan dapat diabaikan efeknya.
 Di pihak lain, adanya interaksi pertukaran, seperti gaya Van der
Waals dan ikatan kovalen memberikan sumbangan yang berati
pada kohesi kristal.
 Energi kohesi kristal didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk
memecah/memisahkan kristal menjadi komponen
komponennya yang berupa atom netral yang bebas.
 Apabila komponen-komponen kristal berupa ion positif dan ion
negatif, maka energi kohesi lebih tepat disebut energi kisi.
GAYA IKAT → adalah resultan dari gaya Tarik elektrostatik (antar proton-
elektron) dan gaya tolak elektrostatik (proton-proton)
Besar gaya tarik dan tolak:
r>r0 gaya tarik lebih besar
r>r0 gaya tolak lebih besar
r∞ gaya tarik dan gaya tolak = 0
r>r0 gaya Tarik = gaya tolak, sehingga r0 disebut jarak
keseimbangan atau jarak ikatan.
Jika r → ∞ energi potensial system nol
Jika nilai r semakin kecil, nilai negatif energi potensial semakin bertambah besar
Jika jarak pisah r sama dengan jarak ikat r = r 0, maka energi potensial mencapai
minimum

7
C. MACAM – MACAM IKATAN KRISTAL
 Ikatan Ionik
 Ikatan Kovalen
 Ikatan Logam
 Ikatan Van Der Waals
 Ikatan Hidrogen

1. IKATAN IONIK
 Terjadi akibat ikatan ionik antara ion-ion dalam zat padat
 Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya Tarik menarik elektrostatik
(Coulomb) antara ion positif dan ion negative
 Pada Kristal ionik, tiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang lain
 Beberapa contoh bahan Kristal ionik antara lain: yang lain NaCl, CsCI,
KBr, Nal, dst…
ion-ion terikat satu sama lain karena ada energy kohesif yang berasal dari energy
Potensial listrik:
2
e 1
EP = V = -α
4 π ε0 r

α = konstanta madelung
dimana:
α = 1,748 untuk struktur kristal fcc
α = 1,763 untuk struktur kristal bcc
Akibat prinsip eksklusi Pauli timbul potensial tolak
A
V tolak
rn
dimana A adalah kekuatan tarikan dan menentukan bagaimana cepatnya
potensial bertambah jika r
berkurang.

8
Sifat zat padat lonik
 Kristal kubik yang dibentuk relatif stabil dan keras
 Sifat konduktor elektriknya jelek, karena tidak terdapat elektron bebas
 Suhu penguapannya tinggi sekitar 1000 sampai 2000 K
 Tidak tembus cahaya terhadap radiasi tampak
 Menyerap kuat sinar inframerah
 Mudah larut dalam zat cair polar seperti air

2. IKATAN KOVALEN
• Terjadi karena ikatan kovalen antara atom-atom Ikatan kovalen: ikatan yang
terjadi karena adanya pemakaian bersama elektron-elektron dari atom-atom yang
bersangkutan
• Elektron-elektron yang membentuk ikatan tersebut bersifat lokal (hanya
terdapat) di daerah antara dua atom, menempati orbital ikatan (a) dengan spin
yang berlawanan arahnya.
• Ikatan kovalen sering juga disebut ikatan kuantum, karena memerlukan teori
kuantum untuk menjelaskan mekanisme pembentukan ikatannya.
• Ikatan kovalen termasuk ikatan yang kuat. Ikatan pada dua atom karbon dalam
kristal intan (karbon padat) membentuk struktur tetrahedral, artinya setiap atom
karbon dikelilingi oleh 4 buah atom karbon tetangga terdekat.
• Kristal lain yang termasuk dalam struktur intan adalah kristal silikon dan
germanium (semikonduktor).
• Zat padat kovalen memiliki energi ikat yang lebih besar daripada zat padat ionik,
sehingga memiliki sifat yang lebih keras.

