Panduan Komunikasi Efektif Lengkap
Panduan Komunikasi Efektif Lengkap
Panduan Komunikasi Efektif Lengkap
RESTU BUNDA
TENTANG
MANAJEMEN KOMUNIKASI EDUKASI
DI LINGKUNGAN RSIA RESTU BUNDA BANDAR LAMPUNG
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur RSIA Restu Bunda Bandar Lampung
tentang Manajemen Komunikasi Edukasi di Iingkungan RSIA
Restu Bunda Bandar Lampung;
Kedua : Pemberlakuan Kebijakan Manajemen Komunikasi Edukasi di
Iingkungan RSIA Restu Bunda Bandar Lampung sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini;
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Manajemen
Komunikasi Edukasi RSIA Restu Bunda Bandar
Lampungdilaksanakan oleh Wakil Direktur Pelayanan Medik
dan Keperawatan RSIA Restu Bunda Bandar Lampung;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian;
Kelima : Apabila di kemudian han ternyata terdapat kekeliruan daam
keputusan mi, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
4
KEBLJAKAN MANAJEMEN KOMUNIKASI EDUKASI
RSIA RESTU BUNDA BANDAR LAMPUNG
5
13.Melindungi barang milik pasien dan kehilangan atau pencurian dengan
menyediakan sarana dan prosedur penyimpanan barang di masing-masing
satuan kerja;
14. Bertanggungjawab melindungi pasien dari kekerasan fisik;
15.Petugas Keamanan Rumah Sakit berhak memeriksa individu yang tidak
memiliki identitas, pengunjung yang mencurigakan dan memonitoring
lokasi yang terpencil atau terisolasi;
16.Mengidentifikasi kelompok pasien yang mudah diserang dan yang berisiko
serta menetapkan proses untuk menindungi hak kelompok tersebut;
17.Menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan
resusitasi atau menghentikan bantuan hidup dasar sesuai dengan norma
agama, budaya dan syarat hukum yang berlaku;
18. Menetapkan proses asesmen dan manajemen nyeri;
19.Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang menghargai
dan penuh kasih sayang dalam menghadapi akhir kehidupan;
20.Menghormati keluhan tentang pelayanan, konflik dan perbedaan pendapat
yang disampaikan pasien dan menetapkan prosedur pelayanan keluhan
atau komplain;
21. Rumah Sakit melakukan penelitian klinis terhadap pasien;
6
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit,
baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal.
Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan,
unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan
gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal
lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara
individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah
sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu
yang terlibat dalam sistem tersebut.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi tidak akan efektif apabila interaksi
diantara orang-orang yang tergabung di dalamnya tidak pernah ada
komunikasi. Komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan
aktifitas tempat pimpinan mencurahkan waktunya untuk
menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu kepada staf atau unit-unit
dibawahnya. Dengan komunikasi maka fungsi menejerial yang berawal dari
fungsi perencanaan,nimplementasi dan pengawasan dapat dicapai.
Komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi
juga tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang
dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya.
Baik buruknya proses komunikasi sangat tergantung pada persepsi
masing-masing staf yang terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian
antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan
dalam berkomunikasi.
7
B. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Adapun prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan
menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik
maupun mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi
pasien
6. Kejujuran dan terbuka
7. Mampu sebagai role model
8. Bertanggung jawab
C. KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI
1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa
berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah
diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan.
Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si
pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara
ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah
kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-
lain.
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali
kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan
balik merupakan proses yang kontinue karena memberikan respons
pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.
8
5. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah
orang-orang yang berkemampuan cakap
6. Setiap komunikasi haruslah disahkan
7. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan
mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara
bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung
membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
8. Kejelasan pesan.
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan
sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi
tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada
komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi
dan kalimat yang jelas.
Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur
pokok dalam proses komunkasi. Komunikasi sendiri merupakan usaha
untuk mengubah perilaku.
9
BAB II
RUANG LINGKUP
B. PERENCANAAN INFORMASI
RSIA Restu Bunda dalam melaksanakan komunikasi melalui beberapa
alat yaitu :
1. Telepon.
Fungsinya untuk komunikasi verbal antar masyarakat atau instansi
yang terkait dengan rumah sakit,antara dokter konsultan dengan dokter
jaga dan antara staf di rumah sakit.
2. Rekam medis.
Merupakan alat komunikasi tertulis antar profesi dalam melakukan
asuhan keperawatan pasien dan antar profesi yang terkait. Semua
profesi yang melakukan asuhan keperawatan mencatat kegiatannyanya
dalam rekam medis sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-
undang.
