Anda di halaman 1dari 20

laporan Status

energi bersiH INDONESia


2018
IMPRINT

Laporan STAtus
Energi Bersih Indonesia
2018

Penulis:
Julius Christian Adiatma | Deon Arinaldo

Editor:
Fabby Tumiwa

Jakarta
November 2018

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


KATA pengantar
Kebijakan Energi Nasional (KEN) telah menetapkan pening- benar, seharusnya dapat mendorong pemanfaatan BBN dan
katan bauran energi terbarukan secara progresif. Rencana mengurangi laju impor BBM di tahun-tahun mendatang.
Umum Energi Nasional (RUEN) mentargetkan bauran energi
Indonesia kaya dengan potensi energi terbarukan, antara lain
terbarukan dalam bauran energi primer mencapai 23% pada
energi matahari, energi angin, biomassa, energi laut, panas
2025, dan 31% pada 2050. Pada tahun 2017, bauran energi
bumi, yang belum dieksploitasi secara optimal. Potensi
terbarukan baru mencapai 6,24%. Masih terdapat kesen-
energi terbarukan untuk dikonversi menjadi listrik mencapai
jangan yang cukup lebar antara target yang dicanangkan dan
422 – 500 GW, atau 7-8 kali dari total kapasitas pembangkit
realitas kemajuan yang dicapai sejak KEN ditetapkan pada
terpasang saat ini. Dari potensi ini baru sekitar 2% yang
2014 lalu.
dimanfaatkan secara komersial. Energi matahari memiliki
Di sektor kelistrikan, kapasitas pembangkit energi terbarukan potensi lebih dari 200-280 GW dengan efisiensi teknologi
baru mencapai 9,1 GW atau 15% dari total kapasitas photovoltaic saat ini tetapi pemanfaatannya kurang dari 100
pembangkit nasional. Dengan target 23% bauran energi MW. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, peman-
terbarukan, jika proyeksi pertumbuhan kapasitas dalam faatan energi matahari Indonesia sangat jauh tertinggal.
RUEN dipakai, maka hingga 2025 nanti, pembangkit energi
Laporan ini merupakan laporan tahunan yang dikeluarkan
terbarukan perlu ditambah sebesar 35 GW, sehingga 33%
IESR yang dimaksudkan sebagai sumber informasi bagi
dari total kapasitas pembangkit adalah pembangkit energi
publik sekaligus alat pemantauan perkembangan energi
terbarukan. Dengan demikian dibutuhkan penambahan 5-7
bersih di Indonesia. Dengan laporan ini, diharapkan publik
GW per tahun untuk pembangkit on-grid dan off-grid untuk
memiliki sumber informasi yang kredibel dan dapat terlibat
mencapai target tersebut.
aktif mendorong reformasi kebijakan, pengembangan instru-
Dalam hal produksi dan pemanfaatan bahan bakar nabati, men pendukung, dan penguatan kelembagaan untuk
target pemanfaatan BBN yang sudah ditetapkan kebijakan- meningkatkan pembangunan energi bersih di Indonesia.
nya sejak 2015 lalu belum memberikan hasil yang optimal. IESR mengharapkan saran dan umpan balik dari publik untuk
Target blending untuk bahan bakar PSO belum terealisasi menjadikan laporan ini semakin baik dari waktu ke waktu.
karena sejumlah kendala. Pada pertengahan tahun ini,
pemerintah mengeluarkan kebijakan baru untuk mendorong
penggunaan BBN yang lebih luas untuk bahan bakar Fabby Tumiwa
non-PSO. Kebijakan baru ini, jika diimplementasikan dengan Direktur Eksekutif

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


pertumbuhan pembangkit listrik
Bahan bakar fosil dan energi terbarukan
Selama satu dekade terakhir pembangkit listrik berbahan bakar fosil masih mendominasi penyediaan tenaga
listrik di Indonesia. Energi fosil mencapai 88% dari total pasokan listrik, porsi batubara mencapai 60%, dan di-
ikuti oleh sumber bahan bakar fosil lain seperti minyak dan gas bumi. Kapasitas pembangkit listrik fosil tumbuh
4,5 kali dibandingkan pembangkit energi terbarukan pada periode 2014-2017.
Dalam tiga tahun terakhir (2015-2017), pertumbuhan pembangkit ET justru mengalami penurunan. Pertum-
buhan kapasitas pembangkit energi terbarukan hanya 3,6% setiap tahunnya. Pertumbuhan ini termasuk lambat
dibandingkan dengan tahun 2013-2015 yang mencapai 15% per tahun. Pencapaian ini bahkan lebih rendah dari
target yang dicanangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal EBTKE tahun 2015-2019
sebesar 10% per tahun.
Pembangkit listrik energi terbarukan yang dibangun dalam 10 tahun terakhir sebagian besar berasal dari
sumber panas bumi (37%), tenaga air skala besar (29%) dan bioenergi (23%). Namun, sejak tahun 2014, pem-
bangkit listrik bioenergi menyumbang 51% pembangkit listrik energi terbarukan, kemudian diikuti panas bumi
(32%) dan mini/mikrohidro (14%).

