Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH
ILMU REPRODUKSI TERNAK BABI

Disusun oleh:
AFALDO AURI CRISTIAN TUWO
NIM: 20041104001

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan kegiatan pengembangan budidaya ternak babi adalah meningkatkan
populasi produksi, menata usaha budidaya ternak babi dikelompok, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan SDM dalam melaksanakan budidaya ternak babi. Babi
adalah hewan yang cepat tumbuh dan berkembangbiak, litter size babi sangatlah produktif,
konversi pakan yang sangat efisien, presentase karkas tinggi, bibit mudah didapat, biaya
dan tenaga relatif kecil sehingga pengembalian modal peternak relatif cepat. Hal tersebut
menandakan bahwa ternak babi lebih diunggulkan dari ternak yang lain. Berdasarkan hasil
sensus penduduk yang dilakukan sepuluh tahun sekali diperoleh bahwa penduduk
Indonesia berjumlah 237.641.326 orang dan 29.568.464 orang diantaranya adalah non-
Muslim atau sebesar 12,44% dari total penduduk Indonesia (BPS 2014). Oleh karena itu,
daging babi memiliki potensi sebagai sumber protein hewani bagi sebagian penduduk di
Indonesia. Bisnis babi terutama di Indonesia mengalami peningkatan yang relatif cepat
dengan ditandai tumbuh dan berkembangnya peternakan babi rakyat baik dalam skala kecil
maupun perusahaan peternakan yang lebih besar dengan teknologi yang lebih baik
(Shihombing, 2006). Rencana strategi Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan
untuk tahun 2010-2014, adalah peningkatan populasi ternak babi baik itu ternak babi lokal
maupun babi eks impor sebesar 1,15% setiap tahunnya, sehingga jumlah populasi babi di
Indonesia mencapai 7.204.768 ekor dan menghasilkan daging sebesar 247.420 ton (Ditjen
PKH 2013b). Berdasarkan rencana strategis Ditjen PKH, maka pelestarian babi lokal dapat
dilakukan dengan cara membatasi jumlah impor babi dan daging babi, mengembangkan
ternak babi lokal serta melakukan konservasi untuk mencegah terjadinya kemusnahan
berbagai jenis babi lokal.

Tujuan Praktikum
Mengukur karkas dan keadaan fisiologis dan data vital ternak, mengetahui cara penafsiran
berat badan ternak, dan mengamati kinerja produksi ternak babi. Dan juga mengtahui cara
pemotogngan karkas yg baik dan benar.

Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum acara komoditas babi antara lain dapat mengetahui dapat
mengetahui cara melakukan pengukuran data fisiologis ternak dan pengukuran data ternak
vital. Mengetahui bagaimanana cara mengestimasi bobot ternak. Dan mengetahui alat
reprodukis terak babi, dan mengatahui pemotongan karkas babi.
BAB II
MATERI DAN METODE

Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum identifikasi bangsa ternak babi yaitu
lembar kerja, alat tulis, kamera.
Pengukuran Data Fisiologis Ternak
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data fisiologis
ternak babi yaitu babi betina, dan babi jantan
engukuran Data Vital Ternak
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak babi
yaitu papan dada, lembar kerja, alat tulis, pita ukur, mistar ukur, dan kamera.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak
babi yaitu babi betina dan babi jantan
Penafsiran Berat Badan Ternak
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum penafsiran berat badan ternak babi
yaitu lembar kerja, kalkulator, pita rondo, dan tabel subnet.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum penafsiran berat badan ternak
babi yaitu seekor babi betina Dan babi jantan
Metode
Pengukuran Data Vital Ternak
Metode yang dilakukan pada saat praktikum pengukuran data vital ternak babi yaitu
panjang kepala, lebar kepala, panjang badan, lingkar dada, dan panjang telinga diukur
dengan menggunakan pita ukur. Dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, dan tinggi pinggul
diukur dengan mistar ukur. Indeks kepala dihitung dengan menggunakan rumus
Penafsiran Berat Badan Ternak
Metode yang dilakukan pada saat penafsiran berat badan ternak babi yaitu dengan
cara perhitungan menggunakan tabel subnet dan tafsiran pita rondo. Penafsiran
menggunakan tabel subnet dihitung berdasarkan data lingkar dada dan panjang badan.
Berat badan riil babi dilihat pada pita rondo menggunaka data lingkar dada.

