Anda di halaman 1dari 18

REVIEW JURNAL STRATEGI DAN PERILAKU INDUSTRI PENGOLAHAN DI

KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2011

Oleh

Ardinta Meuthiara Pangestu


2224021021

JURUSAN MAGISTER AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
REVIEW JURNAL
Strategi dan Perilaku Industri Pengolahan di Kota Semarang Tahun
Judul
2007-2011

Jurnal Economics Development Analysis Journal

Volume dan Halaman Vol. 2, No. 3, hal 2252-6889

Tahun 2013

Penulis Khavidhurrohmaningrum

Reviewer Ardinta Meuthiara Pangestu

Tanggal 16 November 2022

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia merupakan salah satu sektor


yang terbukti mampu bertahan. Perkembangan ekonomi di Kota Semarang
semakin meningkat selama tiga tahun terakhir ini, disebabkan karena
adanya struktur pasar yang tercermin dalam konsentrasi industri variabel
penguasaan pasar, tenaga kerja, nilai tambah, perilaku dan kinerja suatu
industri (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana perilaku
para pelaku industri (conduct) Sisi positifnya adalah industri ini berperan
besar. Selain itu, sektor ini juga industri ini menghadapi banyak masalah
mulai tidak langsung dari naiknya harga minyak nilai tambah dan nilai

Latar Belakang output tambah industri besar dan sedang terjadi di tahun-tahun berikutnya
hingga pada tahun 2011, kontribusi nilai tambah yang di Semarang, nilai
ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2007 meskipun peningkatan yang
pengolahan di Kota Semarang dewasa ini tenaga kerja yang tiap tahun
cenderung tahun 2011 jumlah perusahaan di industri ini unit perusahaan
yang sebelumnya indDemikian pula dalam hal penyerapan tenaga orang.
Hal ini tidak sebanding dengan kontribusi PDRB di Kota Semarang yang
tiap tahunnya perubahan dari struktur industri itu sendiri,keadaan industri
pengolahan di Kota Semarang, struktur pasar yang terjadi dalam industri
persaingan usaha yang tidak sehat.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana struktur dan
Tujuan Penelitian
perilaku industri pengolahan di Kota Semarang

Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio
konsentrasi (CR) yaitu CR4, CR8 dan Indeks Herfindahl
penelitian ini adalah analisis rasio konsentrasi (CR) yaitu CR4, CR8 dan
Indeks Herfindahl. Penelitian ini juga menggunakan Minimum Efficiency
Scale untuk melihat bagaimana hambatan masuk pasar pada industri
pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio konsentrasi (CR)
tenaga kerja, CR bahan baku, dan CR nilai tambah mengalami
peningkatan baik pada CR4 maupun CR8. Ini berarti struktur Industri
pengolahan di Kota Semarang memiliki tipe pasar oligopoli penuh
dimana rata-rata nilai CR4 dan CR8 sebesar 87%-99%. Rata-rata nilai
Indeks Herfindahl tenaga kerja dengan 4 perusahaan terbesar selama 5
Hasil Penelitian
tahun sebesar 0,42% dan untuk 8 perusahaan terbesar 0,41%. Rata-rata
nilai Indeks Herfindahl bahan baku 4 perusahaan terbesar sebesar 0,36%
dan untuk 8 perusahaan terbesar sebesar 0,40%. Nilai rata-rata Indeks
Herfindahl nilai tambah 4 perusahaan terbesar sebesar 0,42% dan 8
perusahaan terbesar sebesar 0,42%. Nilai Indeks Herfindahl baik 4
perusahaan terbesar maupun 8 perusahaan memiliki struktur perusahaan
dominan. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai hambatan pasar pada
industri pengolahan di Kota Semarang cukup tinggi yaitu dengan rata-rata
nilai MES sebesar 30,18%.
Berdasarkan pengamatan oleh reviewer diperoleh pada jurnal
memaparkan proses dan rangkaian penelitian secara jelas, Pada metode
Kekuatan Jurnal penelitian dijelaskan secara rinci dan mudah dimengerti. Kata yang
digunakan juga dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai dengan Kamus
EYD Bahasa Indonesia.
Pada jurnal cover tidak terdadapt nama jurnal nomor dan volume
penelitian, latar belakang masalah terlalu ringkas sehinnga kurang
Kelemahan Jurnal
dipahami permasalahnnya, dan ada beberapa space penulisan dan paragraf
yang tidak teratur.
Saran saya kepada jurnal ini agar dapat memperjelas pembahasan,
Saran Jurnal lebih baik ditambah pustaka dan referensi hasil penelitian lain
sebagai acuan.
EDAJ 2 (3)
(2013)

