Anda di halaman 1dari 139

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

PENGEMBANGAN PANAS BUMI


INDONESIA

Oleh:
Direktorat Panas Bumi

Juli 2020
OUTLINE

I. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EBT


II. GAMBARAN UMUM PANAS BUMI
III. SUMBER DAYA PANAS BUMI DI INDONESIA
IV. REGULASI DI BIDANG PANAS BUMI
V. PENGEMBANGAN PANAS BUMI
VI. KEGIATAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI
VII. PELUANG INVESTASI DAN PENERIMAAN NEGARA
VIII.TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN

2
I. Kebijakan Pengembangan EBT
▪ Bauran Energi Primer Berdasarkan KEN
▪ Skenario Pengembangan EBT sesuai RUEN & KEN

3
PERAN PANAS BUMI DALAM PENCAPAIAN TARGET RUEN
2025 2050
MTOE % MTOE %
Energi Baru dan Terbarukan
Minyak Minyak
Minyak Bumi 99 24,6% 204 19,8%
bumi bumi
Gas Bumi
Gas Gas
Batubara 90 22,1% 246 23,8%
bumi bumi
24% 31%
22% 23% Batubara 260 25,3%
1.031 Batubara 123 30,3%
194 412 MTOE
MTOE MTOE EBT 321 31,1%
30% 25% 25% EBT 93 23,1%
20%
Total 1.031 100%
Total 405 100%
2017 2025 2050
Pembangkit
Total 60,3 GW 135 GW 444 GW Pembangkit
444 GW
Pembangkit 135 GW
Listrik Pembangkit
Pembangkit EBT 45 GW 169 GW
Pembangkit 9,6 GW 45 GW 169 GW EBT
EBT (15%) (34%) (38%) Pembangkit Peran Peran
90 GW Pembangkit
Fosil Pabum: 275 GW Pabum:
Fosil
16,08% 10,38%
Satuan: MW
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2040 2050
Panas Bumi 1.438,5 1.653,5 1.908,5 2.133,5 2.493,5 3.109,5 7.241,5 9.300 13.423 17.546
Air & Mikrohidro 5.024 5.119 5.236 5.491 7.008 7.889 20.960 25.844 35.611 45.379
Bioenergi 1.740 1.886 2.093 2.359 2.674 3.024 5.532 9.651 17.887 26.123
Surya 79 229 429 679 979 1.379 6.379 14.103 29.551 45.000
Angin 7 57 107 207 307 507 1.807 7.167 17.887 28.607
EBT Lainnya 372 1.860 1.860 1.860 1.861 1.863 3.128 3.779 5.081 6.383
Total 8.660 10.804 11.728 12.939 15.807 18.475 45.044 69.843 119.440 169.038

4
TARGET RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

30% 23% 25% 31%


9%
37%
34%
Target Target
2019 2025 2050

20%
22% 25% 24% 20%
EBT Energi Baru dan Terbarukan
Energi Baru dan Terbarukan
Minyak bumi
Minyak Bumi Minyak Bumi
Gas
Batubara Gas Bumi Gas Bumi
Batubara Batubara
1. Pembangkit : 69,1 GW 1. Pembangkit : 115 GW
2. Konsumsi Energi : 0,8 TOE/kapita 1. Pembangkit : 430 GW
2. Konsumsi Energi : 1,4 TOE/kap 2. Konsumsi Energi : 3,2 TOE/kap
3. Konsumsi Listrik : 1.084Kwh/kap 3. Konsumsi Listrik : 2500 Kwh/kap 3. Konsumsi Listrik : 7000 Kwh/kap

5
PERTUMBUHAN PORSI EBT DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

8.55
9.15
2019
9%

6.47 6.34
37%
5.41 5.33 34%
4.96
4.35
4.37 3.77 4.38
3.92 20%

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
EBT MINYAK GAS BATUBARA

6
OPTIMALISASI BAURAN ENERGI PRIMER PEMBANGKIT LISTRIK
TAHUN 2019

Pangsa BBM dalam bauran energi primer Bauran Energi Primer


pembangkit semakin menurun pembangkit listrik

11,81%
7%
8,58%
6,96% Batuba
6,00% 6,04%
4,03% 4,03%
31% ra
2019 47% EBT
2,91%
Realisasi
Target

Target
15%

7
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MTOE)

8
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MW)
(Status: Mei 2020)

35,000.00
31,587.5
30,448.2
29,315.1
30,000.00 26,760.8
25,646.5
24,502.2
25,000.00
19,084.3
20,000.00
16,204.5
14,321.8
15,000.00 12,057.4
10,300.3 10,984.6
10,000.00

5,000.00

0.00
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
PLTP PLTA/M/MH PLT Bio PLTS PLT Bayu EBT Lain Total

Catatan:
1. Rincian PLTP menggunakan data Roadmap;
2. Rincian PLTBio menggunakan data Roadmap; dan
3. Belum mempertimbangkan status Pembangkit berikut

9
ROADMAP PENGEMBANGAN EBT (MW)
(Status: Mei 2020)

Rencana Pengembangan (MW) Penciptaan Pasar


Road
PLTA/M/ PLT EBT PLTA/M/
Tahun PLTP PLT Bio PLTS Total PLT Bio PLTS PLT Bayu EBT Lain Total Map +
MH Bayu Lain MH
Pasar
2020 140 165 139 78 0 0 522 0 28 135 0 0 243 765
2021 15 440 60 219 30 7 771 0 136 166 0 0 258 1.029
2022 50 919 357 129 360 0 1.815 37 85 328 0 0 493 2.308
2023 320 246 50 160 260 0 1.036 151 259 328 109 0 698 1.733
2024 215 1.937 103 4 50 0 2.309 15 168 328 60 0 553 2.861
2025 482 3.074 19 250 150 0 3.975 700 58 500 185 0 1.685 5.660
2026 910 149 5 0 0 0 1.064 0 80 0 0 0 0 1.064
2027 535 486 15 2 0 0 1.038 0 76 0 0 0 0 1.038
2028 945 1.477 35 2 5 0 2.464 0 90 0 0 0 0 2.464
2029 1.130 0 0 0 0 0 1.130 0 3 0 0 0 0 1.130
2030 1.135 0 0 0 0 0 1.135 0 4 0 0 0 0 1.135
5.877 8.892 783 844 855 7 17.258 904 987 1.785 354 0 3.929 21.187
Catatan:
1. Rincian PLTP menggunakan data Roadmap;
2. Rincian PLTBio menggunakan data Roadmap; dan
3. Belum mempertimbangkan status Pembangkit berikut

10
RASIO ELEKTRIFIKASI TAHUN 2019
Dalam 5 tahun terakhir rasio elektrifikasi meningkat 14,54%,
dari tahun 2014 sebesar 84,35% menjadi 98,89% tahun 2019

Realisasi 2019
99%
99%

99%
99%
99%
98,89% Target
97% 98% 2020
99%
100%
99% 99%
99%
97% 99%

94%
99%

99%

98% 99%
94%
99% Keterangan
99% 99%
99% 92% :
94% : >95% |29 provinsi
98% : 90-95% | 4 provinsi
: 80-90% | 1 provinsi
99% 99% : <80% | 0 provinsi
99% 98%
99% 99%
100%
85%

11
PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK PADA RUPTL 2019-2028

(TWh)
(TWh) (TWh)

22 (TWh)
75
11 23
38 11
5
3
8,3 %
7,9 % 7,8 %
(TWh) 7,6 %
307
184

(TWh)
433
5,7 %
245

6,4 %
Sumber : RUPTL PLN 2019-2028 Indonesia

12
LANDASAN HUKUM PERENCANAAN KETENAGALISTRIKAN
UU 30/2007
UU 30/2009
ENERGI
KETENAGALISTRIKAN
DEWAN ENERGI NASIONAL (DEN)

KEN • Ketua
• Wakil Ketua
• Ketua Harian
: Presiden
: Wakil Presiden
: Menteri ESDM
PP 14/2012 jo PP 23/2014
KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN
(PP 79/2014 ttg KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL) • Anggota Unsur Pemerintah :
• Kebijakan pengelolaaan energi yang berdasarkan prinsip Menteri Keuangan, Menteri PPN/Bappenas, Menteri
TENAGA LISTRIK
keadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna Perhubungan, Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian,
terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi Menteri Ristek Dikti, Menteri LH dan Kehutanan
nasional • Anggota Unsur Pemangku Kepentingan:
• Disusun oleh DEWAN ENERGI NASIONAL (DEN) Dr. Tumiran, Dr. Pudji Untoro, Ir. Achdiat Atmawinata,
• Ditetapkan PEMERINTAH setelah mendapatkan Prof. Dr. Syamsir Abduh, Prof. Rinaldy Dalimi, PhD, Ir.
Abadi Poernomo, Dr. Sonny Keraf, Ir. Dwi Hary Soeryadi,
persetujuan DPR-RI MMT

RUEN RUKN
(PERPRES 22/2017 ttg (RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN NASIONAL)


RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL)
Kebijakan pemerintah pusat mengenai rencana
• Rencana pengembangan sistem penyediaan tenaga
listrik yang disusun oleh pemerintah pusat yang
RUPTL
pengelolaan energi tingkat nasional yang merupakan meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi (PLN DAN NON PLN)
penjabaran dan rencana pelaksanaan KEN yang tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi • Dasar pelaksanaan usaha penyediaan tenaga
bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran KEN kebutuhan tenaga listrik nasional listrik untuk kepentingan umum
• Disusun oleh PEMERINTAH dan ditetapkan oleh DEN • Disusun oleh MENTERI berdasarkan KEN • Disusun oleh BADAN USAHA yang memiliki
• Ditetapkan oleh MENTERI setelah berkonsultasi dengan WILAYAH USAHA
DPR-RI • Disusun dengan memperhatikan RENCANA

RUED RUKD
UMUM KETENAGALISTRIKAN (RUK)*)
• Disahkan oleh MENTERI/GUBERNUR sesuai
RENCANA UMUM ENERGI DAERAH kewenangannya
Disusun oleh PEMDA berdasarkan RUEN dan ditetapkan RENCANA UMUM KETENAGALISTRIKAN DAERAH
dengan PERATURAN DAERAH Disusun oleh PEMDA berdasarkan RUKN dan ditetapkan
oleh GUBERNUR setelah berkonsultasi dengan DPRD
*) RUK: RUKN dan RUKD

13
SUBSTANSI DRAFT RUKN 2018-2037

• Kebijakan Penyediaan Tenaga listrik meliputi: Potensi energi primer, Bauran energi primer,
Investasi ketenagalistrikan, Perizinan ketenagalistrikan, Tarif tenaga listrik, Jual beli tenaga
Kebijakan Ketenagalistrikan
listrik, perlindungan konsumen dan program listrik perdesaan;
Nasional
• Kebijakan Keteknikan dan Perlindungan Lingkungan meliputi: Keselamatan
ketenagalistrikan, Standarisasi ketenagalistrikan, Kelaikan teknik ketenagalistrikan,
Perlindungan lingkungan, Peningkatan penggunaan komponen dalam negeri dan
pengawasan keteknikan;

Rencana
Pengembangan Meliputi peningkatan rasio elektrifikasi, Pembangkitan tenaga listrik, Transmisi tenaga listrik,
Penyediaan Tenaga Distribusi tenaga listrik, Operator sistem tenaga listrik, Listrik pedesaan dan Smart Grid
Listrik

Kondisi Penyediaan
Tenaga Listrik Meliputi kondisi penyediaan listrik per pulau/ kepulauan besar, Perkembangan komsumsi
Saat Ini tenaga listrik, perkembangan kapasitas pembangkit dan perkembangan rasio elektrifikasi

Proyeksi Kebutuhan
Tenaga Listrik Meliputi proyeksi Nasional dan proyeksi per- provinsi

14
ARAH PENGEMBANGAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
MENJAMIN KETERSEDIAAN TENAGA LISTRIK
JUMLAH KUALITAS HARGA
CUKUP BAIK TERJANGKAU

GARDU INDUK LISDES DAN


PEMBANGKIT TRANSMISI SMART GRID
• EBT minimum 23% tahun • Menyalurkan tenaga • 1 GI untuk setiap • Perluasan akses listrik di
2025 listrik ke sentra bisnis kabupaten / kota daerah terpencil dan
• Pembangkit BBM hanya dan industri (KEK, • Penambahan trafo GI tersebar
untuk daerah 3T Pariwisata, dan Kawasan apabila pembebanan telah • Tahun 2020 Smart grid
(Terdepan, Tertinggal dan Industri) mencapai sekitar 70% mulai diterapkan di Jawa
Terluar) • Transmisi HVDC untuk • Pembangunan Gas Bali.
• PLTG/GU/MG/MGU evakuasi daya jarak jauh Insulated Substation (GIS)
platform di sistem kecil (point to point antar untuk lahan terbatas
• Pemanfaatan sumber pulau) • Penurunan susut dan
energi primer setempat rehabilitasi jaringan tua
• Pemanfaatan energi nuklir
sejalan dengan KEN

15
LANGKAH-LANGKAH “RESTRUCTURING AND REFOCUSING” PROGRAM EBTKE

Isu strategis:
Gap antara target kebutuhan kapasitas PLT EBT untuk pencapaian EBT 23% tahun 2025 dengan target kapasitas PLT EBT pada RUPTL PLN
tahun 2025:
• Untuk mencapai target EBT 23% tahun 2025 diperlukan kapasitas PLT EBT berkembang menjadi 27.687 MW pada tahun 2025, namun
RUPTL PLN hanya menargetkan 23.578 MW. Sehingga ada gap kapasitas PLT EBT sekitar 4.109 MW.
• Hasil evaluasi project pipeline PLN ada yang mundur terutama panas bumi, sekitar 2.000 MW. Dengan demikian total gap kapasitas PLT
EBT menjadi 6.109 MW pada tahun 2025
• Infrastruktur jaringan listrik PLN baru bisa menampung 1000 MW EBT yang bersifat intermintent
Tujuan “restructuring and refocusing program EBTKE”:
Menciptakan system energi masa depan yang bersih dan berkesinambungan berbasis EBTKE sambil mendorong pertumbuhan ekonomi,
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah
1. Kebijakan untuk membangun a level playing field untuk EBT: Merevisi peraturan dan
perundang-undangan untuk mendukung pengembangan EBT; Rperpres EBT (cost reflective
price)
2. Roadmap pengembangan EBT dengan berbagai terobosan dalam rangka penciptaan pasar-
pasar EBT yang baru
3. Fasilitasi pendanaan murah untuk investasi EBTKE
4. Membangun DJEBTKE sebagai “Centre of Excellence” pengembangan EBTKE, yaitu pusat
inovasi strategi dan implementasi EBTKE:
• Perbaikan dan pemutakhiran Sistem Informasi Manajemen EBTKE
• Sistem monitoring dan evaluasi sebagai “information clearing house” pengembangan
EBT

16
PERAN DJEBTKE SEBAGAI CENTRE OF EXCELLENCE PENGEMBANGAN EBTKE
DECISION SUPPORT FACILITY, konsolidasi dan menganalisis data dan
informasi baik geografis maupun teknis, pemantauan dan evaluasi proyek,
mempersiapkan dataset geospasial, demografi dan statistik

DECISION GEOGRAPHIC TECHNICAL MONITORING AND


SUPPORT ANALYSIS INFORMATION EVALUATION DECISION
SUPPORT

COLLABORATIVE SUPPORT FACILITY, fasilitasi kolaborasi antara keahlian


dan pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional, dalam rangka
perkuatan program dan implementasi EBTKE

COLLABORATIVE
CENTRE COLLABORATIVE BUSINESS BASIC TECHNOLOGY SUPPORT
OF EXCELLENCE SUPPORT MODELLING SCIENCE INNOVATION

PROGRAMME SUPPORT FACILITY, dukungan evaluasi kelayakan finansial


dan teknis, penjelasan mengenai insentif, kebijakan dan peraturan,
pengembangan value chain yang mencakup pembuatan teknologi terbarukan PROGRAMME
dan pengolahan bioenergi. SUPPORT

PROGRAMME FEASIBILITY INVESTMENT MANUFACTURE


SUPPORT ASSESSMENTS AND FINANCING AND PROCESSING

17
STRATEGI PENGEMBANGAN EBT 2025

Strategi untuk pencapaian target dengan mengisi gap kapasitas PLT EBT

01
Pengembangan PLTS 02 Pengembangan biomasa secara 04 Pengembangan model resource
secara masif: based renewable energy develop
masif
ment untuk EBT skala besar:
• Pengembangan PLT Surya Atap • Pengembangan proyek pelet
selaras dengan pembangunan biomasa dengan memanfaatkan • Pemanfaatan PLTA skala besar di
perumahan rakyat melalui sinergi lahan-lahan sub-optimal untuk co- Sulawesi dengan penyelesaian jaringan
dengan KPUPR, Perum Perumnas, firing PLTU batubara (target 3-5%) transmisi di Sulawesi untuk bisa menya
BTN, BUMN, dan swasta lur kan listrik ke industri smelter
• Pengembangan proyek PLT
• Pengembangan Proyek Energi biomasa untuk menggantikan PLTD
Surya Atap Nusantara melalui di berbagai daerah 05 Pengembangan biofuel dan
sinergi dengan
• Pengembangan proyek pellet greenfuel
Kementerian/Lembaga terkait,
biomasa untuk menggantikan LPG
BUMN/BUMD, dan swasta
dan mitan di sektor rumah tangga Pengembangan dan modernisasi
• Pengembangan proyek PLTS untuk golongan ekonomi menengah
06 sistem jaringan infrastruktur listrik
cold storage melalui sinergi kebawah nasional
dengan KKP, BUMN (LEN, PLN) dan
swasta Pengembangan PLT EBT melalui Perbaikan Tata Kelola Pengembangan
• Pengembangan proyek pengadaan 03 sinergi dengan rencana 07 EBT dengan melibatkan seluruh K/L
PLTS skala masif; bekerja sama pembangunan ecotourism: Flores terkait agar harga PLT EBT lebih
dengan ADB Geothermal Island kompetitif

18
II. Gambaran Umum Panas Bumi
▪ Pengertian Panas Bumi
▪ Sistem Panas Bumi
▪ Skema Operasi PLTP
▪ Karakteristik Energi Panas Bumi
▪ Risiko Pengembangan Panas Bumi0
▪ Perbandingan Emisi PLTP dan Pembangkit Lainnya

19
PENGERTIAN PANAS BUMI

• PANAS BUMI ATAU GEOTHERMAL ADALAH :


• Berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan thermal yang berarti panas, jadi
secara umum geothermal adalah sumber energi yang berasal dari panas alamiah
di dalam bumi.

• HOCHSTEIN DALAM ENCYCLOPEDIA VOLCANEOUS 2000 :


• Mendiskripsikan sebagai proses transfer panas dari tempat tertentu dari kerak
bumi yang berasal dari sumber panas (heat source) ke permukaan

• BERDASARKAN UU NO. 21/2014 TENTANG PANAS BUMI:


• bahwa energi panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam
air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang
secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.

20
SISTEM PANAS BUMI

SISTEM & MODEL PANAS BUMI

21
SISTEM PANAS BUMI
BERTAHAP, sistem tertutup dan BERKELANJUTAN,
menjaga keseimbangan fluida dan panas


 Air Permukaan ± 50 m &
Air bawah tanah ± 150 m

? Impermeabel clay cap ? Sumur Panas Bumi ± 2 km


alteration
? ?

❖ Energi Panas Bumi bersumber dari energi panas yang terkandung dalam perut bumi dan pada umumnya
berasosiasi dengan keberadaan gunung api. Air yang bersumber diantaranya dari hujan, akan meresap ke
dalam batuan di bawah tanah hingga mencapai batuan reservoir yang umumnya pada kedalaman 2 km. Air ini
kemudian terpanaskan oleh magma yang menjadi sumber panas utama sehingga berubah menjadi air panas
atau uap panas (fluida thermal).
❖ Aktifitas pengeboran (drilling) dilakukan untuk menembus batuan reservoir dan menemukan batuan
permeable sehingga fluida thermal dapat diekstrak kepermukaan. Fluida thermal tersebut selanjutnya
dialirkan ke turbin dan memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik.
❖ Setelah digunakan, Fluida thermal selanjutnya di injeksikan kembali kedalam reservoir melalui sumur reinjeksi
untuk menjaga keseimbangan fluida dan panas sehingga sistem panas bumi berkelanjutan.
22
SKEMA OPERASI PLTP

Fluida yang diperoleh dari sumur produksi akan dialirkan ke dalam separator untuk dipisahkan antara uap dan air.
Fluida cair (brine) direinjeksikan ke dalam bumi reinjeksi agar sistem panas bumi tetap berkelanjutan, sedangkan uap
dialirkan ke pembangkit untuk memutar turbin untuk menghasilkan listrik. Listrik tersebut dialirkan menuju
transformer dan kemudian ditransmisikan. Uap yang telah melalui turbin dikondensasikan menjadi air pada
kondensor, dan selanjutnya diiinjeksikan ke dalam bumi.

23
KARAKTERISTIK ENERGI PANAS BUMI
Sumber energi
bersih, ramah
lingkungan,
terbarukan

Bebas dari resiko


Tidak dapat
kenaikan harga
Diekspor
bahan bakar fosil

Tidak tergantung
cuaca, supplier,
ketersediaan Tidak
fasilitas
pengangkutan dan memerlukan
bongkar muat lahan yang luas
dalam pasokan
bahan bakar

24
PERUBAHAN PARAMETER PENETAPAN WILAYAH KERJA

Acuan Penetapan WKP Acuan Penetapan WKP


Permen ESDM 11/2008 Permen ESDM 37/2017 KETERSEDIAAN DATA 3G SEBELUM
3G
PENGEBORAN EKSPLORASI
3G (+ MT)
3G (+MT) + LS
• Ketersediaan data 3G (+MT) dan
Persentase Kegagalan

Landaian Suhu (LS) dapat menurunkan


Sumur Panas Bumi

kegagalan pengeboran menjadi 50%.