Pengkarkasan Setelah penyembilihan, kemudian dilakukan pengkarkasan dengan cara


memisahkan bagian karkas dan non karkas (offal) yaitu jerohan, kepala, ekor, kaki depan
bagian bawah (metacarpal) dan kaki belakang bagianbawah (metatarsal).Kemudian karkas
dibagi menjadi dua bagian dengan cara pemisahan antara bagian karkas kanan dan karkas
kiri

Bobot karkas hangat (kg) Bobot karkas hangat (kg) adalah Bobo tbabi setelah dikeluarkan
bulu, jerohan, kepala dan kaki depan dan kaki belakang bagian bawah. Presentase karkas
(%) Presentase bobot karkas hangat dihitung berdasarkan perbandingan antara Bobot
karkas hangat dengan Bobot potong dikalikan 100 %. % Karkas = Bobot karkas Bobot
Potong x 100 % Panjang karkas Panjang karkas (cm) diukur dari tulang rusuk pertama (1 st
os costae) sampai dengan bagian ujung depan pangkal tulang ekor aitch bone (tuber
ischium) (Blakely dan David, 1982).

Hasil rata – rata bobot potong ternak babi betina yaitu 65,40 kg. Rata-rata Bobot potong
ternak jantan (48,32 kg) lebih rendah dibanding ternak betina (65,40 kg). Secara teoritis,
Soeparno (1998) dan Bures dan Barton (2012) mengatakan, bahwa steroid kelamin, hormon
androgen, terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan terutama bertanggung jawab atas
perbedaan komposisi tubuh antara jenis kelamin jantan dan betina, dan pada umur yang
sama, ternak jantan akan memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibanding ternak betina.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian ini karena ternak jantan lebih banyak dipotong pada
umur muda dimana ternak jantan masih dalam masa pertumbuhan dibanding dengan ternak
betina.

Bobot dan Persentase Karkas Hasil penelitian rata – rata bobot dan persentase karkas
masing-masing ternak yang dipotong di RPH Wailang adalah32,32 kg dan 66,82% untuk
ternak jantan dan 52,42 kg dan 76,74% untuk ternak betina (Tabel 1). Penelitian yang
dilakukan pada babi lokal Nias jantan kastrasi berumur sekitar 7 – 9 bulan diperoleh hasil
rata-rata bobot badan adalah 68,47 kg dengan rata-rata bobot karkas adalah 47,46 kg
(Verika, 2013) sehingga rata-rata persentase karkas yang diperoleh adalah sebesar 69,32%.