Economics Development Analysis Journal

STRATEGI DAN PERILAKU INDUSTRI PENGOLAHAN DI


KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2011
Khavidhurrohmaningrum 

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana struktur dan perilaku industri
Diterima Juli 2013 pengolahan di Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Disetujui Juli 2013 rasio konsentrasi (CR) yaitu CR4, CR8 dan Indeks Herfindahl. Penelitian ini juga
Dipublikasikan menggunakan Minimum Efficiency Scale untuk melihat bagaimana hambatan masuk pasar
Agustus 2013 pada industri pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio konsentrasi (CR) tenaga
kerja, CR bahan baku, dan CR nilai
tambah mengalami peningkatan baik pada CR4 maupun CR8. Ini berarti struktur Industri
Keywords: pengolahan di Kota Semarang memiliki tipe pasar oligopoli penuh dimana rata-rata nilai CR4
Industri Pengolahan, dan CR8 sebesar 87%-99%. Rata-rata nilai Indeks Herfindahl tenaga kerja dengan 4
Rasio Konsentrasi, perusahaan terbesar selama 5 tahun sebesar 0,42% dan untuk 8 perusahaan terbesar 0,41%.
Indeks Herfindahl, MES Rata-rata nilai Indeks Herfindahl bahan baku 4 perusahaan terbesar sebesar 0,36% dan
untuk 8 perusahaan
terbesar sebesar 0,40%. Nilai rata-rata Indeks Herfindahl nilai tambah 4 perusahaan terbesar
sebesar 0,42% dan 8 perusahaan terbesar sebesar 0,42%. Nilai Indeks Herfindahl baik 4
perusahaan terbesar maupun 8 perusahaan memiliki struktur perusahaan dominan. Hasil
penelitian juga menunjukkan nilai hambatan pasar pada industri pengolahan di Kota Semarang
cukup tinggi yaitu dengan rata-rata nilai MES sebesar 30,18%.

Abstract

This research is intended to describe how structure of industry manufacture and to analyze how conduct
of industry manufacture in Semarang city. Method being used in this research is concentration ratio
(CR) either CR4 or CR8 and Herfindahl Index. This research is also uses Minimum Efficiency Scale to
see how barrier to entry of industry manufacture. The result of research are concentration ratio (CR) of
total employment, CR of raw material, CR of added value all of those are increase both CR4 and
CR8. This means that structure of industry manufacture in Semarang city have a type oligopoly full
with the CR4 and CR8 value an average of 87%-99%. The average index value Herfindahl labor 4
companies over the next 5 years was 0,42% and for 8 companies was 0,41%. An average index value
Herfindahl raw material 4 companies was 0,36% and for 8 companies was 0,40%. And an average
index value Herfndahl of added value 4 companies was 0,42% and 8 companies was 0,42%. Herfindahl
Index value either 4 or 8 companies the company has a dominant company type. The result of this
research also indicate that barrier to entry of industry manufacture in Semarang city in high with a
value of MES of 30,18 percent.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati,
Semarang Telp/Fax: (024) 8508015, email:
ekonomi@unnes.ac.id
Khavidhurrohmaningrum / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia disebabkan karena adanya struktur pasar yang
pada pertengahan tahun 1997 menyadarkan tercermin dalam konsentrasi industri (variabel
pemerintah bahwa semakin penting untuk penguasaan pasar, tenaga kerja, nilai tambah,
memberdayakan industri-industri.. Sektor
output, modal). Konsentrasi industri merupakan
industri merupakan salah satu sektor yang
ukuran yang digunakan untuk melihat derajat
mampu menopang perekonomian di Jawa
penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan
Tengah. Sektor ini mampu menggantikan peran
dalam suatu industri. Struktur pasar merupakan
sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja
suatu bahasan yang penting untuk mengetahui
dan sumber pendapatan wilayah. Industri
perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur
Pengolahan merupakan sektor yang terbukti
(structure) suatu industri akan menentukan
mampu bertahan dalam menghadapi krisis
bagaimana perilaku para pelaku industri (conduct)
ekonomi. Tahun 2005- 2009 adalah masa
yang pada akhirnya menentukan kinerja
pemulihan dan pengembangan industri setelah
(performance) industri.
krisis di tahun 1997/1998 di Indonesia. Adanya
Pada gambar 1 dibawah ini
revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi
menunjukkan bahwa struktur dan perilaku saling
industri masih menjadi salah satu fokus
berhubungan. Hubungan Struktur (Structure),
kebijakan industri. (Departemen Perindustrian,
Perilaku (Conduct), dan Kinerja (Performance)
dalam Kuncoro 2007).
tidak hanya merupakan hubungan linier saja
Perkembangan ekonomi di Kota Semarang
akan tetapi merupakan hubungan yang saling
semakin meningkat selama tiga tahun terakhir ini,
berkaitan dan mempengaruhi.
salah satu diantaranya adalah kegiatan ekonomi
dari sektor industri pengolahan. Hal ini

Struktur Perilaku Kinerja

Gambar 1 Keterkaitan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar


Sumber: Martin (1994:3), dalam Kuncoro (2007:153)