1 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


Energi Fosil Energi Terbarukan
886,3 2017 288,4

3.794,5 2016 354,5

2.401,3 2015 929,9

2.031,5 2014 896,8

4.570,6 2013 1.125,4

5.014,8 2012 229,7

5.661,3 2011 254,3

1.988,9 2010 35,5

354,4 2009 141,9

533,7 2008 75,1

1.060,1 2007 105,5

6000 5000 4000 3000 2000 1000 1000 2000

Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral


*Satuan dalam MW

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id 2


Provinsi dengan pembangkit energi terbarukan
terpasang terbesar
Jawa Barat merupakan provinsi dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi terbarukan yang
terbesar pada tahun 2017, dengan total kapasitas 3.240 MW, diikuti oleh Sumatera Utara dengan kapasitas 1.153
MW, dan Sulawesi Selatan dengan kapasitas 574 MW. Total kapasitas terpasang di provinsi-provinsi tersebut men-
cakup 55% dari total kapasitas nasional.
Provinsi-provinsi seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Sulawesi Sela-
tan memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar yang mencapai lebih dari 20 GW. Oleh karena itu peren-
canaan penyediaan listrik di daerah tersebut seharusnya memprioritaskan pemanfaatan energi terbarukan.
Pemanfaatan energi terbarukan setempat untuk pembangkitan listrik dapat menjadi solusi untuk daerah terpencil
atau perdesaan karena tidak memerlukan pasokan bahan bakar yang terus menerus seperti pembangkit yang
berbasis fosil sehingga biaya produksi tenaga listrik menjadi lebih murah.

3 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


pembangkit listrik provinsi dengan
energi terbarukan potensi energi terbarukan
terpasang

Sumatera utara
1153 mw
84% PLTA
papua
Jawa barat nusa tenggara barat
kalimantan barat
3240 mw kalimantan tengah
61% PLTA
adalah beberapa provinsi yang
36% PLTP memiliki potensi energi terbarukan
yang cukup besar yang mencapai
lebih dari 20 GW.
sulawesi selatan
574 mw
91% PLTA
Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id 4


KAPASITAS TERPASANG pembangkit listrik
ENERGI TERBARUKAN
Hingga kuartal ke-2 tahun 2018 penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan baru menca-
pai 320 MW, yang sebagian besar berasal dari kapasitas pembangkit panas bumi di Karaha Unit I di Jawa Barat dan
Sarulla Unit 3 di Sumatera Utara. PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan yang beroperasi tahun ini dengan kapasitas 75
MW menjadi ladang angin pertama dan terbesar di Indonesia. Total kapasitas terpasang pembangkit energi terbaru-
kan on-grid dan off-grid saat ini mencapai 9,4 GW sementara Renstra EBTKE 2015-2019 mentargetkan 15,5 GW.
Dari total kapasitas, pembangkit listrik tenaga air masih mendominasi meski mengalami perlambatan dalam pertum-
buhan dibandingkan dengan panas bumi dan bioenergi dalam sepuluh tahun terakhir. Pembangkit tenaga surya
masih sangat tertinggal dan sulit bersaing dengan pembangkit jenis lain. Sementara itu, pembangkit tenaga angin
sedang dalam momentum yang baik dengan akan adanya penambahan satu lagi ladang angin baru sebesar 72 MW
di Jeneponto yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir 2018.