Tebal Lemak Punggung Rata- rata tebal lemak punggung untuk babi jantan dan babi betina
masing-maing adalah yaitu 1,64 cm dan 2,90cm (Tabel 1). Tebal lemak punggung babi
betina nampak lebih tinggi dari ternak jantan. Berdasarkan hasil penelitian ini, selain
disebabkan oleh lebih banyak dipotong pada umur yang lebih tinggi, ternak babi betina juga
memiliki bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan panjang karkas yang lebih
tinggi dari ternak babi jantan. Pertumbuhan lemak pada ternak terjadi secara cepat setelah
umur pubertas dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya umur ternak bahkan
terjadi penimbunan setelah berakhirnya masa pertumbuhan atau telah tercapainya masa
dewasa tubuh ketika tidak ada lagi pertumbuhan otot dan tulang (Lawrie, 2006). Tebal lemak
punggung yang diukur pada titik antara tulang rusuk ke-6 dan ke-7 pada babi lokal Lithuania
murni, ¼ babi persilangan babi lokal Lithuania dan babi liar adalah 3,9 cm, sementara yang
diukur pada rusuk ke-10 diperoleh angka masing-masing 2,61 cm, 2,42 cm dan 3,46 cm dan
yang diukur pada tulang rusuk terakhir masing-masing adalah 2,66 cm, 2, 55 cm dan 3,16
cm (Razmaite, et.al., 2008). Tebal lemak babi lokal Lithuania hampir sama dengan hasil
penelitian ini yaitu ratarata berkisar dari 1 cm – 2,3 cm untuk babi jantan dan untuk babi
betina berkisar dari 2,0 cm – 3,5 cm. Babi lokal memiliki tebal lemak pada tulang belakang
khususnya pada tulung rusuk pertama 2,42 cm, tualng rusuk terakhir 0,78 cm dan tulang
pinggang terakhir (vertebrae lumbalis) 0,72 cm dengan rata-rata tebal lemak punggung 1,31
cm (Faylon and Bueno, 2018). Semua nilai tebal lemak tulang belakang yang ada pada
beberapa ternak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Data Vital Ternak dan bagian-bagian karkas ternak babi
Berdasarkan hasil praktikum data vital merupakan data yang didapatkan dari hasil
pengukuran pada ternak secara langsung. Data vital dapat digunakan untuk mengetahui
performance dari ternak tersebut serta dapat digunakan sebagai indikator bahwa ternak
tersebut sudah siap untuk di jual apakah belum. Pada pengukuran data vital dilakakukan
pengukuran diantaranya panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lingkar dada,
panjang badan, dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, tinggi pinggul. Wea (2012)
menyatakan bahwa data vital meliputi panjang badan, lingkar dada, dalam dada, tinggi
pinggul, panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga. Berdasarkan literatur
tersebut maka kegiatan praktikum sudah sesuai. Swanjaya et al. (2016) menyatakan bahwa
panjang badan dapat diukur dari jarak lurus antara benjolan bahu sampai tulang duduk
menggunakan pita ukur. Tinggi pinggul diukur dengan cara mengukur antara jarak tertinggi
pinggul sampai sampai titik terendah pinggul pada saat ternak berdiri menggunakan mistar
ukur. Lebar dada dapat diukur dengan jarak ukur melingkar pada dada tepat dibelakang
sendi bahu menggunakan pita ukur. Gerti et al. (2016) menyatakan bahwa lebar dada dapat
diukur dari jarak antara benjolan sendi bahu ( Os. Scapula ) kiri dan kanan menggunakan
mistar. Dalam dada dapat diukur dari jarak tertinggi pundak dan tulang dada menggunakan
mistar. Sitanggang et al. (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi data vital
dibagi menjadi dua, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi bangsa ternak,
spesies ternak, jenis kelamin, dan faktor individu. Faktor luar meliputi suhu, lingkungan, dan
pakan ternak.

HASIL DAN PEMBAHSAN PENGUKURAN PANJANG BADAN DAN TINGGI,


LINGAR DADA
1.Panjang Badan
Panjang badan adalah jarak dari bagian anterior vertebrae cervicales sampai tuber
sacrale atau jarak lurus antara benjolan bahu sampai tulang duduk / tulang tapis (Tuber
ischii) (Saranjaya et al., 2016). Panjang badan terdiri dari bagian depan yaitu dari pundak
sampai belakang sendi Scapula, bagian tengah terdiri dari bagian dada dan tulang iga,
bagian belakang terdiri dari pinggang sampai bagian paha (Pasaribu, 2015).

2 Tinggi Badan
Tinggi badan atau tinggi dapat diukur mulai dari ujung kaki depan tegak lurus sampai
pada bahu di tengah-tengah pundak dengan menggunakan pita ukur dan ternak yang akan
diukur harus berdiri tegak lurus (Tefa et al., 2017). Tinggi badan atau tinggi pundak
merupakan pengukuran dari jarak tertinggi pundak sampai permukaan tanah dengan
menggunakan pita ukur (Pasaribu, 2015). Menurut Johansson dan Rendel (1968)
menyatakan, bahwa tinggi pundak pada ternak lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang,
bukan dipengaruhi oleh daging atau otot.

3 Lingkar Dada
Pertambahan lingkar dada dapat diukur dengan cara melingkarkan pita ukur di sekitar
dada (the long axis of the body) tepat di belakang siku dan ternak yang akan diukur harus
berdiri tegak lurus (Tefa et al., 2017). Lingkar dada yang semakin besar akan
mempermudah ternak dalam bernafas yang selanjutnya akan membantu memperlancar
metabolism sehingga konsumsi terhadap pakan akan meningkat (Ariana et al., 2017)
Berdasarkan praktikum data vital yang telah dilakukan, didapatkan dokumentasi dari
pengukuran data vital :