221
Khavidhurrohmaningrum / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

domestik maupun di pasar internasional,


Keberadaan industri pengolahan di Kota peningkatan harga bahan baku sebagai akibat
Semarang mempunyai sisi positif dan negatif. tidak langsung dari naiknya harga minyak
Sisi positifnya adalah industri ini berperan besar dunia, serta penyerapan tenaga kerja yang
dalam perekonomian. Selain itu, sektor ini juga semakin berkurang. Kondisi ini paling tidak
menggunakan input dari sektor-sektor dapat ditunjukkan oleh statistik industri
pendukung lainnya. Sedangkan dari sisi negatif, pengolahan terhadap ekonomi lokal dari segi
industri ini menghadapi banyak masalah mulai jumlah perusahaan, penyerapan tenaga kerja,
dari persaingan pemasaran, baik di pasar nilai tambah dan nilai output.
Tabel 1
Statistik Industri Pengolahan di Kota Semarang Tahun 2007-2011
Indus
tri Tenaga Nilai Nilai
Pengolahan Kerja Output Tambah
T O Mil Mil
ahun nit rang yar Rp % yar Rp
2 9 21. 7.8
007 31 4,6 3.264 1,7 086,97 20 67,51 0,5
2 9 21. 7.7
008 77 1,5 1.829 1,3 531,49 20,4 36,34 0,2
2 8 19. 6.0
009 41 9,5 5.454 9,9 597,47 18,6 57,47 5,8
2 8 21. 8.1
010 13 8 1.037 8,8 578,13 20,4 34,48 1,2
2 7 21. 8.5
011 87 6,4 8.632 8,3 743,31 20,6 43,13 2,3
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka 2012, BPS (Data diolah)
Peran industri pengolahan dalam tenaga kerja yang tiap tahun cenderung
perekonomian Kota Semarang cukup signifikan. menurun.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun Dibandingkan posisinya tahun 2007, pada
2007, nilai tambah industri ini mampu tahun 2011 jumlah perusahaan di industri ini
menyumbang sebesar 20,5 persen dari total nilai menurun sekitar 16,4 persen atau sebesar 287
tambah industri besar dan sedang. Peningkatan unit perusahaan yang sebelumnya industri di
terjadi di tahun-tahun berikutnya hingga pada Kota Semarang mencapai 24,6 persen atau
tahun 2011, kontribusi nilai tambah yang di sebesar 431 perusahaan di tahun 2007.
capai sebesar 22,3 persen. Meskipun terjadi Demikian pula dalam hal penyerapan tenaga
penurunan drastis di tahun 2009, yakni hanya kerja terjadi penurunan sebesar 18,3 persen pada
mampu mencapai sebesar 15,8 persen saja. Nilai periode yang sama. Pada tahun 2007, industri
output-nya pada tahun 2011 mampu mencapai ini mempekerjakan 93.264 orang, sementara
20,6 persen terhadap total output Kota tahun 2011 jumlah ini menurun menjadi 78.632
Semarang, nilai ini lebih tinggi dibandingkan orang. Hal ini tidak sebanding dengan kontribusi
pada tahun 2007 meskipun peningkatan yang PDRB di Kota Semarang yang tiap tahunnya
terjadi tidak terlalu tinggi yakni 20 persen pada semakin meningkat, akan tetapi penyerapan
tahun 2007. Namun demikian, kinerja industri tenaga kerja malah semakin menurun. Hal ini
pengolahan di Kota Semarang dewasa ini kemudian mengindikasikan terjadinya
cenderung menurun. Kondisi ini paling tidak perubahan dari struktur industri itu sendiri,
dapat ditunjukkan oleh kontribusi industri sehingga akan berdampak pada perolehan
terhadap ekonomi lokal dari segi penyerapan tingkat keuntungan yang didapat. Tujuan dalam
222
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

penelitian ini adalah mengidentifikasikan


semakin besar. Persaingan menjadi tidak sehat,
keadaan industri pengolahan di Kota Semarang.
dan perusahaan besar akan cenderung
Struktur pasar yang terjadi dalam industri
melakukan tekanan-tekanan pada perusahaan
pengolahan perlu diperhatikan agar tidak terjadi
lainnya.
persaingan usaha yang tidak sehat.

LANDASAN TEORI
Konsep Ekonomi Industri Pendekatan Struktur, Perilaku, dan
Ekonomi industri merupakan cabang ilmu
Kinerja
yang khusus mempelajari tentang organisasi Dalam teori organisasi industri, terdapat
industri yakni yang mempelajari keterkaitan
sebuah konsep SCP atau structure, conduct, and
antara struktur, perilaku, dan kinerja industri.
performance. Teori tersebut menjelaskan bahwa
Ekonomi industri merupakan suatu keahlian
kinerja suatu industri pada dasarnya sangat
khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi ini
dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar
membantu menjelaskan mengapa pasar perlu
(structure) dianggap akan mempengaruhi
diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya
perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu
mempengaruhi cara kerja pasar industri.
industri dan perilaku (conduct) akan
Perilaku industri tentu sangat berhubungan erat
mempengaruhi kinerja (performance). Paradigm
dengan tujuan-tujuan industri. Setiap keputusan
SCP berpendapat bahwa konsentrasi pasar yang
bisnis yang diambil oleh produsen akan sejalan
tinggi membuat perusahaan lebih mudah untuk
dengan tujuan ekonomi yang telah ditentukan
menguasai pasar dan menghasilkan keuntungan
sebelumnya. Tujuan tersebut tercermin dalam
atau marjin yang tinggi. Dengan kata lain,
bentuk keuntungan yang didapat dalam jangka
struktur pasar mempengaruhi profitabilitas secara
panjang.
positif.
Pengertian industri secara luas adalah
suatu unit usaha yang melakukan kegiatan
Struktur Pasar
ekonomi yang mempunyai tujuan untuk
Struktur pasar merupakan bentuk atau
menghasilkan barang dan jasa yang terletak
tipe keseluruhan pasar industri. Struktur pasar
pada satu bangunan atau lokasi tertentu serta
juga menunjukkan karakteristik pasar, seperti
memiliki catatan administrasi tersendiri
jumlah pembeli dan penjual, keadaan produk,
mengenai produksi dan struktur biaya serta ada
pengetahuan penjual dan pembeli, serta keadaan
seseorang atau lebih yang bertanggung jawab
hambatan masuk pasarnya. Perbedaan pada
atas resiko usaha tersebut (Hasibuan, 1993).
elemen-elemen tersebut akan membedakan cara
Kajian mengenai struktur, perilaku dan kinerja
masing-masing pelaku pasar dalam berperilaku.
suatu industri menjadi penting untuk dipelajari.
Perbedaan berperilaku ini akhirnya akan
Hal ini tidak terlepas dari semakin tingginya
menentukan perbedaan kinerja pada pasar itu
konsentrasi struktur pasar yang menciptakan
sendiri. Jumlah penjual dalam pasar akan
kecenderungan ke arah oligopoli. Ketika
mempengaruhi harga jual yang berlaku dan
konsentrasi oligopoli berada pada tingkat yang
output yang terdapat dalam pasar.
sangat ketat, maka barrier to entry juga akan