• Survei LS memberikan informasi gradien
temperatur dan litologi batuan bawah
permukaan untuk mengidentifikasi
keberadaan suatu sistem panas bumi.
• Keberhasilan pengembangan panas
Sumber: S. Sudarman (2009)
bumi akan meningkat secara signifikan
setelah dilakukan pengeboran eksplorasi
Keterangan:
(drilling success ratio dari 40-50%
• Permen ESDM 11/2008 tentang Tata Cara Penetapan
Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi menjadi 70-80%).
• Permen ESDM 37/2017 tentang Wilayah Kerja Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung
• 3G/Geosains : Geologi, Geokimia dan Geofisika
• MT: Magnetotellurik

25
RISIKO PENGEMBANGAN PLT PANAS BUMI
95%
P 90% DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM EKSPLORASI PANAS BUMI
R
O • Kegiatan akuisisi data 3G merupakan bagian dari konfirmasi
J data subsurface sebelum pengeboran eksplorasi, namun
E
belum dapat mengurangi risiko pengembangan.
C 50%
45%
T • Risiko pengembangan panas bumi pada akhir tahap eksplorasi
R meliputi survei geosains rinci, berkisar antara 90-95%,
20%
I sehingga tidak signifikan untuk menurunkan harga listrik yaitu
S 10%
K
sebesar 0,01 - 0,4 sen USD/kWh .
• Risiko pengembangan pada akhir tahap eksplorasi (meliputi
survei geosains & pengeboran eksplorasi 2 slim hole dan 1
standard hole) turun hingga 50% (tergantung pada hasil
1 2 3 4 5 6
pengeboran), sehingga dapat menurunkan harga listrik panas
bumi secara signifikan yaitu sebesar 0,42 -2,53 sen USD/kWh.
PARAMETER KUNCI
1. Tahap survei pendahuluan: studi regional & survei tinjau.
2. Tahap eksplorasi: survei geosains rinci (3G termasuk MT &
survei landaian suhu)
3. Tahap pengeboran eksplorasi: pembangunan infrastruktur,
P R O F I L R I S I K O pengembangan panas bumi
pengeboran & uji sumur.
4. Tahap studi kelayakan (FS): kalkulasi keekonomian proyek & dipengaruhi oleh beberapa aspek risiko, yaitu: hulu
FEED
5. Tahap eksploitasi: pengeboran sumur produksi-reinjeksi, (sumber daya), penyelesaian pekerjaan, off-taker,
pembangunan fasilitas produksi dan pembangkit.
supply-demand, harga, operasi dan regulasi.
6. Tahap Pemanfaatan: uji kelayakan pembangkit
26
(PLTP)/commisioning & O&M Sumber: ESMAP World Bank, 2012
RINCIAN KEGIATAN PADA TAHAPAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
Project Power plant
Preliminary Exploration / Field
Exploration survey review and construction and Operation
survey test drilling development
feasibility commissioning
Activities ▪ Power market • Detailed geoscientific • Exploration • Location and • Infrastructure • Engineering • Operation and
required analysis (power survey: infrastructure design of construction • Procurement maintenance
purchase ✓ Geology study construction development • Development • Construction • Well intervention
agreements/PPA) (volcanostratigraphy, • 2-3 wells drilling pads and other drilling • Commissioning • Make up well drilling
▪ Other possibilities structural mapping, • Well logging civil works (production and • Annual inspection
for geothermal identification thermal • Well testing • Development reinjection) • Major overhaul
utilization features) • Refining of drilling targets • Well logging
▪ Infrastructure ✓ Geochemistry (thermal conceptual model and well design • Well testing
▪ Regulation, political, features measurement, • Determination of • Forecasts of • Update of
environmental and sampling, fluid well productivity reservoir conceptual model
social issue geothermometry, soil for production performance • Update of
▪ Required permiting sampling and gas flux) • Design for • Power plant and reservoir model
▪ Issues relating to ✓ Geophysics (heat flow, development well transmission
political and gravity, resistivity, design
financial stability magneto telluric, • Project budget
▪ Remote sensing or passive seismic, and revenue
aerial survey data temperature gradient projections
▪ Information from and conductive heat • PPA finalization
available flow) • Environmental
geoscientific data • Geotechnical study social
▪ Information from • Environmental study assessment
previous • Temperature gradient well
explorations or wells • Conceptual model
▪ Preliminary • Resource estimation
geoscientific survey • Pre-feasibility study

Time required 1 year 1-2 years 1 - 2 years 1 – 3 years 2 years 1 – 3 years 20 – 30 years

EBTKE (2019) : EBTKE (2019) : EBTKE (2019) :


Costs required EBTKE (2019) : 30,000 – 90,000 EBTKE (2019) : 1.5 – 2 million 1.1 – 2.7 million 1.4 – 3 million 18 – 30 USD/KWh/yr
(USD/MW) ESMAP (2012) : 20,000 – 80,000 ESMAP (2012) : 0.32 – 0.8 million ESMAP (2012) : ESMAP (2012) : ESMAP (2012) :
0.9 – 2 million 1.5 – 2.5 million 35 USD/KWh/yr
High to moderate Moderate (50-
Project risk High (100-95%) High (95-90%) Moderate (45-35%) Moderate-low (35-20%) Low (10%)
(90-50%) 45%)
Government, grant, Government, grant, private
Funding source Private equity Private equity Commercial loan Commercial loan Commercial loan
private equity equity
27
PERBANDINGAN EMISI PLTP DAN PEMBANGKIT LAINNYA

[Kg/MWh] PLTP Konvensional PLTP Binary PLTG PLTU

CO2 27,1339 0 390,5881 997,9024

CH4 0 0 0,0076 0,1144

PM2.5 0 0 0,0499 0,2676

PM10 0 0 0,0544 0,3266

SO2 0,0001 0 0,0020 8,5049

N2O 0 0 0,0008 0,0166

Estimasi Level Emisi Berdasarkan Sumber Energi Pembangkit Listrik

Sumber: Climate Registry 2012, EIA 2013, EPA 2009, EPA 2011, NRC 2010

28
III. Sumber Daya Panas Bumi di Indonesia
▪ Peta Sebaran Sumber Daya Panas Bumi Indonesia
▪ Sumber Daya Panas Bumi Per Pulau
▪ Sumber Daya Panas Bumi Per Provinsi
▪ Kapasitas Terpasang PLTP Saat Ini
▪ Kontribusi Panas Bumi pada Sistem Ketenagalistrikan
▪ Pemanfaatan Energi Panas Bumi Global

29
PETA SEBARAN SUMBER DAYA PANAS BUMI INDONESIA

Sumber : Badan Geologi Kementerian ESDM, 2019

30
KLASIFIKASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN ENERGI PANAS BUMI

(SNI 6009:2017 Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Energi Panas Bumi Indonesia)

SUMBER DAYA (RESOURCES)

CADANGAN (RESERVES)
SPEKULATIF HIPOTETIK
(SPECULATIVE) (HYPOTHETIC) MUNGKIN TERDUGA TERBUKTI
(POSSIBLE) (PROBABLE) (PROVEN)

Geologi dan Geologi, Geokimia, & 3G dan/atau


3G &/atau LS dan 3G &/atau LS dan
Geokimia Geofisika (3G) Landaian Suhu
≥ 1 sumur eksplorasi ≥ 3 sumur eksplorasi
(3G &/atau LS)

Data Ilmu Kebumian Semakin Detail

Pelaksanaan akuisisi data geosains oleh Badan Geologi masih dalam tahapan untuk
mengkonfirmasi cadangan mungkin

31
SUMBER DAYA PANAS BUMI INDONESIA
Sumber Daya (MW)
Kapasitas
No.
No Pulau Cadangan Total Terpasang
Lokasi Spekulatif Hipotetik (MW)
Mungkin Terduga Terbukti
1 Sumatera 101 2.276 1.557 3.735 1.040,7 1.070,3 9.679 744,4
2 Jawa 73 1.265 1.190 3.414 418 1.820 8.107 1.253,8
3 Bali 6 70 21 104 110 30 335 0
4 Nusa Tenggara 31 190 148 892 121 12.5 1.363,5 12,5
5 Kalimantan 14 151 18 13 0 0 182 0
6 Sulawesi 90 1.365 362 1.041 180 120 3.068 120
7 Maluku 33 560 91 497 6 2 1.156 0
8 Papua 3 75 0 0 0 0 75 0

Total 351 9.696 1.875,7 3.054,8 23.965,5 2.130,7


5.952 3.387
14.626,5

23.965,5

Badan Geologi Kementerian ESDM, 2019

32
SUMBER DAYA PANAS BUMI PER PROVINSI 2019
Jumlah Sumber Daya (MW) Kapasitas
Titik
No. Provinsi Cadangan Total Terpasang
Sumber
(MW - %) (MW)
Daya Spekulatif Hipotetik Mungkin Terduga Terbukti
Sumatera
1 Aceh 19 324 228 631 25 - 1.208 (5,04%) -
2 Sumatera Utara 18 250 388 730 54,7 453,3 1.876 (7,83%) 384,4
3 Sumatera Barat 19 471 579 495 50 85 1.680 (7,01%) 85
4 Riau 4 45 - - - - 45 (0,18%) -
5 Jambi 9 352 87 319 76 0 834 (3,48%) -
6 Bengkulu 5 134 0 299 389 110 932 (3,88%) -
7 Bangka Belitung 7 100 5 - - - 105 (0,44%) -
8 Sumatera Selatan 7 225 230 363 221 202 1.241 (5,19%) 55
9 Lampung 13 375 40 898 225 220 1.758 (7,33%) 220
Jawa
10 Banten 7 125 161 365 - - 651 (2,72%) -
11 Jawa Barat 41 1015 469 1555 174 1580 4.793 (19,99%) 1.193,8
12 Jawa Tengah 14 80 270 622 130 240 1.342 (5,59%) 60
13 D.I. Yogyakarta 1 - - 10 - - 10 (0,04%) -
14 Jawa Timur 11 70 290 862 114 0 1.336 (5,57%) -
Bali - Nusa Tenggara
15 Bali 6 70 21 104 110 30 335 (1,39%) -
16 Nusa Tenggara Barat 3 - 6 169 - - 175 (0,73%) 0
17 Nusa Tenggara Timur 28 190 142 723 121 12.5 1.188,5 (4,96%) 12.5
Kalimantan
18 Kalimantan Barat 5 65 0 0 0 0 65 (0,27%) -
19 Kalimantan Timur 2 17 0 0 0 0 17 (0,07%) -
20 Kalimantan Utara 4 20 17 13 0 0 50 (0,20%) -
21 Kalimantan Selatan 3 49 1 0 0 0 50 (0,20%) -
Sulawesi
22 Sulawesi Utara 9 55 73 410 180 120 828 (3,45%) 120
23 Gorontalo 5 129 11 20 0 0 160 (0,67%) -
24 Sulawesi Tengah 29 401 61 368 - - 830 (3,46%) -
25 Sulawesi Barat 13 321 53 32 - - 406 (1,69%) -
26 Selawesi Selatan 21 259 139 118 0 0 516 (2,15%) -
27 Sulawesi Tenggara 13 200 25 93 - - 318 (1,33%) -
Maluku – Papua
28 Maluku Utara 15 190 7 379 0 0 576 (2,40%) -
29 Maluku 18 370 84 118 6 2 580 (2,42%) -
30 Papua Barat 3 75 0 0 0 0 75 (0,31%) -
TOTAL 351 5.952 3.387 9.696 1.875,7 3.054,8 23.965.5 2.130,7
33
KAPASITAS TERPASANG PLTP SAAT INI
Pengembang/ Kapasitas
No. WKP, Lokasi PLTP Kapasitas Turbin Tahun COD
Operator Total (MW)
1 x 10 MW; 2008
1 Sibayak – Sinabung, SUMUT Sibayak PT. Pertamina Geothermal Energy 12
2 MW (monoblok) 1998
2 x 60 MW; 1994
2 Cibeureum – Parabakti, JABAR Salak Star Energy Geothermal Salak, Ltd 1 x 60 MW; 1997 376.8
3 x 65,6 MW 1997
Wayang Star Energy Geothermal Wayang 1 x 110 MW; 2000
227
3 Pangalengan, JABAR Windu Windu 1 x 117 MW 2009
Patuha PT Geo Dipa Energi 1 x 55 MW 2014 55
1 x30 MW; 1983
2 x 55 MW; 1988, 88
Kamojang PT. Pertamina Geothermal Energy 235
1 x 60 MW; 2008
4 Kamojang – Darajat, JABAR 1 x 35 MW 2015
1 x 55 MW; 1991
Darajat Star Energy Geothermal Darajat, Ltd 1 x 94 MW; 2000 270
1 x 121 MW 2007
5 Dataran Tinggi Dieng, JATENG Dieng PT. Geo Dipa Energi 1 x 60 MW 2002 60
2001, 07, 09, 11,
6 Lahendong – Tompaso, SULUT Lahendong PT. Pertamina Geothermal Energy 6 x 20 MW 120
16, 16
7 Waypanas – LAMPUNG Ulubelu PT. Pertamina Geothermal Energy 4 x 55 MW 2012, 12, 16, 17 220
8 Ulumbu - NTT Ulumbu PT. PLN (Persero) 4 x 2,5 MW 2013, 13, 14, 14 10
9 Mataloko - NTT Mataloko PT. PLN (Persero) 1 x 2,5 MW 2013 2,5
10 Sibual-Buali - SUMUT Sarulla Sarulla Operation Ltd. 3 x 110 MW 2017, 17, 18 330
11 Karaha Bodas - JABAR Karaha PT. Pertamina Geothermal Energy 1 x 30 MW 2018 30
12 Lumut Balai – SUMSEL Lumut Balai PT. Pertamina Geothermal Energy 1 x 55 MW 2019 55
13 Sorik Marapi – SUMUT Sorik Marapi PT Sorik Marapi Geothermal Power 1 x 42,3 MW 2019 42,4
14 Muara Laboh – SUMBAR Muara Laboh PT Supreme Energi Muara Laboh 1 x 85 MW 2019 85
34
TOTAL 2.130,7
PENGEMBANGAN PANAS BUMI OLEH BUMN
RENCANA POTENSI TAMBAHAN
KAPASITAS
JUMLAH SUMBER PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN UNTUK
NO NAMA BUMN TERPASANG
WKP DAYA (MW) SESUAI RUPTL MENCAPAI TARGET ROADMAP
(MW)
2019 – 2028 S.D. 2025 2026 - 2030
1 PT PLN (PERSERO) 11 1.442,5 12,5 367 - 140

2 PT PERTAMINA (PERSERO)
a. OPERASI SENDIRI OLEH:
PT. PERTAMINA GEOTHERMAL 10* 3.563 672 775 50 470
ENERGI
b. KONTRAK OPERASI BERSAMA
5* 2.547 1.203,8 235 110 440
(KOB)
3 PT GEO DIPA ENERGI (PERSERO) 4* 1.210 115 615 10 55

TOTAL 28 8.762,5 2.003,3 2.047 170 1.105

* Keterangan :
• WKP Kamojang-Darajat Area Kamojang dikelola sendiri oleh PT PGE dan Area Darajat dikelola melalui KOB PT PGE dengan
Star Energy Geothermal Darajat II, Ltd.
• WKP Pangalengan Area Wayang Windu dikelola melalui KOB PT PGE dengan Star Energy Geothermal Wayang Windu, Ltd. dan
Area Patuha dikelola oleh PT Geo Dipa Energi.

35
KONTRIBUSI PANAS BUMI PADA SISTEM
KETENAGALISTRIKAN
0%
Kontribusi Panas Bumi pada
0 MW
Sistem Ketenagalistrikan
955 MW
Kapasitas Terpasang Listrik
1 10,1 % Panas Bumi
342 MW
3.384 MW Total Kapasitas Terpasang
2
0% 0% 0%
0 MW 0 MW 0 MW
3 1.356 MW 621 MW 1.235 MW 9,71 %
5
18
120 MW
0% 14 5
16 1.236 MW
4 0 MW 5
15
0% 351 MW
5
0 MW 6 0%
881 MW 1,7 % 0 MW 5 0%
21
1.098 MW 17
55 MW 0 MW 5
22
3.109 MW 0% 384 MW 0%
7 0% 0 MW 0 MW
21,34 % 0 MW 0,83 % 1.557 MW 337 MW
220 MW 9 3.748 MW 60 MW
1.031 MW 85 7.214 MW 0%
10 11
Wilayah kelistrikan: 12
0 MW
0%
1. Aceh
0 MW 1.360 MW
2. Sumatera Utara 5
13 19
0% 0% 20 3,21 %
3. Riau 6.946 MW 14,3 %
0 MW 0 MW 12,5 MW
4. Sumatera Barat 1.193,8 MW
9.451 MW 489 MW 389 MW
5. Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu (S2JB) 8.302 MW
6. Bangka Belitung
7. Lampung
8. Banten
9. DKI
10.Jawa Barat
11.Jawa Tengah
12.Jawa Timur
13.Bali
14.Kalimantan Barat
15.Kalimantan Selatan dan Tengah
16.Kalimantan Timur
Kontribusi Panas Bumi pada Sistem Ketenagalistrikan
17.Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat Tahun 2017 di Indonesia adalah sebesar 3,51%
18. Sulawesi Utara dan Gorontalo
19.Nusa Tenggara Barat
20.Nusa Tenggara Timur
21.Maluku
22.Papua

36
PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI GLOBAL

KAPASITAS TERPASANG
NO NEGARA SUMBER DAYA (MW) RASIO
(MW)

1 AMERIKA SERIKAT 30.000 25,38% 3.639 26,23% 12,13%


2 INDONESIA 23.965,5 20,28% 2.130,7 15,36% 8,39%
3 FILIPINA 4.000 3,38% 1.916 13,81% 47,90%
4 TURKI 4.500 3,81% 1.347 9,71% 29,93%
5 SELANDIA BARU 3.650 3,09% 1.005 7,24% 27,53%
6 MEKSIKO 4.600 3,89% 951 6,85% 20,67%
7 ITALIA 3.270 2,77% 944 6,80% 28,87%
8 ISLANDIA 5.800 4,91% 755 5,44% 13,02%
9 KENYA 15.000 12,69% 646 4,66% 4,31%
10 JEPANG 23.400 19,80% 542 3,91% 2,32%

TOTAL 118.185,5 100% 13.876 100% 11,86%

*Total pengembangan di negara lainnya: 925 MW (6,35%) Sumber: ThinkGeoEnergy, 2019 dengan modifikasi

37
IV. Regulasi di Bidang Panas Bumi
▪ Overview Regulasi Bidang Panas Bumi
▪ Matriks Perbandingan UU No. 27/2003 dengan UU No. 21/2014 Tentang Panas Bumi
▪ Permen ESDM No. 36 Tahun 2017
▪ Permen ESDM No. 37 Tahun 2017
▪ Permen ESDM No. 44 Tahun 2016
▪ Permen ESDM No. 53 Tahun 2018
▪ Permen ESDM No. 21 Tahun 2017
▪ Permen ESDM No. 23 Tahun 2017
▪ Permen ESDM No. 33 Tahun 2018
▪ Permen ESDM No. 37 Tahun 2018
▪ Progress Penyusunan Peraturan Pemerintah Bidang Panas Bumi
▪ Pengaturan Pemanfaatan Panas Bumi pada Kawasan Hutan
▪ Paradigma K3LL Panas Bumi

38
KEBIJAKAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI
UU 21/2014
UU 30/2007
tentang Panas
tentang Energi
Bumi

Tahun 2025
PP 79/2014
tentang KEN 7.241,5
Perpres
MW
22/2017
tentang RUEN
Panas Bumi

Perpres 56/2018 Perpres 14/2017


jo Perpres 3/2016 jo. Perpres 4/2016
tentang PSN tentang PIK

4.607 MW
RUPTL PLN (2019-2028)
Satuan: MW

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2040 2050
Panas Bumi 1.439 1.654 1.909 2.134 2.494 3.110 7.242 9.300 13.423 17.546
Air & Mikrohidro 5.024 5.119 5.236 5.491 7.008 7.889 20.960 25.844 35.611 45.379
Bioenergi 1.740 1.886 2.093 2.359 2.674 3.024 5.532 9.651 17.887 26.123
Surya 79 229 429 679 979 1.379 6.379 14.103 29.551 45.000
Angin 7 57 107 207 307 507 1.807 7.167 17.887 28.607
EBT Lainnya 372 1.860 1.860 1.860 1.861 1.863 3.128 3.779 5.081 6.383
Total 8.660 10.804 11.728 12.939 15.807 18.475 45.044 69.843 119.440 169.038
39
Overview Regulasi Bidang Panas Bumi
UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI
Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden
1. PP 9/2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP 1. Perpres 56/2018 jo Perpres 3/2016 tentang
yang Berlaku pada KESDM Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
2. PP 79/2014 tentang KEN 2. Perpres 14/2017 jo Perpres 4/2016 tentang
3. PP 28/2016 tentang Bonus Produksi Percepatan Pembangunan Infrastruktur
4. PP 7/2017 tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Ketenagalistrikan
Tidak Langsung 3. Perpres 22/2017 tentang RUEN