Gambar 1. Lingkar dada

Gambar 2. Lebar dada


Gambar 3. Tinggi pinggul

Gambar 4 Tinggi kaki depan

HASIL PENGUKURAN

Tabel 2. Pengkuran data vital Babi jantan dan babi betina


JANTAN BETINA
No Data vital Ket Datal vital ket
1 Panjang badan 74cm Panjang badan 56cm
2 Lingkar dada 110cm Lingkar dada 72cm
3 Tinggi kaki depan 58cm Tinggi kaki depan 53cm
4 Tinggi kaki belakang 66cm Tinggi kaki Belakang 58cm
TEBAL LEMAK PUNGGUNG
1. Tebal Lemak Punggung (TLP) (cm), diukur di tiga tempat diatas punggung babi yaitu
tepat diatas tulang rusuk pertama, diatas tulang rusuk terakhir dan diatas tulang belakang
terakhir (Gambar 13) Alat yang digunakan adalah meteran biasa (Thrasher et al. 1970)

 Lokasi untuk mengukur lemek punggung.


Lokasi Pengukuran Tebal Lemak Punggung

BABI JANTAN BABI BETINA


No Data Ket Data ket
1 Berat karkas 31kg Berat karkas 27,6kg
2 Berat kepala 6 kg Berat kepala 5 kg
3 Lemak punggung 2cm Lemak P 2,1cm
4 cm cm
5 cm cm
6 cm cm

Tebal Lemak Punggung Rata- rata tebal lemak punggung untuk babi jantan dan babi
betina masing-maing adalah yaitu 2 cm dan 2,1 cm (Tabel 1). Tebal lemak punggung babi
betina nampak lebih tinggi dari ternak jantan. Berdasarkan hasil penelitian ini, selain
disebabkan oleh lebih banyak dipotong pada umur yang lebih tinggi, ternak babi betina juga
memiliki bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan panjang karkas yang lebih
tinggi dari ternak babi jantan. Pertumbuhan lemak pada ternak terjadi secara cepat setelah
umur pubertas dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya umur ternak bahkan
terjadi penimbunan setelah berakhirnya masa pertumbuhan atau telah tercapainya masa
dewasa tubuh ketika tidak ada lagi pertumbuhan otot dan tulang (Lawrie, 2006). Tebal lemak
punggung yang diukur pada titik antara tulang rusuk ke-6 dan ke-7 pada babi lokal Lithuania
murni, ¼ babi persilangan babi lokal Lithuania dan babi liar adalah 3,9 cm, sementara yang
diukur pada rusuk ke-10 diperoleh angka masing-masing 2,61 cm, 2,42 cm dan 3,46 cm dan
yang diukur pada tulang rusuk terakhir masing-masing adalah 2,66 cm, 2, 55 cm dan 3,16
cm (Razmaite, et.al., 2008). Tebal lemak babi lokal Lithuania hampir sama dengan hasil
penelitian ini yaitu ratarata berkisar dari 1 cm – 2,3 cm untuk babi jantan dan untuk babi
betina berkisar dari 2,0 cm – 3,5 cm. Babi lokal Filipina memiliki tebal lemak pada tulang
belakang khususnya pada tulung rusuk pertama 2,42 cm, tualng rusuk terakhir 0,78 cm dan
tulang pinggang terakhir (vertebrae lumbalis) 0,72 cm dengan rata-rata tebal lemak
punggung 1,31 cm (Faylon and Bueno, 2018).
ALAT REPRODUKSI PADA BABI BETINA DAN JANTAN

PERBEDAN REPRODUKIS BABI JANTAN DAN BABI BETINA

Sistem reproduksi babi jantan berfungsi untuk memproduksi, menyimpan, dan menyalurkan
sperma untuk membuahi sel telur . Sementara itu, sistem reproduksi babi betina memiliki
fungsi untuk memproduksi sel telur dan sebagai tempat janin berkembang hingga proses
persalinan tiba. Babi jantan memiliki penis dan testis, sedangkan pada betina memiliki ovary
dan vagina.
PENJELASAN MENGENAI ALAT REPODUKSI PADA BABI JANTAN DAN BABI BETINA