223
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Tabel 2 Tipe-tipe Pasar dalam Industri


Monop Perusah Oligopo Persaingan Persain
Ciri-ciri oli aan Dominan li Monopolistik gan Murni
Banyak Lebih
Mengua Gabung pesaing yang dari 50
Kondisi Memili sai 50-100% an beberapa efektif, tidak pesaing yang
Utama ki 100% pangsa pasar perusahaan satupun memiliki tidak satupun
pangsa pasar tanpa pesaing terkemuka lebih 10% pangsa memiliki
kuat yang pangsa pasar pangsa pasar
pasarnya 60- yang berarti
100%

Indeks HHI = 0,25 < 0,01 < HHI <


Hirschman- 1 HHI < 1 0,01 < HHI < 0,1 00,1
Herfindahl HHI < 0,18
(HHI)
Jumlah Sangat
produsen Satu Sedikit Sedikit Banyak Banyak
Entry/exi Sangat Sangat
t barrier tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Homog
Tipe Hetero Heterog en atau Homog
Produk gen en Heterogen Heterogen en
Kekuasaa Sangat Tidak
n menentukan besar Relatif Relatif Sedikit ada
Persainga Tidak Sangat Tidak
n selain harga ada Sedikit Besar Besar ada
Agak
Profit Berlebih Berlebih berlebih Normal Normal
Kurang Kurang Kurang Cukup
Efisiensi baik baik baik baik Baik
Sumber : (Hasibuan:1993; Alistair:2004; Kuncoro:2007)
namun selalu di atas 50 persen. Hambatan
Pasar Monopoli terdiri dari satu produsen untuk masuk pasar ini pun cukup tinggi, namun
yang menguasai pangsa pasar keseluruhan atau biasanya informasi pasarnya cukup terbuka.
sebesar 100 persen dan memiliki nilai index Pada pasar oligopoli, terdapat beberapa pelaku
Herfindahl sebesar 1. Hambatan masuk pada usaha yang memimpin pasar dengan pangsa
pasar dimonopoli ini sangat tinggi, karena pasar gabungannya sebesar 60 persen sampai
produsen yang menguasai pasar akan berusaha 100 persen.
keras agar tidak ada pesaing pada pasar yang Struktur industri menentukan perilaku
dipimpinnya. Pada struktur pasar yang dipimpin perusahaan yang menentukan kinerja industri.
oleh perusahaan dominan, pelaku usaha terdiri Struktur pasar dalam konteks ini menunjukkan
dari beberapa atau banyak perusahaan, namun atribut pasar yang mempengaruhi sifat
hanya ada satu pelaku usaha yang terlihat persaingan. Beberapa elemen penting untuk
mendominasi pasar. Perusahaan dominan ini mengukur struktur pasar diantaranya yaitu
menguasai pangsa pasar kurang dari 100 persen,

224
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

pemusatan (concentration) dan hambatan masuk meningkat, maka tingkat persaingan di pasar
pasar (barrier to entry). antar industri menurun, dan jika tingkat
1. Konsentrasi Industri konsentrasi dalam keadaan menurun, maka
Tingkat konsentrasi industri dan halangan kondisi tingkat persaingan meningkat. (Prasetyo,
masuk (barrier to entry) merupakan variabel 2010:50).
struktur pasar yang penting. Struktur pasar Konsentrasi dalam skripsi ini dihitung
industri menjadi ukuran penting dalam menggunakan Concentration Ratio (CR) dan
mengamati perilaku dan kinerja industri yang Herfindahl-Hierschman Index (HHI) yang akan
bersangkutan. Konsentrasi industri dapat dijelaskan dalam metode analisis. Rasio
diartikan sebagai suatu dimensi atau ukuran konsentrasi (concentration ratio) atau biasa disebut
relative yang memperhatikan derajat CR merupakan cara yang paling sering
N
penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi
dalam suatu industri yang berada di dalam industri. Untuk kondisi tertentu, jika di mana
pasar. Ada beberapa ukuran dalam konsentrasi jumlah industri di suatu daerah atau negara
industri diantaranya adalah Andil Perusahaan, tersebut cukup banyak, maka dapat digunakan
Kurva Lorenz, Indeks Gini, dan indeks hingga sejumlah 20 andil perusahaan dalam
lainnya. Hasil dari berbagai ukuran tingkat industri tersebut yang dapat dihitung rasio
konsentrasi ada yang meningkat dan ada yang konsentrasinya. (Prasetyo, 2010:52).
menurun. Jika tingkat konsentrasi dalam
keadaan
Tabel 3 Dimensi batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri
Dimensi Ukur Nilai Nilai Struktur
Menurut CR-4 CR-8 Industri
Stigler - 60% Oligopoli

Joe S.Bain :
Kelompok I (IA & 87% 99% Oligopoli penuh
IB)
Kelompok II 72% 88% Oligopoli tipe 2
Kelompok III 61% 77% Oligopoli tipe 3
Kelompok IV 38% 45% Oligopoli tipe 4
Kelompok V 22% 32% Oligopoli tipe 5
<32% Tak
terkonsentrasi

