GT04 Proyeksi Isometri - 2
GT04 Proyeksi Isometri - 2
Teknik
P R O Y E K S I I S O M E T R I
PENDAHULUAN
Proyeksi
isometri(k)
dapat
digolongkan
sebagai
gambar
piktorial.
Ketiga
bidang
pada
sebuah
objek
3D
digambar
dan
tampak
jelas.
Dimensi
objek
gambar
pun
dapat
diukur
langsung
pada
gambar
proyeksi
ini.
istiarto
●
Jurusan
Teknik
S ipil
dan
Lingkungan
FT
UGM
●
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/
Perhatikan
kubus
ABCDEFGH
yang
diletakkan
pada
bidang
horizontal
dan
bertumpu
pada
salah
satu
sudut,
H,
dengan
diagonal
DF
tegak
lurus
titik
pandang
(view
point,
VP),
seperti
tampak
pada
gambar
potongan
melintang
yang
disajikan
pada
Gambar
1.
Perhatikan
gambar
tersebut
dengan
seksama.
GAMBAR
1
DIAGRAM
PROYEKSI
ISOMETRI.
! Semua
bidang
bujur-‐sangkar
sisi
kubus
tampak
sebagai
bidang
miring
dengan
sudut
kemiringan
yang
sama
terhadap
VP
sehingga
bidang-‐bidang
tersebut
tampak
sebagai
bidang
jajaran-‐genjang
yang
sama
dan
sebangun.
! Ketiga
rusuk
DA,
DC,
dan
DH
bertemu
di
titik
sudut
D.
Ketiga
rusuk
merupakan
sisi
bidang-‐bidang
kubus
yang
tampak
(terlihat).
Sudut
siku-‐siku
ketiga
rusuk
tersebut
tampak
sebagai
sudut
miring
terhadap
VP
dan
ketiga
rusuk
mengalami
perpendekan
dengan
skala
yang
sama.
Ketiga
rusuk
saling
membentuk
sudut
120°.
Rusuk
DH
vertikal,
sedang
kedua
rusuk
yang
lain
membentuk
sudut
30°
terhadap
bidang
horizontal.
! Rusuk-‐rusuk
kubus
yang
lain
digambarkan
sejajar
terhadap
salah
satu
dari
ketiga
rusuk
DA,
DC,
atau
DH
dan
juga
diperpendek
dengan
skala
yang
sama.
! Diagonal
bidang
atas,
AC,
sejajar
dengan
VP
sehingga
digambarkan
dengan
dimensi
yang
sama
dengan
dimensi
sesungguhnya.
Proyeksi
kubus
ABCDEFGH
dapat
pula
dilakukan
dengan
cara
perletakan
yang
berbeda
dengan
cara
di
atas.
Perhatikan
Gambar
2.
Di
sini,
titik
sudut
F
sebagai
titik
tumpu
dan
diagonal
HB
tegak
lurus
titik
pandang
(view
point,
VP)
Perhatikan
gambar
tersebut
dengan
seksama.
Dengan
cara
ini,
bidang
kubus
yang
tampak
adalah
sisi
kiri,
ADHE,
sisi
kanan,
CGHD,
dan
sisi
bawah,
EFGH.
istiarto
●
Jurusan
Teknik
S ipil
dan
Lingkungan
FT
UGM
●
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/
GAMBAR
2
PROYEKSI
ISOMETRI
KUBUS
ABCDEFGH
DENGAN
TITIK
TUMPU
F.
Garis-‐garis
DA,
DC,
dan
DH
yang
bertemu
di
titik
D
dan
saling
membentuk
sudut
120°
disebut
sumbu
isometri.
Setiap
garis
yang
sejajar
dengan
sumbu-‐sumbu
ini
disebut
garis
isometri.
Bidang
yang
membentuk
sisi-‐sisi
kubus
seperti
tampak
pada
Gambar
1
dan
bidang-‐bidang
lain
yang
sejajar
dengannya
disebut
bidang
isometri.
Pada
Gambar
1,
rusuk-‐rusuk
EF,
FG,
EA,
GC
adalah
contoh
garis
isometri,
sedang
bidang-‐bidang
ABCD,
ADHE,
DHGC
adalah
contoh
bidang
isometri.
SKALA ISOMETRI
Dengan
perpendekan
rusuk-‐rusuk
kubus
seperti
tampak
pada
Gambar
1,
maka
bujur-‐sangkar
sisi-‐sisi
kubus
menjadi
jajaran-‐genjang.
Jajaran-‐genjang
ABCD
merupakan
proyeksi
isometri
bujur-‐sangkar
sisi
atas
kubus.
