Laporan STAtus
Energi Bersih Indonesia
2018
Penulis:
Julius Christian Adiatma | Deon Arinaldo
Editor:
Fabby Tumiwa
Jakarta
November 2018
Sumatera utara
1153 mw
84% PLTA
papua
Jawa barat nusa tenggara barat
kalimantan barat
3240 mw kalimantan tengah
61% PLTA
adalah beberapa provinsi yang
36% PLTP memiliki potensi energi terbarukan
yang cukup besar yang mencapai
lebih dari 20 GW.
sulawesi selatan
574 mw
91% PLTA
Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
2015 8473
1000 2000 3000 4000 5000 6000 50 100 150 200 250 300 350 400 450 1200 1400 1600 1800 2000
2014 7543
2013 6646
Bioenergi Matahari Angin
2012 5521
2018** 1857 2018** 16 2018** 75
2011 5181
2017 1839 2017 17 2017 1
2010 4927
2016 1787 2016 16 2016 1
2012 26 2012 4 2012 0.93 Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
*Satuan dalam MW
2011 26 2011 1 2011 0.93 **Juli 2018
250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 4 8 12 16 20 0,25 0,5 0,75 1 75
Energi Batu Bara Energi Tenaga Hidro Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
Fosil Terbarukan
Minyak Bumi Energi Terbarukan *Satuan dalam TWh
Lainnya
Gas
6500 454
2017
288
6000
354
5500 2016
355
5000
111
4500 2015
930
4000
3500
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
3000
2500
Total Rencana Pembangkit
2000
Energi Terbarukan
RUPTL 14.900
1428 2018-2027
1500
1299 RUPTL
21.500
1040 2017-2026
996 881
1000 799
RUPTL
22.600
639 2016-2025
5 11
500 RUPTL
2015-2024 14.100
20
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 10.000 15.000 20.000 25.000
*Satuan dalam MW
Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
2009 119.000 kl
243.000 kl
2010 223.000 kl
1.812.000 kl
2011
359.000 kl
2.221.000 kl
2012
669.000 kl
2.805.000 kl
2013
1.048.000 kl
3.961.081 kl
2014
1.778.685 kl
1.652.801 kl
2015 915.460 kl
3.656.359 kl
2016 3.008.474 kl
keterangan :
: Produksi
3.416.416 kl
2017 : Konsumsi
2.571.569 kl
1 : 200.000 KL
1.767.060 kl
2018* 1.159.317 kl
* : Mei 2018
IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
12
investasi untuk pengembangan
energi terbarukan
Pengembangan energi terbarukan membutuhkan investasi yang memadai. Berdasarkan perhitungan IRENA, untuk
mencapai bauran energi terbarukan 23% dibutuhkan investasi US$ 7,9 milyar setiap tahunnya sejak tahun 2015
hingga 2030. Kementerian ESDM mentargetkan investasi energi terbarukan tahun 2018 sebesar US$ 2 milyar,
namun sampai Oktober 2018, investasi yang terealisasi baru mencapai US$ 1,16 milyar.
Selama lima tahun terakhir, investasi energi terbarukan belum meningkat signifikan bahkan cenderung mengalami
penurunan. Investasi yang tercapai di tahun 2015 hanya 45% dari target yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM.
Sebagian besar kesenjangan antara target dan realisasi terjadi pada investasi pembangkit listrik tenaga surya, angin
dan air.
Indonesia menempati peringkat 36 pada indeks Renewable Energy Country Attractive Index (RECAI) edisi November
2018 yang diterbitkan EY. Posisi ini naik 2 peringkat dari edisi Mei 2018. Indeks ini meliputi aspek ekonomi, politik,
dan teknologi. Kenaikan peringkat ini lebih disumbangkan oleh adanya rencana investasi baru ENEL untuk PLTP 55
MW, dan persetujuan pendanaan untuk PLTP Rantau Dadap sebesar US$ 539 juta. COD PLTB Sidrap I dan kema-
juan PLTB Tolo di Jeneponto juga menyumbang perbaikan peringkat tersebut.
Indonesia meraih nilai sangat tinggi untuk teknologi energi panas bumi dan air, namun buruk di sektor energi angin
dan surya terkonsentrasi (CSP). Filipina merupakan negara Asia Tenggara dengan peringkat tertinggi yaitu 24, diikuti
Thailand di peringkat 34.
keterangan :
Panas Bumi Konservasi Energi
Tidak Terkategori
Saat ini transportasi merupakan sektor dengan intensitas energi paling tinggi dan didominasi oleh minyak bumi.
Konsumsi energi sektor ini relatif konstan sejak 2012. Pada 2013, pemerintah memutuskan untuk menaikkan
harga eceran BBM, dan pada 2015 mencabut sebagian besar subsidi BBM. Hal ini lah yang lebih berperan dalam
perlambatan pertumbuhan konsumsi energi di sektor transportasi, dibanding peningkatan dalam efisiensi. Sektor
lain seperti pertanian, pertambangan, konstruksi, dan komersial hanya berkontribusi kurang dari 10% total
konsumsi energi final. Di sisi lain, sektor-sektor ini berkontribusi pada lebih dari 50% PDB nasional.
Konsumsi energi per kapita sektor rumah tangga meningkat secara konsisten sekitar 4% per tahun. Namun, ketika
memperhitungkan sumber energi biomassa, konsumsi per kapita sektor rumah tangga konstan sejak tahun 2014.
Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran sumber energi di sektor rumah tangga dari biomassa ke sumber
energi modern (listrik dan LPG) yang semakin mudah diakses.
25 50 75 100 125 200 220 240 260 280 300 320 340 30 34 38 42 46
150 200 250 300 350 400 20 25 30 35 650 675 700 725 750 775 800 825
IESR (Institute for Essential Services Reform) | www.iesr.or.id Sumber : Kementrian Sumber Daya Energi dan Mineral
16
Accelerating
low carbon
energy transition