3. Internet.
Merupakan media promosi dan dalam mencari karyawan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan.
4. Bunner, Baliho dan spanduk
10
3. Isi informasi
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di
rumah sakit, jam pelayanan dan bagaimana akses pelayanan dari
masyarakat ke rumah sakit termasuk kualitas pelayanan yang diberikan.
11
2. Jenis informasi
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan
kepada pasien meliputi :
a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
b. Biaya perawatan dan tindakan
c. Informasi diagnose,pemeriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan,
terapi serta rencana tindakan,inform consent.
d. Asuhan keperawatan , pendidikan pasien dan keluarga
3. Pemberi informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah
sakit yaitu front office, Kasir, staf klinik (dokter UGD dan DPJP,
perawat) dan non klinik.
12
b. Dari segi arahnya :
1) Komunikasi Ke atas
2) Komunikasi Ke bawah
3) Komunikasi Horizontal
4) Komunikasi Satu Arah
5) Komunikasi Dua Arah
c. Menurut Keresmiannya:
1) Komunikasi Formal.
Suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya
dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah atau
sifatnya instruktif.
2) Komunikasi Informal.
Komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan
tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur
organisasi
F. REKAM MEDIS
Rekam Medis adalah semua keterangan baik yang tertulis maupun yang
terekam tentang identitas pasien, anamnesa, pemeriksaan, penunjang,
diagnosa sampai dengan segala penyelesaian dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat
jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Jadi rekam
medis merupakan alat komunikasi antar pemberi pelayanan pasien dan
menyimpan informasi penting tentang kesehatan pasien.
13
BAB III
TATA LAKSANA
2. Komunikasi langsung
a. Penyuluhan kesehatan dalam safari kesehatan ke
desa-desa/perusahaan
b. Seminar kesehatan
14
5. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak
dilakukan dan keluarga menandatangani surat penolakan.
6. Setelah hasil pemeriksaan penunjang [lab,USG] sudah selesai
kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien .
15
c) Dokter menyampaiakan kemungkinan manfaat dan resikonya
terhadap tindakan
d) Dokter memastikan apakah pasien sudah paham.
e) Dokter mempersilakan kepada pasien untuk menanyakan
sesuatu apabila belum jelas.
Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa telah
menginformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan paraf.
16
d. Jika Pasien tidak setuju dengan informasi biaya, Petugas Pendaftaran
akan menginformasikan kepada Dokter yang merawat dan Dokter
akan memberikan solusi apakah akan memberikan keringanan biaya
atau disarankan ke rumah sakit pemerintah.
e. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginfomasikan kepada keluarga pasien.
17
Contoh: Petugas pendaftaran/Perawat bertanya pada pasien “Apakah
sudah mengerti, Pak?”
b) Meminta penjelasan lebih lanjut
Petugas lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain
yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?”
c) Mengecek umpan balik atau hasil
Petugas memancing kembali dengan mengajukan pertanyaan
mengenai hal atau pesan yang telah disampaikan kepada pasien /
keluarga pasien.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Pak?”
d) Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa
isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan
tangan.
e) Dokter atau perawat lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini
(keluhan tentang penyakitnya).
f) Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Petugas menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau
yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-
buang waktu.
7. Hambatan bahasa untuk pasien asing
a) Apabila pasien membawa guide/penterjemah, maka informasi
diberikan/ditanyakan melalui guide/penterjemah.
b) Apabila pasien tidak membawa penterjemah/guide, petugas
memanggil karyawan yang dilain yang mempunyai kemamampuan
Menggunakan penterjemah bagi pasien asing baik menggunakan guide
maupun dengan cara melatih karyawan berbahasa inggris.
18
3) KaBag dan KaRu menyampaikan segala permasalahan dan
pemecahan yang telah dilaksanakan serta rencana solusi
kedepannya.
4) Direktur membuat rekomendasi pemecahannnya.
5) Rapat dilengkapi dengan notulen dan daftar hadir.
.
2. Rapat Ka.bag/coordinator dengan staf
a. Rapat Kepala Bagian / coordinator dengan staf di masing-masing
unit.
1) Ka.bag/coordinator mengajukan rapat dengan staf per unit
kepada direktur rumah sakit untuk disetujui.
2) Ka.bag/coordinator mengeluarkan/membuat undangan rapat.
3) Pelaksanaan harus dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen.
4) Ka.bagcoordinator melaporkan hasil rapat kepada direktur.
5) Ka.bag/coordinator melakukan monitoring terhadap
tindaklanjut hasil rapat oleh pelaksana di masing-masing unit.
b. Supervise dan ronde keperawatan
1) Kepala bagian atau coordinator keperawatan / kepala ruangan
keliling ke unit-unit menjadi tanggungjawabnya.