Pada
bidang
ini
(yaitu
ABCD),
dimensi
diagonal
AC
tetap
seperti
dimensi
sesungguhnya.
Hal
ini
dapat
dimanfaatkan
untuk
menskala
dimensi
setiap
objek
menjadi
dimensi
proyeksi
isometri.
Dengan
memakai
diagonal
AC,
buatlah
bujur-‐sangkar
ABʹ′CDʹ′.
Dimensi
ABʹ′
dan
ADʹ′
adalah
panjang
sesungguhnya
sisi-‐sisi
bujur-‐sangkar
ABʹ′CDʹ′,
sedang
dimensi
AB
dan
AD
adalah
panjang
isometrik
ABʹ′
dan
ADʹ′
tersebut.
BA 1 2
pada
segitiga
ABO:
= =
AO cos 30° 3
!
B!A 1
pada
segitiga
ABʹ′O:
= = 2
! AO cos 45°
BA AO cos 45° 2 1 2
× = = × = ≈ 0.8165
AO B"A cos 30° 3 2 3
!
Jadi
rasio
(panjang
isometrik/panjang
sesungguhnya)
=
BA/Bʹ′A
=
√2/√3
≈
0.8165.
GAMBAR
3
SKALA
ISOMETRI.
1) Buatlah
garis
horizontal
BP
dengan
panjang
sembarang.
Dari
ujung
B,
buatlah
garis
BA
dengan
sudut
15°
terhadap
BP
dan
dari
ujung
P
buatlah
garis
PA
dengan
sudut
45°
terhadap
PB.
Pada
horizontal
BP,
beri
tanda
pada
jarak-‐jarak
dengan
ukuran
panjang
sesungguhnya.
Dari
setiap
titik
tanda,
tarik
garis
sejajar
PA;
titik-‐titik
potong
garis
ini
dengan
BA
merupakan
panjang
isometrik
titik-‐titik
dengan
panjang
sesungguhnya
pada
BP.
2) Buatlah
garis
horizontal
BC
dengan
panjang
sembarang.
Pada
ujung
B,
buatlah
garis
lurus
BA
dan
BP
yang
masing-‐masing
membentuk
sudut
30°
dan
45°
terhadap
BC.
Pada
garis
BP,
berilah
tandai
pada
jarak-‐jarak
dengan
ukuran
panjang
sesungguhnya.
Dari
setiap
tanda
jarak
tersebut,
tarik
garis
vertikal
terhadap
BC;
titik-‐titik
potong
garis
tesebut
dengan
BA
menandai
panjang
isometrik
titik
dengan
panjang
sesungguhnya
pada
BP.
Garis
AC
dan
BD
pada
Gambar
1
merupakan
diagonal
bujur-‐sangkar
sisi
atas
kubus
ABCDEFGH.
Dalam
dimensi
sesungguhnya,
kedua
diagonal
ini
sama
panjang,
namun
dalam
proyeksi
isometri,
panjang
keduanya
berbeda.
Panjang
isometrik
diagonal
AC
sama
dengan
panjang
sesungguhnya,
sedang
panjang
isometrik
diagonal
BD
lebih
kecil
daripada
panjang
sesungguhnya.
Tampak
bahwa
garis-‐garis
yang
tidak
sejajar
dengan
sumbu
isometrik
mengalami
perpendekan
dengan
skala
yang
tidak
sama.
Garis-‐garis
semacam
ini
disebut
garis
non-‐isometri.
Dengan
demikian,
penetapan
dimensi
dalam
panjang
isometrik
harus
dilakukan
pada
sumbu
isometri
dan
garis
isometri.
Garis-‐garis
non-‐isometri
digambarkan
dengan
terlebih
dulu
mencari
tempat
kedudukan
kedua
titik
ujungnya
pada
bidang
isometri,
kemudian
kedua
titik
ujung
tersebut
dihubungkan.
Selain
dengan
cara
di
atas,
pengukuran
panjang
isometrik
dapat
dilakukan
dengan
memakai
panjang
sesungguhnya.
Gambar
proyeksi
isometri
yang
diperoleh
dengan
cara
istiarto
●
Jurusan
Teknik
S ipil
dan
Lingkungan
FT
UGM
●
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/
ini
akan
berbentuk
sama
persis
namun
dengan
proporsi
yang
lebih
besar
daripada
gambar
yang
diperoleh
dengan
cara
pengukuran
panjang
isometrik.
Mengingat
cara
pengukuran
panjang
sesungguhnya
lebih
mudah
dilakukan,
maka
cara
ini
lebih
banyak
dipakai.