PERATURAN MENTERI
1. Per men ESDM 11/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas Bumi
2. Per men ESDM 17/2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari PLTP dan Uap Panas Bumi untuk PLTP oleh PT PLN
3. Per men ESDM 40/2014 tentang Perubahan Keempat atas Per men 15/2010 Tentang Daftar Proyek Percepatan
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas Bumi serta Transmisi
Terkait PP 79/2014 tentang KEN
4. Per men ESDM 44/2016 tentang Bentuk dan Tata Cara Penempatan Serta Pencairan Komitmen Eksplorasi Panas Bumi
5. Per men LHK 46/2016 tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan
6. Permen ESDM 21/2017 tentang Pengelolaan Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada Pemboran Panas Bumi
7. Permen ESDM 23/2017 tentang Tata Cara Rekonsiliasi, Penyetoran dan Pelaporan Bonus Produksi Panas Bumi
8. Permen ESDM 36/2017 tentang Tata Cara PSP dan PSPE Panas Bumi
9. Permen ESDM 37/2017 tentang Wilayah Kerja Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung
10.Permen ESDM 49/2017 tentang Perubahan Atas Permen ESDM 10/2017 tentang Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli
Tenaga Listrik
11.Permen ESDM 53/2018 jo Per men ESDM 50/2017 tentang Pemanfaatan Sumber EBT Untuk Penyediaan Tenaga Listrik
12.Per men ESDM 33/2018 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Data dan Informasi Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung
13.Per men ESDM 37/2018 tentang Penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi, Pemberian Izin Panas Bumi dan Penugasan
40
Pengusahaan Panas Bumi
PROGRES PENYUSUNAN PERATURAN PEMERINTAH BIDANG PANAS BUMI

Hal-hal Pokok Status Saat Ini


RPP Pemanfaatan Langsung • Telah disusun draf RPP Pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung
− Penyelenggaraan panas bumi untuk pemanfaatan • Draf Permen telah disampaikan ke Menkumham, melalui Surat Sekjen ESDM a.n.
langsung MESDM tanggal 31 Des 2018, untuk selanjutnya diharmonisasi.
− Izin pemanfaatan langsung • Rapat Pleno Harmonisasi dan Pemantapan Konsepsi RPP telah dilaksanakan
− Harga energi panas bumi untuk pemanfaatan langsung pada tanggal 23 Jan 2019
− Kewajiban pemegang izin pemanfaaan langsung • Usulan permohonan persetujuan RPP oleh Presiden telah disampaikan tanggal 17
− Tata cara pengenaan sanksi administratif September 2019
• Telah dilaksanakan rapat tanggal 13 Februari 2020 terkait pembahasan
penyesuaian Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) akibat perubahan izin
untuk pemanfaatan langsung melalui RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
• Garis besar: perubahan izin dan kewenangan kepala daerah menjadi NSPK
dan kewenangan Pemerintah Pusat
RPerpres Pembelian Tenaga Listrik Energi Terbarukan • Telah diperoleh persetujuan Izin Prakarsa Penyusunan Rancangan Peraturan
− Pembelian Tenaga Listrik dari PLTP, PLTA, PLTS Presiden tentang Pembelian Tenaga Listrik Energi Terbarukan oleh PT PLN
Fotovoltaik, PLTB, PLTBm, PLTBg, PLT Energi Laut, (Presero) tanggal 24 Maret 2020
dan PLT BBN.
− Pelaksanaan pembelian tenaga listrik
− PJBL
− Pembinaan dan Pengawasan
− Dukungan Pemerintah
RPM Keselamatan dan Kesehatan Kerja • Telah disampaikan konsep RPM dari Dirjen EBTKE ke Menteri ESDM tanggal 2
− Penerapan K3LL dan Keteknikan Panas Bumi oleh Januari 2020 terkait penyampaian RPM ESDM
Pelaksana PSPE atau Pemegang IPB
− Penyelenggaraan Usaha Penunjang Panas Bumi oleh
Perusahaan Usaha Penunjang Panas Bumi
− Pembinaan dan Pengawasan K3LL dan Keteknikan
Panas Bumi oleh Menteri melalui Direktur Jenderal

RPM Pembinaan dan Pengawasan • Penyiapan draf di internal Subdit Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Panas
Bumi

41
SUBSTANSI UU 21/2014

UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI

1. Panas Bumi bukan merupakan aktivitas pertambangan, sehingga dapat


dikembangkan dalam kawasan hutan konservasi.
2. Panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung sepenuhnya berada di bawah
wewenang Pemerintah Pusat, sedangkan untuk pemanfaatan langsung dilakukan
sesuai kewenangan (Pemerintah Pusat, Provinsi, atau Kabupaten/Kota)
3. Adanya pengenaan bonus produksi yang didasarkan pada persentase pendapatan
kotor unit produksi yang diberikan kepada Pemerintah Daerah
4. Pemerintah dapat melakukan Eksplorasi, Eksploitasi dan/atau Pemanfaatan
dengan memberikan penugasan kepada BUMN/BLU untuk melakukan
pengembangan panas bumi
5. Pengaturan pengembangan panas bumi lebih rinci dibahas dalam Peraturan
Pemerintah tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung maupun Tidak
Langsung
6. Izin Panas Bumi, lelang, serta pembinaan dan pengawasan pengembangan panas
bumi merupakan kewenangan Pemerintah Pusat

42
MATRIKS PERBANDINGAN UU No.27/2003 DENGAN
UU No.21/2014 TENTANG PANAS BUMI (1/2)
NO URAIAN UU NO. 27/2003 UU No.21/ 2014 Keterangan

1 Istilah pertambangan/ Ada Dihilangkan (sinkronisasi Sebagian besar Pasal


penambangan dalam kegiatan usaha panas dengan UU No. 5/1990 &
bumi UU No. 41/1999)

2 Pengaturan pemanfaatan energi panas Belum rinci Diatur lebih rinci Pasal 11 s.d Pasal 23
bumi untuk pemanfaatan langsung dan
pemanfaatan tidak langsung

3 Pemanfaatan panas bumi di kawasan hutan Belum diatur ▪ Pemanfaatan panas bumi Pasal 24
lindung, produksi dan konservasi di kawasan hutan produksi
dan lindung melalui izin
pinjam pakai,
▪ Pemanfaatan panas bumi
di kawasan hutan
konservasi melalui izin
pemanfaatan jasa
lingkungan
4 Pengalihan kepemilikan saham Belum diatur Diatur (setelah selesai Pasal 27
eksplorasi)

43
MATRIKS PERBANDINGAN UU No.27/2003 DENGAN
UU No.21/2014 TENTANG PANAS BUMI (2/2)

NO URAIAN UU NO. 27/2003 UU No.21/ 2014 Keterangan

5 Penugasan kepada Badan Layanan Umum Belum diatur Diatur Pasal 28


atau BUMN Panas Bumi untuk melakukan
kegiatan eksplorasi, eskploitasi dan/atau
pemanfaatan

6 Kewenangan Menteri dalam pencabutan Belum diatur Diatur Pasal 33 s.d Pasal 37
dan pembatalan izin panas bumi

7 Pemberian bonus produksi (production Belum diatur Diatur Pasal 53


bonus) kepada Pemerintah Daerah yang
wilayahadministratifnya meliputi wilayah
kerja yang bersangkutan berdasarkan
persentase tertentu dari pendapatan kotor
sejak unit pertama berproduksi secara
komersial.
8 Ketentuan peralihan terkait masa kontrak, Belum diatur Ditetapkan masa berlakunya Pasal 78
masa berlakunya kuasa, perpanjangan izin detail dan ketika berakhir
untuk WKP eksisting mengikuti ketentuan UU ini

44
PENGATURAN PENUGASAN SURVEI PENDAHULUAN DAN EKSPLORASI
Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) adalah penugasan yang diberikan
oleh Menteri untuk melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.

45
PENYIAPAN WK DARI HASIL SP, SPE, PSP, & PSPE

46
PENYIAPAN WK DARI WK YANG IPBNYA
TELAH BERAKHIR

47
PENEMPATAN DAN PENCAIRAN DANA KOMITMEN EKSPLORASI

48
PEMANFAATAN EBT UNTUK
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

1
11,14 BPP Regional
max 11,14
▪ Pembelian dari PLTP dan PLTSa
9,77
2
max 9,77
▪ B-B (Kesepakatan Para Pihak)

3 10,98
max 10,98 5
17 13,00
12,64 11,07 max 12,75
13 5
15
max 12,64 max 11,07
7,25 4 5
14
B-B
5
6 14,10
8,58
7,18 max 14,10
Max 8,58 5
20 20,00
B-B 16
max 20,00 5
21
6,99 13,78
7
7,28 max 13,78
B-B B-B
Wilayah kelistrikan: 6,81
8
1. Aceh B-B 6,81
2. Sumatera Utara 6,83
10 11
9 B-B B-B
3. Riau
6,81
4. Sumatera Barat 6,81 5
12 18
5. Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu (S2JB) B-B 13,90 19 17,72 16,49
B-B max 13,90 max 17,72 max 16,49
6. Belitung
7. Lampung
8. DKI
9. Jawa Barat
10.Jawa Tengah
11.Jawa Timur
12.Bali
13.Kalimantan Barat
14.Kalimantan Selatan dan Tengah
15.Kalimantan Timur
16.Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat Keterangan:
17.Sulawesi Utara dan Gorontalo - Berdasarkan BPP Tahun 2017 (Kepmen ESDM No.1772 K/20/MEM/2018)
18.Lombok - BPP Nasional 7,66 cent US$/kWh
19.Nusa Tenggara Timur (Flores Bagian Barat /
Flores Bagian Timur)
20.Maluku dan Maluku Utara (Ambon)
21.Papua (Jayapura)

49
PEMANFAATAN EBT UNTUK
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
Kepmen ESDM
Wilayah dengan pembelian harga tenaga listrik 100% BPP* | PLT Panas bumi
Nomor
55K/20/MEM/2019
“ Untuk mencapai target EBT 23%, diperlukan
pembangunan pembangkit EBT pada sistem Jawa-
*Apabila BPP setempat < BPP nasional, maka B to B
Bali yang mempunyai kebutuhan listrik yang
paling besar di Indonesia.
Akan tetapi, BPP di Sistem Jawa-Bali sangat
rendah karena banyaknya PLTU yang beroperasi

Harga Beli Listrik | cent/kWh

19.83
21.05
17.86
15.72

18.29
16.77
13.46
BPP Nasional:
7,86 cent/kWh

11.80
10.70
10.58

11.74
11.61
10.18
Harga Beli Listrik

8.25
7.45
7.43
7.29
6.94
6.91
6.91
6.91
6.91
6.91

100% BPP*

BPP Setempat

Sumut

NTB
Jateng

Sumbar

Sulselbar
Bali
Jakarta

NTT
S2JB
Jabar
banten

Riau
Kaltimtara
Kalbar

Aceh
Lampung

Kalselteng

Babel
Suluttenggo

Papua
Jatim

Maluku Utara

Maluku
50
50
PERBANDINGAN BPP 2018 &
BPP 2019 PT PLN (Persero)
Sesuai dengan Surat Direktur PT PLN (Persero)

20.27
19.55
No 0326/KEU.02.02/010000/2020

17.97

17.12
Wilayah dengan pembelian harga tenaga listrik 100% BPP* | PLT Panas bumi

15.59
15.04

15.00
13.39

11.03

10.78
Harga Beli Listrik | cent/kWh

9.96
9.90
9.56

9.51

21.05
15.72

19.83
16.77

17.86

18.29
6.75

7.42

7.63
6.71

6.71

7.30
6.71

6.71

6.71
BPP Nasional 2018:7,86 cent/kWh

Usulan BPP Nasional 2019:


7,67 cent/kWh

11.61

11.74
10.58

13.46
10.18

10.7

11.8
7.45
7.43

8.25
7.29
6.94
6.91

6.91

6.91

6.91

6.91

BPP Setempat
Jabar

Maluku
Jakarta

Sumbar

Suluttenggo
Aceh

Papua
Jateng

Kaltimra

Kalselteng

Malut
S2JB

Sumut

Babel
Sulselbar

NTB

NTT
Banten

Lampung
Jatim

Kalbar

Riau
Bali

BPP 2018 Usulan BPP 2019 PT PLN (Persero)


*Apabila BPP setempat < BPP nasional, maka B to B

51
51
TATA CARA PENGELOLAAN LUMPUR DAN SERBUK BOR
Badan Usaha menyampaikan rencana kpd Menteri cq. Dirjen EBTKE • Pemberat;
yang terdiri dari : • Pengental;
1. Identitas dan informasi sumur; • Pengatur pH; dan Air
Udara
• Bahan Tambahan Lain.
2. Komposisi (bahan dasar dan bahan aditif) lumpur bor;
3. Perkiraan volume timbulan limbah;
4. Jenis dan spesifikasi kendaraan pengangkut timbulan limbah; Bahan Dasar
Bahan Aditif
5. Rencana penampungan sementara; dan
6. Rencana pengelolaan untuk pemanfaatan dan/atau penimbunan.
Lumpur Bor
Detil sebagaimana Lampiran I s.d Lampiran III
Pengeboran Panas Bumi reuse
Evaluasi Rencana dan
Direktur Jenderal EBTKE
Tanggapan Hasil Evaluasi
Rencana
cq. Direktur Panas Bumi Alat Pengontrol Padatan

Serbuk Bor Sisa Lumpur Bor


reuse
Cutting Box Mud Pond
Badan Usaha melakukan
pengelolaan dan menyampaikan
laporan hasil pengelolaan sesuai Limbah Lumpur Bor Limbah Cair
dengan Lampiran IV
Pengangkutan

Tempat Penyimpanan
Sementara
Direktur Jenderal EBTKE
cq. Direktur Panas Bumi Pengangkutan
Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan
Pemanfaatan Penimbunan

In Situ Ex Situ
Laporan Pengelolaan dari 1. Inspeksi Rutin; atau
Badan Usaha sebagaimana 2. Inspeksi Insidental
Lampiran IV Material Konstruksi

52
TATA CARA REKONSILIASI REALISASI PENJUALAN UAP /LISTRIK

❑ Menteri melalui Direktur Jenderal melakukan rekonsiliasi untuk


menghitung persentase Daerah Penghasil berdasarkan parameter dan
bobot penilaian.
Persentase ❑ Parameter dan bobot penilaian meliputi:
a. luas Wilayah Kerja dengan bobot sebesar 20%.
Bagi Hasil b. infrastruktur produksi dengan bobot sebesar 30%
c. infrastruktur penunjang dengan bobot sebesar 20%
d. realisasi produksi dengan bobot sebesar 30%
REKONSILIASI

❑ Sumber Data :
a. SPOP tahun sebelumnya
b. Data produksi uap dan/atau listrik dari PLTP

▪ Wajib menyampaikan realisasi produksi


Sebelum UU
uap/listrik triwulanan kepada Menteri
No 21/2014
Realisasi melalui Direktur Jenderal
penjualan atas ▪ Rekonsiliasi dilaksanakan secara
produksi uap triwulan
dan/atau
▪ Wajib menyampaikan realisasi produksi
Listrik Setelah UU
uap/listrik tahun sebelumnya kepada
No 21/2014
Menteri melalui Direktur Jenderal
▪ Rekonsiliasi dilaksanakan secara
tahunan

53
TATA CARA PENYETORAN BONUS PRODUKSI

Diterima Rekening
Berdasarkan Kepmen ESDM Kas Umum Daerah
Besaran Bonpod
Pemerintah Daerah
Rekening Kas Umum Penghasil membuat Pengelolaan dan
JOC, Kuasa
Tanda Terima Setoran pertanggungjawaban
Daerah
Bonus Produksi keuangan atas Bonus
1 bulan sejak Kepmen Penetapan Produksi
Bonprod untuk tahun 2015-2016 **) dilakukan sesuai
dengan peraturan
1 4 hari kerja sejak Kepmen Penetapan perundang-undangan
Bonprod untuk per triwulan tiap JOC,
tahunnya**) Kuasa di bidang pengelolaan
keuangan daerah

Rekening Kas Umum Pemerintah Daerah


Daerah Penghasil membuat
IPB Tanda Terima Setoran
1 bulan sejak Kepmen Penetapan Bonus Produksi
Bonprod untuk tahun 2015-2016 ***)

1 4 hari kerja sejak Kepmen Penetapan


Bonprod untuk tiap tahunnya****) IPB
*) Pemegang kontrak operasi bersama dan kuasa pengusahaan yang telah berproduksi sebelum UU No 21 Tahun 2014 wajib membayar Bonus Produksi
sejak tanggal 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2016 dan dibayarkan paling lambat 1 (satu) bulan sejak penetapan besaran bonus produksi oleh
Menteri melalui Direktur Jenderal mengenai besaran Bonus Produksi
**) Pemegang kontrak operasi bersama dan kuasa pengusahaan yang telah berproduksi sebelum UU No 21 Tahun 2014 wajib membayar Bonus Produksi
tiap triwulan untuk tahun berjalan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah penetapan besaran bonus produksi oleh Menteri melalui Direktur
Jenderal.
***) Pemegang Izin Panas Bumi merupakan BUMN penerima penugasan pengusahaan panas bumi yang telah berproduksi sebelum penugasan yang berlaku
sebagai izin panas bumi wajib membayar Bonus Produksi paling lambat 1 (satu) bulan sejak penetapan besaran bonus produksi oleh Menteri melalui
Direktur Jenderal. ****) IPB wajib membayar Bonus Produksi paling lamba14 hari kerja sejak penetapan besaran bonus produksi oleh Menteri
54
PENGELOLAAN & PEMANFAATAN
DATA DAN INFORMASI PANAS BUMI
Pemanfaatan Pengelolaan
SP • perolehan;
Badan 1. penyusunan rencana usaha penyediaan tenaga listrik;
2. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Panas Bumi; • pengadministrasian;
Geologi SPE 3. penyusunan rencana tata ruang wilayah; dan • pengolahan;
4. pemanfaatan lainnya dengan izin Menteri. • penataan;
• penyimpanan;
PSP • pemeliharaan; dan

Sumber pemusnahan data.
PSPE
Direktur
Jenderal Penambahan Harga
Data pada WKP • Harga data adalah 0 (nol)
IPB kecuali dari skema
Government Drilling
Data & Informasi • Harga Kompensasi Data &
Informasi hasil Government
Mentah Drilling ditetapkan oleh
DENGAN
PERMOHONAN Menteri dan diaudit oleh
Olahan lembaga negara atau
Jenis auditor independen.
Besaran Kompensasi Harga
Umum • Mengurangi komitmen
TERBUKA Pengguna eksplorasi, apabila
Interpretasi kompensasi < komitmen
eksplorasi
• Dibayarkan oleh BU, apabila
kompensasi ≥ komitmen
Umum Pemerintah Badan Usaha Akademisi
eksplorasi

Terintegrasi dengan IGIS


Kementerian/Lembaga Pemegang IPB Perguruan Tinggi
(Indonesia Geothermal
Information and Service)
Lembaga Penelitian
Pemerintah Daerah Pelaksana PSPE
55
Pelaksana PSP
HARGA DATA DAN INFORMASI PANAS BUMI – GOVERNMENT DRILLING

Kompensasi Harga
Data dan Informasi
Panas Bumi

Diberikan kompensasi Tidak ada kompensasi


apabila WKP yang telah apabila WKP ditetapkan
dilakukan government dari hasil PSPE
drilling

Komitmen Eksplorasi berdasarkan Pasal


41 ayat (2) PP 7 Tahun 2017 dengan
Apabila lebih kecil dari
ketentuan paling sedikit sebesar:
Komitmen Eksplorasi
a. US$ 10.000.000 (sepuluh juta
dollar Amerika Serikat) untuk
Kompensasi mengurangi pengembangan kapasitas lebih dari
Komitmen Eksplorasi atau sama dengan 10 MW; atau
Apabila lebih besar atau b. US$ 5.000.000 (lima juta dollar
sama dengan Komitmen Amerika Serikat) untuk kapasitas
Eksplorasi, maka Komitmen kurang dari 10 MW (sepuluh mega
Eksplorasi sebesar harga watt); atau
Data dan Informasi Panas
Bumi

56
PENAWARAN WILAYAH KERJA
Pengumuman
Pelelangan WK hasil Pemenang Lelang
Survei Pendahuluan
atau PSP Diikuti 1 peserta
PENETAPAN Kewajiban
PELELANGAN Penyetoran PEMBERIAN
Penunjukan Langsung PEMENANG
WILAYAH KERJA LELANG Komitmen IPB
Ya
Eksplorasi
Pelelangan Terbatas Tidak
WK hasil PSPE
1. Gugur, Jaminan Lelang Menjadi
Penerimaan Negara Bukan
Pajak
Catatan: 2. Urutan Berikutnya menjadi
Pemenang Lelang
1. Penawaran Wilayah Kerja dilakukan dengan cara lelang;
2. Menteri menetapkan besaran data dan informasi panas bumi pada WKP hasil pengeboran eksplorasi oleh pemerintah.
3. Syarat pendaftaran menjadi peserta lelang:
1. Penyerahan formulir pendaftaran dan kelengkapannya;
2. Penyetoran Jaminan Lelang
3. Pelelangan dilakukan dalam 2 tahap:
1. Tahap Kesatu untuk menentukan Peserta Lelang yang memenuhi kualifikasi.
Penilaian terhadap administratif, teknis, dan keuangan.
2. Tahap Kedua untuk memilih Peserta Lelang yang akan diberikan IPB.
Penilaian terhadap proposal pengembangan proyek dan pernyataan kesanggupan penempatan Komitmen
Eksplorasi.
4. Komitmen Eksplorasi:
a) Ditempatkan dalam bentuk escrow account di bank BUMN.
b) Minimal USD 10.000.000 untuk pengembangan PLTP > 10 MW.
Minimal USD 5.000.000 untuk pengembangan PLTP < 10 MW.
c) Dalam jangka waktu 5 tahun tidak melakukan pengeboran 1 (satu) sumur Eksplorasi maka 5% dari Komitmen
Eksplorasi menjadi milik negara.