Keysan dan Turner : CR- CR- Oligopoli penuh


8 =100% 20 =75%
Kelompok I - 33% Oligopoli
Kelompok II <33% Tak
terkonsentrasi
Hasibuan & <3% - Poli-poli
Machlup
Kuncoro 40% - Oligopoli
>70 >86% Oligopoli
%
Prasetyo
<25 <35% Tidak
% terkonsentrasi
Sumber : (Prasetyo, 2010)
225
Khavidhurrohmaningrum / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

pasar persaingan sempurna menyebabkan


Pengukuran konsentrasi dengan Herfindahl perusahaan tidak memiliki kekuasaan untuk
Hirschman Index (HHI) merupakan penjumlahan menentukan harga pasar. Perilaku pasar
kuadrat pangsa pasar untuk semua perusahaan digunakan untuk menentukan segala sesuatu
dalam suatu industri. Ukuran ini didasarkan yang berkaitan dengan kegiatan operasional
pada jumlah total dan distribusi ukuran dari perusahaan. Strategi pasar jenis ini dilakukan
perusahaan-perusahaan dalam industri oleh pelaku pasar beserta pesaing-pesaingnya.
(Kuncoro, 2007: 156). HHI bernilai antara 0-1 Perilaku setiap perusahaan akan sulit
(monopoli). Semakin mendekati 1, semakin diperkirakan untuk kondisi pasar oligopoli.
besar konsentrasi industri. Tindakan yang dilakukan seringkali harus
mengantisipasi tindakan dari pesaing-pesaing
2. Hambatan Masuk terdekat.
Ada beberapa hal umum mengenai
hambatan memasuki suatu pasar. Pertama, Kinerja Pasar
hambatan timbul dalam kondisi pasar yang Kinerja pasar merupakan hasil kerja atau
mendasar, tidak hanya legal ataupun dalam prestasi yang muncul sebagai reaksi akibat
bentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan terjadinya tindakan-tindakan para pesaing pasar
cepat. Kedua, hambatan terbagi dalam beberapa yang menjalankan strategi perusahaannya guna
tingkatan, mulai dari tanpa hambatan sama bersaing dan menguasai pasar. Kinerja dapat
sekali, hambatan rendah, sedang hingga diukur melalui berbagai bentuk pencapaian yang
tingkatan tinggi dimana tidak ada lagi jalan diraih perusahaan. Dalam analisis internal,
masuk. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu banyak perusahaan menerapkan sistem rasio
yang kompleks dimana hambatan yang besar dan standar yang memisahkannya ke dalam
dapat memperkuat kekuatan pasar suatu komponen serangkaian keputusan yang
perusahaan dominan. Hal lain yang dapat mempengaruhi kinerja operasional, keseluruhan
dijadikan faktor hambatan masuk adalah dengan returns, dan harapan pemegang saham. Selain itu
pengukuran Minimum Efficient Scale (MES). kinerja dalam suatu industri dapat diamati
Menurut Comanous dan Wilson (1967) dalam melalui nilai tambah (value added), produktivitas,
Alistair (2004), untuk menghitung MES dan efisiensi. Nilai tambah merupakan selisih
digunakan rumus sebagai berikut: antara nilai input dengan nilai output. Nilai
input terdiri atas biaya bahan baku, biaya bahan
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 baku, biaya bahan bakar, jasa industri, biaya
𝑀𝐸𝑆 = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 100 %
sewa gedung, mesin dan alat-alat, serta jasa
Pesaing baru tidak akan masuk, kecuali yakin
industri. Sementara itu, nilai output merupakan
akan memperoleh keuntungan setelah masuk ke
nilai barang yang dihasilkan.
dalam pasar. Jika MES relatif besar terhadap
pasar, perusahaan baru tidak akan dapat
METODE PENELITIAN.
membuka pabrik yang beroperasi secara efisien
Jenis dan Sumber Data
tanpa meningkatkan output industri.
Dalam penelitian ini, data yang
Perusahaan yang memasuki pasar dengan
digunakan adalah data sekunder, didapat dari
kondisi di bawah MES tidak akan sanggup
buku-buku literature yang dikeluarkan oleh
bersaing dengan perusahaan yang telah ada di
berbagai instansi, jurnal dan internet. Sebagian
pasar.
besar data penelitian diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Jawa Tengah, Badan Pusat
Perilaku Pasar
Statistik (BPS) Kota Semarang, Dinas
Perilaku perusahaan dalam suatu industri
Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang
akan menarik untuk diamati apabila perusahaan
(Disperindag), dan Bappeda Kota Semarang.
berada dalam suatu industri yang mempunyai
Penelitian ini dilakukan di 16 kecamatan di
struktur pasar yang tidak sempurna. Struktur
226
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Kota Semarang dan pada 23 jenis industri dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-


pengolahan dari tahun 2007-2011. Karena perusahaan itu.
𝑛
keterbatasan data, penelitian ini hanya X
i
digunakan 12 jenis industri pengolahan yang CRn= ∑
dalam perhitungan analisisnya dengan ISIC 5 i=1 �
j

digit. Dimana: n merupakan jumlah perusahaan


industri yang dapat diukur; X merupakan besar
Metode Analisis Data nilai absolute dari variabel yang sedang diamati
pada sejumlah perusahaan ke-i; dan T
1. Análisis Rasio Konsentrasi merupakan jumlah keseluruhan nilai absolute
Tingkat konsentrasi dapat dihitung melalui dari variabel yang diukur atau diamati dalam
Concentration Ratio (CR). Rasio konsentrasi industri. Metode rasio konsentrasi yang
merupakan persentase dari total output industri digunakan dalam penelitian ini adalah CR4
atau pendapatan penjualan. Rasio sejumlah (concentration ratio-4) dan CR8 (concentration
perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari ratio- 8). Menurut Churh dan Ware (2000);
total output industri yang Clarke (1994); Hasibuan (1993) dalam Fitri
(2007) adalah:
1) Rasio Konsentrasi (concentration ratio-4/CR4).
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 4 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷i𝑎𝑚𝑎𝑡i
𝐶𝑅4 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟i 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷i𝑎𝑚𝑎𝑡i × 100%