2) Menanyakan dan melihat situasi jalannya pelayanan.
19
3) Diagnose yang telah ditegakkan
4) Tindakan yang telah diberikan
5) Obat-obatan yang telah diberikan
6) Kondisi pasien saat dipindah
b. Antar shift pemberi pelayanan klinik (operan pertukaran shift jaga)
c. Antar DPJP dengan DU (Dokter Umum)
1) Pelayanan medis di Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dilaksanakan
oleh dokter spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat
melaksanakan tugasnya, maka yang bersangkutan wajib melapor
kepada atasan dan mendelegasikan tugas-tugas kepada dokter
spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis atau
jika semua dokter spesialis disuatu SMF berhalangan hadir
(tugas), maka Kepala SMF wajib mendelegasikan tugas-tugas
pelayanan kesehatan kepada dokter umum (asisten), sesuai
dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap
yang memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu
DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan kewenangan klinisnya,
DPJP utama wajib melalukan konsul dalam hal:
a) Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan
pertimbangan dari SMF lain tanpa mendapat penanganan
lanjutan dari SMF tersebut.
b) Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawat oleh
suatu SMF dan ternyata sudah tidak perlu mendapatkan
perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih tepat dirawat
oleh SMF lain
c) Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus
mendapat penanganan lebih dari satu bidang ilmu/SMF
dengan DPJP Utama adalah bidang SMF yang tingkat
kegawatannya paling tinggi.
5) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form
konsul yang tersedia dan diletakan dalam les pasien.
6) Segala perihal keperluan konsul antarDPJP harus dijelaskan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuannya.
20
d. Antar DPJP
1) Pelayanan medis RSIA Restu Bunda dilaksanakan oleh dokter
spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat
melaksanakan tugasnya, maka yang bersangkutan wajib
melapor kepada atasan dan mendelegasikan tugas-tugas kepada
dokter spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis
atau jika semua dokter spesialis disuatu SMF berhalangan hadir
(tugas), maka Kepala SMF wajib mendelegasikan tugas-tugas
pelayanan kesehatan kepada dokter umum (asisten), sesuai
dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter spesialis
yang bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap
yang memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu
DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan kewenangan klinisnya
DPJP Utama wajib melalukan konsul dalam hal:
a. Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan
pertimbangan dari SMF lain tanpa mendapat penanganan
lanjutan dari SMF tersebut.
b. Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawa oleh
suatu SMF dan ternyata sudah tidak perlu mendapatkan
perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih tepat dirawat
oleh SMF lain.
5) Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus
mendapat penanganan lebih dari satu bidang ilmu/SMF dengan
DPJP Utama adalah bidang SMF yang tingkat kegawatannya
paling tinggi.
6) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form
konsul yang tersedia dan diletakan dalam les pasien.
7) Segala perihal keperluan konsul antar DPJP harus dijelaskan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuannya.
e. Antar DPJP dengan perawat
1) Pelayanan medis di Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dilaksanakan
oleh dokter spesialis,dokter umum dan perawat.
21
2) Perawat UGD, Poliklinik dan Ruangan wajib melaksanakan
instruksi dari DPJP dalam pemberian pelayanan medis pasien yang
ditulis form perkembangan penyakit pasien.
3) Segala tindakan yang dilakukan oleh perawat atas instruksi DPJP
harus tercatat dalam form tindakan keperawatan dan apabila
terjadi sesuatu pada pasien setelah diberikan tindakan segera dan
perawat harus wajib melaporkan ke DPJP yang merawat.
f. Antar dokter jaga dan antar perawat jaga (shift jaga)
1) Diinformasikan jumlah pasien.
2) Permasalahan yang ada
3) Keadaan pasien-pasien yang bermasalah
g. Antar shift FO, shift Kasir
1) Sift sebelumnya menjelaskan keadaan secara umum
2) Menjelaskan permasalahan selama jaga
3) Instruksi yang terbaru dari atasannya
E. REKAM MEDIS
1. Isi rekam medis
a. Ringkasan masuk dan keluar
b. Surat dokumen pengantar
c. Lembar anamnesa dan pemeriksaan
d. Lembar instruksi
e. Lembar konsultasi
f. Grafik suhu, nadi dan pernafasan
g. Catatan perawat / bidan
h. Hasil laboratorium
i. Lembaran penunjang lainnya
j. Resume / laporan kematian
k. Laporan pengkajian keperawatan
22
e. Dokter dari luar negeri yang sedang melakukan alih teknologi
kedokteran berupa tindakan / konsultasi kepada pasien yg membuat
rekam medis adalah dokter yg ditunjuk oleh Direktur RS.
3. Ketentuan pengisian RM
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien selambat-
lambatnya 1 X 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis.
b. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter / tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan wewenangnya serta menulis nama
dan tanggal pengisian.
c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
lainnya ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang
merawat/dokter pembimbingnya.
d. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya saat itu juga dengan dibubuhi paraf pada berkas yang
diperbaiki.
e. Dilarang menghapus catatan berkas rekam medis dengan “tip X atau
dengan yang lainnya”.
23
Informasi yang bersumber dari RM dibagi dua kategori :
1) Informasi yang mengandung nilai-nilai kerahasiaan yaitu :
Laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis
sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi, atau
wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang,
karena menyangkut individu langsung si pasien pemberitahuan
keadaan sakit/penyakit pasien kepada keluarganya hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang merawat, pihak lain tidak
mempunyai hak sama sekali.
2) Informasi tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitu :
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama,
alamat dan lain-lain).
Walaupun begitu petugas tenaga bantuan, perawat, petugas
rekam medis maupun petugas rumah saikt lainnya harus
berhati-hati bahwa ada kalanya identitas pasien dianggap perlu
disembunyikan dari pemberitaan untuk keperluan security,
misalnya untuk ketenangan pasien, pasien dalam tanggungan
pihak berwajib dan lain-lain.
24
perawatan & orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Dalam peraturan Mentri Kesehatan RI
No.749a/Men.Kes/XII/1989, secara tegas dijelaskan pada
bab.III pasal II, bahwa : Rekam medis merupakan berkas
yang wajib dijaga kerahasiaannya.
25
3) IGD
b.Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan berkas RM aktif terletak pada ruang RM, dan
Ruang penyimpanan berkas RM in aktif terletak pada gudang RM.
26
penyimpanan diberi tracef untuk reference dan mempermudah
pengambilan.
d) Peminjaman harus menggunakan berkas rekam medis didalam
ruangan yang tersedia dan tidak diizinkan membawa keluar
berkas rekam medis.
8. Petunjuk Keluar
27
Petunjuk keluar / tracer adalah suatu alat penting untuk mengganti
berkas rekam medis yang dikeluarkan dari rak penyimpanan. Pada
tracer memuat informasi tentang :
a. Nomor rekam medis
b. Nama pasien
c. Tanggal dikeluarkan
d. Peminjam
e. Tanda tangan peminjam
Cara ini harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap petugas rekam
medis dalam rangka membina ketelitian kerja, serta disiplin dalam
rangka memudahkan pengawasan terhadap berkas rekam medis yang
keluar dari penyimpanan.
9. Pemusnahan RM
a. Membentuk tim pemusnah berkas dengan surat keputusan dari
Kepala Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dengan beranggotakan
sekurang-kurangnya 7 orang yang terdiri dari :
1) Petugas Rekam Medis.
2) Dokter.
3) Komite Medik.
4) Unit Pelayanan Lain (Keperawatan).
b. Tim pemusnahan berkas RM membuat surat berita acara kepada
Direktur RS dan DirJen YanMed DepKes RI.
c. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada Kepala
Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dan DirJen YanMed DepKes RI.
d. Berkas RM yang non aktif selama 5 tahun diseleksi menjadi 2
kelompok seperti berkas RM umum dan berkas RM dengan diagnosa
kanker & psikiatri.
e. Berkas RM yang akan dimusnahkan dipilah kembali untuk disimpan
pada rak penyimpanan RM non aktif, seperti : Ringkasan masuk &
keluar, Informed consent, Resume medis, Laporan operasi/tindakan
medik, Catatan anastesi, Identitas bayi baru lahir, Surat keterangan
kematian.
f. Petugas menulis nomor RM, nama pasien, diagnosa akhir, tahun
terakhir dilayani pada buku/formulir khusus pencatatan berkas yang
akan dihapus.
g. Petugas melakukan penghapusan dengan cara menghancurkan
berkas pada mesin penghancur kertas.
h. Tim pemusnahan membuat berita acara penghapusan berkas RM
rangkap 5 (lima) setelah ditanda tangani oleh semua anggota
28
diserahkan ke unit rekam medis. Kemudian berita acara tersebut
akan diserahkan kepada Direktur rumah sakit, DirJen YanMed
DepKes RI, Panitia RM, Komite RM, dan arsip.
i. Formulir penghapusan berkas RM harus diisi menurut kebutuhan
informasi.
BAB IV
PENUTUP
29