57
TAHAPAN PELELANGAN WKP
Pendaftaran

Pelelangan Pelelangan
Tahap Kesatu Tahap Kedua
▪ Menentukan Badan Usaha yang memenuhi ▪ Memilih Peserta lelang yang akan diberikan IPB
kualifikasi pengusahaan Panas Bumi berdasarkan Dokumen Penawaran yang terdiri dari
2 sampul:
▪ Dokumen Lelang Tahap Kesatu:
a. Sampul 1 (satu): Proposal pengembangan
a. Persyaratan administratif proyek
b. Kualifikasi aspek teknis b. Sampul 2 (dua): Penawaran Komitmen
c. Kualifikasi aspek keuangan Eksplorasi

Sistem Gugur
Persyaratan
administrati Sampul 1
Ya Sampul 2
f Ya Proposal
Penawaran
Pengembangan
Komitmen Eksplorasi Ya
Kualifikasi Proyek
Tidak aspek
keuangan Ya

Tidak
Tidak
Tidak Lolos Kualifikasi
Penetapan Peringkat
aspek teknis Tidak Lolos
Tidak

Pemenang Lelang
Pelelangan Tahap Kedua

58
PROSEDUR PELELANGAN (1/2)

Pengumuman Pengambilan
Pelelangan Dokumen Lelang Tahap I
2 HK

Rapat Penjelasan
Dokumen Lelang Tahap I
Pendaftaran Peserta 20 HK

Pemasukan Dokumen
10 HK
Penawaran Tahap I

1 HK
Penetapan
0 HK Pembukaan Dokumen
Peserta
Penawaran Tahap I

Evaluasi Dokumen
Penawaran Tahap I 5 HK
Pesert
hanya 1 a Lolos
peserta Tahap
hanya 1 Penetapan hasil evaluasi ≥ 2 peserta/ 1 I
peserta Tahap I peserta apabila
yang lelang ulang
lolos 2 HK

Pengumuman
Hasil Evaluasi
Tahap I

Pelelangan diulang

59
PROSEDUR PELELANGAN (2/2)
Pembukaan Pembukaan
Evaluasi Dokumen 3 HK
Dokumen Dokumen Penerbitan Izin
Penawaran Tahap II
Penawaran Tahap II Penawaran Tahap II Panas Bumi
Sampul 1
Sampul 1 10 HK Sampul 2

40 HK Peyampaian Penetapan hasil evaluasi 5 HK


Dokumen Evaluasi Dokumen
sampul 1
Penawaran Tahap II Penawaran Tahap II
5 HK Sampul 2
Rapat Penjelasan Pengumuman hasil
Dokumen Lelang evaluasi sampul 1 1 HK Penentuan Peringkat
Tahap II Calon Pemenang
5 HK Lelang
5 HK SANGGAHAN
4 BULAN
5 HK
Pengambilan Penyampaian Hasil
Dokumen Lelang TIDAK
ADA Lelang kepada
Tahap II ADA
Menteri
5 HK
PROSES SANGGAHAN 15 HK
sanggahan tidak
>2 Penetapan
benar Pengumuman
peserta Pemenang oleh
sanggahan Pemenang Lelang
benar` Pelelangan diulang Menteri
Peserta 10 HK
Lolos
Tahap I Evaluasi dan klarifikasi
Pembukaan Dokumen Pemenang
Dokumen Penawaran
Penawaran Sampul 2 memenuhi
5 HK Sampul 2
sanggahan kewajiban sebagai
1 peserta telah Pengambilan tidak Pemenang Lelang
Penetapan hasil evaluasi Penetapan Calon
lelang ulang Dokumen Penunjukkan Dokumen Penawaran benar/tidak
Langsung Pemenang Lelang ada
Sampul 1

Rapat Penjelasan Penyampaian hasil


Dokumen Penunjukkan Evaluasi Dokumen
Durasi pelelangan kepada
Langsung Penawaran Sampul 1
Penunjukkan Menteri
Langsung serupa
dg lelang umum Pemasukan Dokumen Pembukaan Dokumen Penetapan Pemenang
Pengumuman Pemenang
Penawaran Penawaran Sampul 1 Lelang oleh Menteri

60
ALUR PENUGASAN WKP KEPADA BLU/BUMN

Penyampaian Penyampaian Program


Permohonan Evaluasi Diterima
Kerja dan Pernyataan Evaluasi Program Kerja Diterima
Permohonan Data dan dan Komitmen
SK
Penugasan Informasi Kepada Komitmen Eksplorasi PENUGASAN
oleh KESDM oleh Pemohon Eksplorasi oleh KESDM
Pemohon

Ditolak Ditolak

Kriteria Penugasan dalam Permen No. 37/2018


tentang Penawaran WKP, Pemberian IPB &
Penugasan Pengusahaan Panas Bumi : • Penugasan kepada BUMN berlaku
1. Telah dilakukan Eksplorasi oleh BUMN atau
sebagai IPB
Pemerintah;
2. Telah dioperasikan oleh BUMN atau
• BUMN dalam melakukan Eksplorasi,
Pemerintah; Eksploitasi dan/atau pemanfaatan pada
3. Wilayah Kerja yang dikembalikan oleh Badan Wilayah Kerja dapat bekerja sama
Usaha; dengan BLU
4. Untuk percepatan penyediaan dan
pemanfaatan energi dari Panas Bumi
5. Untuk peningkatan rasio elektrifikasi di
sekitar Wilayah Keija; dan/atau
6. Telah dilakukan Pelelangan namun tidak
menghasilkan Pemenang Lelang.
* Bagi BUMN yang belum pernah melakukan Eksplorasi Panas Bumi diharuskan menempatkan komitmen Eksplorasi

61
PENGATURAN PEMANFAATAN PANAS BUMI
PADA KAWASAN HUTAN
UU 21/2014 tentang Panas Bumi
• Pasal 5: “Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah dilakukan terhadap Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung yang berada di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kawasan Hutan
Produksi, Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Konservasi dan wilayah laut.

UU 41/1999 tentang Kehutanan


• Pasal 24: “Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali
pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional”

PP 105/2015 jo. PP 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan


• Pasal 4: ”Penggunaan Kawasan Kehutanan untuk kepentingan pembangunan meliputi
kegiatan instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik serta teknologi energi
baru terbarukan”
PP 108/2015 jo. PP 28/2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
• Pasal 35, pasal 36, pasal 37: “Taman nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan penyimpanan dan/atau penyerapan energi panas bumi”
Permen LHK P.50/2016 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Permen LHK P.4/2019 tentang PJLPB pada kawasan Taman Nasional, Tahura, dan
TWA
62
SKEMA PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN

Cagar Alam
Hutan Suaka Alam
Suaka Margasatwa
KAWASAN HUTAN

Taman Nasional

Hutan Pelestarian IPJLPB


Taman Hutan Raya (jasa lingkungan
Alam pada zona/blok
pemanfaatan)

Taman Buru Taman Wisata Alam

Hutan Lindung
IPPKH
(kerja sama)
Hutan Produksi
(Tetap, Terbatas, Konversi)

63
PARADIGMA KESELAMATAN KERJA PANAS BUMI

VISI INSTALASI PANAS BUMI YANG AMAN, ANDAL DAN AKRAB LINGKUNGAN (PRINSIP 3A)

REGULASI PENGATURAN DAN PENGAWASAN KETEKNIKAN DALAM KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

STANDAR SNI WAJIB,


& SKKNI DAN SNI

WUJUD KESELAMATAN KESELAMATAN KESELAMATAN KESELAMATAN


PEKERJA UMUM LINGKUNGAN INSTALASI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KESELAMATAN LINGKUNGAN INSTALASI


PERLINDUNGAN PEKERJA MASYARAKAT UMUM SEKITAR INSTALASI PANAS BUMI

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA KECELAKAAN PENCEMARAN KERUSAKAN


MASY.UMUM INSTALASI

• STANDARDISASI KOMPETENSI • PENYULUHAN BAHAYA • BAHAN DAN BAHAN KIMIA YANG • PROSEDUR OPERASI DAN
• TEMPAT KERJA PANAS DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PERAWATAN
• LINGKUNGAN KERJA • TANDA PERINGATAN/ PANAS BUMI • SERTIFIKAT KELAIKAN
• PROSEDUR KERJA (SOP) LARANGAN • DESAIN PERALATAN PERALATAN DAN INSTALASI
• NILAI AMBANG BATAS (NAB) • SERTIFIKAT KELAIKAN • TEKNOLOGI (OPERASI, PENGELOLAAN • SERTIFIKAT KOMPETENSI
PERSYARATAN • ALAT PELINDUNG DIRI (APD) • SERTIFIKAT KOMPETENSI LINGKUNGAN) • TANDA KESESUAIAN SNI
• TANDA PERINGATAN/LARANGAN • TANDA KESELAMATAN • MATERIAL YANG DIGUNAKAN • KESIAPAN ALAT PEMADAM
• PEMERIKSAAN KESELAMATAN KERJA PRODUK • PERALATAN, BAHAN DAN BAHAN • LATIHAN PEMADAMAN
• SERTIFIKAT PERALATAN BERBAHAYA KIMIA PENCEGAHAN DAN • TANDA KESELAMATAN
• TANDA KESELAMATAN PRODUK PENANGGULANGAN PENCEMARAN PRODUK
• SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LINGKUNGAN
• BAKU MUTU LINGKUNGAN
• SDM
• SISTEM TANGGAP DARURAT
• SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

64
KERANGKA KETEKNIKAN PANAS BUMI

KETEKNIKAN PANAS BUMI

▪ Produk ▪ Instalasi
Aspek ▪ Peralatan Teknologi Tenaga Teknik
▪ Bahan ▪ Instrumentasi

▪ Spesifikasi
▪ standardisasi
▪ Standardisasi ▪ Pemeriksaan Teknis ▪ Seleksi
Alat ▪ ▪ Uji Fungsi
▪ Sertifikasi
Sertifikasi ▪ Audit ▪ Akreditasi
▪ Akreditasi

Sasaran Kualitas Handal Efisien Kompeten

Kaidah Keteknikan yang Baik

65
PENINGKATAN KESELAMATAN PANAS BUMI

KLUSTER
SUMBER PENYEDIAAN PEMANFAATAN
DAYA
HULU HILIR

Pemanfaatan di
PROSES/ Sektor Komersial
TAHAPAN

Pemanfaatan di ZERO
Sumber Pencarian Pemroduksian Pengolahan Penyaluran Pendistribusian Sektor Rumah
Penyimpanan ACCIDENT
Energi (Eskplorasi) (Eksploitasi) Pembangkitan
Tangga

Pemanfaatan di
Handal, Aman, Sektor Transportasi
Akurat, Efisien,
Effektif dan Akrab Pemanfaatan di
Lingkungan Sektor Industri

Penerapan Kaidah Keteknikan


dan Keselamatan Panas Bumi
Penerapan Sanksi Yang Tegas
dan Penghargaan

Monitoring dan Pelaporan

66
V. Pengembangan Panas Bumi
▪ Kondisi Saat Ini
▪ Statistik Capaian
▪ Rencana Pengembangan Panas Bumi
▪ Peta Lokasi Pengembangan 64 WKP dan 14 WPSPE
▪ Rencana Pengembangan Panas Bumi
▪ Flores Geothermal Island

67
KONDISI PENGEMBANGAN PANAS BUMI SAAT INI

Sumber Daya Panas Bumi Kapasitas Terpasang


23.965,5 MW 2.130,7 MW
Badan Geologi, Desember 2019 • 16 PLTP pada 14 WKP
• Pemanfaatan 89% dari total sumber daya
• Target 2020: 2.270,7 MW

Wilayah Pengembangan Panas Bumi Produksi Listrik


64 WKP & 14 WPSPE 3.916 GWh (Q1 2020)
• 19 WKP Eksisting
• 45 WKP Baru • 24,46% dari target 2020 (16.005 GWh)
• 14 WPSPE
Investasi
Produksi Uap
USD 0,163 Miliar (Q1 2020)
• 15,52% dari target 2020 (USD 1,05 M) 28,2 Juta Ton (Q1 2020)
• 25,06 % dari target 2020 (112,53 juta Ton)
Regulasi
• UU 21/2014 → Panas Bumi
• PP 7 Tahun 2017 → Pemanfaatan Tidak Langsung PNBP
• Permen ESDM No. 21/2017 → Limbah Lumpur
dan Sumur Bor Rp 0,261 Triliun (Q1 2020)
• Permen ESDM No. 23/2017 → Bonus Produksi • 17,66% dari target 2020 (Rp 1,478 Triliun)
• Permen ESDM No. 36/2017 → PSP dan PSPE
• Permen ESDM No. 37/2017 → WKP
• Permen ESDM No. 33/2018 → Data & Informasi
• Permen ESDM No. 37/2018 → Penawaran WKP
dan Pemberian IPB

68
STATISTIK CAPAIAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI
KAPASITAS TERPASANG (MW) PRODUKSI LISTRIK (GWh)
2270,7
12,464 14,011 13,962 16,005
10,632
9,651 9,964
9,332

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

BONUS PRODUKSI (JUTA RUPIAH) SETARA PRODUKSI MINYAK (JUTA SBM)


93,860
74,000 92,645
62,364
58,701 10.95
8.61 9.55
525 5.5 5.68 5.86 6.42
5.49
0

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

REALISASI PNBP (MILYAR RUPIAH) REALISASI INVESTASI (JUTA USD)

2280
932 933 1927
867 883 1478 1133 1214
756 1152 1050
877 828
594
349

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020


2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

69
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2020–2030
PERLU DIDUKUNG DENGAN CREATING DEMAND

SD: 1.156 MW
SD: 3.068 MW
RP: 197 MW
RP: 330 MW
RUPTL: 47 MW
RUPTL: 75 MW

SD: 182 MW
RP: -
RUPTL: -

SD: 9.679 MW
RP: 3.080 MW
RUPTL: 1.960 MW
SD: 8.442 MW
RP: 2.005 MW SD: 75 MW
SD: 1.363,5 MW RP: -
RUPTL: 2.345 MW
RP: 265 MW RUPTL: -
RUPTL: 125 MW
Perlu penciptaan demand di
Total Sumber Daya (SD): 23.965,5 MW
Sumatera, Sulawesi, Nusa
Total Rencana Pengembangan (RP): 5.877 MW
Tenggara dan Maluku untuk
Total Rencana dalam RUPTL : 4.607 MW
Mencapai Target RUEN

70
ROAD MAP PENGEMBANGAN PANAS BUMI INDONESIA
12000 2500
Pencapaian Pengembangan
10 GW bergeser setelah
Tahun 2030 10,002
10000
2000

Pengembangan per Tahun (MW)


8,587
Kapasitas Terpasang (MW)

8,008
7,772
8000
7,046 6,873
6,511 1500
6,310
5,743 1135
6000 1130
4,798 945
4,263 1000
4000 3,150 3,353
2,353 2,485 2,785 910
2,273 2,656 2,871 535
2,133 2,336
2,131 2,271 2,286
320 500
2000
182.1 215 482
140
15 50
0 0
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Road Map Sebelumnya Road Map 2020-2030 (MW) Pengembangan per Tahun (MW)

Road Map Belum PPA


Pengembangan Keterangan
Proyek MW Proyek MW
Dari 14 proyek yang belum mempunyai PPA: 60% Rencana
2020 s.d. 2025 46 1.222 14 285 a. 12 Proyek (210 MW) merupakan pengembangan ekspansi Pengembangan
b. Hanya 2 proyek (75 MW) yang merupakan pengembangan baru; PLTP s.d. 2030
Dari 102 proyek yang belum mempunyai PPA: Belum
2026 s.d. 2030 131 4.655 102 3.210 a. 25 Proyek )900 MW) yang merupakan pengembangan ekspansi memiliki PPA
b. 77 Proyek (2.310 MW) yang merupakan pengembangan baru
Total 177 5.877 117 3.570
Ket: 21 Proyek PLTP yang dikembangkan oleh PT PLN (Persero) dengan kapasitas 442 MW diasuumsikan telah memiliki PPA

71
PERBANDINGAN TARGET PENGEMBANGAN PANAS BUMI
2019-2025
8000 2500

7241.5
7000
6242.5 6310.5
2000
6000

Pengembangan per Tahun (MW)


Kapasitas Terpasang (MW)

5067.5
5000
1500
4417.5

4000 3551.5
3559.5
3191.5 3352.6
3109.5 2891.5 2870.6
2493.5 1000
3000 2436.5 2655…
2289.5
2138.5 2335.6
2270.6 2285.6
2130.6
2000
500
320
1000 182.1 215 482
140
15 50
0 0
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
RUEN RUPTL 2019-2028 Road Map 2020-2030 (MW) Road Map Pengembangan per Tahun

www.ebtke.esdm.go.id Lintas EBTKE @djebtke @djebtke 72


PERBANDINGAN TARGET PENGEMBANGAN PANAS BUMI
2019-2030
10000 2500
9300
8888.3
9000
8476.6
8064.9 8007.6
8000 7653.2 2000
7241.5
6872.6
7000 6555.5

Pengembangan per Tahun (MW)


6355.5 6500.5
Kapasitas Terpasang (MW)

6242.5 6310.5
6000 5742.6 1500

5067.5 4797.6
5000 1130 1135
4417.5
4262.6
4000 910 945 1000
3559.5 3551.5
3191.5 3352.6
3109.5 2891.5
2493.5 2436.5 2870.6
3000 2289.5 2655.6
2138.5
2270.6 2285.6 2335.6 535
2130.6
2000 500
320
482
182.1 215
1000 140
15 50
0 0
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

RUEN RUPTL 2019-2028 Road Map 2020-2030 (MW) Road Map Pengembangan per Tahun

*data RUEN Tahun 2026-2029 merupakan interpolasi karena belum ada rencana detil

www.ebtke.esdm.go.id Lintas EBTKE @djebtke @djebtke 73


PERBANDINGAN TARGET PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2019-2030
10000 2500
9300
8888.3
9000 8476.6
8064.9 8007.7
8000 7653.2 2000
7241.5 7460.7

Pengembangan per Tahun (MW)


6872.7
Kapasitas Terpasang (MW)

7000 6500.5 6555.5 6610.7


6242.5 6310.5 6355.5
6000 5742.7 1500
5490.7
5067.5 4905.7
5000 4797.7 1130 1135
4417.5 4262.7
3551.5 4045.7 945
3191.5 3380.7
4000 3559.5 1000
2891.5 3352.7
2493.5 3109.5 2436.5 2665.7 2965.7
2385.7 2870.7
3000 2289.5 2335.7 2655.7 910
2138.5 2270.7 2285.7 2335.7 535
2130.7
2000 500
320
182.2 215 482
1000 140
15 50
0 0
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
RUEN RUPTL 2019-2028 Road Map 2020-2030 Monev COVID-19 Pengembangan per Tahun (MW)

*data RUEN Tahun 2026-2029 merupakan interpolasi karena belum ada rencana detil

Evaluasi Road Map


Road Map
No Kategori Proyek 2020-2030 Keterangan
2020-2030
terhadap COVID-19
Proyek PLTP yang telah mempunyai Sebanyak 17 Proyek PLTP dirubah rencana pengembangannya
128 Proyek, 115 Proyek,
1 Badan Usaha/Pengembang (13 proyek dihapus & 4 proyek baru diusulkan) dan menunggu evaluasi
4.732 MW 4.185 MW kebutuhan demand listrik PLN lebih lanjut
Lapangan yang belum memiliki Badan 49 Proyek PLTP yang belum memiliki Badan Usaha dapat menyesuaikan
49 Proyek, 49 Proyek,
2 Usaha/Pengembang jadwal COD-nya dengan rencana kegiatan eksplorasi oleh Pemerintah
1.145 MW 1.145 MW dan evaluasi kebutuhan demand listrik PLN lebih lanjut
Total Rencana Pengembangan (MW)
www.ebtke.esdm.go.id 5.877 MW
Lintas EBTKE 5.330 MW
@djebtke @djebtke 74
PENGEMBANGAN PANAS BUMI INDONESIA
PLTP COD PERIODE TAHUN 2014 - 2019

1. Tahun 2014 = Total 60 MW


a. PLTP Patuha Unit 1 (55 MW) oleh PT Geo Dipa Energi
b. PLTP Ulumbu Unit 3 dan 4 (2x2.5 MW) oleh PT PLN (Persero)

2. Tahun 2015 = Total 35 MW


PLTP Kamojang Unit 5 (35 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energy

3. Tahun 2016 = Total 205 MW


a. PLTP Sarulla Unit 1 (110 MW) oleh Sarulla Operation Limited
b. PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 (2x20 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energy
c. PLTP Ulubelu Unit 3 (55 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energi

4. Tahun 2017 = Total 165 MW


a. PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energy
b. PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW) oleh Sarulla Operation Limited

5. Tahun 2018 = Total 140 MW


a. PLTP Sarulla Unit 3 (110 MW) oleh Sarulla Operation Limited
b. PLTP Karaha Unit 1 (30 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energi

6. Tahun 2019 = Total 182,4 MW


a. PLTP Lumut Balai Unit 1 (55 MW) oleh PT Pertamina Geothermal Energi
b. PLTP Sorik Marapi Unit 1 (42,4 MW) oleh PT Sorik Marapi Geothermal
c. PLTP Muara Laboh Unit 1 (85 MW) oleh PT Supreme Energy Muara Laboh