2) Rasio Konsentrasi (concentration ratio-8/CR8).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 8 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷i𝑎𝑚𝑎𝑡i


𝐶𝑅8 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟i 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷i𝑎𝑚𝑎𝑡i × 100%

Rasio konsentrasi yang diukur dalam


Semakin mendekati 1, semakin besar
penelitian ini adalah nilai tenaga kerja, bahan
konsentrasi industri.
baku, dan nilai tambah. Semakin besar angka
persentasenya (mendekati 100) berarti semakin 𝑛
besar konsentrasi industri dari produk tersebut. 𝐻𝐻𝐼 = ∑ 𝑚𝑠i2
Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai i−1
100 persen, maka bentuk pasarnya adalah
monopoli. Sebaliknya berdasarkan analisis 3. Analisis Hambatan Masuk
struktur dalam ekonomi industri, struktur Selain menggunakan ukuran konsentrasi,
industri dikatakan berbentuk oligopoli bila struktur industri juga dapat diidentifikasi
empat perusahaan terbesar menguasai minimal melalui hambatan masuk pasarnya. Alat
40 persen pangsa pasar penjualan dari industri analisis yang digunakan dalam penelitian ini
yang bersangkutan (Kuncoro, 2002). adalah Minimum Efficient Scale (MES). Menurut
Comanous dan Wilson (1967) dalam Alistair
2. Analisis Indeks Herfindahl (2004). Salah satu cara yang digunakan untuk
HHI atau biasa disebut Herfindahl-Hirschman melihat hambatan masuk pasar adalah dengan
Index merupakan penjumlahan kuadrat pangsa mengukur skala ekonomis yang didekati
pasar untuk semua perusahaan dalam suatu melalui output perusahaan yang menguasai
industri. Ukuran ini didasarkan pada jumlah pasar lebih dari 50 persen. Nilai output tersebut
total dan distribusi ukuran dari perusahaan- kemudian dibagi dengan output total industri.
perusahaan dalam industri (Kuncoro, 2007:
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
156). HHI bernilai antara 0-1 (monopoli). 𝑀𝐸𝑆 =
227
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
× 100
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

228
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

tahun 2009 dan peningkatan kembali di dua


HASIL DAN PEMBAHASAN tahun terakhir ini.

Gambaran Perekonomian Kota Perkembangan Industri Pengolahan di


Semarang Kota Semarang
Perekonomian di Kota Semarang Peranan sektor industri pengolahan di
menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Kota Semarang sangat penting karena telah
Pertumbuhan PDRB Kota Semarang cenderung menjadi salah satu penggerak dalam
naik di tahun 2002-2007, akan tetapi mulai perekonomian di Kota Semarang. Peran sektor
terjadi penurunan laju pertumbuhan di tahun industri terus meningkat hingga saat ini
2008 sebesar 5,59 persen dan mengalami terhadap pendapatan nasional dan dapat
peningkatan kembali di tahun 2010 hingga mengalahkan sektor pertanian yang dahulu
mencapai 5,87 persen. Perkembangan dari merupakan sektor primer. Kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang. PDRB tertinggi yang dicapai industri
Selama kurun waktu 10 tahun (tahun 2002- pengolahan yaitu pada tahun 2007 sebesar
2011), menunjukkan perkembangan yang 27,55 persen dan terendah adalah pada tahun
fluktuatif dalam pertumbuhan ekonomi. Pada 2011 yakni hanya mampu memberikan
tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota kontribusi sebanyak 26,60 persen, menurun
Semarang mengalami penurunan yang relatif sekitar 0,95 persen.
kecil dikarenakan mendapat pengaruh dari Analisis Struktur Industri Pengolahan
dampak krisis keuangan global sehingga di Kota Semarang
mencapai 5,59 persen diikuti penurunan pada 1. Analisis Konsentrasi
tahun selanjutnya yakni sebesar 5,34 persen di Tingkat konsentrasi pada industri
pengolahan berdasarkan CR4 dan CR8 dapat
dilihat pada tabel 4:
Tabel 4
Tingkat konsentrasi CR4 dan CR8 Industri Pengolahan tahun 2007-2011 (persen)
Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011
CR4
CR Tenaga
Kerja 95,5 97,1 95,7 96,6 96,3
CR Bahan
Baku 96,8 98,3 97,3 96,4 97,3
CR Nilai
Tambah 95,8 95,9 96,7 97,9 97,6

CR8
CR Tenaga
Kerja 97,2 98,2 97,6 97,4 97,7
CR Bahan
Baku 97,8 99,5 99,4 99,3 99,7
CR Nilai
Tambah 99,2 99,2 99,1 98,9 99,1
Sumber: Data diolah
maupun CR8 adalah Oligopoli penuh, dimana
Berdasarkan pada tabel 4 dapat dilihat menurut Joe S. Bain industri dengan tingkat
bahwa tingkat konsentrasi pada industri konsentrasi antara 87%-99% dikatakan tipe
pengolahan di Kota Semarang baik CR4 oligopoli penuh.
229
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