1. Sistem Reproduksi
a. Sistem alat reproduksi pejantan Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin
primer, sekunder, dan assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang berlokasi di dalam
skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ kelamin sekunder
terdiri dari jaringan-jaringan duktus sebagai transportasi spermatozoa dari testis ke bagian
luar, dan termasuk di dalamnya duktus effrerent, epididimis, fasa differentia, penis dan
uretra. Sedangkan organ 10 asesori terdiri dari kelenjer prostat, seminal vesicles dan
kelenjar bulbourethral (Sonjaya, 2005). Testis adalah alat reproduksi primer pada pejantan.
Fungsi utama utamanya adalah menghasilkan sel-sel sperma dan hormon-hormon jantan.
Kedua testis terbungkus dalam skrotum yang melindungi testis dan membantu
mempertahankan temperatur testis sekitar 9°C lebih rendah dari temperatur tubuh. Kelenjar-
kelenjar asesoris yang terdapat pada babi pejantan adalah vesica seminalis, prostata dan
cowper. Kelenjar vesica seminalis dan prostata menghasilkan cairan yang biasanya
dilepaskan sebelum fraksi yang kaya sperma keluar selama ejakulasi. Kelenjar cowper
menghasilkan cairan menyerupai gel yang diduga bertindak sebagai pengisi untuk
mengurangi sperma yang mati sewaktu melakukan inseminasi buatan (Sihombing, 2006).
Penis adalah organ kopulasi jantan, membentuk secara dorsal di sekitar uretra dari titik
uretra di bagian pelvis, dengan lubang uretra eksternal pada ujung bebas dari penis. Sapi,
babi hutan dan domba memiliki lentur sigmoid, sebuah lengkungan berbentuk S pada penis
yang memungkinkan untuk di tarik kembali sepenuhnya ke dalam tubuh. Glan penis yang
merupakan ujung bebas dari penis, disuplai dengan saraf sensorik yang merupakan
homolog dari klitoris betina (Sonjaya, 2005). Babi jantan sudah matang kelamin pada umur
5-6 bulan, namun babi jantan yang dipergunakan sebagai pemacek/pejantan haruslah yang
sudah berumur 8-10 bulan. Pejantan yang masih berusia sekitar 8 bulan hanya 11 boleh
mengawini satu kali per hari dan hanya boleh dipakai satu kali seminggu. Pejantan yang
sudah berusia di atas satu tahun bisa mengawini dua babi betina dalam sehari. Selain itu
pejantan tidak boleh dipergunakan secara berlebihan, atau dalam satu minggu dikawinkan
maksimal tiga kali (Mege, 2006).

GAMBAR ALAT REPRODUKSI PADA BABI JANTAN

b. Sistem alat reproduksi betina Induk bukan hanya menyumbangkan sel kelamin betina
untuk membentuk individu baru, tetapi ia juga menyediakan lingkungan bagi individu baru
untuk di kandung dan diberi makan sejak hari-hari awal hidupnya. Fungsi ini diemban oleh
ovarium dan bagian saluran yang terdiri dari tuba fallopii, uterus, servix, vagina dan vulva.
Kedua ovarium adalah organ reproduksi yang utama pada betina. Fungsinya analog dengan
testis pejantan, yakni menghasilkan ovum dan hormon-hormon betina. Sebelum mencapai
dewasa seksual, ribuan ova yang potensial terdapat dalam ovarium, tetapi telur-telur ini tidak
dilepas sebelum betina mencapai pubertas. Tuba fallopii atau oviduk, kecil dan strukturnya
menyerupai corong yang membawa telur dari ovarium ke uterus. Dekat ovarium, ujung tuba
fallopii melebar dan menyerupai corong. Selama koitus, semen diangkut ke tuba Fallopii
oleh kontraksi uterus dan disinilah terjadi fertilisasi atau pembuahan (Sihombing, 2006).
Uterus babi betina bertanduk dua dan masing-masing tanduk panjangnya 30-90 cm dan
satu ujungnya bertaut dengan oviduk dan ujung satu lagi bersambung dengan servix.
Dinding uterus dibekali dengan otot 12 halus yang mempunyai dua fungsi utama. Uterus
membantu mengangkut sperma ke oviduk selama koitus (kawin) dan melepaskan anak
sewaktu kelahiran. Bila umur kebuntingan/embrio sudah cukup, placenta akan lepas/pecah
dan anak babi akan lahir tanpa placenta, sebab placenta tertinggal dalam uterus dan baru
akan keluar kemudian setelah keluarnya anak babi. Kalau placenta sudah dapat keluar
semua (lepas dari dinding uterus) berarti keadaan uterus sudah bersih (Nugroho, E ;
Whendrato, I, 1990). Servix adalah pintu masuk dari vagina ke uterus. Servix sangat
istimewa beralur, yang digunakan mengunci bagian penis yang berspiral selama pejantan
kawin. Servix biasanya tertutup rapat kecuali bila betina berahi, yang memungkinkan semen
dapat lewat; dan pada waktu melahirkan ketika dindingnya rileks memungkinkan anak
berlalu dari tanduk uterus masuk ke dalam vagina. Selama bunting segumpal lendir
bertindak sebagai penutup untuk mencegah bakteri masuk ke dalam uterus yang dapat
mengganggu perkembangan fetus. Vagina menerima penis dan bertindak sebagai saluran
kelahiran saat melahirkan. Dinding vagina tipis yang sangat memungkinkan direnggangkan
untuk kepentingan reproduksi (Sihombing, 2006). Pada waktu perkawinan, kelamin jantan
masuk vagina, memancarkan semen yang selanjutnya semen menuju uterus dan oviduct
dan terjadi pembuahan disitu (Nugroho, E;Whendrato, I, 1990). 13 Vulva ialah pintu luar
saluran reproduksi yang lokasinya tepat di bawah anus. Karena berdekatan dengan lubang
anus, pemelihara ternak seharusnya selalu mengecek agar penis pejantan tidak salah
masuk ke lubang anus sewaktu perkawinan berlangsung. Bila babi dalam masa birahi organ
ini terlihat berwarna merah dan membengkak.
GAMBAR ALAT REPRODUKSI PADA BABI BETINA

KARKAS TERNAK BABI


 PENJELASAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS

Daging Babi
– Pork Ham
( Paha belakang )

Daging ini adalah bagian paha belakang, dan tidak banyak serat
daging ini cocok untuk olahan daging giling, ham, tumis, dll
-Pork Fillet
( Lulur dalam )
Daging ini adalah terlunak dari bagian babi yang lain, dan tanpa lemak
daging ini cocok untuk olahan seperti sate, saos, tumis, dll
-Pork Belly
( San cam )

Daging ini memiliki 5 lapis


1.Kulit
2.Lemak
3.Daging
4.Lemak
5.Daging
Cocok untuk olahan seperti, babi kecap, sam cam cabe garam, cha sio asin, dll.
-Pork Ribs
( Tulang Iga )

Iga babi ini ada 2 jenis,


yang pertama iga dengan daging sam cam yang tebal, cocok untuk olahan seperti steak,
iga masak saos, madu, dll.
yang kedua iga tanpa daging sam cam, cocok untuk olahan seperti baikut kuah, bak kut
teh, iga goreng tepung, dll.
-Pork Loin Bone In
( Karbonat Tulang )

Daging ini terdiri dari tulang punggung, tulang iga belakang, lulur luar,
daging ini cocok untuk olahan seperti, Barbecue, Steak, dll.
-Pork Loin Boneless
( Lulur Luar )

Daging ini memiliki pola yang bagus sehingga memudahkan untuk diolah, lemaknya
hampir tidak ada,
Daging ini cocok untuk olahan seperti, Bistik, Ham, Cha Sio, dll
-Pork Jowl
( Leher )
Daging ini memiliki lemak keras yang sangat banyak, dan sedikit daging.
daging ini cocok untuk olahan seperti, Campuran Siomay Babi, dll.
-Pork Arm Roast
( Kapsim, Paha Depan )
Daging ini memiliki serat  yang sedikit lebih banyak dari jenis lainnya, dan memiliki lemak
disela-selanya, tapi tidak sebanyak Pork Roast ( Satean ).
daging ini cocok untuk olahan seperti Cha Sio, Tumis, Bakso Urat, Isi bakpao, Isi bak cang,
Ote-ote dll.
-Pork Roast
( Satean )
Daging ini memiliki lemak disetiap selanya, dan itu akan mengakibatkan
aroma yang harum saat dipanggang dan membuat daging lebih cepat empuk
saat dipanggang. daging ini cocok untuk olahan seperti, Steak, Barbecue, Sate,
Cha sio, dll.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukkan dapat disimpulkan bahwa kita harus
memperhatikan mutuh dari bobot badan, panjang badan, ketebalan lemak dan kualitas
karkas dan juga menggetahui cara Pengukuran berat badan, panjang badan,tinggi dll. Dan
mengetahui, mengetahui pemotongan karkas, dan mempelajari bagian-bagian karkas, dan
alat reproduksi dari ternak babi jantan maupun babi betina.

Anda mungkin juga menyukai