75
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI S.D. TAHUN 2025
BERDASARKAN RUEN (PERPRES NO.22/2017)
Road map pengembangan panas bumi s.d. Tahun 2025 dapat diuraikan dalam tabel berikut:
Rencana Status Rencana Pengembangan (MW)
Total
Pengembangan 2018 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Tambahan
1.948,5 35 205 165 140 185 145 118 380 310 385 3,771 7,242
Kapasitas (MW)
Investasi (Juta
7.794 140 820 660 560 740 580 470 1,520 1,240 1,540 15,084 28,968
USD)
Serapan Tenaga
5.846 105 615 495 420 555 435 353 1,140 930 1,155 11,313 21,726
Kerja (Orang)
Setara Produksi
Minyak 8.605.208 160,060 937,495 754,569 640,241 846,032 663,106 537,345 1,737,796 1,417,676 1,760,662 17,245,342 32,813,169
(BOE/YEAR)
CO2 Reduction 11.979.405 222,822 1,305,098 1,050,444 891,286 1,177,771 923,118 748,044 2,419,205 1,973,562 2,451,037 24,007,430 45,679,573

Keterangan:
1 MW = USD 4 Juta Faktor Emisi (tonCO2/MWh)
1 MW = 3 Orang Tenaga Kerja Sistem Kelistrikan
1 SBM = 1,628.2 KWh 2010 2011 2012 2013
Penurunan Emisi CO2 = Produksi Listrik (MWh) x Faktor Sistem Interkoneksi Jawa - Madura -
Emisi Jaringan Bali 0,730 0,778 0,823 0,855
Sistem Interkoneksi Sumatera 0,749 0,724 0,687 0,668
Sistem Interkoneksi Sulawesi Utara,
Tengah, dan Gorontalo 0,332 0,480 0,600 0,737
Maluku, Nusa Tenggara dan Papua 0,800 0,717
Sumber: Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

76
WILAYAH PENGEMBANGAN PANAS BUMI
(64 WKP & 14 WPSPE)
ACEH 2 WKP dan 1 WPSPE
▪ Jaboi
▪ Seulawah Agam
▪ Gn. Geureudong

SUMUT 4 WKP dan 1 WPSPE JATIM 7 WKP


▪ Sibayak – Sinabung ▪ Blawan – Ijen
▪ Sibual – Buali ▪ Gn. Iyang Argopuro
▪ Sipaholon Ria-ria ▪ Telaga Ngebel
▪ Sorik Marapi ▪ Arjuno Welirang SULUT 2 WKP dan 1 WPSPE
▪ Simbolon Samosir ▪ Gunung Pandan ▪ Kotamobagu
▪ Gunung Wilis ▪ Lahendong-Tompaso
▪ Songgoriti ▪ Klabat Wineru
JAMBI 1 WKP dan 1 WPSPE MALUT 3 WKP dan 1 WPSPE
▪ Sungai Penuh GORONTALO 1 WKP dan ▪ Jailolo
▪ Graho Nyabu 1 WPSPE ▪ Songa Wayaua
▪ Suwawa ▪ Gn.Hamiding
SUMSEL 2 WKP ▪ Pentadio ▪ Telaga Ranu
▪ Rantau Lumut Balai
SUMBAR 3 WKP dan 3 WPSPE ▪ Rantau Dedap
▪ Gn Talang-Bukit Kili
▪ Liki Pinangawan Muaralaboh
▪ Bonjol SULAWESI TENGGARA 1 WKP
▪ Sumani ▪ Lainea
▪ Cubadak
▪ Tandikat Singgalang
BANTEN 2 WKP
▪ Kaldera Danau Banten
BENGKULU 2 WKP dan 2 WPSPE
▪ Gn. Endut SULTENG 2 WKP
▪ Hululais BALI 1 WKP ▪ Marana
▪ Kepahiang ▪ Tabanan ▪ Bora Pulu
▪ Tanjung Sakti
▪ Lawang Malintang

LAMPUNG 4 WKP dan 1 WPSPE


JABAR 11 WKP MALUKU 2 WKP dan 1 WPSPE
▪ Gn. Rajabasa
▪ Cibeureum-Parabakti ▪ Tulehu
▪ Sekincau JATENG 6 WKP
▪ Cibuni ▪ Wapsalit
▪ Way Panas ▪ Baturaden
▪ Danau Ranau ▪ Cisolok Cisukarame ▪ Dataran Tinggi Dieng
▪ Gn. Tampomas NTB 1 WKP dan 1 WPSPE
▪ Way Ratai ▪ Guci NTT 8 WKP
▪ Gn. Tgkuban Perahu ▪ Sembalun
▪ Gn. Ungaran ▪ Atadei
▪ Kamojang-Darajat ▪ Hu’u Daha
▪ Candi Umbul Telomoyo ▪ Sokoria
▪ Karaha Cakrabuana ▪ Gunung Lawu Keterangan:
▪ Ulumbu
▪ Pangalengan
▪ Mataloko
▪ Gn. Ciremai WKP Eksisting Sebelum UU 27/2003
▪ Oka Ile Ange
▪ Gn. Gede Pangrango
▪ Gunung Sirung
▪ Gn. Galunggung WKP Setelah UU 27/2003
▪ Waesano
▪ Nage
WPSPE

www.ebtke.esdm.go.id Lintas EBTKE @djebtke @djebtke 77


DAFTAR WILAYAH KERJA PANAS BUMI DI INDONESIA
Sumber Wilayah Kerja Tahun Sumber
Wilayah Kerja Tahun No. Provinsi Ket.
No Provinsi Daya Ket. Panas Bumi Ditetapkan Daya (MWe)
Panas Bumi Ditetapkan
(MWe)
35 Guci Jawa Tengah 2010 100
1 Tulehu Maluku 1997 31
Lampung dan
2 Cibuni Jawa Barat 2008 140 36 Danau Ranau 2011 210
Sumatera Selatan
3 Sibayak - SinabungN Sumatera Utara 2012 38 37 Mataloko NTT 2011 52,5
4 Cibeureum - Parabakti Jawa Barat 2012 706 38 Gn. Endut Banten 2011 180
5 Pangalengan Jawa Barat 2012 464 39 Sokoria NTT 2012 80
6 Kamojang - Darajat Jawa Barat 2012 691 40 Way ratai Lampung 2012 330
7 Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah 2012 352 WKP
Existing 41 Umbul telomoyo Jawa Tengah 2012 92
8 Lahendong - Tompaso Sulawesi Utara 2012 300
(Sebelum 42 Bora – pulu Sulawesi Tengah
9 Sibual-buali Sumatera Utara 2012 610 2012 123
Terbit UU
Jawa Tengah-Jawa
10 Ulubelu Lampung 2012 353 No.27 43 Gn.Lawu 2012 332
Timur
Sumatera Tahun
11 Lumut Balai 2012 554 44 Sembalun NTB 2012 100
Selatan 2003)
45 Oka ile ange NTT 2012 50
12 Karaha - Cakrabuana Jawa Barat 2012 174 46 Kepahiang Bengkulu 2012 254
13 Hululais Bengkulu 2012 618 47 Gn. Arjuno-Welirang Jawa Timur 2014 302
14 Sungai Penuh Jambi 2012 195
15 Iyang Argopuro Jawa Timur 2012 295 48 Gn. Pandan Jawa Timur 2014 60
WKP
16 Tabanan Bali 2012 276 49 Gn. Gede Pangrango Jawa Barat 2014 160 Setelah UU
17 Ulumbu NTT 2016 86 50 Telaga Ranu Maluku Utara 2014 72 No. 27
18 Cisolok Cisukarame Jawa Barat 2007 45 51 Songgoriti Jawa Timur 2014 58 Tahun
52 Gn.Talang-Bukit Kili Sumatera Barat 2014 90 2003
19 Gn. Tampomas Jawa Barat 2007 100 53 Gunung Wilis Jawa Timur 2014 50
20 Gn. Ungaran Jawa Tengah 2007 150 54 Gunung Galunggung Jawa Barat 2014 289
21 Jailolo Maluku Utara 2007 75 55 Gn. Ciremai Jawa Barat 2016 60
56 Laenia Sulawesi Tenggara 2016 66
22 Telaga Ngebel Jawa Timur 2007 120
57 Gunung Sirung NTT 2016 152
23 Seulawah Agam Aceh 2007 345 58 Sumani Sumatera Barat 2017 100
24 Jaboi NAD 2008 132 WKP 59 Waesano NTT 2017 151
25 Blawan - Ijen Jawa Timur 2008 209 Setelah
2018
26 Atadei NTT 2008 40 UU No. 60 Sipaholon Ria-Ria Sumatera Utara (perubahan 60
27 Songa Wayaua Maluku Utara 2008 42 27 Tahun
2008)
2003
28 Marana Sulawesi Tengah 2008 70 2019
Sorik Marapi-
Liki Pinangawan 61 Sumatera Utara (perubahan 301
29 Sumatera Barat 2009 310 Roburan-Sampuraga
Muaralaboh 2008)
30 Gn. Rajabasa Lampung 2009 283 2019
Kaldera Danau Banten 62 Tangkuban Perahu Jawa Barat (perubahan 375
31 Banten 2009 270
2007)
32 Suwawa Gorontalo 2009 70
63 Kotamobagu Sulawesi Utara 2019 185
33 Rantau Dedap Sumatera Selatan 2010 411
64 Nage NTT 2019 39
34 Baturaden Jawa Tengah 2010 258 Total 13.340,5

78
DAFTAR WPSPE

No Rencana/Usulan WKP Provinsi Tahun Ditetapkan Sumber Daya (MWe)

1. Cubadak Sumatera Barat 2017 66


2. Gunung Geureudong Aceh 2018 260
3. Huú Daha NTB 2018 69
4. Pentadio Gorontalo 2018 25
5. Tanjung Sakti Bengkulu 2018 80
6. Hamiding Maluku Utara 2018 175
7. Sekincau Lampung 2018 403
8. Simbolon Samosir Sumatera Utara 2018 150
9. Graho Nyabu Jambi 2018 425
10. Klabat Wineru Sulawesi Utara 2018 20
11. Bonjol Sumatera Barat 2018 188
12. Tandikat Singgalang Sumatera barat 2019 49*
13. Lawang Malintang Bengkulu – Sumatera Selatan 2019 78*
14. Wapsalit Maluku 2019 26
TOTAL 2.004

* P-50 hasil PSP

79
Rencana Pengembangan
Beroperasi 2.130,7 MW 8.007,7 MW (2030)
14 Rencana ekspansi 1.725 MW
WKP Sibayak (12 MW) / (20 MW)
Ulubelu (220 MW) / (100 MW) Persiapan
Eksploitasi dengan Rencana
Cibeureum-Parabakti (376,8 MW) / (70 MW) 7 Pengembangan 632 MW
22 Penawaran WKP
Pangalengan (282 MW) / (170 MW)
Kamojang-Darajat (505 MW) / (75 MW)
WKP Sungai Penuh (115 MW)
WKP dan
Dieng (60 MW) / (245 MW) Hululais (185 MW) Government
Lahendong-Tompaso (120 MW) / (95 MW) Cibuni (10 MW)
Ulumbu (10 MW) / (40 MW) Tabanan (65 MW) Drilling dengan
Mataloko (2,5 MW) / (40 MW) Tulehu (7 MW) Rencana
Sibual-Buali (330 MW) / (260 MW) Rantau Dedap (220 MW) Pengembangan
Karaha Cakarabuana (30 MW) / - Sokoria (30 MW)
Lumut Balai (55 MW ) / (230 MW)
825 MW
Sorik Marapi (42,3 MS) / (245 MW)
Rencana Pengembangan
Muaralaboh (85 MW) / (135 MW)
920 MW
Eksplorasi dengan Rencana Pengembangan 1.485 MW Gn. Hamiding (120 MW)
20 Arjuno Welirang (55 MW) Jaboi (65 MW) 14 Graho Nyabu (110 MW)
WKP Atadei (10 MW) Kaldera Danau Banten (110 MW) WPSPE Sekincau Selatan (220 MW)
Baturaden (220 MW) Kepahiang (165 MW) Simbolon Samosir (110 MW)
Blawan Ijen (110 MW) Oka-Ile Ange (10 MW) Tanjung Sakti (40 MW)
Candi Umbul Telomoyo (55 MW) Seulawah Agam (110 MW) Huú Daha (20 MW)
Danau Ranau (40 MW) Songa Wayaua (10 MW) Geureudong (170 MW)
Gn. Lawu (55 MW) Telaga Ngebel (55 MW) Cubadak (20 MW)
Gn. Rajabasa (220 MW) Way Ratai (55 MW) Pentadio (10 MW)
Gn. Sirung (5 MW) Klabat Wineru (10 MW)
Gn. Talang- Bukit Kili (20 MW) Bonjol (40 MW)
Gn. Tangkuban Perahu (60 MW) Tandikat Singgalang (20 MW)
Gn. Ungaran (55 MW) 17 Area Area prospek lain: Wilayah Lawang Malintang (20 MW)
prospek Terbuka 290 MW Wapsalit (10 MW)
lainnya

www.ebtke.esdm.go.id Lintas EBTKE @djebtke @djebtke 80


KARATERISTIK PROYEK-PROYEK PANAS BUMI
RENCANA PENGEMBANGAN 2020-2030
Kelayakan proyek dan tarif bergantung pada KARAKTERISTIK SUMBER DAYA, LOKASI dan KAPASITAS
RENCANA PENGEMBANGAN, baik pada PENGEMBANGAN PROYEK BARU maupun pada
PENGEMBANGAN PROYEK EKSISTING
Berdasarkan karakteristik Sumber Daya
a. Temperatur Tinggi > 225˚C : 131 Proyek→ 4.995 MW
b. Temperatur sedang 125˚C - 225˚C : 46 Proyek→ 882 MW

Berdasarkan Lokaso dan Kondisi Geografi


a.Indonesia bagian barat(Sumatera, Jawa, Bali) : 116 Proyek → 5.085 MW
b.Indonesia bagian timur (Sulawesi, Nusra, Maluku) : 61 Proyek → 792 MW

Berdasarkan Rencana Pengembangan (Kapasitas Terpasang)


a. Kapasitas ≤ 10 MW : 63 Proyek→ 532 MW
b. Kapasitas 10 - 50 MW : 53 Proyek → 1.515 MW
c. Kapasitas 50 - 100 MW : 56 Proyek → 3.260 MW
d. Kapasitas ≥ 100 MW : 5 Proyek → 570 MW

Berdasarkan Karakteristik Proyek


a. Pengembangan proyek eksisting : 104 Proyek → 3.492 MW
b. Pengembangan proyek baru : 79 Proyek → 2.385 MW

www.ebtke.esdm.go.id Lintas EBTKE @djebtke @djebtke 81


DAFTAR PROYEK PLTP YANG MASUK DALAM
CRASH PROGRAM 10.000 MW TAHAP II
ESTIMASI RENCANA ESTIMASI RENCANA
TARGET TARGET
NO. NAMA PROYEK PEMBANGKIT PROVINSI KAPASITAS KAPASITAS NO. NAMA PROYEK PEMBANGKIT PROVINSI KAPASITAS KAPASITAS
COD COD
(MW) TERPASANG (MW) TERPASANG
1 PLTP Sungai Penuh Jambi 2x55 110 2025 28 PLTP Sarulla 2 Sumatera Utara 2x55 110 2024, 2025
2 PLTP Hululais Bengkulu 2x55 110 2022
29 PLTP Umbul Telumoyo Jawa Tengah 1x55 55 2025
3 PLTP Kotamobagu Sulawesi Utara 80 (Total) 80 2029, 2030,
2031, 2032 30 PLTP Simbolon Samosir Sumatera Utara 2x55 110 2024, 2029
4 PLTP Sembalun Nusa Tenggara Barat 2x10 20 2032 31 PLTP Sipoholon Ria-Ria Sumatera Utara 20 (Total) 20 2030
5 PLTP Tulehu Maluku 2x10 20 2021, 2022 32 PLTP Sorik Marapi Sumatera Utara 240 (Total) 240 2019, 2020,
6 PLTP Tangkuban Perahu I Jawa Barat 2x55 110 2024, 2025 2021, 2022,
2023
7 PLTP Kamojang 5 Jawa Barat 1x30 30 2015
33 PLTP Muaralaboh Sumatera Barat 2x110 220 2019, 2024
8 PLTP Ijen Jawa Timur 2x55 110 2023, 2024
34 PLTP Bonjol Sumatera Barat 60 (Total) 60 2025
9 PLTP Iyang Argopuro Jawa Timur 1x55 55 2025
35 PLTP Lumut Balai Sumatera Selatan 4x55 220 2019, 2021,
10 PLTP Wilis/ Ngebel Jawa Timur 3x55 165 2022, 2025 2023, 2027
11 PLTP Gunung Endut Banten 40 (Total) 40 2025 36 PLTP Rantau Dadap Sumatera Selatan 2x110 220 2020, 2025
12 PLTP Rawa Dano Banten 1x110 110 2022
37 PLTP Rajabasa Lampung 2x110 220 2025
13 PLTP Cibuni Jawa Barat 1x10 10 2022
38 PLTP Ulubelu 3 dan 4 Lampung 2x55 110 2016, 2017
14 PLTP Cisolok-Cisukarame Jawa Barat 1x50 50 2025
39 PLTP Suoh Sekincau Lampung 4x55 220 2025, 2026,
15 PLTP Karaha Bodas Jawa Barat 1x30 2x55 140 2016, 2025 2029
16 PLTP Patuha Jawa Barat 3x55 165 2014, 2022, 40 PLTP Wai Ratai Lampung 1x55 55 2023
2024
41 PLTP Danau Ranau Lampung 2x55 110 2026
17 PLTP Tampomas Jawa Barat 1x45 45 2025
42 PLTP Lahendong 5 dan 6 Sulawesi Utara 2x20 40 2016, 2017
18 PLTP Tangkuban Perahu II Jawa Barat 2x30 60 2025
43 PLTP Bora Pulu Sulawesi Tengah 40 (Total) 40 2030
19 PLTP Wayang Windu Unit 3 dan 4 Jawa Barat 2x110 220 2024
44 PLTP Marana/ Masaingi Sulawesi Tengah 2x10 20 2029
20 PLTP Gunung Ciremai Jawa Barat 2x55 110 2025
45 PLTP Hu'u Nusa Tenggara Barat 2x10 20 2030
21 PLTP Baturaden Jawa Tengah 2x110 220 2022, 2025
46 PLTP Atadei Nusa Tenggara Timur 2x2,5 5 2026, 2028
22 PLTP Dieng Jawa Tengah 1x55 1x60 115 2022, 2024
47 PLTP Sokoria Nusa Tenggara Timur 30 (Total) 30 2019, 2020,
23 PLTP Guci Jawa Tengah 1x55 55 2025
2022, 2023
24 PLTP Ungaran Jawa Tengah 1x55 55 2025 48 PLTP Mataloko Nusa Tenggara Timur 20 (Total) 20 2024, 2025
25 PLTP Seulawah Agam Aceh 110 110 2023, 2025
49 PLTP Oka Ile Ange Nusa Tenggara Timur 10 10 2026, 2028
26 PLTP Jaboi Aceh 2x5 10 2020, 2022
50 PLTP jailolo Maluku Utara 10 10 2027
27 PLTP Sarulla 1 Sumatera Utara 3x110 330 2016, 2017,
2018 51 PLTP Songa Wayaua Maluku Utara 1x5 5 2023

TOTAL RENCANA KAPASITAS TERPASANG 4825

82
FLORES GEOTHERMAL ISLAND
Penetapan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi berdasarkan
Keputusan Menteri ESDM No. 2268 K/30/MEM/2017
18 Lokasi dengan
Sumber Daya : 735,5 MWe

4. Mapos: 50 MWe
5. Rana Masak: 20 MWe
6. Rana Kulan: 7 MWe 17. Oka Ile Ange: 50 MWe
1. Ulumbu: 86 MWe
7. Ulugalung: 5 MWe 18. Oyang Barang: 37 MWe
2. Wai Pesi: 54 MWe
3. Wae Sano: 151 Mwe

8. Nage : 30 MWe 9. Gou-inelika: 37 MWe 12. Komandaru: 11 MWe


10. Mataloko: 52.5 Mwe 13. Ndetusoko: 10 MWe
11. Mangeruda: 5 Mwe 14. Sokoria: 80 MWe
15. Jopu: 5 MWe
16. Lesugolo: 45 Mwe

83
PENUGASAN WKP TAHUN 2015-2018
BUMN Sumber Daya Rencana Rencana Investasi
No Wilayah Kerja / Provinsi Progress
Pengembang (MWe) Pengembangan (USD Juta)

1 Mataloko - NTT PLN 52,5 Unit 2: 10 MW (2022) 92 ▪ Dalam pembahasan Loan-Agreement dengan KFW
Unit 3: 10 MW (2023) ▪ Finalisasi studi AMDAL untuk Studi Kelayakan
2 Ulumbu - NTT PLN 86 Unit 5: 20 MW (2021) 186 ▪ Pengeboran 10 sumur pengembangan akan dimulai
Unit 6: 20 MW (2026) 2019
▪ Persiapan skema kemitraan
3 Songa Wayaua – Maluku PLN 42 Unit 1: 5 MW (2023) 50 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
Utara Unit 2: 5 MW (2023) ▪ Persiapan skema kemitraan
4 Gn. Tangkuban Perahu – PLN 375 Unit 1: 20 MW (2023) 287 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
Jawa Barat Unit 2: 20 MW (2024) ▪ Persiapan skema kemitraan
Unit 3: 20 MW (2024)
5 Atadei - NTT PLN 40 Unit 1: 5 MW (2025) 58 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
Unit 2: 5 MW (2027) ▪ Persiapan skema kemitraan
6 Gn. Ungaran – Jawa PLN 150 55 MW (2025) 184 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
Tengah ▪ Persiapan skema kemitraan
7 Kepahiang - Bengkulu PLN 254 55 MW (2024) 440 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
▪ Persiapan skema kemitraan
8 Oka Ile Ange, NTT PLN 50 10 MW (2025) 50 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
▪ Persiapan skema kemitraan
9 Gn. Sirung, NTT PLN 152 5 MW (2025) 50 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
▪ Persiapan skema kemitraan
10 Danau Ranau, Lampung PLN 210 40 MW (2025) 186 ▪ Pengadaan konsultasi pra studi kelayakan
▪ Persiapan skema kemitraan
11 Gn. Arjuno Welirang Geo Dipa 302 Binary: 5 (2023) 927 ▪ Persiapan pelaksanaan survei untuk kegiatan
Energi Unit 1: 55 (2025) eksplorasi
Unit 2: 60 (2030)
Unit 3: 60 (2034)
12 Candi Umbul Telomoyo Geo Dipa 92 Binary: 5 (2021) 481 ▪ Persiapan pelaksanaan survei untuk kegiatan
Energi Unit 1: 40 (2023) eksplorasi
Unit 2: 45 (2026)
84
TOTAL 1.805,5 595 MW 2.991
VI. Kegiatan Pengusahaan Panas Bumi
▪ Overview Pengusahaan Panas Bumi
▪ Pola Pengusahaan Panas Bumi
▪ Proses Pengusahaan Panas Bumi
▪ Penerapan Teknologi Panas Bumi di Indonesia
▪ Perizinan dan Non-Perizinan Panas Bumi

85
OVERVIEW PENGUSAHAAN PANAS BUMI

▪ Pengusahaan panas bumi dapat berupa pemanfaatan langsung dan pemanfaatan tidak
langsung;
▪ Kegiatan usaha panas bumi meliputi Survei Pendahuluan, Penetapan dan Pelelangan
Wilayah Kerja, Eksplorasi, Studi Kelayakan, Eksploitasi, dan Pemanfaatan;
▪ Pemerintah dapat memberikan Penugasan Survei Pendahuluan (PSP) kepada BLU,
Perguruan Tinggi, dan/atau Lembaga Penelitian dan memberikan Penugasan Survei
Pendahuluan & Eksplorasi (PSPE) kepada Badan Usaha;
▪ Pengusulan Wilayah Survei Pendahuluan dapat dilakukan oleh Menteri, Gubernur,
dan/atau Bupati/Walikota;
▪ Menteri melakukan penawaran WK secara lelang;
▪ Pemerintah dapat memberikan penugasan langsung kepada BUMN sebagai IPB dan
BLU dalam rangka penambahan data untuk pengembangan panas bumi;
▪ IPB diterbitkan oleh Menteri.

86
POLA PENGUSAHAAN PANAS BUMI
WKP Sebelum UU WKP Setelah WKP Setelah
No. Uraian
No.27/2003 UU No.27 Tahun 2003 UU No.21 Tahun 2014
1 Struktur JOC dan ESC Izin Usaha Pertambangan Izin Panas Bumi (IPB)
Pengusahaan Panas Bumi (IUP)
Izin Usaha
Ketenagalistrikan untuk
Umum (IUKU)

2 Pola Total project dan Partial Total project Total project


Pengusahaan project

3 Bagian 34% dari Net Operating Bagian Pemerintah berupa Bagian Pemerintah berupa
Pemerintah Income (NOI) termasuk pajak dan PNBP pajak dan PNBP
semua pajak-pajak
kecuali pajak
perseorangan

4 Manajemen Pertamina (JOC) Pemegang IUP Pemegang IPB


Proyek PLN (ESC)

87
PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
BERDASARKAN PP 59/2007 jo 75/2014:
PSP Swasta
Eksplorasi: 3+1+1 Tahun
Dan 2 Tahun FS 30 Tahun
+ 10 bulan
Penetapan
WKP
Pelelangan Penerbitan Penerbitan Penugasan PJBL Pemanfaatan
WKP IPB FS
IUPTL kepada PLN
(Lelang Harga) utk membeli
SP
Pemerintah
/ Pemda Tidak dilanjutkan
karena harga PJBL
tidak ekonomis

SP = Survey Pendahuluan PSP = Penugasan Survey Pendahuluan IPB = Izin Panas Bumi IUPTL = Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PJBL = Perjanjian Jual Beli Listrik FS = Feasibility Study

BERDASARKAN PP 7 TAHUN 2017


PSP: Lembaga/Institusi Penelitian
PSPE: Swasta Pelelangan WKP:
• Pelelangan Terbatas
(Survei oleh Swasta) Eksplorasi: 5+1+1 Tahun
• Pelelangan Terbuka 30 Tahun
Penetapan (Survei oleh Pemerintah)
WKP
Penerbitan
IPB FS Penerbitan Penugasan PJBL Pemanfaatan
Penugasan Kepada BUMN IUPTL kepada PLN
utk membeli
SP & SPE
Pemerintah Penugasan Kepada BLU
Tidak dilanjutkan
krn tidak ekonomis

88
PROSES PELELANGAN DAN PJBL

Penentuan Harga
• 85% BPP setempat (Jawa-Bali,
Penyiapan Sumatera, Kalimantan,
PJBL Sulawesi, pulau Lombok)
• 100% BPP setempat diluar
Penetapan sistem tersebut di atas
BPP Pelelangan WKP

Tahap Tahap FS Tarif


Penandatanganan
IPB Eksplorasi disetujui disetujui EPCC & COD
I II PJBL
Menteri Menteri

PTA
PLN akan membeli
sesuai dengan
Model PJBL, PTA dan keekonomian wajar
Harga yang disetujui
Menteri Penugasan pembelian
tenaga listrik ke PLN

Saat ini Kebijakan Harga EBT termasuk Panas Bumi mengacu Permen ESDM 50/2017 dengan ketentuan:
a. Menggunakan BPP sisitem setempat dan rata-rata BPP Nasional yang ditetapkan oleh Menteri berdasarkan usulan PLN
b. 85% BPP sistem setempat (Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, pulau Lombok)
c. 100% BPP sistem setempat diluar sistem di atas,

89
ALUR PROSES PENGUSAHAAN PANAS BUMI
Potensi/ STADIUM PENGUSAHAAN
STADIUM (S-X) (S-X)
PENGUSAHAAN
Stadium Potensi
Panas Survei Survei Pendahuluan dan
Bumi Pendahuluan / SP Eksplorasi / SPE Penetapan Penawaran Eksploitasi dan Keterangan
Penerbitan Eksplorasi - FS
WKP WKP IPB PPA Pemanfaatan
Instansi
(S-0) (S-1) (S-2) (S-3) (S-4) (S-5) (S-6) (S-7) (S-8)

Penugasan pembelian
Peta Evaluasi Laporan Penugasan
Kementerian Biaya Biaya
Hasil SP atau WKP
dan pengaturan harga
Potensi Lap. Persetujuan listrik oleh Ditjen Gatrik
ESDM APBN APBN
SPE FS
(Bageol/
Ditjen EBTKE/ Pelelangan
Ditjen Gatrik) WKP WKP

Pemda Prov./ Biaya


Kab./Kota APBD

Lembaga/ Biaya
Institusi Pihak
Penelitian Lain

Eksplorasi - FS

Eksploitasi dan
Pemanfaatan
Badan Biaya
IPB
Pihak
Usaha Lain

- PLN: 85% BPP (Permen


PLN 53/2018 100% BPP)
- Amandemen PPA
PPA
(off taker) mensyaratkan 85% BPP
(lebih rendah dari harga PPA
sebelumnya sehingga
negosiasi alot)
- Penetapan Harga oleh
Menteri

90
PROSES PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI

Sumber : Asosiasi Panas Bumi Indonesia

91
TIME TABLE PENGEMBANGAN PANAS BUMI (2X55 MW)

Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Year 6 Year 7

0. Sosialisasi dan Perizinan

1. Survei, UKL/UPL, Jln & Cluster

2. Bor E/P/R + Uji produksi

3. FS, Amdal & Lahan

4. HoA/PPA

5. EPC (PLTP + PH, Fasprod)

6. Uji Coba & Commisioning

7. Produksi 55 110

92
PENAWARAN PSP DAN PSPE
Penetapan Wilayah Penugasan Survei
Pendahuluuan (WPSP) atau Wilayah
Gubernur Menteri Penugasan Survei Pendahuluan dan
Eksplorasi (WPSPE) dilakukan dengan
mengusulkan ketentuan:
Bupati/Walikota
a. apabila suatu wilayah diperkirakan
Penetapan Wilayah
terdapat sumber daya Panas Bumi
Pihak Lain Penugasan
untuk pemanfaatan tidak langsung; dan
b. setelah berkoordinasi dengan Badan
Penetapan Penetapan Geologi.
WPSP WPSPE

Penawaran Penawaran
WPSP WPSPE

Penugasan Survei
Penugasan Survei
Pendahuluan dan
Pendahuluan
Eksplorasi

Perguruan Tinggi dan


Badan Usaha
Lembaga Penelitian

93
MEKANISME PSP
▪ Penugasan Survei Pendahuluan yang selanjutnya disingkat PSP adalah penugasan yang diberikan oleh Menteri untuk
melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan.
▪ Kegiatan PSP meliputi:
a. survei geologi;
b. survei geokimia;
c. survei geofisika; dan
d. evaluasi terpadu.
Dalam hal diperlukan, terhadap kegiatan PSP dapat dilakukan survei landaian suhu.
▪ 1 (satu) WPSP dapat dilakukan PSP oleh lebih dari 1 (satu) perguruan tinggi atau lembaga peneitian.
▪ PSP dilaksanakan atas biaya perguruan tinggi atau lembaga penelitian dan tidak diberikan penggantian.

Penyiapan
WILAYAH Wilayah Kerja ▪ Survei Pendahuluan; dan
TERBUKA
Menteri ▪ Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
Menugasi

Pihak Lain
Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitian Penugasan Survei Pendahuluan
(Berbadan Hukum Indonesia)

94
MEKANISME PSP

Perguruan Tinggi Permohonan PSP Dokumen Persyaratan


dilengkapi Dokumen
Persyaratan Perguruan tinggi atau lembaga penelitian mengajukan
Lembaga Penelitian permohonan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal dengan dilengkapi:
Menteri melalui 1. Persyaratan administratif terdiri atas:
Direktur Jenderal a. identitas pemohon;
b. profil pemohon; dan
c. struktur organisasi.
2. Persyaratan teknis terdiri atas:
Evaluasi a. program kerja untuk pelaksanaan PSP; dan
Tidak terhadap b. mempunyai tenaga ahli di bidang geologi,
Permohonan geokimia, dan geofisika.
3 hari kerja
PSP 4. Persyaratan keuangan terdiri atas:
a. surat pernyataan kepemilikan dana untuk
Lengkap kegiatan PSP; dan
b. surat dukungan pendanaan untuk kegiatan PSP.
Penetapan Pelaksana PSP
7 hari kerja

• Selain berdasarkan penawaran Wilayah Penugasan, perguruan tinggi atau lembaga penelitian dapat mengajukan
permohonan PSP untuk wilayah yang merupakan Wilayah Terbuka Panas Bumi dan belum ditetapkan sebagai WPSP.
• PSP diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.

95
MEKANISME PSPE
▪ Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi yang selanjutnya disingkat PSPE adalah penugasan yang diberikan oleh
Menteri untuk melaksanakan kegiatan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.
▪ Kegiatan PSPE meliputi:
a. survei geologi, geokimia, geofisika, dan evaluasi terpadu;
b. pengeboran Sumur Eksplorasi; dan
c. perhitungan cadangan Panas Bumi.
Dalam hal diperlukan, terhadap kegiatan PSPE dapat dilakukan survei landaian suhu.
▪ 1 (satu WPSPE) hanya dilakukan PSPE oleh 1 (satu) Badan Usaha.
▪ PSPE dilaksanakan atas biaya Badan Usaha dan tidak diberikan penggantian.

Penyiapan
WILAYAH Wilayah Kerja ▪ Survei Pendahuluan; dan
TERBUKA
Menteri ▪ Survei Pendahuluan dan Eksplorasi.

Menugasi

Pihak Lain Penugasan Survei Pendahuluan dan


(Badan Usaha) Eksplorasi

Mekanisme
Kontes

96
MEKANISME PSPE

Menteri Usulan Peringkat


Calon Pelaksana PSPE

Panitia Pemilihan Penetapan Calon Oleh MESDM


Pelaksana PSPE 12 hari

Pengumuman
Penawaran WPSPE Penandatanganan Penandatanganan
Perjanjian Rekening perjanjian atas
Bersama (Escrow Standby Letter Of
Badan Usaha Pengambilan Dokumen Account Agreement) Credit
Pemilihan
Permohonan
1 bulan Pembukaan Rekening
Penjelasan Dokumen bersama ke
Pemilihan Kementerian Keuangan
Lolos

Dokumen Permohonan Penempatan Dana


Penugasan Komitmen Eksplorasi

88 hari
Verifikasi
kelengkapan 3 hari kerja
Dokumen Oleh BKPM a.n.
Dalam hal hanya Permohonan Penetapan Pelaksana Menteri ESDM
Dalam hal terdapat lebih
terdapat dari 1 (satu) dari 1 (satu) pemohon
PSPE
pemohon 7 hari
Evaluasi
Perbaikan untuk Dokumen Tidak lolos
pemenuhan persyaratan Permohonan PSPE dilaksanakan paling lama 3
Penugasan
(tiga) tahun dan dapat
7 hari kerja
diperpanjang paling banyak 2
(dua) kali masing-masing selama 1
(satu) tahun.

97
DOKUMEN PERSYARATAN PSPE

Dokumen Persyaratan
Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan dilengkapi:
1. Persyaratan administratif, paling sedikit meliputi:
a. akta pendirian Badan Usaha dan/atau akta perubahan Badan Usaha terakhir;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
c. profil Perusahaan.
2. Persyaratan teknis, paling sedikit meliputi:
a. program Kerja untuk pelaksanaan PSPE paling sedikit meliputi:
1) tata waktu pelaksanaan PSPE;
2) rencana pembiayaan pelaksanaan PSPE;
3) rencana desain Sumur Eksplorasi;
4) rencana jumlah pengeboran Sumur Eksplorasi;
5) rencana uji sumur; dan
6) rencana penerapan kaidah keteknikan yang baik dan benar, keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
b. kemampuan teknis operasional dengan menunjukkan pengalaman di bidang Panas Bumi.
c. mempunyai tenaga ahli di bidang Panas Bumi.
3. Persyaratan keuangan, paling sedikit meliputi:
a. laporan keuangan tahunan untuk 3 (tiga) tahun terakhir dari Badan Usaha, atau induk perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan
publik dengan opini minimum wajar; dan
b. surat pernyataan kesanggupan menyediakan pendanaan untuk melaksanakan PSPE paling sedikit sebesar US$10.000.000 (sepuluh
juta dolar Amerika Serikat) sebagai Komitmen Eksplorasi.

Sebagian Komitmen Eksplorasi sebesar 5% (lima persen) dari Komitmen Eksplorasi dalam bentuk rekening bersama (escrow account) atau
standby letter of credit pada bank yang berstatus badan usaha milik negara yang berkedudukan di Jakarta.

98
Dry Steam Cycle Single-flash Steam Cycle Double-flash Steam Cycle
• Siklus pengembangan yang • Uap dipisahkan terlebih dahulu • Uap dipisahkan terlebih
paling sederhana & cepat sebelum masuk turbin; dahulu sebanyak 2 kali atau
dibangun; • Siklus pengembangan yang lebih sebelum masuk turbin;
• Uap langsung masuk ke turbin paling banyak digunakan di • Efisiensi cukup tinggi (5-15%)
tanpa dipisahkan; Indonesia; (Zarrouk & Moon,2012);
• Hanya bisa digunakan pada • Membutuhkan uap dengan • Membutuhkan uap dengan
lapangan dengan dryness temperatur tinggi (> 150oC) temperatur sangat tinggi
99,995%; (DiPippo,2015) (> 180oC) (DiPippo,2015);
• Contoh: • Contoh: • Contoh:
a. PLTP Sibayak a. PLTP Kamojang-Darajat a. PLTP Kyushu (JP)
b.PLTP Ulumbu b.PLTP Wayang Windu, b.PLTP Mindanao (PHP)
c. PLTP Mataloko c. PLTP Salak, dll c. PLTP Nga Awa Purua (NZ)
99
Binary Cycle
• Teknologi PLTP ini dapat diaplikasikan untuk
jenis lapangan dengan suhu/entalpi rendah-
menengah;
• Bekerja dengan menggunakan Fluida Sekunder
(Butana / Pentana);
• Zero-emission, siklus tertutup, seluruh fluida
diinjeksikan kembali ke dalam bumi

Combined Cycle
• Teknologi PLTP yang baru yang mulai banyak
digunakan;
• Gabungan dari teknologi Dry-steam dan Binary;
• Teknologi ini diaplikasikan pada PLTP Sarulla
(3 x 110 MW);
• Efisiensi sangat tinggi 7-25%* (Zarrouk & Moon,2012);

100
Hybrid Power Plant
• Merupakan gabungan pemanfaatan energi panas bumi
dengan energi lain (Hidro, Surya, Angin, dll);
• Sumber energi sekunder digunakan untuk meningkatkan
efisiensi PLTP, memenuhi parasitic-load (own-use), dan
menjaga stabilitas output listrik PLTP;
• Contoh aplikasi teknologi ini:
a. Cove-Fort (Geothermal-Hidro: 23 MW, USA, by ENEL);
b. Tungsten (Geothermal-Surya: 24 MW, USA, by Ormat);

Enhanced Geothermal System (EGS)


• Merupakan teknologi pengembangan dari lapangan
panas bumi hidrotermal. Fluida geothermal direkayasa
dengan menggunakan air permukaan;
• Dapat diaplikasikan dimanapun tetapi membutuhkan
pengeboran yang relatif lebih dalam dan proses
stimulasi sumur;
• Masih bersifat pilot-project di seluruh dunia;
• Menggunakan PLTP binary sehingga Zero-emission;

101
ALUR PROSES PERIZINAN INVESTASI SEKTOR PANAS BUMI
MELALUI PELELANGAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI (WKP)

PROSES BISNIS
LELANG TERBUKA
ESDM PTSP BKPM KEMKUMHAM PT PLN BPN PEMDA KLHK KEMENDAG KEMENKEU KEMENKO
PEREKONOMIAN
WK PANAS BUMI
(Setelah UU 21/2014)

INVESTOR 1. Izin Lokasi 1. IPPKH* Hutan 1. Angka 1. Persetetujua Persetujuan Keterangan:


Pengesahan (14 HK) Lindung/ Pengenal n Pinjaman
(KONSOR LELANG WKP Izin Prinsip Pendirian Badan 2. Izin Lingkungan Produksi Impor (API)* Pembebasan Komersial Luar
SIUM) Penanaman (UKL/UPL) (33 HK) Harus dipenuhi
Usaha (3 HK) (5 HK) Bea Masuk Negeri (PKLN)*
Modal (3 HK) 3. Izin Gangguan 2. IPJLPB* Hutan 2. IP Besi Baja* (14 HK) Dapat Paralel
(HO) Konservasi (7 HK) 2. Nomor Induk
4. Izin Pendirian (24 HK). Kepabeanan *) Bila diperlukan
Bangunan 3. Izin 3. PDRI (14 HK)
Lingkungan
Singkatan:
(IMB) 4. Persetujuan
Izin Panas 5. SIPA / SIPPAT Tax
Pertimbangan
Bumi (IPB) Allowance IUPTL : Izin Usaha
Teknis SPKT (3 HK)
Penyediaan Listrik
PJBL : Perjanjian Jual Beli
Listrik
IUPTL SJKU IPPKH : Izin Pinjam Pakai
Studi Sementara PJBL/ PPA Kawasan Hutan
Kelayakan (7 HK)
IPJLPB : Izin Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Panas
Bumi
PDRI : Pajak Dalam
Financial Rangka Impor
Close IUPTL 1. Izin Lokasi
1. IPPKH AMDAL : Analisis
(7 HK) 2. AMDAL
2. IPJLPB Mengenai Dampak
2. HO
3. IMB Lingkungan

SLO SJKU : Surat Jaminan


Kelayakan Usaha
SLO : Sertifikat Laik
Operasi

EKSPLORASI UU 21/2014
KONSTRUKSI EKSPLOITASI
COD (5 + 1 + 1 Tahun) PJBL dilaksanakan
setelah eksplorasi

102
ALUR PROSES PERIZINAN INVESTASI SEKTOR PANAS BUMI
MELALUI PENUGASAN SURVEI PENDAHULUAN DAN EKSPLORASI (PSPE)

PROSES BISNIS
PSPE PANAS
ESDM PTSP BKPM KEMKUMHAM PT PLN BPN PEMDA KLHK KEMENDAG KEMENKEU KEMENKO
PEREKONOMIAN
BUMI
(Setelah UU 21/2014)

INVESTOR 1. Izin Lokasi 1. IPPKH* Hutan 1. Angka 1. Persetetujuan Persetujuan Keterangan:


Izin Prinsip (3 hari) Pengesahan Badan (14 HK) Lindung/ Pengenal Pembebasan Pinjaman
Usaha (3 HK) 2. Izin Lingkungan Produksi Impor (API)* Bea Masuk Komersial Luar
(UKL/UPL) (33 HK) (5 HK) Negeri (PKLN)* Harus dipenuhi
(14 HK)
3. Izin Gangguan 2. IPJLPB* Hutan 2. IP Besi Baja* 2. Nomor Induk Dapat Paralel
(HO) Konservasi (7 HK) Kepabeanan
PENAWARAN PSPE 4. Izin Pendirian (24 HK). *) Bila diperlukan
3. PDRI (14 HK)
Bangunan 3. Izin 4. Persetujuan
Lingkungan
Singkatan:
(IMB) Tax Allowance
SK PSPE Pertimbangan 5. SIPA / SIPPAT
Teknis SPKT (3 HK) IUPTL : Izin Usaha
Penetapan WKP
Penyediaan Listrik
PJBL : Perjanjian Jual Beli
Listrik
IPB IPPKH : Izin Pinjam Pakai
LELANG TERBATAS Kawasan Hutan
IPJLPB : Izin Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Panas
Bumi
Studi Kelayakan SJKU
IUPTL Sementara PDRI : Pajak Dalam
PJBL/ PPA
Rangka Impor
AMDAL : Analisis
Mengenai Dampak
Financial Close Lingkungan
1. Izin Lokasi 1. IPPKH
IUPTL (7 HK)
2. AMDAL 2. IPJLPB SJKU : Surat Jaminan
2. HO Kelayakan Usaha
3. IMB
SLO SLO : Sertifikat Laik
Operasi

