Panduan Komunikasi Efektif Lengkap

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

RESTU BUNDA

MANAJEMEN KOMUNIKASI EDUKASI


KEPUTUSAN
DIREKTUR RSIA RESTU BUNDA
NOMOR: 925/RSIA.RB/SK.MKE/11/19

TENTANG
MANAJEMEN KOMUNIKASI EDUKASI
DI LINGKUNGAN RSIA RESTU BUNDA BANDAR LAMPUNG

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien di RSIA Restu Bunda Bandar
Lampung, maka dipandang perlu adanya kebijakan yang
mengatur tentang Manajemen Komunikasi Edukasi di
RSIA Restu Bunda Bandar Lampung;
b. bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut diatas,
maka perlu ditetapkan dengan Keputusan RSIA Restu
Bunda Bandar Lampung.
Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun
1999tentangPerlindungan Konsumen;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak;
4. Undang - Undarig Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
5. Undang — Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125);
6. Undang — Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
7. Undang — Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran;
9. Peraturan Pemenntah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269 / MENKES I PER I III / 2008 tentang Rekam Medis;
11. Peraturan Menten Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290 I MENKES I PER / III / 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
12. Peraturan Menten Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438 / MENKES / PER / IX I 2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran;
13.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nocnor 40 Tahun
2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan
Rumah Sakit Daerah;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
436 1 Menkes I SK / VI I 1993 tentang Berlakunya
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis di Indonesia;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1226 I MENKES / SKI XIII I 2009 tentang Pedoman
Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan
Terhadap Perempuan dan Anak di Rumah Sakit;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333 / Menkes I SK/ XII I 1999 tentang Penerapan
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pedoman Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daera
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur RSIA Restu Bunda Bandar Lampung
tentang Manajemen Komunikasi Edukasi di Iingkungan RSIA
Restu Bunda Bandar Lampung;
Kedua : Pemberlakuan Kebijakan Manajemen Komunikasi Edukasi di
Iingkungan RSIA Restu Bunda Bandar Lampung sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini;
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Manajemen
Komunikasi Edukasi RSIA Restu Bunda Bandar
Lampungdilaksanakan oleh Wakil Direktur Pelayanan Medik
dan Keperawatan RSIA Restu Bunda Bandar Lampung;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian;
Kelima : Apabila di kemudian han ternyata terdapat kekeliruan daam
keputusan mi, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Di tetapkan di : Bandar Lampung


Pada tanggal : 17 November 2019
Direktur RSIA Restu Bunda

dr. Reza Yulisfa Susanto


NIK: 10074205

Lampiran :Keputusan Direktur RSIA Restu Bunda


Nomor : 925/RSIA.RB/SK.MKE/11/19
Tanggal : 17 November 2019

4
KEBLJAKAN MANAJEMEN KOMUNIKASI EDUKASI
RSIA RESTU BUNDA BANDAR LAMPUNG

1. Memberikan informasi Manajemen Komunikasi Edukasi sesuai dengan


Undang-undang dan peraturan yang berlaku;
2. Memberikan proses pelayanan yang mendukung dan mengutamakan
komunikasi edukasi
3. Memberikan pelayanan kepada pasien dengan penuh perhatian dan
menghormati serta dapat mengidentifikasi nilai-nilai budaya, suku,
kepercayaan dan agama yang dianut pasien;
4. Menjamin dan melindungi hak pasien untuk dilibatkan memberi
persetujuan atas tindakan kedokteran yang akan dikenakan pada dirinya;
5. Menetapkan adanya persetujuan umum untuk pelayanan serta pemberian
informasi tata tertib rumah sakit;
6. Menyediakan bimbingan pelayanan kerohanian sesuai dengan agama dan
kepercayaan pasien;
7. Rumah Sakit wajib menghormati kebutuhan privasi pasien dalam
memberikan asuhan pelayanan;
8. Rumah Sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan
mendokumentasikan informasi kesehatan dan data medis pasien dalam
bentuk tulisan di kertas atau elektronik serta memberikan hak kepada
pasien untuk menunjuk perwakilan pasien dalam menerima informasi
kesehatan pasien;
9. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan pelayanan, bertanya, serta menghormati hak
pasien dalam mencari second opinion;
10.Dokter Penanggungjawab Pelayanan berkewajiban memberikan informasi
kepada pasien tentang komdisi medis, diagnosis pasti, rencana pelayanan
dan pengobatan, komplikasi, resiko tindakan, hasil pelayanan dan
pengobatan dengan cara dan bahasa yang dapat dimengerti;
11.Informed Consent diberikan untuk setiap tindakan kedokteran dan harus
mendapat persetujuan dan pasien atau wali yang sah, setelah menerima
penjelasan tindakan kedokteran yang akan dilakukan;
12.Memberikan edukasi pasien untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan dan memberitahu konsekuensi dan keputusan dan alternatif
pelayanan dan pengobatan lain;

5
13.Melindungi barang milik pasien dan kehilangan atau pencurian dengan
menyediakan sarana dan prosedur penyimpanan barang di masing-masing
satuan kerja;
14. Bertanggungjawab melindungi pasien dari kekerasan fisik;
15.Petugas Keamanan Rumah Sakit berhak memeriksa individu yang tidak
memiliki identitas, pengunjung yang mencurigakan dan memonitoring
lokasi yang terpencil atau terisolasi;
16.Mengidentifikasi kelompok pasien yang mudah diserang dan yang berisiko
serta menetapkan proses untuk menindungi hak kelompok tersebut;
17.Menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan
resusitasi atau menghentikan bantuan hidup dasar sesuai dengan norma
agama, budaya dan syarat hukum yang berlaku;
18. Menetapkan proses asesmen dan manajemen nyeri;
19.Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang menghargai
dan penuh kasih sayang dalam menghadapi akhir kehidupan;
20.Menghormati keluhan tentang pelayanan, konflik dan perbedaan pendapat
yang disampaikan pasien dan menetapkan prosedur pelayanan keluhan
atau komplain;
21. Rumah Sakit melakukan penelitian klinis terhadap pasien;

Di tetapkan di: Bandar Lampung


Pada tanggal : 17 November 2019

Direktur RSIA Restu Bunda

dr. Reza Yulisfa Susanto


NIK: 10074205

6
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun
dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit,
baik hubungan secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal.
Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan,
unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan
gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal
lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara
individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah
sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu
yang terlibat dalam sistem tersebut.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi tidak akan efektif apabila interaksi
diantara orang-orang yang tergabung di dalamnya tidak pernah ada
komunikasi. Komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan
aktifitas tempat pimpinan mencurahkan waktunya untuk
menginformasikan sesuatu dengan cara tertentu kepada staf atau unit-unit
dibawahnya. Dengan komunikasi maka fungsi menejerial yang berawal dari
fungsi perencanaan,nimplementasi dan pengawasan dapat dicapai.
Komunikasi sangat tergantung pada persepsi dan sebaliknya persepsi
juga tergantung pada komunikasi. Persepsi meliputi semua proses yang
dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya.
Baik buruknya proses komunikasi sangat tergantung pada persepsi
masing-masing staf yang terlibat didalamnya. Ketidaksamaan pengertian
antara penerima dan pengirim informasi akan menimbulkan kegagalan
dalam berkomunikasi.

7
B. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Adapun prinsip-prinsip komunikasi menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan
menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik
maupun mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi
pasien
6. Kejujuran dan terbuka
7. Mampu sebagai role model
8. Bertanggung jawab

C. KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI
1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa
berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah
diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan.
Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si
pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara
ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah
kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-
lain.
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali
kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan
balik merupakan proses yang kontinue karena memberikan respons
pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Beberapa factor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan
memelihara otoritas yang obyektif dalam organisasi, menurut pendapat
Barnard (1968,175-181) adalah :
1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti
2. Harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi
3. Jalur komunikasi seharusnya langsung dan sependek mungkin
4. Garis informasi formal hendaknya dipergunakan secara normal

8
5. Orang-orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi haruslah
orang-orang yang berkemampuan cakap
6. Setiap komunikasi haruslah disahkan
7. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisingan akan
mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara
bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung
membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.
8. Kejelasan pesan.
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan
sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi
tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada
komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi
dan kalimat yang jelas.
Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur
pokok dalam proses komunkasi. Komunikasi sendiri merupakan usaha
untuk mengubah perilaku.

9
BAB II
RUANG LINGKUP

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


Ruang lingkup manajemen komunikasi dan informasi yang efektif terdiri
dari :
1. Perencanaan komunikasi
2. Komunikasi dengan masyarakat
3. Komunikasi dengan Pasien dan keluarga
4. Komunikasi dalam organisasi
5. Rekam Medis

B. PERENCANAAN INFORMASI
RSIA Restu Bunda dalam melaksanakan komunikasi melalui beberapa
alat yaitu :
1. Telepon.
Fungsinya untuk komunikasi verbal antar masyarakat atau instansi
yang terkait dengan rumah sakit,antara dokter konsultan dengan dokter
jaga dan antara staf di rumah sakit.
2. Rekam medis.
Merupakan alat komunikasi tertulis antar profesi dalam melakukan
asuhan keperawatan pasien dan antar profesi yang terkait. Semua
profesi yang melakukan asuhan keperawatan mencatat kegiatannyanya
dalam rekam medis sesuai dengan yang ditentukan oleh undang-
undang.
3. Internet.
Merupakan media promosi dan dalam mencari karyawan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan.
4. Bunner, Baliho dan spanduk

C. KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


1. Populasi masyarakat
Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi
masyarakat umum tanpa mempunyai asuransi, masyarakat dengan
peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan yaitu peserta ex. Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan
TNI/Polri).
2. Strategi
Komunikasi dilakukan melalui, banner, spanduk dan komunikasi
langsung ke masyarakat dan perusahaan-perusahaan.

10
3. Isi informasi
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di
rumah sakit, jam pelayanan dan bagaimana akses pelayanan dari
masyarakat ke rumah sakit termasuk kualitas pelayanan yang diberikan.

D. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


1. Cara informasi
Komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien dan keluarga harus
dilakukan komunikasi secara efektif. Komunikasi efektif merupakan
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attidute
change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi efektif
yang dilakukan di rumah sakit dapat berupa :
a. Komunikasi verbal efektif
1) Komunikasi yang dilakukan dengan jelas dan ringkas.
Dapat melalui contoh untuk membuat penjelasan lebih mudah
dipahami oleh penerima informasi/perintah/pesan,mengulang
bagian yang penting sehingga penerima pesan mengetahui “apa,
siapa,mengapa,kapan,dimana, dan bagaimana. Ide-ide
disampaikan secara ringkas dengan menggunakan kata-kata
sehingga dapat mengekspresikan ide secara sederhana.
2) Perbendaharaan kata.
Menyampaikan pesan dan informasi serta istilah-istilah yang
mudah dimengerti pasien sesuai dengan tingkat
pendidikan,budaya dan format sehingga pesan menjadi efektif.
3) Intonasi dan kecepatan berbicara.
Intonasi dan kecepatan berbicara juga disesuaikan dengan tingkat
pendidikan dan budaya masyarakat setempat sehingga apa yang
disampaikan menjadi jelas dan dapat merubah perilaku penerima
pesan.

b. Komunikasi non verbal


Komunikasi non verbal dapat berupa ;
4) Penampilan fisik
5) Sikap tubuh dan cara berjalan
6) Ekspresi wajah dan kontak mata
7) Sentuhan (kasih sayang,dukungan emosional dan perhatian
diberikan melalui sentuhan dan sesuai dengan norma sosial)

11
2. Jenis informasi
Informasi yang perlu disampaikan dari staf medis dan keperawatan
kepada pasien meliputi :
a. Jenis dan akses pelayanan di rumah sakit
b. Biaya perawatan dan tindakan
c. Informasi diagnose,pemeriksaan yang dilakukan dan akan dilakukan,
terapi serta rencana tindakan,inform consent.
d. Asuhan keperawatan , pendidikan pasien dan keluarga

3. Pemberi informasi
Semua informasi disampaikan sesuai dengan kewenangan staf rumah
sakit yaitu front office, Kasir, staf klinik (dokter UGD dan DPJP,
perawat) dan non klinik.

E. KOMUNIKASI antar staf klinis


Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat
melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku.
Proses komunikasi dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu
dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu
terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui
organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman.
Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran
berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk
mengelola komunikasi dalam organisasi.

1. Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi


a. Dari segi sifatnya :
1) Komunikasi Lisan.
Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan
yang membatasi mereka.
2) Komunikasi Tertulis.
Komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa
adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan
bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima.
3) Komunikasi Verbal.
Semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
4) Komunikasi Non Verbal.
Komunikasi yang menggunakan pesan-pesan untuk melukiskan
semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.

12
b. Dari segi arahnya :
1) Komunikasi Ke atas
2) Komunikasi Ke bawah
3) Komunikasi Horizontal
4) Komunikasi Satu Arah
5) Komunikasi Dua Arah
c. Menurut Keresmiannya:
1) Komunikasi Formal.
Suatu proses komunikasi yang bersifat resmi dan biasanya
dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah atau
sifatnya instruktif.
2) Komunikasi Informal.
Komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan
tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur
organisasi

F. REKAM MEDIS
Rekam Medis adalah semua keterangan baik yang tertulis maupun yang
terekam tentang identitas pasien, anamnesa, pemeriksaan, penunjang,
diagnosa sampai dengan segala penyelesaian dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat
jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Jadi rekam
medis merupakan alat komunikasi antar pemberi pelayanan pasien dan
menyimpan informasi penting tentang kesehatan pasien.

G. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI


1. Hambatan Fisik
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran
(tuna rungu), tuna netra, tuna wicara atau pasien sudah lanjut usia
(lansia).
2. Hambatan Sematik
Hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa
yang digunakan oleh komunikator, maupun komunikan.
3. Hambatan Fisikologis
Hambatan psikologis merupakan hambatan-hambatan karena adanya
unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia..

13
BAB III
TATA LAKSANA

A. KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT


1. Komunikasi dengan menggunakan media
a. Spanduk
1) Spanduk himbauan kesehatan yang berkaitan dengan peringatan
hari-hari besar nasional dan internasional, seperti : Peringatan
hari kesehata, hari anak nasional, HIV AIDS sedunia dll
2) Spanduk pelayanan rumah sakit
3) Spanduk kegiatan – kegiatan social
b. Standing Bunner
Bunner himbauan kesehatan
c. Baliho
Baliho tentang pelayanan rumah sakit
d. Sign Box dan Neon Box
1) Pelayanan UGD 24 Jam
2) Jadwal Poli Spesialis
3) Neon Box Pelayanan Rumah Sakit
e. Brosur dan flayer
1) Brosur tentang pelayanan rumah sakit
2) Flayer Gizi
3) Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit

2. Komunikasi langsung
a. Penyuluhan kesehatan dalam safari kesehatan ke
desa-desa/perusahaan
b. Seminar kesehatan

B. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA


1) Dokter UGD dengan Pasien dan Keluarga
1. Setelah dilakukan pemeriksaan [anamnesis,fisik] kemudian dokter
menjelaskan diagnose atau perkiraan diagnose pasien, serta
pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan.
2. Dokter menjelaskan tujuan pemeriksaan,hasil yang diharapkan dari
pemeriksaan penunjang tersebut untuk menegakkan diagnose.
3. Untuk besarnya biaya pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan,
pasien atau keluarga di minta ke kasir untuk mendapatkan informasi.
4. Apabila keluarga dan pasien setuju, pemeriksaan dapat dikerjakan

14
5. Apabila keluarga dan pasien tidak setuju maka pemeriksaan tidak
dilakukan dan keluarga menandatangani surat penolakan.
6. Setelah hasil pemeriksaan penunjang [lab,USG] sudah selesai
kemudian dokter menjelaskan ke keluarga pasien .

2) Informasi Dokter DPJP dengan Pasien dan Keluarga


1. DPJP wajib memberikan pendidikan kepada pasien tentang
kewajibannya terhadap rumah sakit antara lain :
a. Memberi informasi yang benar, jelas dan
jujur
b. Mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan
keluarga
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang
tidak dimengerti
d. Memahami konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati
peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa

2. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati


Pendidikan tersebut disampaikan secara lisan dan dicatat dalam
Lembar Penunjukan DPJP Utama dan Bukti Pelaksanaan Penjelasan
DPJP yang dilengkapi tanda tangan pasien, dan DPJP.

3. DPJP wajib membuat rencana pelayanan


a. Menuliskkan rencana pelayanan
a) Dokter menuliskan rencana kerja atau permasalahan medis
yang aka ditangani
b) Dokter menulis rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
dapat berupa rencana pemeriksaan penunjang, konsul dan lain-
lain.
c) Dokter menyususn rencana terapi atau intervensi guna
menangani masalah.
d) Dokter membubuhkan tanda tangan dan waktu penulisan.
b. Menginformasikan rencana pelayanan kepada pasien/ keluarga
a) Dokter sudah menyampaikan pada pasien bahwa pasien
diperiksa dan dibuat diagnose kerja.
b) Dokter menyampaikan pada pasien pemeriksaan/tindakan apa
yang akan dilaksanakan.

15
c) Dokter menyampaiakan kemungkinan manfaat dan resikonya
terhadap tindakan
d) Dokter memastikan apakah pasien sudah paham.
e) Dokter mempersilakan kepada pasien untuk menanyakan
sesuatu apabila belum jelas.
Dokter menuliskan pada dokumen rekam medis bahwa telah
menginformasikan rencana pelayanan dan membubuhkan paraf.

3) Informasi Front Office Dengan Pasien


a. Pendaftaran Pasien
1) Petugas pendaftaran memberikan salam hangat kepada
pasien/keluarga pasien yang datang ke bagian pendaftaran.
2) Petugas pendaftaran mewawancari pasien atau keluarga pasien
terhadap identitas pasien.
3) Untuk data nama pasien dilakukan eja huruf oleh pasien/keluarga
pasien atau diulang oleh petugas pendaftaran dengan mengeja
huruf sehingga tidak terjadi kesalahan nama pasien.
4) Untuk data tanggal lahir/umur, petugas mengulang menanyakan
kebenaran data dan apabila masih diragukan maka pengecekan
langsung ke RSIA Restu Bunda untuk memastikan kesesuaian
antara umur dengan fisik pasien.
b. Pendaftaran Pasien Rawat Inap
1) Pasien/keluarga pasien datang ke bagian pendaftaran untuk
melakukan pendaftaran rawat inap.
2) Petugas pendafataran memberikan informasi tentang:
a) Hak Dan Kewajiban Pasien
b) Identifikasi Pasien
c) Jenis Pelayanan
d) Fasilitas Ruangan/Pelayanan
e) Tarif Ruangan
f) Tarif Tindakan
3) Petugas menuliskan terhadap isi penjelasan dari point 2 pada
dokumen rekam medis dan apabila hal-hal yang dijelaskan sudah
dimengerti dan disetujui oleh pasien/keluarga pasien maka
dokumen rekam medis ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien
dan petugas pendaftaran yang memberikan informasi. Data rekam
medis dimasukkan ke list pasien.
c. Setelah pasien setuju dengan informasi biaya dan tindakan medis,
petugas pendaftaran menginformasikan ke unit terkait.

16
d. Jika Pasien tidak setuju dengan informasi biaya, Petugas Pendaftaran
akan menginformasikan kepada Dokter yang merawat dan Dokter
akan memberikan solusi apakah akan memberikan keringanan biaya
atau disarankan ke rumah sakit pemerintah.
e. Jika terjadi perubahan kriteria tindakan dari ruang tindakan akan
menginfomasikan kepada keluarga pasien.

4) Informasi antara perawat dengan pasien dan keluarga


1. Memberi salam pada pasien dan keluarga
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang fasilitas yang ada di
ruang perawatan dan prosedur penggunaannya
3. Menjelaskan tata tertib di Rumah Sakit
4. Menjelaskan hak dan kewajiban pasien
5. Memberikan penjelasan dokter/petugas yang merawat
6. Informasi waktu konsultasi
7. Informasi catatan perkembangan konsisi pasien dan rencana asuhan
perawatan
8. Informasi tentang persiapan pulang
9. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada checklist
dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak.

C. UPAYA ATASI HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN


KELUARGA PASIEN
Upaya–upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam
komunikasi:
1. Petugas harus bersikap lembut dan sopan
2. Petugas lebih memaksimalkan volume suaranya khususnya untuk
pasien yang mempunyai hambatan fisik dan lansia.
3. Apabila pasien atau keluarga pasien kurang memahami apabila
menggunakan bahasa Indonesia maka petugas menyampaikan informasi
dengan menggunakan bahasa daerah.
4. Mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan
mulut)
5. Untuk pasien tuna wicara biasanya membawa rekan untuk
menerjemahkan ucapan yang disampaikan petugas rumah sakit.
6. Melakukan upaya :
a) Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut kepada pasien/keluarga pasien apakah ia sudah
mengerti apa yang dibicarakan.

17
Contoh: Petugas pendaftaran/Perawat bertanya pada pasien “Apakah
sudah mengerti, Pak?”
b) Meminta penjelasan lebih lanjut
Petugas lebih aktif  berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain
yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?”
c) Mengecek umpan balik atau hasil
Petugas memancing kembali dengan mengajukan pertanyaan
mengenai hal atau pesan yang telah disampaikan kepada pasien /
keluarga pasien.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Pak?”
d) Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa
isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan
tangan.
e) Dokter atau perawat lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaannya saat ini
(keluhan tentang penyakitnya).
f) Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Petugas menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau
yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-
buang waktu.
7. Hambatan bahasa untuk pasien asing
a) Apabila pasien membawa guide/penterjemah, maka informasi
diberikan/ditanyakan melalui guide/penterjemah.
b) Apabila pasien tidak membawa penterjemah/guide, petugas
memanggil karyawan yang dilain yang mempunyai kemamampuan
Menggunakan penterjemah bagi pasien asing baik menggunakan guide
maupun dengan cara melatih karyawan berbahasa inggris.

D. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


1. Rapat Kepala Rumah Sakit dengan KaBag dan KaRu
a. Rapat Mingguan
1) Kepala Rumah Sakit mengeluarkan surat edaran rapat
mingguan
a) Hari pelaksanaan : Setiap hari senin
b) Waktu : 08.00 wita s/d selesai
c) Tempat : Ruang Pertemuan rumah sakit ( lantai 4)
2) Rapat membahas evaluasi kinerja dan koordinasi mingguan.

18
3) KaBag dan KaRu menyampaikan segala permasalahan dan
pemecahan yang telah dilaksanakan serta rencana solusi
kedepannya.
4) Direktur membuat rekomendasi pemecahannnya.
5) Rapat dilengkapi dengan notulen dan daftar hadir.
.
2. Rapat Ka.bag/coordinator dengan staf
a. Rapat Kepala Bagian / coordinator dengan staf di masing-masing
unit.
1) Ka.bag/coordinator mengajukan rapat dengan staf per unit
kepada direktur rumah sakit untuk disetujui.
2) Ka.bag/coordinator mengeluarkan/membuat undangan rapat.
3) Pelaksanaan harus dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen.
4) Ka.bagcoordinator melaporkan hasil rapat kepada direktur.
5) Ka.bag/coordinator melakukan monitoring terhadap
tindaklanjut hasil rapat oleh pelaksana di masing-masing unit.
b. Supervise dan ronde keperawatan
1) Kepala bagian atau coordinator keperawatan / kepala ruangan
keliling ke unit-unit menjadi tanggungjawabnya.
2) Menanyakan dan melihat situasi jalannya pelayanan.

5. Komunikasi Antar Staf


a. Pelaksanaan operan antar shift jaga per masing-masing unit.
b. Operan dilakukan langsung di unit kerja kecuali untuk perawat rawat
inap, operang langsung dilakukan ke masing-masing ruang pasien.
c. Operan meliputi hal-hal yang sudah dikerjakan dan yang akan
dilanjutkan oleh shift pengganti, tembusan kebijakan/program yang
diberikan oleh manajemen dll.

6. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan di rumah sakit


a. Antar unit pelayanan di rumah sakit
Pasien sering berpindah (transfer) pelayanan di rumah sakit. Saat
perpindahan pasien maka terjadi juga perpindahan tim pelayanan.
Perpindahan pasien dari satu tim pelayanan ke tim pelayanan yang
lain harus diikuti oleh perpindahan informasi kesehatan pasien. Alat
komunikasi pasien antar tim pelayanan adalah rekam medis atau
ringkasannya . Ringkasan transfer Rekam medis sebagai sarana
komunikasi transfer pasien mengandung :
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Temuan yang signifikan

19
3) Diagnose yang telah ditegakkan
4) Tindakan yang telah diberikan
5) Obat-obatan yang telah diberikan
6) Kondisi pasien saat dipindah
b. Antar shift pemberi pelayanan klinik (operan pertukaran shift jaga)
c. Antar DPJP dengan DU (Dokter Umum)
1) Pelayanan medis di Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dilaksanakan
oleh dokter spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat
melaksanakan tugasnya, maka yang bersangkutan wajib melapor
kepada atasan dan mendelegasikan tugas-tugas kepada dokter
spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis atau
jika semua dokter spesialis disuatu SMF berhalangan hadir
(tugas), maka Kepala SMF wajib mendelegasikan tugas-tugas
pelayanan kesehatan kepada dokter umum (asisten), sesuai
dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap
yang memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu
DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan kewenangan klinisnya,
DPJP utama wajib melalukan konsul dalam hal:
a) Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan
pertimbangan dari SMF lain tanpa mendapat penanganan
lanjutan dari SMF tersebut.
b) Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawat oleh
suatu SMF dan ternyata sudah tidak perlu mendapatkan
perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih tepat dirawat
oleh SMF lain
c) Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus
mendapat penanganan lebih dari satu bidang ilmu/SMF
dengan DPJP Utama adalah bidang SMF yang tingkat
kegawatannya paling tinggi.
5) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form
konsul yang tersedia dan diletakan dalam les pasien.
6) Segala perihal keperluan konsul antarDPJP harus dijelaskan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuannya.

20
d. Antar DPJP
1) Pelayanan medis RSIA Restu Bunda dilaksanakan oleh dokter
spesialis dan dokter umum.
2) Jika oleh karena suatu sebab dokter spesialis tidak dapat
melaksanakan tugasnya, maka yang bersangkutan wajib
melapor kepada atasan dan mendelegasikan tugas-tugas kepada
dokter spesialis di lingkungan SMFnya.
3) Apabila di suatu SMF hanya ada satu orang dokter spesialis
atau jika semua dokter spesialis disuatu SMF berhalangan hadir
(tugas), maka Kepala SMF wajib mendelegasikan tugas-tugas
pelayanan kesehatan kepada dokter umum (asisten), sesuai
dengan kompetensinya yang ditentukan oleh dokter spesialis
yang bersangkutan.
4) Pada kasus tertentu baik dari rawat jalan maupun rawat inap
yang memerlukan pengelolaan medis oleh lebih dari satu
DPJP/bidang SMF lain sesuai dengan kewenangan klinisnya
DPJP Utama wajib melalukan konsul dalam hal:
a. Konsul Minta Pendapat
Apabila hanya diperlukan untuk memperoleh informasi dan
pertimbangan dari SMF lain tanpa mendapat penanganan
lanjutan dari SMF tersebut.
b. Konsul Alih Rawat
Dilakukan apabila suatu kasus yang awalnya dirawa oleh
suatu SMF dan ternyata sudah tidak perlu mendapatkan
perawatan dari SMF tersebut, sedangkan lebih tepat dirawat
oleh SMF lain.
5) Konsul Rawat Bersama
Apabila terdapat kasus yang bersifat komplek dan harus
mendapat penanganan lebih dari satu bidang ilmu/SMF dengan
DPJP Utama adalah bidang SMF yang tingkat kegawatannya
paling tinggi.
6) Segala bentuk transformasi antar DPJP dituangkan dalam form
konsul yang tersedia dan diletakan dalam les pasien.
7) Segala perihal keperluan konsul antar DPJP harus dijelaskan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuannya.
e. Antar DPJP dengan perawat
1) Pelayanan medis di Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dilaksanakan
oleh dokter spesialis,dokter umum dan perawat.

21
2) Perawat UGD, Poliklinik dan Ruangan wajib melaksanakan
instruksi dari DPJP dalam pemberian pelayanan medis pasien yang
ditulis form perkembangan penyakit pasien.
3) Segala tindakan yang dilakukan oleh perawat atas instruksi DPJP
harus tercatat dalam form tindakan keperawatan dan apabila
terjadi sesuatu pada pasien setelah diberikan tindakan segera dan
perawat harus wajib melaporkan ke DPJP yang merawat.
f. Antar dokter jaga dan antar perawat jaga (shift jaga)
1) Diinformasikan jumlah pasien.
2) Permasalahan yang ada
3) Keadaan pasien-pasien yang bermasalah
g. Antar shift FO, shift Kasir
1) Sift sebelumnya menjelaskan keadaan secara umum
2) Menjelaskan permasalahan selama jaga
3) Instruksi yang terbaru dari atasannya

E. REKAM MEDIS
1. Isi rekam medis
a. Ringkasan masuk dan keluar
b. Surat dokumen pengantar
c. Lembar anamnesa dan pemeriksaan
d. Lembar instruksi
e. Lembar konsultasi
f. Grafik suhu, nadi dan pernafasan
g. Catatan perawat / bidan
h. Hasil laboratorium
i. Lembaran penunjang lainnya
j. Resume / laporan kematian
k. Laporan pengkajian keperawatan

2. Yang dapat mengakses RM


a. Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, dan Dokter Gigi
Spesialis yg melayani pasien.
b. Dokter Tamu yang merawat pasien di RS.
c. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.
d. Tenaga Para Medis Perawatan & Tenaga Para Medis Non Perawatan yg
langsung terlihat didalamnya,seperti : Perawat, Perawat Gigi, Bidan,
Petugas Laboratorium, Klinik Gizi, Anestesi, dll.

22
e. Dokter dari luar negeri yang sedang melakukan alih teknologi
kedokteran berupa tindakan / konsultasi kepada pasien yg membuat
rekam medis adalah dokter yg ditunjuk oleh Direktur RS.

3. Ketentuan pengisian RM
a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien selambat-
lambatnya 1 X 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis.
b. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter / tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan wewenangnya serta menulis nama
dan tanggal pengisian.
c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
lainnya ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang
merawat/dokter pembimbingnya.
d. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya saat itu juga dengan dibubuhi paraf pada berkas yang
diperbaiki.
e. Dilarang menghapus catatan berkas rekam medis dengan “tip X atau
dengan yang lainnya”.

4. Kode diagnosis dan tindakan


a. Koding penyakit sesuai dengan ICD-10
b. Pembedahan / tindakan ( ICD-9)
c. Koding obat – obatan
d. Laboratorium
e. Dokter ( pemberi pelayanan )
f. Alat – alat

5. Kerahasiaan Rekam Medis


Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari RM
bersifat rahasia, hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara
pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari kebocoran sesuai dengan
kode etik kedokteran dan perundang-undangan yang berlaku.
Permintaan informasi mengenai data medis tertentu seorang pasien oleh
pihak ketiga, dapat diberikan kepada :
1.Asuransi.
2.Perusahaan yang pegawainya mendapat tunjangan perwatan
kesehatan.
3.Riset dokter.
4.Pengadilan.

23
 Informasi yang bersumber dari RM dibagi dua kategori :
1) Informasi yang mengandung nilai-nilai kerahasiaan yaitu :
Laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis
sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi, atau
wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak boleh
disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang,
karena menyangkut individu langsung si pasien pemberitahuan
keadaan sakit/penyakit pasien kepada keluarganya hanya
boleh dilakukan oleh dokter yang merawat, pihak lain tidak
mempunyai hak sama sekali.
2) Informasi tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitu :
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama,
alamat dan lain-lain).
Walaupun begitu petugas tenaga bantuan, perawat, petugas
rekam medis maupun petugas rumah saikt lainnya harus
berhati-hati bahwa ada kalanya identitas pasien dianggap perlu
disembunyikan dari pemberitaan untuk keperluan security,
misalnya untuk ketenangan pasien, pasien dalam tanggungan
pihak berwajib dan lain-lain.

 Sumber Hukum Kerahasiaan Informasi Rekam medis


Sumber hukum sebagai acuan di dalam masalah kerahasiaan
informasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah, PP No.10
Tahun 1996 mengenai :” Wajib Simpan Rahasia Kedokteran”.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah itu siapapun yang
berkerja di rumah sakit, khususnya bagi yang berhubungan
dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan
tersebut.
 Pasal I :
Yang dimaksud rahasia kedokteran adalah segala sesuatu
yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3
pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.
 Pasal 3 : Yang wajib menyimpan rahasia yang dimksud
dalam pasal I ialah :
a. Tenaga keseatan menurut pasal 2 undang-undang
tenaga kesehatan ( Lembaran Negara th. 1963 No.78 )
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam
lapangan pemeriksaan, pengobatan dan / atau

24
perawatan & orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
 Dalam peraturan Mentri Kesehatan RI
No.749a/Men.Kes/XII/1989, secara tegas dijelaskan pada
bab.III pasal II, bahwa : Rekam medis merupakan berkas
yang wajib dijaga kerahasiaannya.

 Sedang bab III pasal 12 dijelaskan :


a. Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien.
b. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat
memaparkan isi rekam medis tanpa seizin pasien
berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan peraturan-peraturan yang tersebut diatas, maka


setiap petugas yang dalam pekerjaannya berurusan dengan
pasien atau yang mengetahui keadaan pasien, yang telah
mengucapkan sumpah jabatan ataupun tidak, wajib
menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan pasien.

 Dengan demikian yang wajib menyimpan rahasia


kedokteran adalah :
a. Mahasiswa Kedokteran
b. Kedokteran gigi
c. Ahli Farmasi
d. Ahli laboratorium
e. Ahli sinar
f. Bidan
g. Para pegawai
h. Murid paramedis
i. Dokter yang merawat

6. Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis


a. Sistem Penyimpanan Rekam Medis
Sistem penyimpanan berkas rekam medis di Rumah Sakit RSIA Restu
Bunda secara Sentralisasi Lokasi Sistem. Sentralisasi lokasi
diterapkan pada bagian pelayanan :
1) Rawat Jalan
2) Rawat Inap

25
3) IGD

b.Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan berkas RM aktif terletak pada ruang RM, dan
Ruang penyimpanan berkas RM in aktif terletak pada gudang RM.

c. Penyimpanan Rekam Medis Aktif


Yang dimaksud RM aktif adalah dokumen rekam medis yang jangka
waktu / umurnya tidak lebih dari 5 tahun sejak tanggal pemeriksaan
terakhir bagi pasien rawat jalan atau pada tanggal terakhir pasien
masuk rumah sakit untuk dirawat inap.

d.Penyimpanan Rekam Medis In Aktif


Yang dimaksud rekam medis in aktif adalah dokumen rekam medis
yang disimpan dalam jangka waktu setelah 5 tahun disimpan sebagai
dokumen rekakm medis aktif kemudian dicabut untuk disimpan
selama 2 tahun untuk pasien rawat jalan dan 5 tahun untuk pasien
rawat inap.

7. Peminjaman Rekam Medis


a. Peminjaman Rekam Medis untuk keperluan riset dan pendidikan
dilaksanakan di ruang RM dengan pemesanan tertulis
1) Dasar :
a) PERMENKES RI No. 794a / Menkes / Per / XII / 1989. Petunjuk
teknis pengolahan Rekam Medis.
b) SK Dirjen Yanmed No.78 / Yanmed / RSUM Dik / YMU / I /
1991.
2) Tata cara peminjaman rekam medis untuk keperluan riset dan
pendidikan :
a) Membuat Permohonan secara tertulis yang ditanda tangani oleh
Kepala SMF /Kepala Rumah Sakit RSIA Restu Bunda
mendisposisi kepada Kepala Urusan Rekam Medis.
b) Kepala urusan Rekam Medis mendisposisi kepada petugas files
untuk mencarikan berkas - berkas rekam medis sesuai dengan
permintaan.
c) Berkas rekam medis yang diinginkan dan sudah tersedia dapat
dipergunakan dan berkas yang telah diambil dari tempat