9
Sifat-sifat kristal kovalen:
• Tidak larut dalam zat cair biasa
• Sebagai konduktor dan termal yang jelek
• Tembus cahaya (contoh: intan)
• Beberapa kristal kovalen sangat keras Sebagian krisatal, titik lelehnya sangat
tinggi (intan = 4000 K)
3. IKATAN LOGAM
• Setiap logam mempunyai elektron valensi (elektron terluar) yang sangat mudah
bergerak. Elektron-elektron valensi dilkuiskan sebagai lauran awan gas elektron
yang bebas mengelilingi / membungkus sebuah kisi atau ion-ion positif (struktur
dasar logam)
• Ikatan antara gas elektron ini desebut ikatan logam. Gas elektron bertindak
sebagai "perekat" yang mengikat ion-ion positif untuk membentuk suatu kristal
logam Logam dicirikan oleh tingginya konduktivitas listrik dan temal
• Struktur kristal logam yang paling umum adalah fcc, bcc, atau hcp (hexagonal
close packed)
• Energi kohesif ikatan logam cenderung berada dalam rentang 1-3 eV, yang
menyebabkan logam kurang terikat kuat dibandingkan dengan zat padat ionik dan
kovalen, akibatnya logam berinteraksi kuat dengan cahaya tampak yang
menyebabkan logam menjadi tidak tembus cahaya.

10
Sifat-sifat Kristal Logam:
• Tidak rembus cahaya
• Permukaannya tampak mengkilap
• Memiliki sifat konduktivitas dan termal yang baik
• Dapat dilarutkan dan dicampurkan dengan logam lain sehingga membentuk
senyawa baru, karena ikatan logam tidak bergantung pada pertukaran elektron
tertentu antara atom-atom.

4. IKATAN VAN DER WAALS


• Gas inert (He, Ne, Ar, dst) dapat membentuk kristal-kristal sederhana
• Kristal tersebut umumnya transparan, bersifat isolator,berikatan lemah dan
memiliki titik leleh yang sangat rendah
• Atom-atom gas inert memiliki orbital valensi yang terisi penuh elektron,
sehingga elektron-elektron valensi tidak memungkinkan lagi untuk membentuk
ikatan
• Atom-atom gas inert dapat mengalami distorsi yang sangat kecil pada distribusi
elektronnya dalam orbital kulit penuh yang berbetuk simetri bola. Meskipun kecil,
penyimpangan ini cukup mengubah atom-atom menjadi dipol-dipol listrik.
Interaksi antar dipol inilah yang menghasilkan gaya tarik-menarik yang disebut
gaya Van der Waals.

11
5. IKATAN HIDRROGEN
• Atom hidrogen hanya dapat berikatan dengan sebuah atom lain, karena hanya
memiliki sebuah elektro. Pada keadaan tertentu, atom hidrogen dapat juga
berikatan kuat dengan dua buah atom
• Dalam ikatan hidrogen, atom H bersifat sebagai ion positif terutama bila
berikatan dengan atom-atom yang elektronegatif, seperti F, O, dan N
• Ikatan hidrogen berperanan penting dalam interaksi antar molekul H2O, dan
bersama-sama interaksi elektrostatik dari dipol-dipol listrik (H₂O molekul polar)
berperan dalam pembentukan molekul air dan kristal es.

Jenis ikatan Asal ikatan Sifat


Ionik Gaya Tarik menarik Keras ; titik lebur
elestrostik antara ion tinggi ; larut dalam
positif dan ion negatif cairan polar seperti air
Kovalen Patungan elektron Sangat keras ; titik lebur
tinggi;larut dalam sedikit
cairan;tidak tembus
cahaya tampak
Logam Gaya Tarik menarik Berikilauan :
elektrostatik antara ion menghantarkan kalor
positif logam dengan dan listrik dengan baik
awan elektron
Van der Waals Gaya van der waals Lunak ; titik lebur dan
akibat distribusi muatan titik didih rendah ; larut
yang tidak simetris dalam cairan kovalen
Hidrogen Gaya Tarik menarik Lebih kuat dari ikatan
elektrostatik kuat antara van der waals ; titik
hydrogen pada satu lebur dan titik didih
molekul dengan atom N, lebih tinggi dari ikatan
O atau F van der waals.