2. Analisis Indeks Herfindahl delapan perusahaan dapat dilihat pada tabel


Nilai Indeks Herfindahl pada industri dibawah ini:
pengolahan berdasarkan empat perusahaan dan
Tabel 5
Nilai Indeks Herfindahl 4 perusahaan dan 8 perusahaan Industri Pengolahan tahun 2007-
2011 (persen)
2 2 2 2 2
Keterangan 007 008 009 010 011
Indeks Herfindahl 4 perusahaan
0 0 0 0 0
Indeks Herfindahl Tenaga Kerja ,36 ,46 ,38 ,40 ,50
0 0 0 0 0
Indeks Herfindahl Bahan Baku ,34 ,47 ,35 ,30 ,36
0 0 0 0 0
Indeks Herfindahl Nilai Tambah ,43 ,44 ,40 ,40 ,43

Indeks Herfindahl 8 perusahaan


0 0 0 0 0
Indeks Herfindahl Tenaga Kerja ,37 ,46 ,39 ,42 ,40
0 0 0 0 0
Indeks Herfindahl Bahan Baku ,34 ,47 ,35 ,34 ,40
0 0 0 0 0
Indeks Herfindahl Nilai Tambah ,43 ,44 ,40 ,41 ,40
Sumber: Data diolah
Salah satu cara yang digunakan agar
Berdasarkan tabel 5, nilai indeks dapat bersaing maka para pesaing harus
Herfindahl industri pengolahan di Kota memiliki Minimum Efficiency Scale (MES).
Semarang cukup tinggi, baik penghitungan Dengan mengukur skala ekonomis melalui
melalui indeks Herfindahl empat perusahaan pendekatan nilai output perusahan terbesar
maupun indeks Herfindahl delapan perusahaan. dibagi dengan total output industri, dapat
Struktur industri pengolahan di Kota Semarang mempertahankan keberadaan perusahaan-
berbentuk perusahaan dominan, dimana perusahaan dalam industri pengolahan.
industri dengan nilai indeks Herfindahl antara
0,25%-1% dikatakan tipe perusahaan dominan. MES
27,51 33,1 36,9 28,1
25,3
3. Analisis Minimum Efficiency Scale
Struktur industri juga dapat dianalisis 2007 2008 2009 2010 2011
berdasarkan hambatan masuk pasarnya.
Sejumlah produsen yang keluar masuk pasar,
Sumber: Data diolah
akan mempengaruhi produsen-produsen lain
Gambar 2 Fluktuasi MES Industri
yang telah ada sebelumnya. Selain itu juga akan
Pengolahan di Kota Semarang Tahun 2007-2011
mempengaruhi perilaku pasar nya. Pengaruh
tersebut dapat bersifat negatif apabila
Berdasarkan gambar 2, terdapat
perusahaan lama tidak dapat bertahan, sehingga
perubahan tren nilai MES pada industri
akan menurunkan tingkat keuntungan yang
pengolahan. Perubahan tersebut ditunjukkan
didapat.
dengan adanya tren yang meningkat dari 27,51

230
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

persen (2007) menjadi 28,10 persen (2011).


di Kota Semarang. Melihat potensi tersebut,
Skala Efisiensi Minimum industri pengolahan
akhirnya pemerintah berupaya untuk tetap
dari tahun 2007-2011 memiliki nilai rata-rata
mempertahankan industri ini yaitu dengan
sebesar 30,18 persen, dimana menurut
melakukan strategi promosi pada produk.
Comanous dan Wilson (1967) dalam jurnal
Alistair (2004) nilai MES yang lebih besar dari
SIMPULAN DAN SARAN
10 persen mengambarkan hambatan masuk
Simpulan
pasar yang tinggi pada industri.
1. Hasil analisis CR4 dan CR8, struktur
industri pengolahan di Kota Semarang
Analisis Perilaku Industri Pengolahan
berbentuk oligopoli penuh. Analisis
di Kota Semarang
indeks Herfindahl menunjukkan bahwa
1. Strategi Harga struktur industri di Kota Semarang
Berdasarkan penghitungan rasio konsentrasi memiliki struktur perusahaan dominan.
dapat diketahui bahwa struktur pasar industri Hambatan masuk industri pengolahan
pengolahan berbentuk oligopoli. Dimana dalam di Kota Semarang cukup tinggi dengan
pasar oligopoli adanya saling ketergantungan
nilai Minimum Efficiency Scale (MES)
dan saling mempengaruhi antara suatu
yaitu sebesar 30,18 persen.
perusahaan dengan pesaing-pesaing lainnya.
2. Pada kondisi struktur pasar oligopoli,
Pada pasar oligopoli penuh, kolusi antar
perilaku pasar yang dilakukan dengan
perusahaan sangat rawan terjadi. Jika hal
strategi penurunan harga. Selain itu,
tersebut terjadi maka yang akan dirugikan ialah
perilaku pada industri furniture dan
konsumen, dimana perusahaan-perusahaan
industri pengolahan lainnya juga
tersebut berkolusi menetapkan harga tinggi pada
dilakukan strategi promosi produk.
produknya.
Maka yang harus dilakukan bagi industri-
Saran
industri pengolahan di Kota Semarang adalah
Penelitian selanjutnya dapat digunakan
kesepakatan dalam penyesuaian harga pada
variabel-variabel lain seperti pangsa pasar, nilai
oligopoli salah satunya untuk mencegah
investasi, serta regresi untuk menilai kinerja
terjadinya pemotongan harga. Penentuan harga
dalam industri pengolahan. Pengusaha di Kota
pada beberapa industri tersebut dapat
Semarang mengadakan pelatihan Sumber Daya
dipertimbangkan dari perilaku konsumen.
Manusia yang bertujuan untuk meningkatkan
Beberapa konsumen mengasumsikan bahwa
kualitas tenaga kerja industri-industri di Kota
semakin mahal harga suatu produk maka
Semarang. Pemerintah Kota Semarang
kualitas produk tersebut semakin tinggi. Namun
disarankan ada kebijakan di sektor industri
bukan berarti konsumen akan selalu memilih
pengolahan yang terintegrasi dengan kebijakan
produk yang berharga mahal, sebagian akan
pusat (nasional). Kerjasama dengan berbagai
memilih produk yang serupa namun dengan
pihak merupakan salah satu kunci perbaikan
harga yang lebih murah.
industri pengolahan di Kota Semarang. Selain
itu, pencitraan produk lokal dengan karakteristik
2. Strategi Promosi tertentu (yang unik) dan peningkatan kualitas
Berdasarkan penghitungan indeks Sumber Daya Manusia juga sangat diperlukan
Herfindahl, dimana pada pengukuran ini untuk membantu industri pengolahan di Kota
memperkuat hasil penghitungan rasio Semarang dalam menghadapi persaingan global.
konsentrasi. Struktur pada industri pengolahan
di Kota Semarang berbentuk perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
dominan. Pada hal ini perusahaan furniture dan
industri pengolahan lainnya merupakan
Alfarisi, D. 2009. “Analisis Struktur dan Kinerja
perusahaan dominan pada industri pengolahan
Industri Pulp dan Kertas Indonesia”.
231
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Dalam Jurnal Persaingan Usaha (Edisi I). ------------------. 2010. Ekonomi Pembangunan.
RI: KPPU. Jakarta: Erlangga.

