Nim : 20.0.A.1480
$data=array(
);
//perintah insert data baru ke dalam tabel "food_list" dengan data yang
//sudah dideklarasikan
$app['db']->insert('food_list', $data);
});
Pada code di atas terdapat petikan code “$request->get(‘name’)” maksud dari kode tersebut
adalah bahwa fungsi akan mengambil sebuah nilai yang dilempar oleh client service dengan
nama “name”. Misal kalo suatu saat anda membuat sebuah aplikasi android untuk insert data
melalui API ini, maka aplikasi android anda harus melempar nilai bernama “name” dan “price”.
Server akan menangkap kedua nilai tersebut untuk diolah kemudian.
Setelah proses insert data, sekarang kita akan membuat proses update data. Masukkan kode
berikut :
$data=array(
);
$app['db']->update('food_list', $data,array('id'=>$id));
});
Code di atas adalah kode untuk melakukan update data melalui API, sebenarnya mirip dengan
proses insert hanya saja kali ini kita memiliki informasi id dari data yang ingin diupdate.
Kemudian untuk proses delete data, masukkan kode berikut :
$app->delete(‘/delete/{id}’, function (Silex\Application $app, Request $request,$id) {
//perintah untuk menghapus data pada tabel “food_list” dengan id tertentu
$app[‘db’]->delete(‘food_list’, array(‘id’=>$id));
return $app->json(“Success delete data”);
});
Kode di atas lebih simpel karena hanya melempar suatu id kemudian menghapus data dengan id
tersebut.
Interoperabilitas adalah kemampuan dua sistem atau lebih untuk saling bertukar informasi, dan
menggunakan informasi yang saling dipertukarkan tersebut. Kebutuhan akan interoperabilitas
nyata di lingkungan fasilitas kesehatan yang menggunakan lebih dari satu sistem informasi.
Sistem informasi rekam medis perlu dapat bertukar data dengan sistem informasi laboratorium,
misalnya.
Interoperabilitas memerlukan satu set standar (atau banyak standar) untuk disepakati dan
digunakan bersama oleh semua sistem informasi yang terlibat. Standar diperlukan agar data, di
bagian manapun dari sistem informasi manapun, memiliki format dan makna yang sama. Dengan
format dan makna yang sama, informasi dapat digunakan bersama oleh berbagai pihak yang
terlibat dalam satu lingkungan kerja.
EHR Interoperability Work Group mengklasifikasikan interoperabilitas menjadi tiga:
– Interoperabilitas teknis: memastikan bahwa data dapat terkirim pada pihak-pihak yang
berkepentingan, terlepas dari terstruktur atau tidaknya data yang dikirimkan tersebut.
– Interoperabilitas semantik: memastikan bahwa data dipahami secara sama oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, terlepas dari mekanisme pengirimannya.
– Interoperabilitas proses: memastikan bahwa data terkirim pada saat yang tepat, dalam urutan
yang tepat, dalam satu kerangka koordinasi kerja antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Untuk implementasi yang optimal dalam satu lingkungan kerja, ketiga klasifikasi
interoperabilitas tersebut harus terwujud.
Namun ada yang membagi interoperabilitas hanya menjadi dua bagian saja: interoperabilitas
sintaksis dan interoperabilitas semantik. Interoperabilitas sintaksis adalah tentang struktur atau
format komunikasi data. Contoh standar interoperabilitas sintaksis adalah HL7 v2.x.
Interoperabilitas semantik adalah tentang makna dari data yang dikomunikasikan/dipertukarkan,
memastikan bahwa data yang dipertukarkan dimaknai secara sama oleh semua pihak/sistem yang
saling bertukar data. Contoh standar interoperabilitas semantik adalah SNOMED CT atau
LOINC. Tanpa interoperabilitas semantik, data dapat saling dipertukarkan, namun tak ada yang
bisa memastikan penerima data akan memaknai data yang dikirimkan secara sama sebagaimana
pihak pengirim data memaknainya.
Lalu bagaimana standar dibuat?
Ada empat mekanisme yang mungkin dilakukan untuk terbentuknya sebuah standar.
1. Standar “ad hoc”.
Standar ini muncul ketika beberapa kelompok pengembang sistem informasi menyetujui secara
informal untuk menggunakan seperangkat format yang sama, di mana kesepakatan tersebut tidak
dipublikasikan secara meluas.
2. Standar “de facto”.
Standar ini muncul begitu saja ketika banyak pengguna sistem informasi yang terbiasa atau
mengadopsi format yang sama.
3. Standar “de jure”.
Standar ini muncul ketika pemerintah menyusun, menetapkan, dan “memaksakan” implementasi
seperangkat standar tertentu.
4. Standar berdasarkan konsensus.
Standar ini muncul dari hasil diskusi terbuka antara banyak pihak.
Sumber:
Coming to Terms: Scoping Interoperability for Health Care – Health Level Seven EHR
Interoperability Work Group
HL7 E-Learning Course: Introduction to Healthcare Interoperability
3. Mencari Artikel terkait websevice dan Api ( definisi, Fungsi dan Kegunaan )
API adalah singkatan dari Application Programming Interface, yaitu sebuah software
yang memungkinkan para developer untuk mengintegrasikan dan mengizinkan dua
aplikasi yang berbeda secara bersamaan untuk saling terhubung satu sama lain.
Tujuan penggunaan API adalah untuk saling berbagi data antar aplikasi yang berbeda.
Selain itu API juga bertujuan mempercepat proses pengembangan aplikasi dengan cara
menyediakan sebuah fungsi terpisah sehingga para developer tidak perlu lagi membuat
fitur yang serupa.
Manfaat API
Dalam pengembangan website atau aplikasi, manfaat API adalah sebagai berikut.
Sebagai contoh aplikasi yang memerlukan data lokasi untuk pelayanan transportasi atau
pengiriman makanan seperti Grab atau Gojek, di mana mereka tidak perlu lagi membuat
peta sendiri, melainkan tinggal menghubungkan aplikasi dengan peta di Google Maps.