12
D. GETARAN KRISTAL YANG BERBASIS MONOATOMIK

Kasus paling sederhana adalah kasus yang melibatkan getaran kristal


akibat adanya gelombang elastis yang merambat dalam arah [100], [110], dan
[111], yamg terdapat pada kristal kubik. Ini adalah arah dari tepi kubus, diagonal
permukaan, dan tubuh diagonal. Ketika sebuah gelombang merambat sepanjang
salah satu dari arah-arah itu, seluruh bidang atom bergerak dalam fase dengan
perpindahan baik paralel atau tegak lurus terhadap arah vektor gelombang
tersebut. Gambarkan dengan satu koordinat us perpindahan bidang s dari posisi
keseimbangannya. Masalahnya adalah dari satu dimensi. Untuk setiap vektor
gelombang terdapat 3 model getaran, yaitu 1 polarisasi longitudinal dan 2
polarisasi transversal.

Asumsikan bahwa respon elastis kristal adalah fungsi linier dari gaya. Hal itu
setara dengan asumsi bahwa energi elastis adalah fungsi kuadrat dari perpindahan
relatif dua titik dalam kristal. Istilah energi itu adalah linier akan lenyap dalam
keseimbangan. Kubik dan bangun lainnya yang lebih rumit dapat diabaikan untuk
deformasi elastis yang cukup kecil, tetapi berperan sama pada suhu tinggi.

E. GAS ELEKTRON BEBAS

1. Tingkat Energi Dalam Satu Dimensi


Gas elektron bebas dalam satu dimensi sesuai dengan perhitungan dari teori
kuantum dan asas Pauli. Sebuah elektron yang bermassa m terkurung
sepanjang L yang tak terhingga (Gambar 2). Fungsi gelombang (x) pada
elektron merupakan solusi persamaan Schrödinger dengan
mengabaikan energi potensial maka kita dapatkan dimana p
adalah momentum. Dalam teori kuantum p dapat direpresentasikan sebagai
sehingga:

dimana adalah energi pada orbital elektron.

13
Kita dapat menggunakan orbital untuk menunjukan solusi persamaan
gelombang hanya untuk sistem satu dimensi. Hal ini menunjukan perbedaan
antara persamaan gelombang secara pasti pada keadaan kuantum untuk N
elektron yang berinteraksi dan secara perkiraan pada keadaan kuatum yang
menyebutkan N elektron menjadi N orbital yang berbeda dimana setiap orbital
merupakan solusi persamaan gelombang untuk satu elektron. Model orbital
dapat tepat terjadi jika tidak ada interaksi antar elektron.
Dengan batasan ; yang merupakan batasan tak
terhingga pada energi potensial. Ini memenuhi fungsi gelombang sinus dengan
bilangan integral n dari setengah panjang gelombang antara 0 dan L :

…………………..……..(2)
dimana A, konstan.
Persamaan (2) merupakan solusi dari persamaan (1) karena,

dimana energi adalah

…………………………..…(3)
Jika kita ingin mendapatkan N elektron pada satu persamaan. Menurut Asas
Pauli, tidak dapat dua elektron memiliki bilangan kuantum yang sama. Tiap
orbital dapat ditempati lebih dari 1 elektron. Hal ini berlaku untuk elektron
pada atom, molekul dan zat padat.