Alistair, Armytha. 2004. “Analisis Pendekatan Meier, Gerald M., Robert E. Baldwin. 1972.
Struktur-Perilaku-Kinerja pada Industri
Pembangunan Ekonomi. Terjemahan Drs.
Tepung Terigu di Indonesia Pasca
P. Sitohang. Jakarta: Bratara.
Penghapusan Monopoli Bulog”. Skripsi.
Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Skripsi, Tesis, Disertasi,dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan.
Edisi Keempat.Yogyakarta: STIE YKPN.
Prasetyo, P. Eko. 2009. Fundamental Makro
Ekonomi. Yogyakarta: Beta Offset.
Asaad, Muhammad dan Rasidin Karo-Karo
Sitepu. 2011. “Analisis Struktur Industri
-------------------. 2010. Ekonomi Industri.
Pengolahan di Provinsi Sumatera Utara”.
Yogyakarta: Beta Offset.
Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Sumatera Utara: Universitas Islam
Pratiwi, Gustyanita. 2011. “Analisis Struktur,
Sumatera Utara.
Kinerja, dan Perilaku Industri Rokok
Kretek dan Industri Rokok Putih di
Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. 2012.
Indonesia Selama Periode 1991-2008”.
Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2012.
Skripsi. Bogor : Fakultas Ekonomi dan
Jawa Tengah: BPS.
Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang.


Purnomo, Didit dan Devi Istiqomah. 2008.
2012. Kota Semarang Dalam Angka Tahun
“Analisis Peranan Sektor Industri
2012. Semarang.
Terhadap Perekonomian Jawa Tengah
Tahun 2000 dan Tahun 2004 (Analisis
Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi.
Input Output)”. Dalam Jurnal Ekonomi
Yogyakarta: BPFE-UGM.
Pembangunan, Volume 9 No. 2. Hal 137-
155 Surakarta: Universitas
Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Yogyakarta:
Muhammadiyah Surakarta.
BPFE UGM.
Sari, Ika Mustika. 2011. “Analisis Struktur-
Jhingan, M. L. 2010. Ekonomi Pembangunan
Perilaku-Kinerja Industri Pengolahan
dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja
Susu di Indonesia”. Skripsi. Bogor:
Grafindo Persada.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif
(Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Sari, Nevita. 2013. “Konsentrasi Industri
Ekonomi). Yogyakarta: Unit Penerbit dan Pengolahan di Jawa Tengah Periode
Percetakan (UPP) STIM YKPN.
2005-2009”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
------------------. 2007. Ekonometrika Industri
Indonesia: Menuju Negara Industri Baru
Simanjuntak, J. Payaman. 1985. Pengantar
2030. Yogyakarta: Andi. Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: FE UI.

232
Ardhuan Yuananda/ Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Statistik Industri Besar dan Sedang Kota


Semarang. 2007. BPS Kota Semarang.

-----------------------. 2011. BPS Kota Semarang.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan


(Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan).
Jakarta: LPFEUI.

-----------------------. 2002. Pengantar Teori Makro


Ekonomi, Edisi Kedua. Jakarta: Raja
Grafindo Persaja.

-----------------------. 2010. Makroekonomi Teori


Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Suryawati, 2009. “Analisis Struktur, Perilaku


dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian
Jadi di Provinsi DIY”. Dalam Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. Vol. 20 No. 1.
Hal 35-46. Yogyakarta: Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat STIE
YKPN.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori


dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.

Todaro, Michael P, Stephen O. Smith. 2006.


Pembangunan Ekonomi (Edisi Kesembilan).
Terjemahan Drs. Haris Munandar, M. A
dan Puji A.L., S.E. Jakarta: Erlangga.

Wulandari, Fitri. 2007. “Struktur dan Kinerja


Industri Kertas dan Pulp di Indonesia:
Sebelum dan Pasca Krisis”. Dalam
Economic Journal of Emerging Markets,
Volume 8 No. 2. Hal 209-222 Surakarta:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN).

233
Khavidhurrohmaningrum / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

234

Anda mungkin juga menyukai