26
penyimpanan diberi tracef untuk reference dan mempermudah
pengambilan.
d) Peminjaman harus menggunakan berkas rekam medis didalam
ruangan yang tersedia dan tidak diizinkan membawa keluar
berkas rekam medis.

b. Peminjaman berkas rekam medis Untuk menyuguhkan informasi


sebagai bukti keperluan pengadilan, dengan cara :
1) Atas permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis
dan bertanda tangan serta cap resmi.
2) Apabila berkas rekam medis yang asli yang diminta, maka berkas
rekam medis harus difoto copy terlebih dahulu.
3) Pihak pengadilan yang meminjam harus membuatkan tanda terima
peminjaman berkas rekam medis tersebut.
4) Tanda terima beserta foto copy berkas rekam medis disimpan di
folder sampai berkas rekam medis yang asli dikembalikan.

c. Peminjaman berkas rekam medis Individual Pasien Rawat Inap.


Dengan pemesanan secara tertulis
1) Dasar :
a) PERMENKES RI No.794a/Menkes/ Per/ XII / 1989
b) Petunjuk Teknis Pengelolaan Rekam Medis.
c) SK.Dir.Jen.Yan.Med.No.78/Yan.Med/RS.UM.Dik/YMU/I/91.
2) Tata laksana :
a) Dokter yang merawat pasien atau perawat membuat surt
permohonan tertulis dan ditanda tangani pada lembar/ bon
pinjam yang telah disediakan di ruangan masing-masing.
b) Surat permohonan dibuat rangkap dua dan disampaikan ke
bagian rekam medis.
c) Setelah diagendakan oleh urusan pengadministrasian rekam
medis, kepala urusan rekam medis mendisposisikan ke petugas
files untuk melayani peminjaman berkas rekam medis.
d) Dalam waktu paling lama 7 hari berkas rekam medis yang di
pinjam harus sudah dikembalikan ke bagian rekam medis
dengan dicatat pengembaliannya di buku kendali sebagai bukti
pengembalian dan dibubuhi tanda tangan oleh petugas rekam
medis yang menerima.

8. Petunjuk Keluar

27
Petunjuk keluar / tracer adalah suatu alat penting untuk mengganti
berkas rekam medis yang dikeluarkan dari rak penyimpanan. Pada
tracer memuat informasi tentang :
a. Nomor rekam medis
b. Nama pasien
c. Tanggal dikeluarkan
d. Peminjam
e. Tanda tangan peminjam
Cara ini harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap petugas rekam
medis dalam rangka membina ketelitian kerja, serta disiplin dalam
rangka memudahkan pengawasan terhadap berkas rekam medis yang
keluar dari penyimpanan.

9. Pemusnahan RM
a. Membentuk tim pemusnah berkas dengan surat keputusan dari
Kepala Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dengan beranggotakan
sekurang-kurangnya 7 orang yang terdiri dari :
1) Petugas Rekam Medis.
2) Dokter.
3) Komite Medik.
4) Unit Pelayanan Lain (Keperawatan).
b. Tim pemusnahan berkas RM membuat surat berita acara kepada
Direktur RS dan DirJen YanMed DepKes RI.
c. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada Kepala
Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dan DirJen YanMed DepKes RI.
d. Berkas RM yang non aktif selama 5 tahun diseleksi menjadi 2
kelompok seperti berkas RM umum dan berkas RM dengan diagnosa
kanker & psikiatri.
e. Berkas RM yang akan dimusnahkan dipilah kembali untuk disimpan
pada rak penyimpanan RM non aktif, seperti : Ringkasan masuk &
keluar, Informed consent, Resume medis, Laporan operasi/tindakan
medik, Catatan anastesi, Identitas bayi baru lahir, Surat keterangan
kematian.
f. Petugas menulis nomor RM, nama pasien, diagnosa akhir, tahun
terakhir dilayani pada buku/formulir khusus pencatatan berkas yang
akan dihapus.
g. Petugas melakukan penghapusan dengan cara menghancurkan
berkas pada mesin penghancur kertas.
h. Tim pemusnahan membuat berita acara penghapusan berkas RM
rangkap 5 (lima) setelah ditanda tangani oleh semua anggota

28
diserahkan ke unit rekam medis. Kemudian berita acara tersebut
akan diserahkan kepada Direktur rumah sakit, DirJen YanMed
DepKes RI, Panitia RM, Komite RM, dan arsip.
i. Formulir penghapusan berkas RM harus diisi menurut kebutuhan
informasi.

BAB IV
PENUTUP

Berkat rahmat Tuhan Yang maha Esa, kegiatan membuat Pedoman


Manajemen Komunikasi Dan Informasi Rumah Sakit RSIA Restu Bunda dapat
diselesaikan walaupun masih belum sempurna. Semoga dengan adanya
pedoman ini kualitas pelayanan pasien dapat ditingkatkan seoptimal mungkin
serta dijadikan pedoman dalam melakukan komunikasi dan informasi di
Rumah Sakit RSIA Restu Bunda.

29

Anda mungkin juga menyukai