14
Gambar 2. Tiga tingkat energi pertama dan fungsi gelombang pada elektron
bebas dengan massa m yang terkurung garis dengan panjang L

Pada zat padat, bilangan kuantum suatu orbital elektron konduksi adalah n
dan , dimana n adalah bilangan bulat positif dan bilangan kuantum magnet

menurut orientasi spin. Pasangan orbital ditandai dengan bilangan


kuantum n yang didapat dari dua elektron, satu dengan spin up dan satu lagi
spin down.
Jika terdapat enam elektron, maka keadaan dasar suatu system aka terisi oleh
orbital yang terlihat pada table dibawah:
Elektron yang Elektron yang
dimiliki dimiliki

1 1 3 1
1 1 3 1
2 1 4 0
2 1 4 0

Lebih dari satu orbital mungkin memiliki energi yang sama. Jumlah orbital
dengan energi yang sama disebut degenerasi.
Misalkan merupakan tingkat energi yang terisi paling atas, dimana kita
dapat mulai mengisi tingkatan tersebut dari bawah ( n = 1) dan selanjutnya
mengisi tingkat paling tinggi dengan elektron sampai semua N elektron
terpenuhi. Hal ini baik digunakan untuk N adalah bilangan genap. Keadaan
= N menunjukan , nilai n untuk tingkat yang terisi paling atas.
Energi Fermi merupakan definisi dari tingkat energi yang terisi paling atas
pada keadaan dasar dari N elektron. Dari persamaan (3) dengan n = , kita
dapatkan energi dalam satu dimensi yaitu :

………………………..…(4)

15
2. Pengaruh Temperatur Pada Distribusi Fermi Dirac
Keadaan dasar merupakan dimana N elektron berada pada keadaan nol. Apa
yang terjadi jika temperatur meningkat? Ini adalah masalah biasa pada
statistik dasar mekanik dan solusi yang diberikan berupa distribusi fungsi
Fermi-Dirac.
Energi kinetik pada gas elektron yang meningkat seperti halnya temperatur
yang meningkat sehingga beberapa tingkat energi yang ditempati oleh
kekosongan berada pada keadaan nol, dan beberapa tingkat merupakan
kekosongan yang ditempati pada keadaan nol. Distribusi Fermi-Dirac
memberi kemungkinan mengenai orbital pada energi akan menempati
elektron gas ideal dalam keseimbangan termal:

Jumlah adalah fungsi dari temperatur, dapat dipilih menjadi masalah


utama dengan demikian jumlah total partikel dalam suatu sistem dapat
dihitung dengan tepat yaitu sama dengan N. Pada keadaan nol , karena
batas T  0 dengan fungsi berubah dari nilai 1 (terisi) menjadi nilai 0

(kosong) pada . Untuk seluruh temperatur sama dengan


ketika , maka untuk persamaan (5) akan memiliki nilai 2.

Gambar 3. Fungsi persamaan (5) distribusi Fermi-Dirac pada saat diberi

variasi temperatur saat

16
Jumlah merupakan potensial kimia dan kita dapat mengetahui keadaan nol
pada potensial kimia sama dengan energi Fermi, tetapan tesebut sama seperti
energi pada orbital terisi paling atas dalam keadaal nol.
Distribusi energi tinggi berada pada fungsi pada persamaan 5,
menjadi . Batasan ini disebut sebagai distribusi
Maxwell Boltzmann.

3. Gas Elektron Bebas dalam Tiga Dimensi


Persamaan partikel bebas Schrodinger pada 3 dimensi yaitu :

………………………(1)
Jika elektron-elektron itu diletakkan di dalam sebuah kubus dengan panjang
sisi-sisinya sebesar L, maka fungsi gelombangnya adalah gelombang berdiri

…………………….(2)
dimana nx, ny, dan nz adalah bilangan bulat positif
Jika menggunakan sebuah fungsi gelombang yang periodik pada x,y,z dan
periodik L, maka
………………………………………(3)
Fungsi gelombang yang memenuhi persamaan Schordinger dan yang
periodik adalah berbentuk gelombang berjalan sebagai berikut:
……………………………………………..(4)
Nilai komponen-komponen k sebagai berikut:

