Anda di halaman 1dari 51

PROGRAM STUDI KETAHANAN ENERGI

FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN


UNIVERSITAS PERTAHANAN

PERMASALAHAN
PEMERINTAH
DALAM KEBIJAKAN
ENERGI
Maizar Rahman Prof Dr

29 Januari 2021
KEBIJAKAN ENERGI
• Kebijakan energi adalah strategi, cara atau jalan
yang ditetapkan Pemerintah di suatu negara
untuk memenuhi kebutuhan energi di negara
tersebut demi pembangunan berkelanjutan.
• Sasarannya antara lain keamanan energi bagi
konsumen dan keamanan pasar bagi produsen
serta perlindungan lingkungan.
• Kebijakan tersebut mencakup antara lain
legislasi, rencana umum energi, subsidi dan
insentif untuk investasi, perpajakan, konservasi PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
energi dan perlindungan lingkungan, perjanjian
internasional, kebijakan-kebijakan teknis publik.
https://slideplayer.info/amp/3962859/
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI
Dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi
nasional, tujuan pengelolaan energi adalah:
a. tercapainya kemandirian pengelolaan energi;
b. terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar negeri;
c. tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk:
1. pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri;
2. pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri; dan
3. peningkatan devisa negara;
d. terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan;
e. termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;
f. tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau yang tinggal di daerah terpencil
terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata dengan cara:
1. menyediakan bantuan untuk meningkatkan ketersediaan energi kepada masyarakat tidak mampu;
2. membangun infrastruktur energi untuk daerah belum berkembang sehingga dapat mengurangi
disparitas antar daerah;
g. tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan
meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia;
h. terciptanya lapangan kerja; dan
i. terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Kedudukan KEN, RUEN dan RUED

Sumber: Bauran Energi Nasional, DEN


TARGET BAURAN ENERGI PRIMER BERDASARKAN KEN TAHUN 2014

Sumber: Bauran Energi Nasional, DEN


Target Bauran Energi Primer Tahun 2020 – 2050
Kebijakan dan Program Utama RUEN

Kebijakan dan Program Utama RUEN


Sumber: Bauran Energi Nasional, DEN
HASIL PEMODELAN KEBUTUHAN DAN PASOKAN ENERGI TAHUN 2050
Pasokan Transformasi Energi Final Kebutuhan

MTOE % MTOE %
MTOE %
Minyak Listrik 200,0 31,2% Transportasi 169,0 26,3%
197,7 19,5%
bumi Gas 113,9 17,8% Industri* 293,2 45,7%
Gas
242,9 24,0% BBM 184,2 28,7% Rumah
bumi 91,0 14,2%
Tangga
Batubara 67,0 10,4%
Batubara 255,9 25,3% Komersial 73,0 11,4%
BBN 45,5 7,1%
Sektor
EBT 315,7 31,2% ET lainnya 30,9 4,8% 15,3 2,4%
lainnya
Pembangkit
Total 1.012,3 100% Total 641,5 100% Total 641,5 100%
443,1 GW
* termasuk bahan baku 34,9 MTOE

Pembangkit EBT 167,6 GW

Pembangkit Fosil 275,4 GW


Sumber: Bauran Energi Nasional, DEN
EVALUASI BAURAN ENERGI
PENCAPAIAN/MASALAH DAMPAK/PENYEBAB
Pemanfaatan energi nasional di bawah target Pertumbuhan ekonomi hanya 5% di bawah target 7-8%
Pemanfaatan EBT kurang maksimal Harga jual listriknya lebih rendah dari energi fosil, permasalahan tumpang tindih
pemanfaatan hutan untuk PLTP dan PLTA, substitusi wood pellet ke batubara masih
perencanaan, pencampuran bio etanol dan bioavtur ke BBM belum terlaksana.
Pemakaian gas di dalam negeri Harga gas tidak mendukung ( sudah turun ke $6/mmbtu), pemanfaatan utk
petrokimia tidak terintegrasi dgn rencana pasokan dan infrastruktur gas, DME dari
batubara pengganti LPG masih sedikit.
Optimalisasi sinkronisasi antara penyediaan Dapat mengurangi daya saing penanaman modal
listrik dan industri
Penerapan kendaraan listrik masih terkendala Peraturan, infrastruktur, baterai dan limbahnya, harga kendaraan

Pemanfaatan biodiesel, menaikkan pencapaian B 20 dapat menghemat devisa Rp 41 T.