685 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


Air Mini/Mikrohidro Panas Bumi
2018** 5124 2018** 412 2018** 1948

2017 5124 2017 326 2017 1805

2016 5124 2016 258 2016 1640

2015 5079 2015 181 2015 1435

2014 5059 2014 170 2014 1405

5058 106 1345


2013 2013 2013
Total
2012 4078 2012 68 2012 1343 2018** 9433

2011 3880 2011 63 2011 1209 2017 9113

2010 3719 2010 14 2010 1192 2016 8827

2015 8473
1000 2000 3000 4000 5000 6000 50 100 150 200 250 300 350 400 450 1200 1400 1600 1800 2000

2014 7543

2013 6646
Bioenergi Matahari Angin
2012 5521
2018** 1857 2018** 16 2018** 75

2011 5181
2017 1839 2017 17 2017 1

2010 4927
2016 1787 2016 16 2016 1

2015 1767 2015 9 2015 1


2500 5000 7500 10000

2014 898 2014 9 2014 1

2013 126 2013 9 2013 0.63

2012 26 2012 4 2012 0.93 Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
*Satuan dalam MW
2011 26 2011 1 2011 0.93 **Juli 2018

2010 2010 0.19 2010 0.34

250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 4 8 12 16 20 0,25 0,5 0,75 1 75

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id 6


PRODUKSI LISTRIK ENERGI TERBARUKAN
Produksi listrik dari pembangkit energi terbarukan masih rendah karena rendahnya kapasitas terpasang dibanding-
kan pembangkit fosil. Faktor lainnya adalah menurunnya produksi listrik dari tenaga air (PLTA) dan minihidro. Di
tahun 2017, pembangkit listrik berbahan bakar fosil menghasilkan 7 kali lebih banyak energi daripada pembangkit
berbasis energi terbarukan.
Di daerah yang ekonominya lebih maju seperti Jakarta dan Jawa Barat, konsumsi energi didominasi oleh industri
dan sektor komersial. Sementara itu, di provinsi yang kurang berkembang, terutama di Indonesia Timur, mayoritas
konsumen listrik adalah rumah tangga. Ini menyiratkan pentingnya listrik dalam pembangunan suatu wilayah.
Teknologi energi terbarukan seperti biomassa, minihidro, surya dan angin dapat menjadi sumber daya energi lokal
untuk penyediaan listrik yang bersih dan hemat biaya dibandingkan dengan pembangkit diesel atau gas.

7 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


2 00 9 2010 2011 2012 201 3
61 65 81 101 112
89% 39 85% 37 88% 42 89% 30 88% 27
39 42 39 47 51
11% 13 12 11% 13 12% 17
5 15% 20 12% 10
10 10
5

total total total total total

15 7 169 184 201 217

20 1 4 2015 2016 2017


121 131 136 148
89% 27 90% 20 88% 17 87% 15
55 58 64 59
11% 15 10% 14 12% 20 13% 19
10 11 11 13

total total total total


2 28 234 248 254

Energi Batu Bara Energi Tenaga Hidro Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
Fosil Terbarukan
Minyak Bumi Energi Terbarukan *Satuan dalam TWh
Lainnya
Gas

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id 8


PErkEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DALAM
rencana umum PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL)
Pembangkit listrik energi terbarukan yang direncanakan di RUPTL 2018-2027 berkurang dari rencana di tahun-tahun
sebelumnya. Total kapasitas energi terbarukan yang direncanakan dalam RUPTL 2015-2024 adalah 14,1 GW, RUPTL
2016-2025 adalah 22,6 GW, RUPTL 2017-2026 adalah 21,5 GW, dan RUPTL 2018-2027 adalah 14,9 GW. Namun,
penurunan ini juga terjadi pada pembangkit listrik fosil. Hal ini disebabkan karena adanya perlambatan pertumbuhan
ekonomi yang berakibat penurunan pertumbuhan permintaan listrik dari perkiraan sebelumnya.
Porsi pembangkit listrik terbarukan yang direncanakan dalam 10 tahun adalah sekitar 28% dalam 3 RUPTL terakhir.
Dalam 3 RUPTL tersebut, sebagian besar pembangkit energi terbarukan yang direncanakan akan selesai pada 2025.
Dalam RUPTL 2018-2027, energi terbarukan yang direncanakan pada tahun 2025 setara dengan 88% dari total pem-
bangkit listrik yang direncanakan untuk tahun itu, dan 49% dari total energi terbarukan yang direncanakan untuk 10
tahun penuh. Keterlambatan penyelesaian proyek akan menimbulkan risiko kegagalan yang tinggi dalam mencapai
target energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.
Kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan yang terealisasi selama 2015-2018 pada umumnya lebih rendah dari
rencana. Perlu dicatat bahwa realisasi pembangunan pembangkit ET yang tercantum di sini termasuk pembangkit
bioenergi off-grid yang tidak termasuk dalam perencanaan RUPTL. Ini menjelaskan tingginya realisasi pada tahun
2015, ketika ada 870 MW tambahan pembangkit bioenergi.