KONSTRUKSI EKSPLOITASI SP & EKSPLORASI UU 21/2014


(5 + 1 + 1 Tahun)
COD PJBL dilaksanakan
setelah eksplorasi

103
✓ PT PLN (Persero) ✓ Feed-in Tariff (FiT) ✓Harga listrik PLTP:
wajib membuat per wilayah (10-17 100% BPP setempat
✓ HPT (10-55 MW = Harga Perkiraan sen US$/kWh) ✓ HPT ditetapkan per (BPP setempat ≥
85% BPP; > 55 MW Sendiri (HPS). wilayah dan tahun rata-rata BPP
= 80% BPP). ✓ HPT: 9,7 sen ✓ FiT tidak sesuai
US$/kWh (Permen COD (11,8-29,6 nasional) dan B to B
dengan mekanisme
✓ HPT tersebut belum ✓ Dalam ESDM 32/2009 & pelelangan WKP
sen US$/kWh). (BPP setempat ≤
memenuhi aspek pelaksanaannya PT rata-rata BPP
PLN (Persero)
2/2011) yang berdasarkan ✓ 3 Proyek: Way
keekonomian untuk Ratai LAMPUNG nasional).
harga terendah
kesulitan menghitung✓ Harga hasil lelang
pengembangan
bersifat final dan tanpa sesuai PP 59/2007. 55 MW; Talang-Kili ✓PT PLN (Persero)
panas bumi di Pulau HPS untuk PLTP menyatakan
negosiasi dan menjadi SUMBAR 20 MW;
Sumatera dan Jawa. sebelum kemampuan belinya
acuan PJBL (Permen Gn. Lawu,
dilakukannya hanya 85% BPP
✓ 3 Proyek: Jailolo ESDM 2/2011) JATENG 110 MW
eksplorasi dan studi setempat.
MALUT 10 MW; kelayakan. ✓ HPT belum memenuhi ✓ Harga listrik ini tidak
Sokoria NTT 30 MW;
keekonomian untuk menarik bagi
Jaboi SABANG 10
wilayah Indonesia investor karena
MW.
bagian timur atau belum memenuhi
pengembangan skala keekonomian proyek
kecil. PLTP
104
1. Permen ESDM 14/2008 dan 269-12/26/600.3/2008: Harga Patokan Tertinggi (HPT) penjualan
tenaga listrik dari PLTP pada pelelangan WKP berdasarkan BPP Tegangan Transmisi pada sistem
kelistrikan setempat (10-55 MW = 85% BPP; > 55 MW = 80% BPP). Namun, HPT tersebut belum
memenuhi keekonomian untuk pengembangan panas bumi di Pulau Sumatera dan Jawa.

2. Permen ESDM 05/2009: PT PLN (Persero) wajib membuat Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
sebagai acuan yang dihitung berdasarkan jenis pembangkit, lokasi pembangkit, besaran kapasitas,
faktor kapasitas dan khusus untuk PLTP ditambahkan acuan biaya eksplorasi dan pengembangan).
Namun, dalam pelaksanaannya PT PLN (Persero) kesulitan dalam menghitung HPS untuk PLTP
sebelum dilakukannya eksplorasi dan studi kelayakan.

3. Permen ESDM 32/2009: HPT ditetapkan sebesar 9,7 sen US$/kWh. Namun, tidak ada klausul
bahwa harga listrik panas bumi dari hasil lelang WKP menjadi harga dasar dalam penjualan listrik
kepada PT PLN (Persero) sebagai pembeli.

4. Permen ESDM 02/2011: HPT ditetapkan sebesar 9,7 sen US$/kWh dan harga pembelian tenaga
listrik hasil lelang bersifat final dan tanpa negosiasi yang menjadi acuan dalam Perjanjian Jual
Beli Listrik (PJBL) dengan PT PLN (Persero). Namun, HPT tersebut belum memenuhi
keekonomian untuk wilayah Indonesia bagian timur atau pengembangan skala kecil.
➢ Hasil pelelangan WKP yang mengacu Permen ESDM 32/2009 dan 2/2011, yaitu 14 Proyek 1.970 MW (Gn.
Ungaran 55 MW, Baturaden 220 MW, Guci 55 MW, Sorik Marapi 240 MW, Liki Pinangawan-Muaralaboh 220
MW, Rantau Dedap 220 MW, Gn. Rajabasa 220 MW, Kaldera Danau Banten 110 MW, Blawan Ijen 110 MW,
Telaga Ngebel 165 MW, Atadei 5 MW, Hu’u Daha 20 MW, Suoh Sekincau 220 MW, Seulawah Agam 110 MW)

105
5. Permen ESDM 22/2012: Feed-in Tariff (FiT) per wilayah (Sumatera 10 sen US$/kWh; Jawa 11;
Sulawesi Bag. Selatan 12; Sulawesi Bag. Utara 13; NTT-NTB 15; Maluku-Papua 17). Namun,
Permen ini tidak sesuai dengan mekanisme pelelangan WKP yang berdasarkan harga
terendah sesuai PP 59/2007.
6. Permen ESDM 17/2014: HPT ditetapkan per wilayah dan tahun COD berkisar antara 11,8-29,6
sen US$/kWh dan untuk proyek PLTP yang sudah PPA sebelum Permen ini terbit dapat
melakukan renegosiasi harga listrik setelah menyelesaikan FS.
7. Surat KPK terkait pengaturan harga listrik dari pembangkit listrik EBT untuk tidak menggunakan
FiT.
8. Permen ESDM 50/2017: harga tenaga listrik ditetapkan 100% BPP setempat (BPP setempat ≥
rata-rata BPP nasional) dan B to B (BPP setempat ≤ rata-rata BPP nasional). Sementara, PT PLN
(Persero) menyatakan kemampuan belinya hanya 85% BPP setempat. Harga tenaga listrik ini
tidak menarik bagi investor karena belum memenuhi keekonomian proyek PLTP.

106
No Isu Strategis Usulan Solusi Keterangan
1. Harga jual tenaga listrik untuk PLTP Diusulkan regulasi baru dalam bentuk Peraturan Presiden - Sampai saat ini belum ada PPA yang
yang mengacu Permen ESDM (Perpres) terkait Pembelian Tenaga Listrik dan Harga Patokan mengacu kepada Permen ESDM
50/2017 tentang tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) yang 50/2017
Pemanfaatan Sumber Energi mempertimbangkan harga keekonomian PLTP.
- Beberapa PPA yang direviu ulang
Terbarukan untuk Penyediaan Hal ini sesuai dengan
oleh PT PLN mengikuti aturan
Tenaga Listrik berdasarkan Biaya a. Pasal 22, UU 21/2014 tentang Panas Bumi, menyebutkan
Permen ESDM 50/2017
Pokok Penyediaan (BPP) Harga energi Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
Pembangkitan belum menarik bagi Langsung ditetapkan oleh Pemerintah dengan - Surat PT PLN yang menyatakan
investor karena belum mempertimbangkan harga keekonomian. kemampuan daya belinya hanya 85%
mencerminkan harga keekonomian. BPP khususnya untuk Jawa, Bali,
b. Pasal 106, ayat (1), PP 7/2017 tentang Pemanfaatan Panas
Sumatera. Pada kenyataanya,
Bumi Tidak Langsung, menyebutkan bahwa harga energi
sumber daya Panas Bumi banyak
panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung ditetapkan
terdapat di wilayah Jawa dan
oleh Menteri ESDM dengan mempertimbangkan harga
Sumatera
keekonomian panas bumi dan manfaat bagi kepentingan
nasional. - Perbaikan regulasi ini akan
memberikan dampak penambahan
c. Pasal 106, ayat (3), Menteri ESDM dalam menetapkan
kapasitas terpasang menjadi 6,3 GW
harga energi panas bumi berkoordinasi dengan Menteri
pada tahun 2025
yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di Bidang
Keuangan. - Peluang PNBP dan Bonus Produksi
sebesar Rp 3,05 Triliun
d. Pasal 106, ayat (4), Harga Keekonomian Panas Bumi paling
sedikit mempertimbangkan biaya produksi uap dan/atau
listrik dan daya tarik investasi

107
REKAPITULASI PELAKSANAAN BERUSAHA
DI SEKTOR PANAS BUMI

EBTKE DJK BKPM PEMDA KLHK POLRI KEMENKEU KEMENDAG KEMENAKER JUMLAH
Izin 2 0 4 7 6 6 0 0 2 27
Dispensasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rekomendasi 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2
Setifikasi 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Persetujuan 2 0 0 0 1 0 1 3 0 7
Lainnya 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
JUMLAH 7 1 4 8 7 6 1 3 2 39

108
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI
JUMLAH PERIZINAN/
NO INSTANSI KETERANGAN
NON PERIZINAN
1 Ditjen EBTKE 7 Perizinan
1. Izin Penggunaan Gudang Bahan Peledak Panas Bumi
2. Penugasan Survei Pendahuluan

Non-Perizinan :
1. Penandasahan Rencana Impor Barang (Masterlist) Panas Bumi
2. Rekomendasi Pemusnahan Bahan Peledak
3. Persetujuan Studi Kelayakan (FS)
4. Verifikasi BKP/JKP (Badan Kena Pajak/Jasa Kena Pajak)
5. Persetujuan Perpanjangan Jangka Waktu Eksplorasi

2 Ditjen 1 Non-Perizinan :
Ketenagalistrikan 1. Sertifikat Layak Operasi (SLO) Pembangkit Listrik

3 BKPM 4 Perizinan :
1. Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Panas Bumi
2. Izin Panas Bumi
3. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)
4. Izin Prinsip Penanaman Modal

109
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI
JUMLAH PERIZINAN/
NO INSTANSI KETERANGAN
NON PERIZINAN
4 Pemda 8 Perizinan :
1. Izin Lokasi
2. Izin Pemanfaatan Ruang
3. Izin Masuk Wilayah Hutan
4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
5. Izin Pengambilan Air dan Penggunaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
6. UKL-UPL atau Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan di luar hutan konservasi dan
untuk kegiatan eksplorasi)
7. Izin AMDAL dan Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan di luar hutan konservasi dan
untuk kegiatan eksplorasi)
Non-Perizinan :
1. Rekomendasi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

5 Kementerian 7 Perizinan :
Lingkungan 1. SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) untuk kegiatan survei
Hidup dan 2. UKL-UPL dan Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan konservasi dan taman nasional)
Kehutanan untuk kegiatan eksplorasi
3. Izin AMDAL dan Izin Lingkungan (untuk kawasan hutan konservasi dan taman
nasional) untuk kegiatan eksploitasi
4. Izin Pengelolaan Limbah B3
5. Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
6. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)/ Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas
Bumi (IPJLB) untuk Hutan Konservasi
Non-Perizinan :
1. Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan

110
PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SUB SEKTOR PANAS BUMI
JUMLAH PERIZINAN/
NO INSTANSI KETERANGAN
NON PERIZINAN
6 Mabes POLRI 6 Perizinan :
1. Izin Pembelian dan penggunaan Bahan Peledak (P2)
2. Izin Pemilikan, Penguasaan dan Penyimpanan Bahan Peledak (P3)
3. Izin Penggunaan Sisa Bahan Peledak (P1)
4. Izin Transportasi Bahan Peledak
5. Izin Alih Guna Bahan Peledak
6. Izin Pemusnahan Bahan Peledak

7 Kemenkeu 1 Non-Perizinan :
1. Persetujuan Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam Rangka Impor

8 Kemendag 3 Non-Perizinan :
1. Persetujuan Angka Pengenal Importir Produsen
2. Persetujuan Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK)
3. Persetujuan IP-Baja

9 Kemenaker 2 Perizinan :
1. Izin Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
2. Izin Mempergunakan Tenaga Asing (IMTA)

JUMLAH 39

111
VII. Peluang Investasi dan Penerimaan Negara
▪ Overview Peluang Investasi Panas Bumi
▪ Insentif dalam Pengusahaan Panas Bumi
▪ Mekanisme Perhitungan Bagian Pemerintah dari Pengusahaan Panas Bumi
sesuai KEPPRES 49/1991 dan PP No. 9/2012 sesuai UU 21/2014
▪ Pengenaan dan Perhitungan Bonus Produksi

112
OVERVIEW PELUANG INVESTASI PANAS BUMI

1. Pemerintah memberikan insentif fiskal bagi pengembangan panas bumi berupa fasilitas pajak
penghasilan (tax allowance) dan fasilitas bea masuk dan pajak dalam rangka impor (bea masuk, PPN
dan PPNBm, PPh atas impor).
2. Menerbitkan Per men ESDM No. 50 Tahun 2017 dengan spirit penyediaan listrik yang efisien
sehingga subsidi listrik tidak membebani APBN dan masyarakat mendapatkan tarif listrik yang lebih
baik termasuk pengusahaan Panas Bumi harus lebih efisien agar harga listrik Panas Bumi dapat
bersaing.
3. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan dukungan internasional dalam konteks pembiayaan,
teknologi, sumber daya manusia dan bantuan teknis;
4. Kepemilikan saham asing dalam bisnis panas bumi di perbolehkan hingga 95% pada tahap
eksplorasi;
5. Kesempatan pengusahaan lain dalam bidang panas bumi:
• Pemanfaatan langsung panas bumi;
• Sumber daya panas bumi entalphi rendah;
• Pembangkit listrik kapasitas kecil;
• Services company untuk mendukung usaha inti panas bumi.
6. Akses pengusahaan panas bumi dapat melalui tahapan:
• Penugasan Survei Pendahuluan panas bumi dan PSP + Eksplorasi;
• Partisipasi melalui proses lelang WKP Panas Bumi.

113
113
ESTIMASI BIAYA INVESTASI PANAS BUMI

Pengembangan Unit PLTP 55MW


ESTIMASI BIAYA EKSPLORASI (3 SUMUR)
Asumsi Biaya Pengeboran 6 juta USD/Sumur

Biaya ESTIMASI BIAYA


Item Investasi Persentase NO JENIS KEGIATAN
(US$) juta
(juta USD)
1. Survey Geologi, Geofisika, Geokimia 7
1. Kegiatan Eksplorasi 52 19,77 % (meneNtukan tapak bor)
2. AMDAL, SIPPA, IPPKH 0,1
2. Pengembangan Lapangan 102 38,78 %
3. Pembebasan lahan 1
3. Konstruksi Pembangkit 95 36,12 %
4. Well Pad + Jalan Masuk 5
4. IDC (Interest during (Asumsi 6 km)
14 5,32%
construction)
5. Sumur 21
Total 263

Biaya Investasi per MW 4,78 (juta USD/MW) TOTAL 34,1


Sumber: JICA, 2016 Sumber: diolah dari PT Pertamina Geothermal Energy 2013

114
INSENTIF PENGUSAHAAN PANAS BUMI

TAX FASILITAS BEA PEMBEBASAN


ALLOWANCE MASUK PBB
1. Peraturan Pemerintah No 78 PMK No. 218 Tahun 2019 tentang PMK No 172 Tahun 2016
Tahun 2019 Pembebasan Bea Masuk dan/atau
2. PMK No. 35 Tahun 2018 Tidak Dipungut Pajak Dalam Pengurangan PBB atas
Rangka Impor Atas Impor Barang tubuh bumi sampai 100%
Fasilitas: untuk Kegiatan Penyelenggaraan untuk tahap Eksplorasi
1. Pengurangan PPh Neto 30% Panas Bumi.
dari nilai investasi selama 6 Fasilitas dapat diperoleh
tahun (investment tax credit) Pembebasan bea masuk untuk untuk pemegang IPB
2. Penyusutan dan amortisasi kegiatan penyelenggaraan panas selama 5 tahun dan
dipercepat bumi dapat berikan kepada: perpanjangan 2 tahun
3. Pengenaan PPh Dividen 10% a. KKOB; atau
4. Kompensasi Kerugian 5-10 b. Badan Usaha (pemegang kuasa Dimulai tahun 2017
tahun pengusahaan sumber daya
panas bumi; pemegang izin
Panas Bumi: KBLI 06202 pengusahaan sumber daya
panas bumi; pemegang Izin
Min. Investasi: Rp 100 Milyar
TAX HOLIDAY
Panas Bumi; atau pelaku PSPE)

1. PMK No 150 Tahun 2018


2. Perka BKPM No 1 Tahun 2019

115
MEKANISME PERHITUNGAN BAGIAN PEMERINTAH DARI
PENGUSAHAAN PANAS BUMI
(KEPPRES 49/1991) SESUAI UU NO. 21/2014
WKP EKSISTING: PENERIMAAN

BIAYA OPERASIONAL

PENERIMAAN BERSIH

Bonus
Produksi
66% PENGEMBANG 34% PEMERINTAH
PBB

Reimbursement (-)
Penerimaan Bersih (+)
Pengembang PPN
Pengembalian
Catatan : Bonus Produksi
Pehitungan Bonus Produksi PNBP
Uap : 1% * Gross Revenue
Listrik : 0,5% * Gross Revenue

116
PROPORSI PENERIMAAN NEGARA DARI PENGUSAHAAN PANAS BUMI
(UU NO. 21/2014)

WKP IPB:

117
PENGENAAN DAN PERHITUNGAN BONUS PRODUKSI
No DESKRIPSI EKSISTING IPB
1. Awal mulai • Telah Berproduksi (sebelum UU No. 21 sejak unit pertama berproduksi
perhitungan Tahun 2014 mulai berlaku): secara komersial
mulai tanggal 1 Januari 2015

• Belum Berproduksi (pada saat UU


No.21 Tahun 2014 mulai berlaku)
sejak unit pertama berproduksi secara
komersial
2. Besaran Bonus Penjualan Uap: Penjualan Uap:
Produksi 1% dari Pendapatan Kotor 1% dari Pendapatan Kotor

Penjualan Listrik: Penjualan Listrik:


0,5% dari Pendapatan Kotor 0,5% dari Pendapatan Kotor
3. Periode Dilakukan secara triwulan menyesuaikan Dilakukan secara tahunan dan
Perhitungan Bonus dengan periode Setoran Bagian Pemerintah dihitung sejak 1 Januari s.d.
Produksi (SBP) 31 Desember
❑ Eksisting adalah pemegang kuasa pengusahaan sumber daya panas bumi, Kontrak Operasi Bersama
pengusahaan sumber daya panas bumi, dan pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi.
❑ Pendapatan kotor dari penjualan uap panas bumi dihitung jumlah uap panas bumi setara listrik yang terjual
(kilo Watt hour) dikalikan dengan harga jual uap panas bumi.
❑ Pendapatan kotor dari penjualan tenaga listrik dihitung jumlah produksi tenaga listrik yang terjual (kilo
Watt hour) dikalikan dengan harga jual tenaga listrik.

118
118
Total Bonus Produksi Panas Bumi
2014 – 2019 sebesar Rp 382 Milyar *
telah ditetapkan dan wajib disetorkan Pengembang Panas
Bumi kepada Pemerintah Daerah Penghasil

Besaran Bonus Produksi


2014 - 2019
Dieng 2% Pengembang berkewajiban menyetor
Sibayak 0% Sarulla 5%
Lahendong 7%
Patuha 4% Bonus Produksi Panas Bumi
Ulubelu 9% Karaha 0%
Ulumbu 0%
Mataloko 0% Wilayah Kerja/Area yang merupakan proyek
PLTP ke-7 pengembang tersebut
Wayang Windu 14% Salak 27%

Kabupaten/Kota sebagai Daerah Penghasil


yang telah menerima Bonus Produksi

Kamojang 18% Kabupaten Bandung penerima terbesar yaitu


Darajat 15% Rp 125 Milyar
Salak Darajat Kamojang Wayang Windu Ulubelu
Lahendong Dieng Patuha Sibayak Sarulla Masyarakat sekitar Wilayah Kerja/Area PLTP
Ulumbu Mataloko Karaha yang diprioritaskan menerima Bonus Produksi

*) Pada tahun 2014, Kewajiban menyetorkan bonus produksi hanya dari PT Geodipa Energi untuk PLTP Patuha sesuai PP 28/2016

119
MANFAAT BONUS PRODUKSI PANAS BUMI

1. Manfaat Bonus Produksi:


a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai manfaat langsung yang dirasakan oleh
Pemda dan Masyarakat;
b. Mendorong terbentuknya program-program peningkatan kesejahteraan di daerah
penghasil;
c. Mendorong tumbuhnya rasa memiliki masyarakat terhadap proyek panas bumi.
d. Menciptakan sinergi yang kondusif antara Pemerintah, masyarakat dan pengembang
panas bumi.

2. Kewajiban penyetoran bonus produksi terhadap 7 pengembang panas bumi pada 12


area/WKP dan disetorkan kepada 27 Pemerintah Kabupaten/Kota Penghasil;
3. Saat ini Pemerintah Daerah yang mendapatkan Bonus produksi terbesar adalah
Kabupaten Bandung dengan nilai Rp 58,3 Milyar.