EBT. EBT untuk listrik mengalami kenaikan.
Pemakaian minyak bumi dapat ditekan Dapat ditekan pada 2018 dari 38.8 menjadi 33.6%.
Pemakaian gas bumi 2019 naik ke 68% Sesuai RUEN untuk peningkatan pemakaian gas
Produksi batubara melebihi amanat RUEN Dominasi batubara menekan penggunaan EBT
Perancangan RUED di 21 provinsi, yang lain dalam progres

Sumber: Satya Widya Yudha, anggota DEN, Webinar 25012021


PERBANDINGAN REALISASI PERTUMBUHAN EKONOMI
INDONESIA TERHADAP ASUMSI RUEN TAHUN 2015 S.D. 2018

8.00 7.50
7.10
7.00
Pertumbuhan Ekonomi

6.00
5.30
5.03 5.07 5.17
Indonesia (%)

4.80 4.88
5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
2015 2016 2017 2018

Asumsi RUEN Realisasi


BEBERAPA PANDANGAN KOMUNITAS ENERGI (1)
1. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana UU Energi dilaksanakan secara konsisten
2. Adanya perbedaan penafsiran mengenai UU Energi. Pemerintah kemudian menerbitkan peraturan
baru yaitu Peraturan Menteri ESDM (Permen ESDM)No. 50 tahun 2017 yang melengkapi aturan
sebelumnya yaitu Permen ESDM No. 12 Tahun 2017.
3. UU seharusnya menempati posisi yang tertinggi dan menjadi rujukan bagi aturan yang lain seperti
Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri (Permen). Namun dalam kenyataannya tidak, di
Indonesia justru sebaliknya, Permen bisa saja mempunyai posisi yang lebih kuat dibandingkan
dengan UU. Padahal PP telah dikeluarkan dan menyebutkan target yang sangat jelas, namun Permen
yang dikeluarkan malah tidak sejalan.
4. Kentalnya aspek politik yang sering kali mempengaruhi pelaksanaan sebuah kebijakan. Misalnya
dalam subsidi energi, pemerintah terlihat sangat berhati-hati, dan pada akhirnya menjadi sebuah
kebijakan yang rumit dan pelik untuk diterapkan. Adanya ketakutan kenaikan harga BBM bukan
hanya masalah ekonomi tapi juga stabilitas keamanan nasional. Harga kestabilan politik biasanya
lebih besar dari aspek-aspek lain dalam membuat pemodelan atau perhitungan biaya energi.
5. Persoalannya justru bagaimana menyiapkan sistem dan membangun infrastruktur sehingga penetrasi
energi terbarukan dalam pembangkit listrik dapat dilakukan.
6. “Transisi” harusnya diubah menjadi co-existence antara energi fosil dan energi terbarukan, kondisi
yang masih sangat dibutuhkan untuk Indonesia.

Sumber: Indonesia Energy Transition Dialogue Forum 2018 15-11-2018 Jakarta.


BEBERAPA PANDANGAN KOMUNITAS ENERGI (2)
• Berdasarkan keadaan energi dalam kondisi krisis, sudah waktunya memikirkan kembali KEN
• Pencapaian bauran energi nasional penting untuk mendukung kemandirian dan ketahanan energi,
pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan, mengurangi dependensi total terhadap energi
fosil dengan energi baru terbarukan, berkontribusi dalam agenda global pengurangan emisi gas CO2.
• Peninjauan ulang KEN harus berdasar data yang realistis, bukan oleh politik populisme dan politik
anggaran. Memakai paradigma bahwa energi itu modal pembangunan nasional bukan devisa
semata, dan sifatnya harus visioner atau jangka panjang.
• Implementasi KEN secara konsisten masih terlalu lemah karena ketiadaan cetak biru yang baku,
dukungan politik yang kuat, dan keniscayaan untuk implementasi yang konsisten.
• Tren pertumbuhan konsumsi energi tidak sejalan dengan cetak biru bauran energi yang telah
ditetapkan dalam KEN selama lima tahun terakhir ini. karena kewenangan yang tumpang tindih, EBT
harus bersaing dengan energi fosil tanpa support insentif.
• Sektor energi panas bumi, kendala keekonomian proyek karena berbenturan dengan Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) listrik.
• Sektor migas, tidak ada temuan besar dalam lima tahun terakhir, sehingga jauh dari target RUEN
• Energi nuklir tetap perlu dipertimbangkan meskipun sebagai pilihan terakhir

Sumber:Bimasena D “Menuju Bauran Energi 2050: Evaluasi Kebijakan Energi Nasional 28/9/2020
MASALAH PEMERINTAH BIDANG ENERGI
UU ENERGI N0 30 TAHUN 2007 MASALAH PEMERINTAH SEKARANG
1. Kemandirian pengelolaan energi 1. Meningkatnya konsumsi energi
2. Terjaminnya ketersediaan energi 2. Menurunnya produksi minyak dan mengecilnya cadangan minyak
3. Tersedianya sumber energi dalam negeri 3. Pemakaian gas dalam negeri belum maksimal
/luar negeri untuk kebutuhan energi; 4. Sedikitnya investasi baru migas
bahan baku industri dan peningkatan devisa 5. Meningkatnya impor minyak dan BBM yang menggerogoti devisa
4. Pengelolaan sumber daya energi secara 6. Meningkatnya subsidi BBM
optimal, terpadu, dan berkelanjutan 7. Subsidi BBM tidak tepat sasaran karena ke subsidi harga bukan
5. Termanfaatkannya energi secara efisien langsung ke pengguna yang memerlukan
6. Akses pada energi masyarakat tidak 8. Politik populis subsidi BBM
mampu dan/atau tinggal di daerah terpencil 9. Tidak tercapainya target peningkatan energi baru
dan membangun infrastruktur energi untuk 10. Sedikitnya investasi di energi baru
mengurangi disparitas antar daerah 11. Melimpahnya ekspor batubara, menggerogoti cadangan nasional
7. Tercapainya kemampuan industri energi 12. PLTU batubara masih besar
dan jasa energi dalam negeri agar mandiri 13. Fasilitas transportasi umum belum mencukupi
8. Meningkatkan profesionalisme sumber 14. Pemakaian kendaraan mobil dan roda dua makin meningkat
daya manusia 15. Kesadaran masyarakat dan industri akan hemat energi masih
9. Terciptanya lapangan kerja rendah
10. Terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup 16. Tuntutan internasional akan pencegahan perubahan iklim
MASALAH DAN UPAYA PEMERINTAH DALAM PENCAPAIAN BAURAN ENERGI