CONTOH
Berikut
ini
beberapa
contoh
penggambaran
dalam
proyeksi
isometri
objek
yang
memiliki
bentuk
standar,
antara
lain
segiempat,
segilima,
piramid
segilima,
lingkaran,
bola,
dan
kombinasi
beberapa
bentuk.
Penggambaran
objek
cara
proyeksi
isometri
dilakukan
dengan
pengukuran
panjang
sesungguhnya
objek
yang
digambar.
Harus
diingat
bahwa
panjang
diagonal
AC
tetap
sama
dengan
panjang
sesungguhnya,
AC
=
ac.
Untuk
memenuhi
syarat
ini,
maka
ukuran
atau
skala
gambar
proyeksi
isometrik
adalah
0.8165
kali
skala
gambar
proyeksi
orthogonal.
Apabila
memakai
program
aplikasi
AutoCAD,
hal
ini
dilakukan
pada
saat
mengatur
‘Layout’.
Gambar
proyeksi
orthogonal
dan
proyeksi
isometri
dimasukkan
kedalam
viewport
yang
berbeda.
Skala
viewport
gambar
proyeksi
isometrik
adalah
0.8165
kali
skala
viewport
gambar
proyeksi
orthogonal.
GAMBAR
4
PROYEKSI
ISOMETRI
SEBUAH
SEGIEMPAT
DAN
SEBUAH
SEGILIMA.
Contoh
gambar
proyeksi
isometri
sebuah
segilima
ABCDE
dengan
panjang
sisi
30
satuan
panjang
ditunjukkan
pada
Gambar
4.
Segilima
tersebut
berada
pada
bidang
vertikal
dan
salah
satu
sisinya
horizontal.
Mengingat
tidak
adanya
sudut
siku-‐siku,
maka
penggambaran
segilima
dilakukan
dengan
bantuan
segiempat
1234
yang
keempat
sisinya
menyinggung
titik
sudut
segilima.
Titik-‐titik
bantu
1,
2,
3,
dan
4
berada
pada
garis
isometri.
Berawal
dari
titik
1,
titik
A
dapat
dicari
dengan
mengukur
jarak
1a;
dari
titik
A
ditarik
garis
AB
dengan
jarak
30
satuan
panjang
mengikuti
sumbu
isometri;
selanjutnya
dicari
titik
2
dengan
mengukur
jarak
b2.
Langkah
serupa
dilakukan
untuk
melengkapi
segilima
ABCDE.
Contoh
gambar
proyeksi
piramid
dengan
dasar
segilima
PABCDE,
panjang
sisi
dasar
30
satuan
panjang
dan
tinggi
60
satuan
panjang,
ditampilkan
pada
Gambar
5.
Contoh
ini
menunjukkan
cara
penggambaran
proyeksi
isometri
objek
yang
mimiliki
sejumlah
garis
non-‐isometri.
Penggambaran
proyeksi
isometri
garis-‐garis
semacam
ini
dilakukan
dengan
dua
cara,
yaitu:
box
method
dan
offset
method.
1) Box
method.
Cara
ini
sangat
efektif
apabila
garis-‐garis
non-‐isometrik
atau
ujung-‐ujungnya
berada
pada
bidang
isometri.
Dalam
cara
ini,
objek
gambar
dianggap
dibatasi
(dilingkupi)
oleh
sebuah
segiempat.
Penggambaran
diawali
dengan
penggambaran
proyeksi
isometri
segiempat
tersebut;
setelah
itu,
tempat
kedudukan
ujung-‐ujung
garis
isometri
dapat
ditemukan
dengan
mengukur
jaraknya
terhadap
garis
keliling
segiempat
tersebut.
Proyeksi
isometri
segilima
dasar
piramid,
dan
juga
pada
contoh
sebelumnya,
dilakukan
dengan
box
method
ini.
Lingkupi
segilima
dengan
segiempat
seperti
pada
contoh
sebelumnya.
Pada
gambar
tampak
atas,
tariklah
offset
titik
pusat
segilima
q
ke
garis
1-‐2,
qʹ′.
Gambarlah
proyeksi
isometri
segiempat,
cari
tempat
kedudukan
titik-‐titik
sudut
segilima
dasar
piramid.
Tandailah
tempat
kedudukan
Qʹ′
pada
gambar
isometri,
sedemikian
hingga
jarak
Qʹ′-‐2
sama
dengan
jarak
qʹ′-‐2
pada
gambar
tampak
atas.
Tarik
garis
Qʹ′Q
yang
sama
panjang
dengan
q'q
dan
yang
sejajar
dengan
2-‐3.
Dari
Q,
tarik
garis
vertikal
QP
yang
sama
panjang
dengan
qp,
60
satuan
panjang.
Hubungkan
P
dengan
setiap
titik
sudut
untuk
melengkapi
sisi-‐sisi
piramid.
GAMBAR
5
PROYEKSI
ISOMETRI
SEBUAH
PIRAMID
DENGAN
DASAR
SEGILIMA.
Pada
Gambar
5
ditunjukkan
pula
proyeksi
isometri
piramid
tersebut
dengan
dasar
piramid
berada
pada
bidang
vertikal.
Jangan
dilupakan
untuk
mengatur
skala
gambar
proyeksi
isometri
menjadi
0.8165
kali
skala
gambar
proyeksi
orthogonal
untuk
mendapatkan
proporsi
gambar
yang
benar.
Contoh
gambar
proyeksi
isometri
sebuah
lingkaran
berdiameter
50
satuan
panjang
ditunjukkan
pada
Gambar
6.
Sebuah
lingkaran
dapat
digambarkan
dalam
proyeksi
isometri
dengan
bantuan
sebuah
segiempat
bujur-‐sangkar
yang
mengitarinya.
Dengan
offset
method,
dari
sejumlah
titik
pada
lingkaran
dicari
titik-‐titik
bantu
pada
bujur-‐sangkar
yang
mengelilinginya.
Dengan
proyeksi
isometri,
sebuah
lingkaran
tampak
sebagai
sebuah
ellips.
Penggambaran
ellips,
apabila
dilakukan
dengan
program
aplikasi
komputer
semisal
AutoCAD,
bukan
merupakan
tugas
yang
sulit.
Namun
apabila
dilakukan
secara
manual,
penggambaran
ellips
tidak
mudah
dilakukan
sehingga
memerlukan
suatu
pendekatan.
Cara
pendekatan
ini
akan
diuraikan
terlebih
dulu
di
bawah
ini,
disusul
dengan
penggambaran
ellips
istiarto
●
Jurusan
Teknik
S ipil
dan
Lingkungan
FT
UGM
●
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/
langsung.
GAMBAR
6
PROYEKSI
ISOMETRI
SEBUAH
LINGKARAN.
1) Cara
I.
Bentuk
ellips
didekati
dengan
empat
busur
lingkaran.
Pertama,
dibuat
sebuah
bujur-‐sangkar
abcd
yang
melingkupi
lingkaran
pada
gambar
tampak
atas.
Selanjutnya,
proyeksi
isometri
bujur-‐sangkar
ini
dengan
mudah
dapat
dibuat.
Dari
titik
sudut
A,
ditarik
garis
lurus
ke
titik
3
(titik
tengah
BC);
garis
ini
memotong
diagonal
BD
di
titik
Bʹ′.
Jarak
Bʹ′3
akan
sama
dengan
jarak
Bʹ′1.
Dengan
cara
yang
sama,
dapat
ditarik
garis
A5
yang
memotong
BD
di
titik
Dʹ′,
sehingga
ditemukan
Dʹ′5
yang
jaraknya
sama
dengan
jarak
Dʹ′7.
Dengan
titik
pusat
A,
dibuat
busur
lingkaran
345
dengan
radius
A3
=
A4
=
A5.
Selanjutnya,
dengan
titik
pusat
Bʹ′,
dibuat
busur
lingkaran
123
dengan
radius
Bʹ′1
=
Bʹ′2
=
Bʹ′3.
Kedua
busur
lingkaran
tersebut
membentuk
separuh
ellips.
Paruh
ellips
yang
lain
dapat
dibuat
dengan
mudah
mengikuti
langkah-‐langkah
yang
sama.
2) Cara
II.
Program
aplikasi
komputer,
semisal
AutoCAD,
memiliki
fasilitas
perintah
pembuatan
ellips
ataupun
busur
ellips
yang
dapat
dipakai
untuk
menggambar
ellips
dengan
mudah,
cepat,
dan
akurat.
Langkah
pertama
adalah
menemukan
tempat
kedudukan
titik
6
dan
8
yang
dapat
dilakukan
dengan
offset
method.
Dari
titik
A,
dicari
titik
8ʹ′
dan
8ʺ″
dimana
jarak
A8ʹ′
=
jarak
a8ʹ′
dan
A8ʺ″
=
a8ʺ″.
Dari
titik
8ʹ′
istiarto
●
Jurusan
Teknik
S ipil
dan
Lingkungan
FT
UGM
●
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/
dan
8ʺ″,
ditarik
garis
sejajar
sumbu
isometri;
kedua
garis
berpotongan
di
titik
8.
Titik
6
dapat
ditemukan
dengan
cara
yang
sama.
Proyeksi
isometri
lingkaran
yang
dicari
adalah
ellips
dengan
pusat
di
P,
radius
panjang
P6,
dan
radius
pendek
P8.
Ellips
ini
melewati
titik-‐titik
1,
2,
3,
4,
5,
dan
7,
seperti
halnya
lingkaran
pada
gambar
tampak
atas.
Pada
Gambar
6
ditampilkan
pula
proyeksi
isometri
lingkaran
pada
bidang
horizontal
dan
vertikal
yang
dibuat
dengan
Cara
II.
Contoh
gambar
proyeksi
isometri
sebuah
bola
berdiameter
50
satuan
panjang
yang
diletakkan
di
atas
bidang
horizontal
ditunjukkan
pada
Gambar
7.
Ambil
potongan
melintang
vertikal
melalui
titik
pusat
bola.
Bentuk
potongan
adalah
lingkaran
berdiameter
sama
dengan
diameter
bola.
Proyeksi
isometri
lingkaran
ini
adalah
ellips,
yaitu
ellips
2
dan
3
berpusat
di
titik
P,
yang
masing-‐masing
digambarkan
pada
dua
bidang
isometri
vertikal
yang
berbeda.
Panjang
sumbu
utama
kedua
ellips
adalah
sama
dengan
diameter
lingkaran.
Jarak
dari
pusat
ellips
P
ke
titik
Q
adalah
sama
dengan
radius
isometrik
bola.
Sekali
lagi,
ambil
potongan
melintang
melalui
titik
pusat
bola,
namun
kali
ini
melalui
bidang
horizontal.
Bentuk
potongan
adalah
lingkaran
berdiameter
sama
dengan
diameter
bola.
Proyeksi
isometri
lingkaran
ini
adalah
ellips
1
yang
berpusat
di
titik
P
dan
berada
pada
bidang
horizontal.
Panjang
sumbu
utama
ellips
ini
adalah
juga
sama
dengan
diameter
bola.
Tampak
bahwa
pada
proyeksi
isometri,
jarak
setiap
titik
pada
permukaan
bola
dari
titik
pusat
bola
adalah
sama
dengan
radius
bola
sesungguhnya.
Dengan
demikian,
proyeksi
isometri
sebuah
bola
adalah
sebuah
lingkaran
yang
berdiameter
sama
dengan
diameter
bola.
Di
samping
itu,
tampak
bahwa
jarak
titik
singgung
bola
dengan
bidang
horizontal,
Q,
dari
titik
pusat
bola,
P,
adalah
sama
dengan
radius
isometri
bola.
GAMBAR
7
PROYEKSI
ISOMETRI
SEBUAH
BOLA.
Gambar
8
menunjukkan
dua
gambar
proyeksi
isometri
sebuah
tugu
yang
merupakan
gabungan
silinder,
kubus,
dan
piramid,
dilihat
dengan
dua
sudut
pandang
yang
berbeda.
Dari
kedua
gambar,
maka
gambar
kedua
(gambar
di
bawah)
lebih
baik
daripada
yang
pertama
(gambar
di
atas)
mengingat
bentuk
ketiga
bidang
tugu
tampak
lebih
jelas.
LATIHAN
Lihat
Gambar
9.
Buatlah
gambar
proyeksi
isometrik
setiap
objek
pada
gambar
tersebut.
Latihan
ini
bermanfaat
untuk
menguji
kemampuan
membaca
gambar.
Sebagian
besar
gambar
teknik
sipil
dibuat
dengan
cara
gambar
proyeksi
orthogonal.
Adalah
sangat
penting
bahwa
gambar-‐gambar
tersebut
dibaca
dan
difahami
dengan
benar.
Lihat
Gambar
10.
Buatlah
gambar
proyeksi
orthogonal
setiap
objek
pada
gambar
tersebut.
Latihan
ini
bermanfaat
untuk
menguji
kemampuan
“menuliskan”
objek
kedalam
(bahasa)
gambar.
GAMBAR
8
PROYEKSI
ISOMETRI
TUGU
SILINDER,
KUBUS,
DAN
PIRAMID.
GAMBAR
9
LATIHAN
MENGGAMBAR
PROYEKSI
ISOMETRI.
GAMBAR
10
LATIHAN
MENGGAMBAR
PROYEKSI
ORTHOGONAL.