120
REALISASI BONUS PRODUKSI PANAS BUMI
Pengembang Kabupaten/ Besaran Bonus Produksi (Rp)
No Area/WKP Keterangan
Panas Bumi Kota 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tomohon 0 2.957.984.428 2.004.794.523 4.000.721.536 11.515.583.882 2.529.928.225
Minahasa 0 1.658.332.430 1.150.680.880 2.104.602.676 7.689.361.367 4.271.473.425
Minahasa Utara 0 154.744.622 105.775.648 204.658.425 643.774.459 227.991.848
1. PT PGE Lahendong Minahasa 0 18.318.678 12.251.728 24.227.477 75.940.060 26,989.690
Selatan
Minahasa
0 4.280.705 3.295.192 6.375.651 19.515.279 7.102.551 Bonprod Tahun 2017 =
Tenggara
Telah Bayar
Manado 0 26.513.876 18.123.553 35.066.086 110.304.036 39.064.023
Garut 0 1.388.366.875 1.322.523.303 1.346.433.218 1.514.226.322 12,394,047,869 2015 & 2016 = Belum
2. PT PGE Kamojang Bayar
Bandung 0 10.317.930.551 10.401.974.065 10.740.040.918 12.189.179.318 1,467,989,789
3. PT PGE Ulubelu Tanggamus 0 5.407.345.025 5.485.207.106 8.508.351.094 7.667.283.961 9,797,142,307
Tanah Karo 0 47.666 0 0 0 0
Langkat 0 2.346 0 0 0 0
4. PT PGE Sibayak
Deli Serdang 0 4.021 0 0 0 0
Simalungun 0 36 0 0 0 0
Tapanuli Utara 0 0 0 3.563.205.317 20.593.796.353 10,739,067,448
5. SOL Sarulla Tapanuli Telah Bayar
0 0 0 348.536.167 2.014.389.346 1,050,445,614
Selatan
Banjarnegara 0 611.528.546 477.122.229 1.052.198.698 1.112.419.210 1,094,137,717
Wonosobo 0 218.504.605 170.574.144 376.167.534 398.007.299 407,969,928
Temanggung 0 3.732.084 2.912.241 6.422.372 6.791.340 6,753,936
6. PT GDE Dieng
Batang 0 18.660.418 14.561.207 32.111.862 33.956.703 33,769,683 Telah Bayar
Pekalongan 0 28.612.640 22.327.185 49.238.189 52.066.945 51,780,179
Kendal 0 7.553.026 5.893.822 12.997.659 13.744.380 13,668,681
7. PT GDE Patuha Bandung 525.362.079 2.023.523.129 2.215.893.198 2.160.579.139 2.315.659.688 2,322,022,880
8. PT PLN Ulumbu Manggarai 0 0 184.979.455 293.153.908 0 387,554,900
Belum Bayar
9. PT PLN Mataloko Ngada 0 0 0 0 0 0
Bogor 0 10.370.555.152 9.508.543.647 8.654.632.002 9.817.350.839 10,944,495,608
10. SEGS Salak
Sukabumi 0 8.834.176.611 8.408.440.802 8.206.135.585 9.149.710.288 10,843,910,077
Bandung 0 559.076.695 556.621.322 612.877.464 614.858.381 734,369,874 Telah Bayar
11. SEGD II Darajat
Garut 0 9.514.377.263 9.436.580.151 9.550.927.923 9.615.730.316 10,308,786,142
Wayang
12. SEGWWL
Windu
Bandung 0 4.577.222.817 10.854.958.405 12.110.575.598 12.518.377.503 12,587,667,440
Garut 0 0 0 0 497.684.858 415,580,425
Tasikmalaya 0 0 0 0 520.875.595 386,138,311
13. PT PGE Karaha Ciamis 0 0 0 0 19.762.916 9,179,986
Majalengka 0 0 0 0 22.559.324 9,680,924
Sumedang 0 0 0 0 12.243.142 6,446,077 121
TOTAL 525.362.079 58.701.394.245 62.364.033.806 74.000.236.498 92.352.663.513 93.861.882.779
VIII. Tantangan dan Upaya Terobosan
▪ Tantangan Pengembangan Panas Bumi
▪ Upaya Terobosan Pengembangan Panas Bumi

122
TANTANGAN UTAMA PENGEMBANGAN PANAS BUMI

Area Prospek pada Kawasan


Kelayakan Proyek Panas Bumi untuk
Hutan Konsevasi dan Tropical Rainforest
Tarif Listrik kepada Masyarakat
Heritage of Sumatra (TRHS)

Akses Pendanaan
Isu Sosial & sebelum FS
Perizinan Cadangan Panas Bumi
tidak sesuai Perencanaan dan
Keterbatasan Demand Kelistrikan Setempat
123
KENDALA PENCAPAIAN TARGET
1. Pertumbuhan ekonomi, perkembangan kebutuhan listrik, serta progres
pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan lebih rendah dari perkiraan RUPTL PT
PLN (Persero)
2. Ketidakpastian waktu dalam proses birokrasi dan negosiasi harga listrik dengan PT
PLN (Persero)
3. Penugasan pengembangan WKP kepada PT. PLN (Persero) yang tertunda karena
proses pencarian mitra
4. Penyelesaian isu pengembangan proyek PLTP di kawasan Tropical Rainforest Heritage
of Sumatera (TRHS) yang baru mencapai kesepahaman internal pemerintah pada
Februari 2020
5. Penataan zonasi pada kawasan hutan konservasi memelukan kajian detil dan waktu
yang cukup panjang pada internal Kementerian LHK senhingga menggeser target
COD beberapa proyek PLTP di lokasi Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam.
6. Ketidaksesuaian antara cadangan panas bumi dengan perencanaan pengembangan
yang disertai dengan keterbatasan demand kelistrikan di wilayah setempat.

124
UPAYA TEROBOSAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI

Pengembangan Panas Bumi di


Wilayah Timur

Penugasan Kepada BUMN

Penyederhanaan Perizinan

Penugasan Survei Pendahuluan dan


Eksplorasi
Geothermal Fund
Eksplorasi Panas Bumi oleh
Pemerintah
125
GEOTHERMAL FUND
Fasilitas pembiayaan untuk penyediaan data dan informasi Panas Bumi melalui kegiatan eksplorasi
panas bumi untuk memitigasi risiko hulu, ada 2 konsep :

Geothermal Energy Upstream Geothermal Resource Risk Mitigation


Development Project (GEUDP) (GREM)

Dilakukan oleh Pemerintah


Ditawarkan kepada BUMN dan Swasta
(Penugasan kepada PT SMI)

Sumber Dana terdaftar dalam


Sumber Dana APBN (PISP, 49.5 jt USD)
bluebook (pinjaman World Bank, 150 jt
dan hibah World Bank (49 jt USD)
USD tahap 1)

Hasil Government Drilling ditawarkan Disediakan loan forgiveness contigent


kepada pengembang dgn mengganti guarantee (utk penggantian biaya
kompensasi eksplorasi, bila gagal)
126
MEKANISME PELAKSANAAN GOVERNMENT DRILLING OLEH PT SMI

Dasar PMK Nomor 62/PMK.08/2017 tentang Pengelolaan Dana


1 Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi Pada
2 Nota Kesepahaman ESDM-KEU (MoU-7/MK.08/2017 dan
Hukum: Perusahaan Perseroan (Persero) PT Sarana Multi 17Pj/05/MEM/2017) tentang Kerjasama Penyelenggaraan Fasilitasi
Infrastruktur (PT SMI) Penyediaan Data dan Informasi Panas Bumi Untuk Mendukung
Percepatan Pemanfaatan Panas Bumi Dalam Rangka Penyediaan
Infrastruktur Ketenagalistrikan

PISP + GCF
Mengusulkan lokasi Meneruskan Mengevaluasi (due
Govt Drilling Usulan untuk di diligence) usulan
evaluasi advice

Tenaga Ahli
Mengembalikan ke NO Independen
ESDM Lolos ?

Pengawasan
Laporan
YES
Pembahasan dan
keputusan di komite
Komite Bersama
DJPRKN + DJEBTKE + BAGEOL

Penerbitan Pelaksanaan oleh


Penugasan oleh PT SMI
Kemenkeu Pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Data
dan Informasi
Hasil

Pelelangan oleh Penentuan harga data oleh Komite Bersama DATA


ESDM

127
Geothermal Resources Risk Exploration Mitigation
GREM
SUMBER DANA (JUTA USD) PEMBIAYAAN PROYEK
Maks 50% + biaya pinjaman** dibayar dari PISP

WB (IBRD) PISP 100% GAGAL

325 150 Eksplorasi SUKSES


BUMN
GREM 100% + biaya pinjaman** dibayar oleh BU
LOAN
Min 50% + biaya pinjaman** dibayar oleh BU
372.5
Instrument Min 50% + biaya pinjaman** dibayar oleh BU
122.5 100% + biaya pinjaman dibayar oleh BU ***
Total
655* SUKSES
50% GAGAL
40
32.5 90 7.5
50% Eksplorasi
Maks 50%
SWASTA
Diampuni
CTF LOAN GCF Note: *) Termasuk PISP (sbg dana penjamin) dan dana hibah TA sebesar 10
**) Biaya pinjaman LIBOR+
INSTRUMEN ***)Termasuk Success Fee dari komponen instrumen
HAMBATAN PENGGUNAAN DANA PISP DAN GREM
UNTUK KEGIATAN GOVERNMENT DRILLING (OLEH BADAN GEOLOGI)

PISP:
❑ Dana PISP sudah menjadi Penyertaan Modal Negara pada PT SMI (menjadi modal usaha yang
memerlukan pengembalian untuk kelangsungan usaha PT SMI).
❑ Dalam PMK Nomor 62/PMK.08/2017 juga disebutkan bahwa dalam kegiatan penyediaan data dan
informasi panas bumi atau pada pembiayaan eksplorasi oleh BUMN, terdapat skema bahwa PT SMI
akan mendapatkan biaya pengganti dari APBN dalam hal eksplorasi tidak mendapatkan sumber daya
panas bumi.
❑ Untuk saat ini PISP kemungkinan hanya dapat digunakan untuk mendanai sementara kegiatan
government drilling oleh Badan Geologi agar tidak memerlukan penganggaran multi years (apabila
menggunakan APBN), untuk selanjutnya setelah selesai total biaya dibayarkan kembali dari APBN.

GREM:
❑ GREM pada dasarnya adalah pinjaman, meskipun di dalamnya terdapat instrumen derisking (loan
covertible hibah bila terjadi kegagalan)
❑ Sesuai loan agreement, GREM diperuntukkan bagi pendanaan eksplorasi oleh BUMN dan badan
usaha swasta, sehingga apabila diperluas untuk government drilling maka terlebih dahulu diperlukan
re-negosiasi loan dengan World Bank.

129
LOKASI KEGIATAN GOVERNMENT DRILLING

1 4

Sumber Daya
No. Area Prospek Lokasi Status Wilayah
(MW)
1. Wae Sano Nusa Tenggara Timur 151 WKP
2. Jailolo Maluku Utara 75 WKP
3. Bituang Sulawesi Selatan 54 Wilayah Terbuka
4. Nage Nusa Tenggara Timur 30 Wilayah Terbuka
Total 310

130
130
PENAMBAHAN DATA GEOSAINS DAN EKSPLORASI PANAS BUMI
OLEH PEMERINTAH
• Potensi cukup besar (23,9 GW), tetapi pemanfaatan baru 8,9% (2.130,7 MW).
• Pengembangan panas bumi pada tahap eksplorasi memiliki profil risiko yang tinggi:
1. Risiko pengembangan panas bumi masih sangat tinggi karena keterbatasan data geosains
dan eksplorasi panas bumi. Saat ini risiko eksplorasi ditanggung oleh Badan Usaha yang
menyebabkan harga keekonomiannya tinggi atau wilayah panas bumi yang ditawarkan
belum menarik investasi.
2. Menurut kajian World Bank (2012), pengeboran eksplorasi, uji produksi, dan pemutakhiran
model konseptual sistem panas bumi dapat menurunkan risiko pengembangan dari 90%
hingga 50%. Hal ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya drilling success ratio dari 40-
50% menjadi 70-80% (Sudarman, 2009).
• Peningkatan kualitas data geosains dapat dilaksanakan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM
melalui penambahan dan pemutakhiran data subsurface hingga pengeboran eksplorasi.
• Dalam rangka mendukung pencapaian target Road Map Panas Bumi dan target Bauran Energi
(KEN), Menteri ESDM mengarahkan agar Kementerian ESDM melaksanakan kegiatan eksplorasi
Panas Bumi untuk meningkatkan competitiveness harga listrik Panas Bumi.

131
PRIORITAS WILAYAH UNTUK PROGRAM
EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH
Sumber Daya Rencana Pengembangan
No. Area Prospek Lokasi Status Wilayah
(MW) (MW)
1 Cisolok Cisukarame Jawa Barat WKP 45 20
2 Jailolo Maluku Utara WKP 75 30
3 Nage Nusa Tenggara Timur WKP 39 20
4 Bittuang Sulawesi Selatan Wilayah Terbuka 28 20
5 Ciremai Jawa Barat WKP 60 55
6 Bora Polu Sulawesi Tengah WKP 123 40
7 Gunung Endut Banten WKP 180 40
8 Tampomas Jawa Barat WKP 100 45
9 Sembalun Nusa Tenggara Barat WKP 100 20
10 Guci Jawa Tengah WKP 100 55
11 Sipoholon Ria-Ria Sumatera Utara WKP 60 20
12 Marana Sulawesi Tengah WKP 70 20
13 Lokop Aceh Wilayah Terbuka 41 20
14 Limbong Sulawesi Selatan Wilayah Terbuka 20 5
15 Maritaing Nusa Tenggara Timur Wilayah Terbuka 190 30
16 Gunung Batur-Kintamani Bali Wilayah Terbuka 58 40
17 Gunung Galunggung Jawa Barat WKP 289 110
18 Papandayan Jawa Barat Wilayah Terbuka 195 40
19 Banda Baru Maluku Wilayah Terbuka 54 40
20 Sajau Kalimantan Utara Wilayah Terbuka 17 13
Total 1.844 683

132
PETA WILAYAH EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH
TAHUN 2020-2024
ACEH (1 Wilayah Terbuka)
▪ Lokop (SD: 41 MW, RP: 20 MW) SULAWESI TENGAH (2
KALIMANTAN SULAWESI SELATAN
UTARA (1 Wilayah WKP) (2 Wilayah Terbuka) MALUKU UTARA (1 WKP)
SUMATERA UTARA (1 WKP) Terbuka) ▪ Bora Pulu (SD: 123 MW, ▪ Bittuang (SD: 28 MW, ▪ Jailolo (SD: 75 MW, RP:
▪ Sipoholon Ria-Ria (SD: 60 MW, ▪ Sajau (SD: 17 MW, RP: 40 MW) RP: 20 MW) 30 MW)
RP: 20 MW) RP: 13 MW) ▪ Marana (SD: 70 MW, RP: ▪ Limbong (SD: 20 MW,
20 MW RP: 5 MW
MALUKU (1 Wilayah
Terbuka)
▪ Banda Baru (SD: 54 MW,
RP: 40 MW)

BANTEN (1 WKP)
▪ Gn. Endut (SD: 180
MW, RP: 40 MW)

JAWA BARAT (4 WKP dan 1 Wilayah


Terbuka)
▪ Cisolok Cisukarame (SD: 45 MW,
RP: 20 MW)
▪ Gn. Galunggung (SD: 289 MW, NTT (1 WKP dan 1 Wilayah KETERANGAN:
RP: 110 MW) NTB(1 WKP) Terbuka)
▪ Gn. Tampomas (SD: 100 MW, JAWA TENGAH (1 WKP) ▪ Sembalun (SD: 100 MW, ▪ Nage (SD: 39 MW, RP: 20 SD: Sumber Daya Panas
RP: 45 MW) ▪ Guci (SD: 100 MW, RP: 20 MW) MW)
RP: 55 MW)
Bumi (MW)
▪ Gn. Ciremai (SD: 60 MW, RP: 55 MW) ▪ Maritaing (SD: 190 MW,
▪ Gn. Papandayan (SD: 195 MW, RP:30 MW) RP: Rencana kapasitas
BALI (1 Wilayah Terbuka)
RP: 40 MW)
▪ Gunung Batur-Kintamani pengembangan (MW)
(SD: 58 MW, RP: 40 MW)
133
TAHAPAN DAN METODE KEGIATAN PENAMBAHAN DATA GEOSAINS DAN
EKSPLORASI PANAS BUMI OLEH PEMERINTAH

Akuisisi Data Geosains Panas Bumi Integrasi Data Akuisisi Evaluasi well targeting dan
Geosains peer review
Survei penginderaan jauh
(remote sensing) dengan metode
survei LiDAR
Perencanaan dan Analisis Konseptual Model
Survei Geologi Evaluasi Hasil Akuisisi dan Simulasi Numerik
Data Geosains

Survei Geokimia

Pembangunan
Survei Geofisika (Gravity + MT- Pengeboran Eksplorasi
Infrastruktur
TDEM)

Survei Landaian Suhu


Penyusunan Dokumen Studi Komplesi Sumur dan Uji
Kelayakan Produksi

134
134
MANFAAT PENGEBORAN EKSPLORASI OLEH PEMERINTAH (1/3)
A. Perekonomian Lokal dan/atau Nasional
No. Potensi Manfaat Deskripsi
1 Perekonomian skala - Penyerapan penggunaan tenaga kerja lokal pada pelaksanaan kegiatan
lokal survei geosains dan pengeboran eksplorasi oleh Pemerintah sampai dengan
eksploitasi/pemanfaatan.
- Pembangunan infrastuktur (jalan, jembatan) menuju wellpad
- Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan CSR
- Pendapatan daerah dalam bentuk Bonus Produksi setelah proyek panas
bumi beroperasi
- Meningkatkan rasio elektrifikasi wilayah setempat
2 Perekonomian skala - Meningkatkan investasi Badan Usaha Dalam Negeri
nasional - Menurunkan harga listrik panas bumi
- Penggunaan material konstruksi dalam negeri
- Penggunaan Tenaga Kerja Indonesia
- Pendapatan Pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP)
- Meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi
- Tercapainya kebutuhan listrik nasional sesuai dengan target bauran energi
3 Internasional - Meningkatkan investasi Badan Usaha Asing
- Penggunaan tenaga kerja asing untuk penempatan posisi tertentu
- Penggunaan material proyek dari luar negeri (material dan alat-alat
pengeboran)
135
MANFAAT PENGEBORAN EKSPLORASI OLEH PEMERINTAH (2/3)
B. Lapangan Pekerjaan
Outsourcing,
150
Total kebutuhan tenaga kerja untuk
pelaksanaan kegiatan akuisisi data Tenaga Ahli, 3
geosains dan pengeboran eksplorasi Tenaga Lokal,
panas bumi adalah 483 orang per 239
Swakelola, 91
wilayah atau 9.660 orang untuk 20
wilayah

C. Pendapatan Negara
Iuran tetap eksplorasi Jangka waktu USD 11,9 juta Proyeksi estimasi PNBP yang dihasilkan
(2 USD/Ha/thn) eksplorasi (7 tahun) (Rp 172,7 miliar)
dari pengusahaan panas bumi setelah
diselesaikannya kegiatan eksplorasi oleh
Iuran tetap eksploitasi Jangka waktu USD 102,8 juta
PNBP Pemerintah adalah sebesar USD 446,4
(4 USD/Ha/Thn) eksploitasi (30 tahun) (Rp 1,5 triliun)
juta (Rp. 6,4 triliun) dan Bonus Produksi
Iuran produksi Jangka waktu sebesar USD 66,3 juta (Rp 0,9 triliun)
(2,5% dari revenue) eksploitasi dan USD 331,6 juta
selama eksploitasi dan pemanfaatan (Rp 4,7 triliun)
pemanfaatan (30 tahun)

Bonus produksi Jangka waktu


Bonus (0,5% dari revenue) eksploitasi dan USD 66,3 juta
Produksi selama eksploitasi dan pemanfaatan (Rp 955,1 miliar)
pemanfaatan (30 tahun)
136
D. Penghematan Harga Jual Listrik (2/3)
Penghematan selama
Kapasitas Penghematan
Wilayah jangka eksploitasi dan
PLTP tarif listrik pemanfaatan
MANFAAT PSN
EKSPLORASI
2,53 sen
PANAS BUMI s.d 10 MW
USD/kWh
1 wilayah

OLEH
PEMERINTAH Penghematan
>10-50 MW
1,98 sen 16
wilayah
harga listrik USD/kWh
USD 2.473,9 juta
Diharapkan dengan masuk (Rp 35,6 triliun)
0,73 sen
PSN, pemanfaatan panas >50-100 MW 2 wilayah
USD/kWh
bumi meningkat 683 MW
untuk mendukung 0,42 sen
>100 MW 1 wilayah
pencapaian target EBT USD/kWh
sekaligus berkontribusi Hasil pemodelan keekonomian proyek
dalam penurunan emisi menunjukkan bahwa terdapat
penghematan harga listrik panas bumi yang
GRK yang telah menjadi diperoleh setelah dilakukannya kegiatan
komitmen Indonesia eksplorasi panas bumi oleh Pemerintah
secara global. dengan kisaran sebesar 0,42-2,53 sen
USD/kWh

Estimasi manfaat yang diperoleh selama jangka waktu Perjanjian Jual


Beli Listrik sepanjang 30 tahun adalah sebesar USD 2.473,9 juta (Rp
35,6 triliun)
137
Terima Kasih

Go Green Indonesia !
energi hijau, energi masa depan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI

Jalan Pegangsaan Timur No. 1 Jakarta 10320; Telp/Faks : 021-39830077/ 021-31901087

www.ebtke.esdm.go.id www.energiterbarukan.net www.konservasienergi.net 138


Direktorat Panas Bumi
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Anda mungkin juga menyukai