……………………………………….(5)
begitu juga untuk ky dan kz
Setiap komponen dari k merupakan 2nπ/L yang merupakan bilangan bulat
positif atau negatif. Komponen-komponen dari k tersebut adalah merupakan
bilangan kuantum dari partikel tersebut. Disamping itu, bilangan kuantum
yang digunakan untuk menandai partikel tersebut yang dalam hal ini elektron
adalah bilangan kuantum magnetik ms yang berkaitan dengan spin elektron itu
sendiri.
Kita dapat menghitung nilai k sesuai persamaan (3) yaitu

17
………………………………………………………………….(6)
Substitusikan persamaan 4 ke 1 kita akan mendapatkan energi Єk dari orbital
dengan vector gelombang k :

……………………….......(7)
Besarnya vektor gelombang berhubungan dengan panjang gelombang oleh k
= 2π/
Momentum linier P dihasilkan pada mekanika kuantum oleh operator
untuk orbital persamaan (4)
…………………………….(8)
Maka pada gelombang berjalan merupakan fungsi eigen dari momentum
linear dengan nilai eigen . Kecepatan partikel pada orbital k
diberikan oleh
Dalam keadaan dasar semua tingkat energi yang terletak di bawah energi
Fermi dan energi Fermi itu sendiri akan ditempati elektron. Oleh karena itu,
vektor gelombang terbesar adalah vektor gelombang untuk elektron yang
berada pada tingkat energi Fermi. Dengan demikian, jika kita misalkan vektor
gelombang Fermi dengan huruf kf , maka energi Fermi dapat ditulis sebagai
berikut :

Dari persamaan (5) kita dapat lihat bahwa ada 1 mengikuti vector gelombang
ini berbeda dari bilangan kuantum untuk elemen volume
(2 /L)3 dari kulit k. Maka pada volume bola total jumlah orbital
adalah :

………………………………(10)
Dimana factor 2 berasal dari 2 mengikuti nilai dari m s, bilangan spin
kuantum, untuk masing-masing nilai k yaitu :

…………...……………………………(11)
Yang hanya tergantung pada konsentrasi partikel
Menggunakan persamaan (9)

………………………………………(12)

18
Hubungan dari energy Fermi untuk konsentrasi elektron N/V. Elektron
memberikan nilai jumlah TF yang didefinisikan sebagai (jumlah TF
tidak menentukan temperatur dari elektron gas)
Kita telah menemukan jumlah orbital per unit tingkat energy, D yang
disebut densitas. Kita gunakan persamaan 12 untuk jumlah bilangan orbital
energy ≤

………………………………………(13)

Maka densitas pada gambar disamping yaitu

Persamaan 13 dapat ditulis secara sederhana


yaitu

dimana

(15)
Nomor orbital per unit tingkat energy pada energy Fermi adalah total nomor
konduksi elektron yang dibagi oleh energy Fermi.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konstanta elastisitas biasanya menjelaskan bagaimana hubungan


tegangan dan regangan yang bekerja pada suatu bahan. Untuk medium
yang homogen isotropik konstanta elastik didefinisikan sebagai sifat
medium dimana tidak terdapat variasi densitas didalam medium
sehingga gelombang menjalar dengan kecepatan yang sama dalam
medium. konstanta elastik meliputi modulus Young, modulus Bulk,
modulus Rigiditas dan rasio Poisson.
Dalam keadaan dasar semua tingkat energi yang terletak di bawah
energi Fermi dan energi Fermi itu sendiri akan ditempati elektron.
Oleh karena itu, vektor gelombang terbesar adalah vektor gelombang
untuk elektron yang berada pada tingkat energi Fermi.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
b0abf4f26bd1137b0a159e006d8c24cf.pdf
C. Kittel, Intruduction to Solid State Physics, 6-edition,john Willey
&Sons, Inc, California
J. S. Blakemore, Solid State Physics, 2-edition
M. A. Omar, Elementary Solid State Phisics : Principles &
Application, Addison – Wesley Publihing, Manila 1975
V. Rajendran, A. Marikani, Materials Science, Tata McGraw-Hill
Publiching, New Delhi, 2004.

21

Anda mungkin juga menyukai