MASALAH UPAYA

Turunnya pasokan minyak Peningkatan eksplorasi dan eksploitasi migas. Mendirikan kilang-kilang minyak
bumi. Meningkatnya impor baru. Meningkatkan iklim investasi bagi investor asing. Perbaikan sistem fiskal.
minyak dan BBM
Penggunaan gas dalam Peningkatan pembangunan infrastruktur gas dan jaringan gas rumah tangga .
negeri belum maksimal Peningkatan produksi gas. Penyesuaian harga gas yang lebih menarik konsumen.
Pemanfaatan gas untuk petrokimia.
Porsi ekspor batubara Meningkatkan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri, peningkatan mutu,
masih terlalu tinggi pencairan, gasifikasi, pembuatan kokas, DME
Energi baru terbarukan Peningkatan biodiesel, biomassa, PLTA, PLTP, PLTM, PLTMH, PLTS, PLT-Biogas, PLT-
masih di bawah target Biomassa, PLTB
Konsumsi listrik untuk Sinkronisasi penyediaan listrik dengan rencana pengembangan kawasan industri,
industri belum sesuai kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri berikat.
rencana
Listrik untuk transportasi Menyiapkan infrastruktur, percepatan produksi kendaraan listrik di dalam negeri,
masih banyak terkendala industri baterai. Perpres No. 55 2019. Memperbanyak SPKLU
Sumber: Bauran Energi Nasional, DEN
Peta Sebaran Cadangan Gas Bumi Indonesia per 1 Januari 2018
Oil and Gas Stakeholder Gathering - BIMASENA, 9 Desember 2020
Oil and Gas Stakeholder Gathering - BIMASENA, 9 Desember 2020
MANFAAT EBT PADA PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH TERPENCIL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
KEBIJAKAN INSENTIF FISKAL PENGEMBANGAN EBT
UPAYA PEMERINTAH DALAM KEBIJAKAN ENERGI-LINGKUNGAN
NO KEBIJAKAN TINDAKAN
1 Regulasi dalam produksi dan Ekstraksi sumber energi dan penggunaannya, panas bumi,
konsumsi energi microhidro, bb nabati, diversifikasi, otonomi Pemda
2 Instrumen ekonomi Internalisasi biaya eksternal
3 Menghapus subsidi yang tidak Penetapan harga BBM
produktif dan distortif
4 Investasi Iklim investasi yang kondusif bagi swasta, migas maupun EBT
5 Kemitraan dengan swasta Pengembangan energi bersih
6 Penelitian dan Pengembangan Inovasi energi yang berkelanjutan
7 Informasi dan Komunikasi Peningkatan kesadaran publik
8 Kajian dampak ekonomi Kajian dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari kebijakan
energi
9 Strategi peningkatan Tata Kelola Mendukung reformasi sistem energi

Sumber: Donny Y, “Kebijakan Energi Lingkungan”


Bagan Peraturan Perundang-undangan terkait Kebijakan Konservasi Energi

CFL=Compact fluorescent lamp, ESCO= energi service company, MEPS=Minimum Energy Performance Standard

Sumber: Bauran Energi Nasional, DEN


Perbandingan Target Konservasi Energi RUEN Dengan
Capaian Konsumsi Energi Final Periode 2015 – 2018

350.0

300.0
17,4%

250.0

7,7%
200.0

27,5%
150.0 3,1%
19,9%
100.0

50.0

0.0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Sumber: Bauran BAU RUEN REALISASI


Energi Nasional, DEN
MASALAH DAN UPAYA PEMERINTAH
DALAM PENINGKATAN EFISIENSI ENERGI
MASALAH UPAYA

Inovasi konsumsi energi kurang mendapat Peningkatan kapasitas litbang


perhatian, Pemberlakuan audit energi
Investasi besar dalam efisiensi energi, Pelabelan peralatan rumah
Resistensi pada teknologi baru, tangga
Sosialisasi teknologi baru perlu waktu lama, Peningkatan edukasi
Edukasi masyarakat desa, masyarakat untuk mengubah
Status boros energi, kultur dan sosial budaya
Mesin-mesin industri sudah berusia tua, Penegakan hukum
Penelitian dan pengembangan tidak terlalu Kebijakan publik
maju,

Sumber: Donny Y, “Kebijakan Energi Lingkungan”


KOMITMEN PADA PERUBAHAN IKLIM

Komitmen Presiden pada G-20 Pittsburgh dan COP15


Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2020

Upaya Upaya sendiri dan


sendiri 26% 41% dukungan
internasional

Kehutanan 14% Melalui pengembangan


energi baru terbarukan
Energi 6%
dan pelaksanaan
Sampah 6% konservasi energi dari
seluruh sektor
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai