Anda di halaman 1dari 33

Nurfira Fatimah

Sirkulasi janin normal


Sirkulasi normal setelah lahir

Perubahan paling penting dalam


sirkulasi setelah bayi lahir terjadi karena
putusnya hubungan plasenta dari
sirkulasi sistemik, dan paru yang mulai
berkembang. Perubahan yang terjadi
adalah:
Tahanan vaskular pulmonal yang
menurun dan aliran darah pulmonal
yang meningkat
Tahanan vaskular sistemik meningkat
Duktus arteriosus menutup
Foramen ovale menutup
Duktus venosus menutup
Paten duktus arteriosus
 Duktus arteriosus
yang terbuka
setelah lahir
 Hemodinamika:
akibat tekanan aorta
yang lebih tinggi,
aliran darah melalui
duktus berjalan dari
aorta ke arteri
pulmonalis. Luasnya
“shunt” tergantung
pada ukuran duktus
pada rasio tahanan
vaskuler pulmonal
dan sistemik
kecil sedang berat
anamnesis asimptomatik kesulitan makan, Kesulitan makan dan
infeksi saluran nafas pertumbuhan
berulang terhambat

Pemeriksaan fisik Teraba getaran -Teraba getaran -Tekanan nadi yang


bising di sela iga II bising di sela iga II lebar
kiri sternum kiri sternum -Teraba getaran
- Pada auskultasi: bising di sela iga II
bising kontinu sela kiri sternum
iga II-III kiri sternum -Bising sistolik
-Bising middiastolik
pada apex

Pemeriksaan EKG dan - Foto thorax:


penunjang Ekokardiografi kardiomegali,
dalam batas normal vaskularisasi paru
meningkat,
pembuluh hilus
membesar
-EKG: hipertrofi
ventrikel kiri
-Ekokardiografi:
pelebaran atrium
kiri dan a.pulmonalis
Penatalaksanaan PDA
 Medikamentosa:
Indometasin iv atau oral 0,2 mg/kgBB (lebih
baik digunakan pada bayi prematur dengan
usia kurang dari 1 minggu

 Terapi bedah
Indikasi operasi:
1. Duktus arteriosus persisten pada bayi yang
tidak memberi respon terhadap pengobatan
medikamentosa
2. Duktus arteriosus persisten dengan keluhan
3. Duktus arteriosus persisten dengan
endokarditis infektif yang kebal terhadap
terapi medikamentosa
DEFEK SEPTUM
VENTRIKEL
Suatu defek berupa satu atau lebih
lubang yang terdapat pada dinding
yang memisahkan ventrikel kiri
dan kanan.

 paling sering ditemukan


(25-30%)
anamnesis Pemeriksaan fisik
Sesak nafas Bunyi jantung masih normal
Gangguan pertumbuhan Teraba Thrill dan bising
(failure to thrive) pansistolik (sela iga III/IV garis
parasternal kanan)
Infeksi paru (sindrom Pada eisenmenger: sianotik
eisenmenger) (shunt kanan-kiri), anak gagal
tumbuh dengan jari2 tabuh,
Bunyi jantung II mengeras
Pemeriksaan penunjang
VSD
 Foto thorax:  Ekokardiografi: arah
kardiomegali, shunt, tekanan
peningkatan a.pulmonalis
vaskularisasi paru,  Kateterisasi jantung
pembuluh darah & angiografi: untuk
hilus menebal membuktikan
 EKG: peningkatan kenaikan saturasi
aktivitas ventrikel oksigen di ventrikel
kiri, P mitral kanan. Angiografi
(pembesaran menunjukkan besar
atrium kiri), bila dan arah shunt, dan
mendeteksi
hipertensi pulmonal regurgitasi aorta
 hipertrofi
ventrikel kanan
Foto thorax VSD
Penatalaksanaan VSD
1. Pembedahan
2. Penutupan
dengan kateter
DEFEK SEPTUM ATRIUM
Defek yang memisahkan atrium
kiri dan kanan