9 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


RUPTL 2018 - 2027 untuk Energi Terbarukan Perbandingan Rencana dan Realisasi
8000 RUPTL Energi Perbarukan
5 11 Rencana
7500
2018
7298 320
Realisasi
7000

6500 454
2017
288

6000

354
5500 2016
355

5000

111
4500 2015
930

4000

3500
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

3000

2500
Total Rencana Pembangkit
2000
Energi Terbarukan
RUPTL 14.900
1428 2018-2027
1500
1299 RUPTL
21.500
1040 2017-2026
996 881
1000 799
RUPTL
22.600
639 2016-2025
5 11
500 RUPTL
2015-2024 14.100
20

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 10.000 15.000 20.000 25.000

*Satuan dalam MW
Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id 10


PRODUKSI BAHAN BAKAR NABATI
Industri bahan bakar nabati di Indonesia didominasi oleh biodiesel, meskipun belum dapat memenuhi target 20%
campuran dalam produk minyak diesel yang direncanakan tercapai pada 2016. Perkembangan bioetanol masih
terhambat oleh tingginya biaya produksi bahan baku dan kualitas etanol yang dihasilkan. Kebijakan campuran 2%
etanol dalam produk bensin, yang sudah direncanakan sejak 2015, hingga saat ini masih belum terlaksana.
Sementara itu, biodiesel sedang mendapat momentum dengan menurunnya permintaan dunia terhadap minyak
sawit mentah (CPO). Naiknya harga minyak dunia dan turunnya harga minyak sawit mentah (CPO) berperan sangat
penting dalam membuat harga biodiesel menjadi kompetitif. Pada bulan Juli 2018, harga indeks pasar untuk biodies-
el adalah Rp 7.949 sedangkan untuk minyak diesel adalah Rp 7.388.
Konsumsi domestik biodiesel di 2018 diharapkan meningkat ke 2,8 milyar liter. Selain itu, sejak September 2018,
campuran 20% biodiesel diwajibkan dalam seluruh produk minyak diesel, termasuk yang non-PSO. Hal ini diharap-
kan akan menambah sekitar 3 milyar liter konsumsi domestik per tahun, atau menambah 1 milyar liter hingga akhir
tahun 2018.

11 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
190.000 kl

2009 119.000 kl

243.000 kl

2010 223.000 kl

1.812.000 kl
2011
359.000 kl

2.221.000 kl

2012
669.000 kl

2.805.000 kl

2013
1.048.000 kl

3.961.081 kl
2014
1.778.685 kl

1.652.801 kl

2015 915.460 kl

3.656.359 kl

2016 3.008.474 kl
keterangan :
: Produksi
3.416.416 kl
2017 : Konsumsi
2.571.569 kl

1 : 200.000 KL
1.767.060 kl

2018* 1.159.317 kl
* : Mei 2018

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
12
investasi untuk pengembangan
energi terbarukan
Pengembangan energi terbarukan membutuhkan investasi yang memadai. Berdasarkan perhitungan IRENA, untuk
mencapai bauran energi terbarukan 23% dibutuhkan investasi US$ 7,9 milyar setiap tahunnya sejak tahun 2015
hingga 2030. Kementerian ESDM mentargetkan investasi energi terbarukan tahun 2018 sebesar US$ 2 milyar,
namun sampai Oktober 2018, investasi yang terealisasi baru mencapai US$ 1,16 milyar.
Selama lima tahun terakhir, investasi energi terbarukan belum meningkat signifikan bahkan cenderung mengalami
penurunan. Investasi yang tercapai di tahun 2015 hanya 45% dari target yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM.
Sebagian besar kesenjangan antara target dan realisasi terjadi pada investasi pembangkit listrik tenaga surya, angin
dan air.
Indonesia menempati peringkat 36 pada indeks Renewable Energy Country Attractive Index (RECAI) edisi November
2018 yang diterbitkan EY. Posisi ini naik 2 peringkat dari edisi Mei 2018. Indeks ini meliputi aspek ekonomi, politik,
dan teknologi. Kenaikan peringkat ini lebih disumbangkan oleh adanya rencana investasi baru ENEL untuk PLTP 55
MW, dan persetujuan pendanaan untuk PLTP Rantau Dadap sebesar US$ 539 juta. COD PLTB Sidrap I dan kema-
juan PLTB Tolo di Jeneponto juga menyumbang perbaikan peringkat tersebut.
Indonesia meraih nilai sangat tinggi untuk teknologi energi panas bumi dan air, namun buruk di sektor energi angin
dan surya terkonsentrasi (CSP). Filipina merupakan negara Asia Tenggara dengan peringkat tertinggi yaitu 24, diikuti
Thailand di peringkat 34.

US$ 7,9 M US$ 2 M

Estimasi IRENA Target ESDM

13 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


2012 2013 2014 2015
10.4% 22.5% 39.2%
12.4%
77.5%
87.6%
total 89.6% total total 41.2% total
0,31 3,34 2,64 2,24
19.6%

2016 2017 2018** 2019


0.2% 3.1%
3.1% 0.2% 0.2%

26.0% 58.8% 35.1 %


total total 100%
total target
1,61 38.2%
1,96 1,16 54%
4
70.4% 10.8%

keterangan :
Panas Bumi Konservasi Energi

Energi Terbarukan Lainnya Bioenergi

Tidak Terkategori

*Satuan Milyar US$


** Oktober 2018

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
14
Konsumsi energi final
Konsumsi energi final dari sumber non-biomassa (tidak mencakup penggunaan non-energi*) stabil pada sekitar
760 juta setara barel minyak (SBM) sejak 2011. Sejak 2013, konsumsi energi sektor transportasi telah melampaui
sektor industri dengan turunnya konsumsi energi di sektor industri. Sektor industri telah memangkas konsumsi
energinya sebesar 24% dalam 7 tahun. Pertumbuhan yang lambat pada beberapa industri padat energi seperti
tekstil, kertas dan bubur kertas, petrokimia, semen, dan kilang minyak telah berkontribusi pada penurunan
konsumsi energi sektor industri, selain dari keberhasilan usaha konservasi energi.

Saat ini transportasi merupakan sektor dengan intensitas energi paling tinggi dan didominasi oleh minyak bumi.
Konsumsi energi sektor ini relatif konstan sejak 2012. Pada 2013, pemerintah memutuskan untuk menaikkan
harga eceran BBM, dan pada 2015 mencabut sebagian besar subsidi BBM. Hal ini lah yang lebih berperan dalam
perlambatan pertumbuhan konsumsi energi di sektor transportasi, dibanding peningkatan dalam efisiensi. Sektor
lain seperti pertanian, pertambangan, konstruksi, dan komersial hanya berkontribusi kurang dari 10% total
konsumsi energi final. Di sisi lain, sektor-sektor ini berkontribusi pada lebih dari 50% PDB nasional.

Konsumsi energi per kapita sektor rumah tangga meningkat secara konsisten sekitar 4% per tahun. Namun, ketika
memperhitungkan sumber energi biomassa, konsumsi per kapita sektor rumah tangga konstan sejak tahun 2014.
Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran sumber energi di sektor rumah tangga dari biomassa ke sumber
energi modern (listrik dan LPG) yang semakin mudah diakses.

* Penggunaan sumber daya energi untuk bahan baku industri


seperti petrokimia

15 IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id


Perumahan Industrial Komersial
2017 120 2017 232 2017 42

2016 115 2016 222 2016 40

2015 111 2015 264 2015 41

2014 106 2014 245 2014 39

2013 100 2013 238 2013 38

2012 92 2012 325 2012 36

2011 85 2011 330 2011 33

2010 82 2010 306 2010 30

25 50 75 100 125 200 220 240 260 280 300 320 340 30 34 38 42 46

Transportasi Lainnya Total


2017 362 2017 21 2017 777

2016 340 2016 20 2016 737

2015 309 2015 33 2015 758

2014 343 2014 29 2014 761

2013 341 2013 31 2013 748

2012 330 2012 34 2012 817

2011 278 2011 27 2011 753

2010 230 2010 22 2010 670


*Satuan dalam juta SBM

150 200 250 300 350 400 20 25 30 35 650 675 700 725 750 775 800 825

IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
16
Accelerating
low carbon
energy transition

Institute for Essential Services Reform


Jl. Tebet Barat Dalam VIII No 20B
Jakarta Selatan 1280-Indonesia
T: +6221 2232 306 | F: +6221 8317 073
www.iesr.or.id | iesr@iesr.id
@iesr
iesr.id

Anda mungkin juga menyukai