Terbagi menjadi 2:
-ostium sekundum
-ostium primum
Asd Sekundum
 terdapat lubang
patologis ditempat
fosa ovalis. Defek
dapat berukuran
kecil sampai sangat
besar sehingga
mencakup
sebagian besar
septum. Akibatnya
terjadi shunt dari
atrium kiri ke
atrium kanan,
dengan beban
volume di atrium
dan ventrikel kanan
Asd Primum
 terdapat celah pada
bagian bawah
septum atrium,
yakni pada septum
atrium primum. Di
samping itu, sering
terdapat pula celah
pada daun katup
mitral
 arus sistolik dari
ventrikel kiri ke
atrium kiri melalui
celah pada katup
mitral (insufisiensi
mitral).
ASD
Gambaran klinis Pemeriksaan fisik
- Sesak nafas - Terdapat bising
- Sering “ejection
mengalami sistolik”pada
infeksi saluran sela iga II kiri
nafas berulang
 Pemeriksaan penunjang
- Foto torax: foto toraks AP
menunjukan atrium kanan
yang menonjol, dan dengan
konus pulmonalis yang
menonjol, pembesaran
atrium dan ventrikel kanan.
Arteri pulmonalis melebar, 
dan peningkatan
vaskularisasi paru

- EKG didapatkan deviasi


axis ke kanan, komplex
atrium normal, konduksi
normal, dan hipertrofi
ventrikel kiri. Defek primum
memperlihatkan deviasi
sumbu ke kiri (left axis
deviation) blok AV derajat I
(pemanjang interval PR)
Tatalaksana
- Operasi jantung
terbuka untuk
menutup defek
4-5 tahun
- Bila defek
<25mm 
keteterisasi
jantung
ATRIOVENTRIKULARIS
DEFECT
 Pada kelainan ini tidak
terjadi permisahan
antara cincin katup
mitral dan katup
trikuspid sehingga
terdapat satu lubang
besar cincin katup
atrioventrikular yang
menghubungkan kedua
atrium dan kedua
ventrikel secara bersama
 Bentuk komplit terdiri
dari posterior inlet VSD,
ostium primum ASD
yang dapat berlanjut
menjadi defek ventrikel,
dan bagian anterior
katup mitral.(4)
STENOSIS PULMONAL
 terdapatnya
obstruksi pada jalan
keluar ventrikel
kanan atau a.
Pulmonalis dan
cabang-cabangnya.
Penyempitan pada
stenosis pulmonal
dapat terjadi di
bawah katup, yaitu
di infundibulum
(stenosis subvalvular
atau infundibular),
pada katupnya
sendiri (valvular)
 Stenosis pulmonar  Stenosis pulmonal
valvular infundibular
Salah satu kelainan Terjadi gangguan
diantaranya adalah resorpsi jaringan
katup pulmonal bulbus kordis
bikuspid (hanya selama
terdiri dari 2 daun perkembangannya
katup), atau terjadilah hipertrofi
katupnya tebal dan
saling melekat pada
infundibulum yang
ujungnya yang akan menyebabkan
menyebabkan stenosis pulmonal
stenosis pulmonal infundibular
valvular.
Pemeriksaan fisik
- Bising sistolik selalu
- Pada palpasi dada, terdengar pada
teraba getaran bising stenosis pulmonal,
disela iga II tepi kiri sifatnya kasar,
sternum pungtum
- Bunyi jantung I maksimum di sela
normal diikuti klik iga II parasternal
ejeksi kiri dan menjalar ke
- Bunyi jantung II sepanjang garis
terdengar split yang sternum kiri dan
makin lebar dengan apeks
bertambah beratnya
obstruksi, karena
bertambah lamanya
waktu ejeksi ventrikel
kanan
Pemeriksaan penunjang
 Rontgen: terdapat  Tatalaksana:
dilatasi pascastenosis
pada a.pulmonalis, - Valvuloplasti (bila
ukuran jantung sudah berat)
biasanya normal
kecuali yg sudah
mengalami gagal
jantung
 EKG: deviasi sumbu
QRS ke kanan dengan
hipertrofi ventikel
kanan, yang ditunjukan
oleh gelombang R
yang tinggi di antaran
dada kanan dengan
gelombang S yang
dalam di V5 dan V6
STENOSIS AORTA
penyempitan aorta yang dapat
terjadi pada tingkat subvalvular,
valvular, atau supravalvular
SA VALVULAR
 Sebagian besar
katup aorta
mempunyai 2 buah
katup (bikuspid)
yang biasanya akan
menyebabkan
stenosis aorta ringan
atau sedang.
Stenosis aorta berat
lebih sering
menunjukkan katup
aorta unikuspid atau
nonkuspid
SA SUBVALVULAR
Stenosis
subaorta,
terdapdat sejenis
membran
dibawah katup
aorta
SA SUPRAVALVULAR
Dari luar aorta
tampak normal,
namun dindingnya
sangat tebal, yang
terdiri dari jaringan
fibrosa. Lumen
aorta menjadi
kecil, dapat sampai
1/3 lumen normal.
Hipertrofi ventrikel
sering ditemukan.
 Anamnesis  Pemeriksaan fisik
- nyeri substernal - Dengan meningkatnya derajat
- sesak napas obstruksi, intensitas nadi akan
berkurang, jantung membesar, dan
- pusing atau sinkop pada saat bekerja apeks akan terdorong ke kiri
atau berolah raga
- Pada aorta stenosis valvular ringan
ke sedang akan terdengar bunyi
“early ejection systolic”, paling
terdengar di apex dan garis sternalis
kiri.

- Getaran bising sistolik terdapat di


lekuk suprasternal atau di a.karotis.
pada auskultasi

- pada stenosis aorta ringan bunyi


jantung II split normal sedang pada
yang berderajat sedang bunyi
jantung II terdengar tunggal

- Pada stenosis aorta yang berat akan


terdengar split paradoksal bunyi
jantung II.
 Pemeriksaan  Tatalaksana
penunjang - Pelebaran stenosis
- EKG: dapat aorta valvular
menunjukan hipertrofi dengan balon
ventrikel kiri akibat
beban tekanan (ballon
ventrikel kiri valvulotomy) pada
- ECHO: dapat dengan
saat ini telah
jelas menunjukan merupakan
jenis stenosis prosedur yang
(subvalvular, valvular, populer  sering
supravalvular) dan menyebabkan
katup aorta biskuspid. stenosis berulang 
Dengan doppler dapat valvulotomi operatif
menentukan derajat
stenosis
KOARKTIKASIO AORTA
penyempitan
terlokalisasi
pada aorta yang
umumnya terjadi
pada daerah
duktus arteriosus
(juxtaductal
coarctation).
Manifestasi klinis Pemeriksaan fisik
- sesak napas, - nadi brakialis yang
hepatomegali, teaba normal atau
dengan nadi kecil, kuat, sedangkan nadi
oliguria atau anuria femoralis serta
dorsalis pedis tidak
- sakit kepala, nyeri teraba atau teraba
di tungkai dan kecil
kaki, atau terjadi - Pada auskultasi bunyi
epistaksis (pada jantung I dan II pada
anak yang lebih umumnya normal,
besar) dan pada ditemukan
bising sistolik halus
di daerah pulmonal
 Pemeriksaan
penunjang
- radiologi: hipertrofi
ventrikel kiri, rib
notcing, gambaran 3
terbalik
- EKG: terlihat hipertrofi
ventrikel kanan dan
RBBB. Pada anak
yang lebih besar
terdapat gambaran
hipertrofi ventrikel kiri
dengan T terbalik di
V3 dan V6
 Tatalaksana: - Operasi dapat
- Beberapa ahli berupa
mencoba melakukan pembuatan flap
pelebaran koarktasio subklavia, atau
dengan kateter
pemotongan
balon, tetapi di
banyak pusat daerah
kardiologi tindakan koarktikasio
bedah merupakan kemudian
prosedur terpilih dilakukan
untuk koarktasio anastomosis end-
aorta pada neonatus. to-end
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai