Anda di halaman 1dari 157

DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA

DI DEPAN KELAS SISWA KELAS X & KELAS XI


SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :
Edeltrada Tian Mahar Tiara
041114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

 
DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN KELAS SISWA KELAS X & KELAS XI
SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :
Edeltrada Tian Mahar Tiara
041114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

i
 
ii
 
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 November 2010

Penulis

Edeltarada Tian Mahar Tiara

iv
 
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Edeltrada Tian Mahar Tiara 
Nomor Mahasiswa : 041114035
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS
SISWA KELAS X & KELAS XISMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2009/2010
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 11 November 2010

Yang menyatakan

Edeltrada Tian Mahar Tiara

v
 
MOTTO

“IA MEMBUAT SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA, BAHKAN IA


MEMBERI KEKELAN DALAM HATI MEREKA.” (PENGKHOTBAH 3:11)

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya."
(Matius 21:22)

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan waktumu bukanlah

waktuNya.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus n Bunda Maria

Papa tercinta di surga dan Mama tersayang

Mas Tato sama mbak Dias

Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

vi
 
ABSTRAK
DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS
SISWA KELAS X & KELAS XI SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2009/2010

Edeltrada Tian Mahar Tiara


Universitas Sanata Dharma
2010

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1)


mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa kelas X ketika
berbicara di depan kelas, (2) mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami
oleh siswa kelas XI ketika berbicara di depan kelas, dan (3) melihat ada tidaknya
perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan siswa kelas X dan siswa
kelas XI ketika berbicara di depan kelas.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan siswa
kelas XI tahun ajaran 2009/2010 SMA Fransiskus Bandar Lampung. Populasi
penelitian ini adalah 340 orang dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah 200
orang yang terdiri dari 100 orang siswa kelas X dan 100 orang siswa kelas XI.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling sistematis,
karena sampel diambil berdasarkan nomor presensi siswa.
Alat pengumpulan data untuk penelitian ini adalah kuesioner Kecemasan
Berbicara di Depan Kelas yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner
Kecemasan Berbicara di Depan Kelas ini terdiri dari 29 aitem pernyataan yang
bersifat favorable dan unfavorable, dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu
(SL), sering (SR), kadang-kadang (KDG), dan tidak pernah (TP). Kuesioner
Kecemasan Berbicara di Depan Kelas memiliki koefisien reliabilitas dengan
Cronbach (ߙ) rxx = 0,906. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan
kategorisasi berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun
berdasarkan Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu
kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Teknik yang
digunakan untuk uji daya beda adalah korelasi product moment dari Pearson
berdasar Azwar (1999:60) dengan batasan riΧ ≥ 0,30.
Hasil penelitian ini adalah: (1) 42 orang (42%) dari 100 orang siswa kelas X
memiliki tingkat kecemasan yang rendah ketika mempresentasikan hasil tugas di
depan kelas, (2) 50 orang (50%) dari 100 orang siswa kelas XI memiliki tingkat
kecemasan yang sangat rendah ketika mempresentasikan hasil tugas di depan
kelas, dan (3) tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan berbicara di
depan kelas antara siswa kelas X dan siswa kelas XI berdasarkan dengan taraf
signifikansi 5% dengan d.b. = 1 dan nilai χ 2 tab = 3,841.

vii
 
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF THE STUDENTS’ ANXIETY LEVEL TO SPEAK
IN FRONT OF THE CLASS GRADE X & XI SMA FRANSISKUS
BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2009/2010
Edeltrada Tian Mahar Tiara
Universitas Sanata Dharma
2010

This research was descriptive research which was conducted to: (1) reveal the
anxiety level experienced by the X grade students to speak in front of the class,
(2) reveal the anxiety level experienced by the XI to speak in front of the class and
(3) find out any significant differences between the anxiety level of the X and XI
grade students to speak in front of the class.
The subjects of the research were the X and XI graders of the academic year
2009/2010 SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG. The research population
was 340 whereas the research subjects were 200 students which included 100 X
and 100 XI grade students. The sampling technique was systematic sampling
since the sample was chosen based on the attendance list.
The data gathering technique employed was questionnaire about the anxiety to
speak in front of the class arranged by the writer. The questionnaire consists of 29
favorable and unfavorable items, four of which were always (SL), often (SR),
occasionally (KDG) and never (TP). The questionnaire has coefficient reliability
with Cronbach (ߙ) rxx = 0,906. The data analysis technique was categorization
based on normal distribution with Azwar’s continuum’s level (1999:60). The
category consists of five levels, namely very low, low, average, high and very
high. The technique of the difference experiment was Pearson’s moment product
correlation based on Azwar (1999:60) with limit riΧ ≥ 0,30.
The research results were: (1) 42 students (42%) out of 100 X grade
students had low anxiety level when presenting the tasks results in front of the
class, (2) 50 students (50%) out of 100 XI had very low anxiety level when
presenting the tasks results in front of the class and (3) no significant differences
between the anxiety level of the X and XI grade students to speak in front of the
class based on standard significance 5% with d.b.=1 and value χ 2 tab = 3,841.

viii
 
KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala

berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini berjudul “Deskripsi Tingkat Kecemasan Berbicara Di

Depan Kelas Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2009/2010”. Penulisan skripsi ini dilakukan guna melengkapi

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata

Dharma.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini pun tidak

lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin untuk penelitian dan

menjadi dosen pembimbing skripsi yang selama ini memberikan bimbingan,

perhatian, dan dukungan kepada penulis.

3. Dr. Gendon Barus, M.Si., Dosen Penguji yang telah memberikan koreksi dan

masukkan yang sangat berharga untuk perbaikan skripsi ini.

4. Drs. R.H. Dj Sinurat, MA., Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan koreksi dan masukkan untuk perbaikan skripsi ini.

ix
 
5. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A. Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

6. Para Dosen Program Bimbingan dan Konseling Sanata Dharma yang telah

memberikan bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang berguna bagi penulis

selama ini dan untuk dukungan dalam menyelesaikan studi di Universitas

Sanata Dharma.

7. Sekertariat Program Bimbingan dan Konseling serta karyawan perpustakaan

Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam hal keperluan

penelitian dan kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

8. Pihak sekolah SMA Fransiskus Bandar Lampung, khususnya Kepala Sekolah

SMA Fransiskus Sr. M. Pauli, FSGM., Bapak Abi dan semua guru serta staff,

atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian di

SMA Fransiskus, atas pertolongan dengan penuh kesabaran dan kasih kepada

penulis selama proses pengambilan data.

9. Para guru Bimbingan dan Konseling SMA Fransiskus yaitu Sr. Mariane,

Bapak Hiskia, dan Bapak Joko yang telah membantu penulis selama proses

pengambilan data untuk skripsi ini.

10. Para siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung yang

telah membantu dalam pengisian kuesioner untuk skripsi.

11. Papa Yohanes Riyatno yang di surga dan Mama Renate Sri Baryati,

orangtuaku tercinta yang dengan penuh cinta dan kasih sayang membesarkan

dan mendidik penulis serta memberikan kepercayaan kepada penulis untuk

x
 
studi di Yogyakarta selama ini. Thank you Papa and Mama, you are the best

parents.

12. Mas Tato dan Mbak Dias tersayang yang selalu mendukung dan memberikan

semangat di saat penulis dalam keadaan kurang baik.

13. Eyang Uti serta semua keluarga besar Papa dan Mama yang selalu memberi

semangat dan dukungan sampai penulis lulus kuliah.

14. I would like to thank Mas Bowo, someone special who has supported the

writer during the completion of this thesis.

15. Teman-teman kuliah angkatan 2004 tanpa terkecuali.

16. Teman-temanku yang satu bimbingan skripsi yaitu Sr. Briggitta, Trias, dan

Sepri terimakasih untuk dukungan, bantuan dan sharing pengalaman selama

penulisan skripsi.

17. Bang Renol, kak Bernat, Lenny, kak Monik dan semua teman-teman

persekutuan yang selalu mendukung dalam doa.

18. Teman-temanku (Retno, Maria, Agnes, Dewi, dan Sinta) yang selalu

mendukung dan memberi semangat kepada ku selama penulisan skripsi.

19. Semua pihak yang tidak saya sebutkan yang selalu memberikan semangat

untuk saya selama pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

xi
 
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………… i

Halaman Persetujuan Pembimbing ……………………………..... ii

Halaman Pengesahan ……………………………………………. iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya …………………………… iv

Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi……………………… v

Halaman Motto dan Persembahan ……………………………… vi

Abstrak ………………………………………………………….. vii

Abstract …………………………………………………………. viii

Kata Pengantar ………………………………………………….. ix

Daftar Isi ………………………………………………………… xii

Daftar Tabel ……………………………………………………… xv

Daftar Lampiran …………………………………………………. xvi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………. 8

C. Tujuan Penelitian ………………………………………... 9

D. Manfaat Penelitian ………………………………………. 9

E. Batasan Istilah …………………………………………… 9

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan ……………………………… 11

2. Jenis-jenis Kecemasan ……………………………… 15

xii
 
3. Penyebab-penyebab Kecemasan …………………… 17

4. Gejala-gejala Kecemasan …………………………... 21

B. Kegiatan Presentasi di Sekolah SMA Fransiskus

Bandar Lampung ……………………………………….. 28

C. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan tentang

berbicara di depan Kelas ………………………………… 30

BAB III Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian ………………………………………….. 35

B. Subjek Penelitian ………………………………………… 35

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian ………………………………….. 35

2. Sampel Penelitian …………………………………… 36

D. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner …………………………………………… 37

2. Validitas dan Reliabilitas …………………………… 40

3. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda …………………. 42

4. Uji Coba …………………………………………….. 44

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan ……………………………………... 48

2. Tahap Pelaksanaan ………………………………….. 48

F. Teknik Analisis Data …………………………………….. 49

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

xiii
 
1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Pada

Siswa Kelas X SMA Fransiskus Bandar Lampung … 56

2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Pada

Siswa Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung … 59

3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Antara Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Fransiskus .. 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X ……………………………………… 64

2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI …………………………………….. 66

3. Perbedaan yang Signifikan Antara Tingkat Kecemasan

Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa

Kelas XI SMA Fransiskus ………………………….. 67

BAB V Penutup

A. Ringkasan ……………………………………………….. 70

B. Kesimpulan ………………………………………………. 72

C. Saran ……………………………………………………… 73

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 76

LAMPIRAN ……………………………………………………… 78

xiv
 
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Sebelum

Uji Coba dan Penelitian ……………………………………… 39

Tabel 2 Hasil Uji Coba Skala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa

kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung Tahun

Ajaran 2009/2010 ……………………………………………… 46

Tabel 3 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 … 52

Tabel 4 Norma Kategorisasi Skor Aitem Berbicara di Depan Kelas Siswa

Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 ………. 54

Tabel 5 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas untuk Siswa

Kelas X ……………………………………………………….. 56

Tabel 6 Gejala-gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden …………………. 57

Tabel 7 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan Norma

Kategorisasi untuk Siswa Kelas XI ………………………….. 59

Tabel 8 Gejala-gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden …………………. 60

Tabel 9 Perhitungan Chi-Kuadrat Tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan

Berbicara di Depan Kelas Antara Siswa Kelas X dan Siswa Kelas

XI SMA Fransiskus Bandar Lampung

xv
 
Tahun Ajaran 2009/2010 ……………………………………… 62

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Kecemasan Berbicara di Depan Kelas … 78

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas … 83

Lampiran 3 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas …………………. 87

Lampiran 4 Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X ………………………………………………… 89

Lampiran 5 Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI ……………………………………………….. 91

Lampiran 6 Penskoran Per-aitem Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X ………………………………………………… 93

Lampiran 7 Penskoran Per-aitem Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI ……………………………………………….. 97

Lampiran 8 Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

Gejala dan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas X ……………. 101

Lampiran 9 Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Berdasarkan Gejala dan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XI.. 105

Lampiran 10 Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian …………………………... 106

Lampiran 11 Daftar Absensi Siswa Kelas X & Kelas XI …………………. 107

Lampiran 12 Contoh Program Pengolahan Kecemasan Berbicara di Depan

Kelas …………………………………………………………. 123

Lampiran 13 Pengelompokkan Korelasi Aitem-Total secara Lengkap ……. 127

xvi
 
xvii
 
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah dalam penelitian.

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang

memiliki strategi penyampaian materi kepada siswa berupa pengajaran.

Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang

menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2003:201).

Pada tahun 1994 dan sebelumnya kegiatan belajar mengajar disebut

dengan pengajaran. Istilah pengajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar di dukung oleh tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada pasal

31 ayat 1 UUD 45 yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak

mendapatkan pengajaran serta pemerintah mengusahakan serta

menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan

Undang-undang. Guru dalam kegiatan pengajaran sebagai pusat dari proses

belajar mengajar dan siswa sebagai penerima tentang apa yang disampaikan

oleh guru. Pada tahun 2006 istilah pengajaran diganti dengan pembelajaran.

Istilah pembelajaran muncul sejak adanya sistem Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum yang berdasarkan pada

potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan


 

 

lingkungannya. KTSP juga bisa disebut sebagai kegiatan pembelajaran yang

berpusat pada diri siswa.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah proses belajar

mengajar yang berdasarkan pada kebutuhan dan minat siswa. Strategi

pembelajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan sistem

belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa.

Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan

sebagai pemberi dukungan selama proses pembelajaran berlangsung (Oemar,

2003:201). Dukungan yang dapat diberikan lembaga pendidikan seperti

pemberi fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran yang dialami

oleh siswa dan dukungan yang dapat diberikan oleh guru seperti memberikan

pendampingan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi

siswa benar-benar diajak untuk berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan

siswa sendiri yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang siswa alami.

Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa ini sudah digunakan

oleh SMA Fransiskus Bandar Lampung hampir di semua mata pelajaran. Siswa

di SMA Fransiskus dalam proses pembelajaran di kelas selalu diajak oleh guru

untuk ikut terlibat aktif seperti menjawab pertanyaan dari guru atau

menyampaikan pertanyaan kepada guru sehingga nantinya guru dapat

mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan.

Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru

dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

Metode ceramah merupakan metode mengajar yang sampai saat ini, menurut

 

pengamatan penulis, masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru

karena ceramah paling mudah dilakukan guru. Guru sudah terbiasa dan

umumnya belum merasa puas dan berpandangan belum memberikan

pengajaran apabila belum menyampaikan materi secara lisan di depan kelas

(Sudirman, 1987:113). Metode ceramah yang dipandang mudah dilakukan oleh

guru dalam proses belajar mengajar dapat memberikan dampak positif dan

negatif pada diri siswa. Dampak positif dari metode ceramah adalah membuat

siswa menjadi pendengar yang baik, siswa mendapatkan pokok-pokok dari

materi pelajaran yang cukup banyak yang telah dirangkum oleh guru, dan

siswa mendapatkan pokok-pokok materi pelajaran yang ditekankan sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai siswa (Sanjaya, 2006:146).

Dampak negatif dari metode ceramah adalah materi yang dikuasai oleh siswa

hanya terbatas pada materi pelajaran yang dikuasai oleh guru, siswa akan

menjadi bosan jika guru kurang mampu menyampaikan materi pelajaran secara

menarik, peran serta siswa dalam proses pembelajaran sangat sedikit, dan

keberhasilan penguasaan materi pembelajaran pada siswa tidak terukur

(Yamin, 2007:154).

Metode lain yang juga digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

adalah metode tanya jawab. Tanya jawab adalah proses dialog antara orang

yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi

informasi adalah seorang ahli atau yang dianggap mengenal dan mengetahui

suatu masalah secara baik. Si penanya mengharapkan informasi yang luas atas

apa yang ditanyakan (Dori, 1991:113). Metode tanya jawab merupakan cara

 

penyampaian bahan mata pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus di

jawab, terutama dari guru, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini

termasuk metode tertua dan yang banyak digunakan dalam proses pendidikan,

baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di sekolah (Sudirman,

1987:118). Metode tanya jawab ini masih digunakan oleh guru sampai

sekarang.

Metode tanya jawab memiliki dampak positif dan dampak negatif

dalam diri siswa. Dampak positif metode tanya jawab adalah siswa memiliki

keberanian bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami, siswa

memiliki keberanian untuk berdiskusi dengan teman yang lain jika ada

perbedaan pendapat saat tanya jawab, dan siswa memiliki keberanian untuk

mengungkapkan pendapatnya. Dampak negatif dari metode tanya jawab adalah

kreativitas siswa dalam berpendapat hanya terbatas pada materi pelajaran yang

disampaikan pada saat itu saja dan terkadang siswa mengalami kesalahan

dengan membahas materi pelajaran lain yang sedang tidak di bahas saat itu

(Yamin, 2007:156).

Pada kegiatan pembelajaran di kelas metode ceramah dan metode

tanya jawab masih sering digunakan oleh guru. Metode ini bila kita lihat dalam

kegiatan pembelajaran di kelas lebih banyak memusatkan proses pembelajaran

pada guru. Guru lebih banyak memberikan informasi kepada siswa dan siswa

menerima informasi yang diberikan guru. Siswa dalam hal ini lebih banyak

sebagai pendengar yang baik dan mengolah informasi yang diberikan oleh guru

menurut pemahaman siswa sendiri. Metode yang dapat digunakan dalam



 

proses pembelajaran di kelas bukan hanya metode ceramah dan metode tanya

jawab, tetapi masih ada metode presentasi (berbicara di depan kelas).

Metode presentasi merupakan salah satu metode dalam kegiatan

pembelajaran yang mengajak siswa untuk ikut berperan aktif. Peran aktif siswa

tersebut dapat dilihat melalui keikutsertaan siswa dengan bertanya tentang

materi yang disampaikan saat itu, memberikan pendapat atau masukan kepada

teman yang saat itu sedang mempresentasikan materinya, dan menyiapkan

materi yang akan dipresentasikan. Presentasi merupakan salah satu bentuk

diskusi tentang hasil tugas yang disampaikan kepada teman-teman sekelas dan

adanya kesempatan yang diberikan kepada teman-teman sekelas untuk

menanggapi hasil tugas yang telah dipresentasikan.

Metode presentasi dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu

presentasi secara individual dan presentasi secara berkelompok. Presentasi

secara individual merupakan kegiatan berbicara di depan kelas dimana seorang

siswa menyampaikan hasil tugas yang diberikan oleh guru dan siswa lain dapat

memberikan tanggapan seperti bertanya atau menyampaikan pendapat tentang

hasil tugas yang telah disampaikan. Presentasi secara berkelompok merupakan

kegiatan berbicara di depan kelas dimana siswa secara berkelompok

menyampaikan hasil tugas yang diberikan oleh guru dan siswa yang lain dapat

memberikan respon terhadap hasil tugas yang saat itu dipresentasikan.

Metode presentasi dapat memberikan dampak positif dan dampak

negatif pada diri siswa. Dampak positif metode presentasi adalah siswa

menjadi ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa memiliki



 

keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat berkaitan dengan

materi yang dipresentasikan saat itu, siswa menjadi bisa menghargai pendapat

teman lain, dan siswa memiliki keberanian untuk tampil dan berbicara di depan

teman-teman sekelas. Dampak negatif dari metode presentasi adalah siswa

merasa gugup ketika berbicara di depan teman-teman sekelas, dan siswa akan

sulit mengungkapkan pendapat jika kurang menguasai bahan yang akan

dipresentasikan.

Pada tanggal 16 April 2009 peneliti melakukan wawancara dengan

guru bimbingan dan konseling serta guru bidang studi berkaitan dengan

kegiatan berbicara di depan kelas dalam mempresentasikan hasil tugas.

Menurut guru bimbingan dan konseling kegiatan berbicara di depan kelas

sudah digunakan hampir pada semua mata pelajaran di SMA Fransiskus

Bandar Lampung. Kegiatan berbicara di depan kelas dalam mempresentasikan

hasil tugas dimaksudkan agar siswa terlatih tampil di depan teman-teman

sekelas dan orang banyak. Guru bidang studi juga menambahkan bahwa

sebelum berbicara di depan kelas dalam menyampaikan hasil tugas siswa diberi

kesempatan untuk menyiapkan apa yang akan dipresentasikan agar nantinya

siswa tidak mengalami kecemasan ketika mempresentasikan hasil tugas.

Kegiatan presentasi yang di bahas pada penelitian ini adalah

presentasi yang berkaitan dengan hasil tugas. Hasil tugas tersebut akan

disampaikan oleh siswa secara individual. Kegiatan presentasi hasil tugas

khususnya secara individual ternyata dapat memunculkan perasaan cemas pada



 

diri siswa meskipun siswa sudah melakukan persiapan. Perasaan cemas yang

ada dalam diri siswa ini yang nantinya juga akan di bahas dalam penelitian ini.

Kecemasan berbeda dengan ketakutan biasa. Ketakutan merupakan

respon terhadap rangsangan menakutkan yang terjadi sekarang dan sudah jelas

objeknya. Menurut Santrock (2007:529) kecemasan merupakan perasaan dan

kegundahan yang belum jelas subjeknya dan tidak menyenangkan. Menurut

Freud (1958:432) kecemasan berhubungan dengan kondisi dan mengabaikan

objek, sementara ketakutan perhatian diberikan pada objek. Menurut Barlow

dkk (Durand dan David H. Barlow, 2006:159) kecemasan adalah keadaan

suasana-hati yang berorientasi pada masa yang akan datang, sedangkan

ketakutan adalah reaksi emosional langsung terhadap bahaya yang dihadapi

saat ini. Menurut pendapat beberapa tokoh tentang kecemasan ini dapat dilihat

bahwa adanya perbedaan antara ketakutan dan kecemasan. Respon yang

ditunjukan oleh ketakutan lebih bersifat langsung seperti berlari dengan objek

yang jelas juga, sedangkan kecemasan respon yang diberikan tidak langsung

seperti jantung berdebar-debar dan dengan objek yang kurang jelas.

Pada penelitian ini yang akan diuraikan bukanlah perbedaan dari

kecemasan dan ketakutan, melainkan membahas tentang kecemasan pada diri

siswa. Kecemasan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah kecemasan

berbicara di depan kelas dalam kegiatan presentasi hasil tugas secara individual

khususnya pada siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar

Lampung. Siswa-siswi kelas X dan kelas XI digunakan sebagai subjek

penelitian karena siswa-siswi kelas X dan kelas XI masih ada kegiatan



 

presentasi dalam kegiatan belajar. Kegiatan presentasi ini masih ada pada

siswa-siswi kelas XII dan mungkin lebih sering dilakukan dalam kegiatan

belajar, namun dalam penelitian ini siswa-siswi kelas XII tidak dipilih sebagai

subjek penelitian karena siswa-siswi kelas XII sedang berkonsentrasi belajar

untuk persiapan ujian akhir sekolah. SMA Fransiskus Bandar Lampung dipilih

sebagai tempat penelitian karena sekolah ini dalam proses pembelajaran

menggunakan metode presentasi untuk semua mata pelajaran disamping

metode ceramah dan metode tanya jawab. Penelitian ini akan lebih

memfokuskan pada kegiatan presentasi hasil tugas dari guru secara individual.

Hal ini disebabkan oleh keingintahuan peneliti tentang tingkat kecemasan yang

dialami oleh siswa ketika berbicara di depan kelas, serta melihat ada tidaknya

perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan yang muncul pada siswa-

siswi kelas X dan kelas XI ketika berbicara di depan kelas.

Penulis berharap agar tulisan yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan berbicara di depan kelas dalam kegiatan presentasi secara

individual ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca ataupun guru

pembimbing yang membaca tulisan ini.

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok di atas dijabarkan menjadi :

1. Bagaimanakah tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas

X SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?

2. Bagaimanakah tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas

XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?



 

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan berbicara

di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus

Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?

4. Bagaimanakah program bimbingan dan konseling berkaitan dengan

pengolahan kecemasan berbicara di depan kelas?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa

kelas X SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

2. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa

kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

3. Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat

kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI

SMA Fransiskus tahun ajaran 2009/2010.

4. Program bimbingan dan konseling tentang pengolahan kecemasan berbicara

di depan kelas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini

1. Bagi guru pembimbing: guru pembimbing mendapat gambaran atau

informasi tentang kecemasan yang dialami oleh siswa ketika berbicara di

depan teman-teman sekelas dan melalui informasi tersebut guru pembimbing

dapat membuat program bimbingan yang dapat melatih siswa untuk berani

dan percaya diri tampil di depan umum atau di depan teman-teman sekelas.
10 
 

2. Bagi siswa: siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk tampil dan

berbicara di depan teman-teman sekelas atau orang banyak melalui program

bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing.

E. Batasan Istilah

1. Kecemasan adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa tidak

nyaman terhadap kondisi tersebut dan memberikan respon yang kurang baik

terhadap kondisi tersebut. Respon tersebut dapat dimunculkan melalui

perilaku seperti berbicara menjadi terbata-bata atau gugup, sering

berkeringat pada bagian-bagian tertentu seperti telapak tangan, memainkan

jari untuk mengurangi rasa gugup dan jantung berdetak lebih cepat.

2. Berbicara di depan kelas adalah kegiatan pemberian informasi secara lisan

kepada teman-teman sekelas. Informasi yang diberikan dalam hal ini

merupakan informasi yang berkaitan dengan hasil tugas dan hasil tugas

tersebut mendapat tanggapan dari teman-teman sekelas berupa pertanyaan

ataupun pernyataan.

3. Kecemasan berbicara di depan kelas adalah suatu perasaan tidak nyaman

ketika berada dan berbicara di depan teman-teman yang ditunjukkan oleh

perilaku seperti berbicara terbata-bata, sering menggerakkan jari tangan,

mengulang-ulang kata yang sudah diucapkan atau lebih sering berkeringat.

4. Siswa pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA

Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 yang masih

mengalami proses pembelajaran dengan metode presentasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan tentang pengertian kecemasan, penyebab

kecemasan, gejala kecemasan dan berbicara di depan kelas.

A. Kecemasan

1. Pengertian

Semua orang dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami

berbagai macam perasaan. Perasaan yang dialami bisa berupa perasaan

menyenangkan dan perasaan tidak menyenangkan. Perasaan yang

menyenangkan itu misalnya perasaan gembira ketika memperoleh nilai

yang baik dalam ujian, perasaan bahagia karena lulus ujian dengan

prestasi yang baik, perasaan gembira karena lulus tes masuk sekolah

favorit, dll. Perasaan tidak menyenangkan misalnya perasaan sedih

karena gagal dalam ujian masuk sekolah favorit, perasaan takut ketika

akan bertemu dengan guru yang galak, perasaan cemas ketika di minta

maju ke depan kelas oleh guru, dll.

Menurut Zakiah Daradjat (http://dianti-konselor.blogspot.com : 19

Juli 2009) kecemasan adalah manifestasi (perwujudan) dari berbagai

proses emosi bercampur aduk, yang terjadi ketika individu sedang

mengalami tekanan perasaan atau frustrasi dan pertentangan batin dan

konflik. Emosi yang bercampur aduk tersebut misalnya ketika siswa

memiliki keinginan untuk menyelesaikan soal yang ditulis oleh guru di

papan tulis, tetapi siswa memiliki rasa takut karena siswa tersebut

11
12 
 

berpandangan bahwa gurunya galak dan manifestasi (perwujudan) dari

keinginan siswa untuk menyelesaikan tugas dan rasa takut terhadap guru

dengan cara siswa menyelesaikan soal dari guru pada buku tulis siswa

sendiri.

Menurut Spielberg dan Sarason (http://dianti-

konselor.blogspot.com : 19 Juli 2009) kecemasan adalah reaksi individu

terhadap hal yang dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang

menyakitkan seperti kegelisahan, kebingungan yang berkaitan dengan

aspek subjektif emosi. Kecemasan dalam definisi ini tidak sama dengan

kegelisahan. Kegelisahan yang dimaksud dalam definisi kecemasan

disini adalah kegelisahan yang disebabkan oleh perasaan cemas pada diri

individu. Misalnya siswa merasa gelisah dan kegelisahan siswa dapat

diamati melalui sikap siswa yang sibuk memainkan bolpoin ketika akan

maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil tugas. Kegelisahan siswa

ini disebabkan karena siswa mengalami kecemasan ketika akan maju ke

depan kelas.

Menurut Yul Iskandar (http://dianti-konselor.blogspot.com : 19 Juli

2009) kecemasan merupakan faktor-faktor emosional atau hal-hal yang

memberi pengaruh pada emosi yang dimiliki seseorang. Pengaruh emosi

yang dimiliki seseorang dalam hal ini seperti prasangka dalam berpikir,

mudah tersinggung. Misalnya siswa berpikir bahwa dirinya tidak mampu

menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh teman-teman ketika siswa

tersebut menyampaikan hasil tugas di depan kelas. Pikiran siswa yang


13 
 

mengatakan bahwa siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman-

teman sekelas disebabkan karena siswa mengalami perasaan cemas

sebelum berbicara di depan kelas untuk menyampaikan hasil tugas dan

perasaan cemas siswa memberi pengaruh pada pikirin siswa.

Menurut Akhmad Sudrajat (http://majalahqalam.com : 11 Mei

2010) kecemasan (anxiety) merupakan salah satu emosi individu yang

berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya terhadap

objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas

yang wajar dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi. Tapi jika

intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif, justru malah akan

menimbulkan kerugian dan dapat menggangu kondisi fisik dan psikis

individu yang bersangkutan.

Menurut American Psychiatric Association dan Barlow (Durand

dan David H. Barlow, 2006:158) kecemasan (anxiety) adalah keadaan

suasana-perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah

seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Misalnya

seorang siswa yang merasa kaku pada bagian leher di saat siswa tersebut

akan maju ke depan kelas dan menyampaiakan hasil tugas yang telah

diselesaikan di depan teman-teman dan guru.

Menurut Ollen (Clerq, 1994:48) kecemasan (anxiety) menunjuk

kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang

meliputi interpretasi subjektif dan ‘arousal’ atau rangsangan fisioligis


14 
 

(reaksi badan secara fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat, wajah

menjadi merah, jantung berdebar-debar, berkeringat).

Menurut Nevid, dkk (2005:163) kecemasan merupakan suatu

keadaan yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang

yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif. Maksud dari

perasaan aprehensif adalah keadaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi. Misalnya siswa merasa khawatir tidak dapat menjawab

pertanyaan dengan baik dari teman-teman sekelas setelah selesai

menyampaikan hasil tugas di depan kelas.

Menurut Sundari (2005:51) kecemasan adalah suatu keadaan yang

menggoncangkan emosi seseorang dan dapat memberikan ancaman

terhadap kesehatan individu itu sendiri. Maksudnya suatu kondisi yang

menyebabkan munculnya perasaan tidak tenang atau gelisah. Misalnya

siswa yang merasa gelisah ketika mendekati hari-hari ujian kenaikan

kelas. Perasaan gelisah tersebut membuat siswa menjadi tidak memiliki

nafsu makan dan akibatnya siswa mengalami gangguan pada

pencernaannya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis

mencoba membuat kesimpulan tentang definisi kecemasan. Berdasar

pendapat tokoh Spilberg dan Sarason (2009) serta Yul Iskandar (2009),

penulis menarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan kondisi

perasaan seperti gelisah, bingung atau prasangka dalam berpikir yang


15 
 

dimunculkan oleh seseorang terhadap hal atau kondisi yang sedang

dialami oleh seseorang pada saat itu.

2. Jenis-jenis Kecemasan

Gaundry (Gunartomo, 2002) menyatakan bahwa secara konseptual

di dalam kecemasan dikenal sifat kecemasan (trait anxiety) yang

menunjukkan keadaan emosional yang relatif menetap dalam diri

seseorang dalam menilai situasi dan kondisi yang sama. Kecemasan ini

akan dialami oleh seseorang ketika seseorang tersebut menilai keadaan

yang pernah dialami sebelumnya sama dengan keadaan yang akan

dialami berikutnya, meskipun sebenarnya keadaan yang dihadapi pada

waktu yang berikutnya berbeda dengan keadaan yang dialami pada waktu

sebelumnya dan kecemasan yang dialami juga berbeda.

Speilberger (Slameto, 1995) membedakan kecemasan atas dua

bagian yaitu:

a. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan

pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi

yang sebenarnya tidak berbahaya.

b. Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu

keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang, yang

ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati

secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas

sistem saraf otonom.


16 
 

Cattell, Scheier dan Spielberger (Clerq, 1994:49) menggambarkan

kecemasan menjadi dua macam yaitu:

a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi

tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety

beragam dalam hal intensitas dan waktu. Contohnya siswa menjadi

mudah marah ketika siswa merasa cemas karena akan maju ke depan

kelas untuk mempresentasikan hasil tugas. Keadaan ini ditentukan

oleh perasaan ketegangan yang subjektif.

b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup

stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu

keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan ‘anxiety proneness’

(kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk

merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang

membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi

dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai kecemasan

kronis.

Frued (http://majalahqalam.com : Calvin S. Hall, 1993) membagi

kecemasan ke dalam 3 tipe, yaitu:

a. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-

bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.

b. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut jangan-jangan berbagai insting

(naluri) akan lepas dari kendali, dan menyebabkan ia berbuat sesuatu

yang dapat membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukan


17 
 

ketakutan terhadap naluri-naluri itu sendiri, tapi terhadap hukuman

yang akan menimpa jika suatu naluri dilepaskan. Kecemasan ini

berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh seseorang pada

masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang

tua maupun orang lain yang memiliki otoritas. Misalnya siswa

memiliki naluri untuk mencontek ketika mengerjakan soal ujian. Bila

naluri siswa untuk mencotek tidak dapat siswa kendalikan dengan

baik, nantinya siswa akan mendapatkan hukuman dari guru yang saat

itu mengetahui bahwa siswa tersebut sedang mencontek saat

mengerjakan soal ujian.

c. Kecemasan moral yaitu berupa rasa takut terhadap suara hati.

Individu yang memiliki suara hati yang baik, cenderung merasa

bersalah atau malu jika berbuat atau berpikir sesuatu yang

bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan

neurotik, kecemasan moral juga berkembang berdasarkan

pengalaman yang diperoleh seseorang yang pernah melakukan

perbuatan yang melanggar norma di masa kanak-kanak, terkait

dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain

yang memiliki otoritas.

3. Penyebab-penyebab Kecemasan

Kecemasan dapat dialami oleh siapa pun dan dimana pun,

termasuk oleh para siswa di sekolah. Menurut Akhmad Sudrajat


18 
 

(http://majalahqalam.com : 11 Mei 2010) penyebab-penyebab yang

membuat siswa merasa cemas di sekolah antara lain:

a. Faktor kurikulum

Target kurikulum dari sekolah yang terlalu tinggi, suasana

pembelajaran yang kurang teratur dengan baik (kurang kondusif),

pemberian tugas dari guru yang terlalu padat, atau sistem penilaian

dari guru yang kurang adil dan penilaian terlalu ketat.

b. Faktor keadaan guru

Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa yang kurang bersahabat,

guru yang terlalu galak dengan siswa, guru yang judes dan kurang

kompeten. Guru yang kurang kompeten maksudnya guru kurang

mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik.

c. Faktor kondisi sekolah

Penerapan disiplin yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman,

suasana sekolah yang kurang nyaman, atau sarana belajar yang

sangat terbatas.

Menurut Kartini Kartono (2000:121) penyebab-penyebab

kecemasan antara lain:

a. Kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi.

b. Repressi (penekanan) terhadap macam-macam masalah emosional,

akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna.

c. Ada kecenderungan-kencederungan harga-diri yang terhalang.


19 
 

d. Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan

terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin.

Menurut Daradjat (1985) penyebab seseorang mengalami

kecemasan karena:

a. Tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksuil.

b. Merasa diri (fisik) kurang.

Individu menilai bahwa dirinya memiliki kekurangan fisik yang

memberikan pengaruh pada diri individu dalam bersosialisasi

dengan orang lain di sekitarnya. Misalnya siswa merasa bahwa

dirinya kurang tinggi ketika berada di dekat teman-teman yang lebih

tinggi dari dirinya dan siswa tersebut menjadi memiliki perasaan

malu atau tidak nyaman jika berjalan dengan teman-teman yang

lebih tinggi dari dirinya.

c. Pengaruh pendidikan waktu kecil.

Seorang anak yang selama masa kecilnya sering di beri nasehat atau

di larang untuk melakukan sesuatu hal. Kondisi ini yang membuat

individu menjadi kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu.

d. Sering terjadi frustrasi karena tidak tercapainya yang diingini baik

material maupun sosial.

e. Rasa tidak berdaya.

Merasa tidak mampu melakukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh

orang lain. Merasa kurang percaya diri akan kemampuan yang ada

dalam diri.
20 
 

f. Tidak ada rasa kekeluargaan.

Maksudnya kurangnya ada rasa harmonis dan saling pengertian

dalam keluarga serta kurang adanya rasa peduli antar anggota

keluarga yang lain.

Menurut Narramore (Fabella, 1993:74) faktor-faktor penyebab

kecemasan antara lain:

a. Perasaan kurang layak atau rendah diri. Hal ini boleh jadi dimulai

pada masa kanak-kanak seseorang, di mana dia selalu diberondong

dengan kritik, kegagalan dan kesalahan, sehingga seseorang tersebut

memiliki harga diri yang rendah dan menyebabkan rasa percaya diri

yang rendah pula.

b. Rasa bersalah. Hal ini boleh jadi karena tindakan amoral yang dia

pernah lakukan dan dorongan kuat untuk mengulanginya namun

bertentangan dengan kebutuhan yang lain yaitu penerimaan sosial.

Pertentangan seperti ini dapat menciptakan sumber kegelisahan yang

nyata. Atau rasa bersalah yang disebabkan oleh tidak dapat

mencapai apa yang diharapkan orang lain pada diri mereka.

c. Rasa takut dan bersalah sebagai akibat kejadian yang menyakitkan

di masa lalu. Hal ini bisa dicontohkan seorang siswa tidak memiliki

keberanian untuk berbicara di depan orang banyak. Ketidakberanian

siswa tersebut disebabkan oleh siswa pernah melakukan kesalahan

ketika berbicara di depan orang banyak dan kesalahan itu yang


21 
 

membuat siswa benar-benar merasa takut ketika di minta untuk

berbicara di depan orang banyak.

d. Rasa tak aman. Hal ini terjadi karena anak dihadapkan pada

penolakan yang berulang-ulang, orang tua yang kurang

menghiraukan atau kurang perhatian terhadap anak, rumah tangga

yang berantakan, dan berbagai pengalaman masa kanak-kanak yang

menyedihkan.

Menurut Sundari (2005:51) penyebab kecemasan yang dialami

oleh seseorang antara lain:

a. Merasa berdosa atau bersalah. Misalnya seseorang melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau

keyakinannya. Seorang pelajar/mahasiswa yang menyontek ketika

ujian dan menjadi berkeringat dingin ketika pengawas ujian lewat di

depannya, takut diketahui bahwa dia mencontek.

b. Akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya.

Misalnya seseorang yang sedang berkendara mengetahui bahwa

kendaraan yang dinaiki remnya macet. Seseorang tersebut menjadi

cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tentang penyebab

kecemasan, penulis mencoba mendefinisikan penyebab kecemasan dari

sudut pandang penulis. Berdasar pendapat tokoh Akhmad Sudrajat

(2010) dan Sundari (2005), penyebab kecemasan menurut penulis adalah

tuntutan dari kurikulum sekolah yang terlalu tinggi dengan tugas-tugas


22 
 

yang terlalu banyak yang diberikan oleh guru, kondisi sekolah dengan

tata tertib yang terlalu ketat yang membuat siswa merasa tertekan serta

sikap siswa yang merasa bersalah ketika melakukan suatu hal yang

bertentangan dengan hati nurani seperti mencontek ketika ujian

berlangsung dan sikap mencontek itulah yang membuat siswa merasa

cemas dan tidak nyaman.

4. Gejala-gejala Kecemasan

Gejala-gejala kecemasan yang muncul dalam diri seseorang ada

yang dapat langsung dilihat dan ada juga yang tidak dapat langsung

dilihat. Gejala kecemasan yang dapat dilihat langsung dapat memberikan

informasi pada diri kita bahwa kita atau orang lain sedang mengalami

perasaan cemas. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada gejala-

gejala kecemasan yang tampak dan dapat dilihat secara langsung serta

dirasakan oleh individu sendiri.

Fabella (1993:75) menyebutkan gejala kecemasan secara

psikologis melalui :

a. Perilaku yang suka membual dan pamer. Membual maksudnya

mengatakan sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai dengan

kenyataan dan yang dimaksud dengan pamer adalah menunjukkan

sesuatu hal baik barang maupun keberhasilan yang dicapai pada

orang lain secara berlebihan.

b. Pembawaan gugup atau gangguan dalam berkata-kata.


23 
 

c. Penghindaran terhadap situasi yang dapat mendatangkan kecemasan

dengan cara tidur, menyibukkan diri atau berkhayal. Berkhayal

disini maksudnya memikirkan sesuatu hal yang belum terjadi atau

tidak nyata.

d. Munculnya reaksi tertentu terhadap rangsangan (kurang tanggap

ataupun terlalu sensitif). Misalnya siswa merasa ada sesuatu yang

salah seperti rambutnya yang berantakan atau pakainnya yang

kurang rapi ketika berada di depan kelas. Reaksi yang dimunculkan

siswa karena perasaan tersebut siswa menjadi sering merapikan

rambut dengan jari-jari tangan atau siswa menjadi sedikit-sedikit

merapikan pakaiannya ketika berada di depan kelas.

e. Perilaku yang berubah menjadi aneh. Misalnya sikap seorang siswa

yang biasanya ramah dan baik, kini tiba-tiba menjadi tidak peduli

dengan orang lain dan mudah tersinggung.

Gejala kecemasan secara fisiologis (fisik) yang dapat dirasakan

oleh individu sendiri menurut Fabella (1993:75) antara lain :

a. Nafsu makan yang hilang atau nafsu makan yang terlalu berlebihan.

b. Gangguan pencernaan seperti sakit mag.

c. Diare atau sering buang-buang air.

d. Jantung berdebar-debar.

e. Wajah memerah.

f. Keringat dingin yang biasanya muncul pada bagian telapak tangan

atau wajah.
24 
 

g. Pusing dan sakit kepala.

h. Kaku atau rasa sakit pada otot karena kejang.

i. Jika kecemasan yang dialami semakin parah akan muncul gangguan

kesulitan tidur atau terbangun di tengan malam.

Daradjat (1985) menyebutkan gejala kecemasan secara fisik yang

dapat dilihat oleh orang lain dan dapat dirasakan oleh individu sendiri

antara lain :

a. Ujung-ujung jari terasa dingin.

b. Pencernaan tidak teratur atau mengalami gangguan pencernaan

seperti mag.

c. Pukulan jantung cepat.

d. Berkeringat terlalu berlebihan.

e. Tidur tidak nyenyak.

f. Nafsu makan hilang.

g. Kepala pusing.

h. Nafas sesak disebabkan karena detak jantung yang cepat.

Daradjat (1985) menyebutkan gejala kecemasan secara mental atau

psikologis ketika seseorang sedang mengalami kecemasan antara lain :

a. Merasa takut.

b. Merasa akan ada bahaya.

c. Tidak bisa memusatkan perhatian.

d. Tidak berdaya.

e. Rendah diri.
25 
 

f. Hilang kepercayaan diri.

g. Tidak tentram.

h. Ingin lari dari kenyataan hidup.

Menurut Supratiknya (1995:39) gejala-gejala kecemasan antara

lain :

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang

bersifat tak menentu (diffuse uneasiness).

b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, dan sering

merasa tidak mampu, minder, depresi serba sedih.

c. Sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan, serba takut salah.

d. Sering mengeluh bahwa ototnya sering tegang, khususnya pada leher

dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare yang parah (kronik),

sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa

kebiasaan tidak bisa tidur (insomnia) dan mimpi buruk.

e. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar tanpa sebab

yang jelas.

Menurut Kartini Kartono (2000:121) gejala-gejala kecemasan yang

tampak dapat dilihat melalui :

a. Muncul emosi-emosi kuat dan sangat tidak stabil. Suka

marah dan sering dalam keadaan heboh dan gempar

(excited).
26 
 

b. Sering merasa mual dan muntah-muntah. Badan merasa

sangat lelah, banyak berkeringat, gementaran, dan seringkali

menderita diare atau mulas.

c. Selalu dipenuhi ketegangan-ketegangan emosional dan

bayangan-bayangan kesulitan yang hanya dalam khayalan,

walaupun tidak ada perangsang khusus. Ketegangan dan

ketakutan-kecemasan yang khronis itu yang menyebabkan

tekanan jantung yang sangat cepat, percepatan tinggi dari

darah (tachycardia), dan tekanan darah tinggi (hypertension).

Menurut Santrock (1995:230) gejala-gejala kecemasan itu

antara lain :

a. Gelisah.

b. Gemetar.

c. Ketidakmampuan untuk rileks.

d. Pusing.

e. Jantung berdebar-debar.

f. Berkeringat.

Menurut Nevid, dkk (2005:168) gejala-gejala kecemasan

yang muncul secara fisik antara lain :

a. Kegelisahan, kegugupan.

b. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar.

c. Banyak berkeringat.

d. Telapak tangan yang berkeringat.


27 
 

e. Pusing atau pingsan.

f. Sulit berbicara atau sulit bernafas.

g. Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang.

h. Suara yang bergetar.

i. Sering buang air kecil dan diare.

j. Leher dan punggung terasa kaku.

k. Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.

l. Tangan yang dingin dan lembab.

m. Panas dingin.

n. Gangguan sakit perut dan mual.

o. Mulut atau kerongkongan terasa kering.

p. Wajah terasa memerah.

Menurut Sundari (2005:51) gejala-gejala kecemasan yang

bersifat fisik dan dapat dilihat langsung antara lain :

a. Jari-jari tangan dingin.

b. Detak jantung makin cepat.

c. Berkeringat dingin.

d. Kepala pusing.

e. Nafsu makan berkurang.

f. Tidur tidak nyenyak.

g. Dada sesak nafas.

Kristiana (1989) mengatakan bahwa seseorang mengalami

kecemasan dapat ditunjukkan secara :


28 
 

a. Psikologis cirinya adalah rasa takut, gelisah, gugup, tegang,

ragu-ragu, tidak berdaya dan kurang mampu mengontrol diri.

b. Fisiologis cirinya adalah jantung berdebar-debar, sakit perut,

pencernaan terganggu, diare, mual, pusing, lemah, nafas

terengah-engah, mulut kering, berkeringat (terutama di

telapak tangan), otot tegang (dari dahi, tengkuk, bahu,

pinggul, dan sebagainya), sakit kepala, gelisah, mudah

berkeringat, gemetar, gatal-gatal, kejang-kejang, pandangan

mata kabur, pucat, nafsu makan ternganggu.

Sardiman (1987) menyatakan bahwa ada beberapa gejala

yang menunjukkan seseorang sedang mengalami kecemasan,

antara lain yaitu tidak bisa tidur, mudah marah, gelisah, sulit

untuk istirahat, makan tidak teratur, tidak bisa berkonsentrasi,

tidak berani untuk mengambil keputusan, terlalu peka atau

sensitif, dan mudah untuk berkeringat secara terus menerus.

Berdasarkan dengan pendapat para tokoh di atas, penulis

menarik kesimpulan bahwa gejala-gejala kecemasan yang dialami

oleh seseorang dapat di lihat secara psikologi seperti rasa takut,

gelisah, gugup, dan dapat di lihat secara fisiologis seperti

berkeringat pada bagian-bagian tertentu, jantung berdetak lebih

cepat, kepala terasa pusing, dll.


29 
 

B. Kegiatan Presentasi di Sekolah SMA Fransiskus Bandar Lampung

Metode presentasi di SMA Fransiskus merupakan salah satu

metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar di dalam kelas

selain metode ceramah dan tanya jawab. Metode presentasi ini digunakan

oleh guru bidang studi hampir pada semua mata pelajaran. Metode

presentasi merupakan salah satu metode kegiatan pembelajaran yang

mengajak siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses belajar. Peran aktif

yang dapat dilakukan oleh siswa misalnya dengan cara bertanya tentang

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, memberikan pendapat atau

bertanya tentang hasil tugas yang dipresentasikan oleh teman sekelasnya.

Guru bidang studi menjelaskan bahwa kegiatan presentasi dalam

menyampaikan hasil tugas terdiri dari 2 macam yaitu presentasi secara

individual dan presentasi secara berkelompok. Kegiatan presentasi secara

individual merupakan kegiatan presentasi dimana siswa menyampaikan

hasil tugas yang telah mereka kerjakan secara individual (sendiri). Kegiatan

presentasi secara berkelompok berbeda dengan kegiatan presentasi secara

individual. Pada kegiatan presentasi secara berkelompok guru biasanya

membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan guru memberikan tugas

yang harus didiskusikan terlebih dahulu oleh siswa secara berkelompok.

Hasil tugas yang sudah didiskusikan secara berkelompok tersebut yang

nantinya dipresentasikan oleh siswa secara berkelompok pula di depan

teman-teman sekelasnya. Peran guru dalam kegiatan presentasi secara

individual maupun berkelompok adalah guru memberikan kesempatan pada


30 
 

siswa untuk mempersiapankan bahan yang akan dipresentasikan, guru

mengarahkan kepada siswa tentang hasil tugas yang harus dipresentasikan

oleh siswa agar siswa tidak mengalami kebingunggan dalam

mempresentasikan hasil tugas mereka di depan teman-teman sekelas, guru

berperan sebagai pendengar saat siswa menyampaikan presentasi hasil tugas

di depan teman-teman sekelasnya agar nantinya guru dapat memberikan

masukkan kepada siswa berkaitan dengan hasil tugas yang sudah mereka

presentasikan.

Selain guru bidang studi, guru pembimbing juga menjelaskan

maksud dari kegiatan presentasi dalam proses belajar di kelas itu adalah

untuk melatih siswa agar terbiasa tampil di depan orang banyak. Guru

pembimbing juga menambahkan bahwa selain melalui kegiatan presentasi

di dalam kelas, siswa juga dapat melatih diri untuk terbiasa tampil di depan

orang banyak melalui kegiatan ekstrakurikuler yang sudah disediakan di

sekolah. Kegiatan ektrakurikuler yang sudah ada di sekolah juga dapat

membantu siswa untuk melatih diri tampil di depan kelas dan juga di depan

orang banyak.

Kegiatan ektrakurikuler yang dapat melatih siswa untuk terbiasa

tampil di depan orang banyak misalnya paduan suara sekolah, ektrakurikuler

musik, ektrakurikuler olah raga, OSIS, atau terkadang siswa diminta oleh

sekolah untuk mengikuti lomba guna mewakili sekolah. Lomba tersebut

misalnya lomba cerdas cermat, lomba pidato, lomba olah raga basket, atau

lomba panduan suara. Kegiatan ekstra di luar jam sekolah inilah yang juga
31 
 

sangat memberikan sarana bagi siswa dalam melatih keberanian mereka

untuk tampil di depan orang banyak selain melalui kegiatan presentasi pada

saat proses belajar di dalam kelas.

C. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan tentang Berbicara di Depan

Kelas

Berbicara di depan umum memang bukanlah suatu hal yang mudah

untuk dilakukan, namun bukan juga suatu hal yang sulit untuk dilakukan.

Seseorang bisa berbicara di depan umum tidak perlu memiliki bakat khusus

agar bisa melakukan hal itu. Seseorang bisa berbicara dengan baik di depan

umum jika sering melakukan latihan berbicara di depan orang banyak dan

melalui latihan itu nantinya seseorang akan terlatih untuk tampil dan

berbicara di depan orang banyak.

Seseorang bisa berbicara dengan baik di depan orang banyak jika

sudah berlatih, namun terkadang seseorang yang sudah terlatih pernah

mengalami kesulitan ketika berbicara di depan umum. Kesulitan yang

dialami seperti perasaan gugup ketika akan memulai berbicara dan

konsentarasi yang terganggu ketika sudah berdiri di depan orang banyak.

Pada bagian ini akan di bahas tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan

berbicara di depan umum.

Ajeng (2006), mengadakan penelitian tentang Hubungan antara

Pola Pikir dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa

Fakultas Keguruan. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa FKIP

Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang mengambil mata kuliah wajib


32 
 

microteaching (mengajar dalam lingkup kecil). Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri. Metode

analisis datanya menggunakan teknik korelasi product moment dari

Pearson. Hasil pertama yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya

hubungan yang signifikan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di

depan umum. Hasil uji korelasi kedua variable menunjukkan bahwa ada

hubungan positif yang signifikan antara pola pikir yang cenderung negatif

dengan kecemasan berbicara di depan umum. Artinya, bahwa individu

dengan pola pikir negatif yang tinggi akan mengalami kecemasan berbicara

di depan umum yang tinggi. Sebaliknya, individu dengan pola pikir negatif

yang rendah akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang

rendah pula.

Zanikhan (2006), mengadakan penelitian tentang Efektivitas

Pelatihan Public Speaking Terhadap Penurunan Kecemasan Presentasi pada

Mahasiswa. Subjek penelitian yang digunakan adalah 22 mahasiswa dan

atau mahasiswi semester II fakultas psikologi UMS yang belum pernah

mengikuti pelatihan public speaking dan juga memiliki skor kecemasan

presentasi 15 atau lebih (≥ 15) artinya mahasiswa tersebut memiliki tingkat

kecemasan yang kurang baik sebelum mengikuti kegiatan pelatihan public

speaking. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental

dengan tema efektivitas pelatihan public speaking terhadap penurunan

kecemasan presentasi pada mahasiswa. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode angket, metode observasi dan metode


33 
 

dokumentasi. Hasil analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan t-tes

diperoleh nilai t kelompok eksperimen sebesar 11,316 dengan probabilitas

0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang sangat

signifikan antara kecemasan presentasi sebelum pelatihan public speaking

dengan setelah pelatihan, dimana rerata sebelum pelatihan sebesar 23,18 dan

sesudah pelatihan 14,45. Dengan demikian kecemasan presentasi setelah

pelatihan public speaking lebih rendah dibanding sebelum pelatihan. Hasil

analisis lain yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan

tingkat kecemasan presentasi pada kelompok yang mendapatkan pelatihan

public speaking, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan

pelatihan public speaking cenderung mempunyai tingkat kecemasan

presentasi yang tetap. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kesiapan antar

individu berbeda-beda. Individu yang mendapatkan pelatihan public

speaking yang diformulasikan dari unsur-unsur pelatihan dan aspek-aspek

kecemasan presentasi yang tentu bertujuan untuk menurunkan kecemasan

presentasi, menjadi lebih siap dan yakin sehingga mampu mengelola rasa

cemas, dibandingkan individu yang tidak mendapatkan pelatihan public

speaking.

Tirnatawati (http://pasca.uns.ac.id/?p=554), melakukan penelitian

tentang Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Menyampaikan

Presentasi Melalui Teknik 3-P pada siswa SMAN 1 Bojonegoro. Subjek

yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa RSBI kelas 11 tahun

akademik 2007/2008. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah


34 
 

teknik penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah

refleksi pengajaran yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan

menganalisis data secara sistematis untuk menghasilkan sebuah keputusan

tentang praktek apa yang harus dilakukan di kemudian hari. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data numerik dan data non-numerik.

Data numerik yang diperoleh peneliti diolah dengan menggunakan statistik

deskriptif, mencari rata- rata nilai test dan peningkatan hasil test yang

signifikan, sedangkan data non-numerik diperoleh peneliti melalui

observasi, interview, kuesioner, dan tes. Hasil penelitian tentang

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa dalam Menyampaikan

Presentasi Melalui Teknik 3-P menunjukkan bahwa : 1. Teknik 3-P dapat

meningkatkan kemampuan siswa berbicara dalam menyampaikan

presentasi, yang berkaitan dengan: (a) peningkatan prestasi siswa dalam

berbicara, (b) peningkatan kelancaran siswa dalam menyampaikan

presentasi, (c) peningkatan pengucapan kata, (d) peningkatan kemampuan

siswa dalam mengekspresikan pendapat, argumen, dan ide menggunakan

kosakata dan bentuk tata bahasa yang sesuai, (e) peningkatan ekspresi siswa

yang meliputi bahasa dan gerak tubuh, kontak mata, dan suara yang sesuai;

dan 2. teknik 3-P dapat meningkatkan situasi kelas, yang berkaitan dengan

peningkatan motivasi dan partisipasi siswa, menciptakan situasi kelas yang

menyenangkan, dan meningkatkan motivasi guru dalam mengajar speaking

di dalam kelas.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan jenis penelitian; subjek penelitian; populasi

dan sampel penelitian; alat pengumpulan data/instrumen penelitian yang terdiri

dari kuesioner, validitas dan reliabilitas, uji daya diskriminasi/daya beda, serta uji

coba; prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode

survai. Menurut Furchan (2004:447) penelitian deskriptif dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus

Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan pada penelitian kecemasan berbicara di

depan kelas adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus

Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010. Jumlah siswa kelas X sebanyak

100 orang dan jumlah siswa kelas XI sebanyak 100 orang yang dibagi

menjadi 2 bagian yaitu 50 siswa kelas IPS dan 50 siswa kelas IPA.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Furchan (2004:193) populasi adalah semua

anggota kelompok orang, kejadian, atau obyek yang telah

35 
 
36 
 

dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandara Lampung

tahun ajaran 2009/2010. Kelas X terdiri dari 6 paralel dengan

jumlah siswa 186 siswa dan kelas XI terdiri dari 6 pararel dengan

jumlah siswa 154 siswa.

2. Sampel Penelitian

Menurut Furchan (2004:193) sampel adalah sebagian dari

populasi. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus

Krecjie (Sugiyono,2006:65) yaitu :

/
5%

Perhitungan sampel adalah sebagai berikut

Jumlah populasi : 340

Kesalahan yang digunakan 5% : 181 (berdasar tabel Krecjie)

Jumlah siswa kelas X : 186

Jumlah siswa kelas XI : 154

Jumlah sampel untuk

186
Kelas X : × 181 = 99,01 = 99
340

154
Kelas XI : × 181 = 81,98 = 82
340

Jadi jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian

tingkat kecemasan berbicara di depan kelas berdasar dengan rumus

Krecjie adalah 99 + 82 = 181 siswa. Berdasar perhitungan rumus


37 
 

Krecjie jumlah sampel untuk penelitian minimal 181 orang, namun

dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 200 orang.

Penentuan jumlah sampel ini lebih baik lebih dari 181 orang

daripada kurang dari 181 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sampling sistematis. Menurut Sugiyono (2009:123)

sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan

urutan dari anggota populasi yang diberi nomor urut. Misalnya

anggota populasi terdiri dari 50 orang. Pengambilan sampel ini

dilakukan dengan mengambil nomor urut yang ganjil saja atau

nomor urut genap saja.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling

sistematis karena pada penarikan sampel peneliti berdasar dengan

nomor urut yang sudah ditentukan melalui nomor presensi siswa.

Subjek yang digunakan oleh peneliti untuk uji coba instrumen

adalah siswa dengan nomor urut presensi ganjil, sedangkan subjek

yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian adalah siswa dengan

nomor urut presensi genap.

D. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas dengan

bentuk tertutup. Kuesioner berbentuk tertutup adalah kuesioner


38 
 

yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan

yang disertai dengan pilihan jawaban (Furchan, 2004:260).

Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas ini disusun sendiri

oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek kecemasan yaitu

aspek fisiologis yang terdiri dari jantung berdebar-debar,

berkeringat, kepala pusing, nafsu makan berkurang, nafas menjadi

sesak, suara bergetar, mengalami gangguan pencernaan, tidur

menjadi tidak nyenyak, jari-jari tangan menjadi dingin, dan kaku

atau rasa sakit pada otot karena kejang. Aspek psikologis terdiri

dari pembawaan gugup, mudah tersinggung, merasa was-was

(khawatir), merasa rendah diri, sulit berkonsentrasi, sulit

mengambil keputusan, gelisah, merasa takut, mudah marah, dan

ingin menghindari diri atau lari dari kenyataan.

Kuesioner ini terdiri dari pernyataan-pernyataan favorable

dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang

sesuai atau yang menggambarkan suatu keadaan cemas yang

dirasakan oleh siswa ketika berbicara di depan kelas. Sedangkan

pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak

menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa ketika

berbicara di depan kelas. Perumusan pernyataan-pernyataan

favorable dan unfavorable tersebut diatur secara random untuk

mengeliminasi pengaruh jawaban yang tersembunyi atau jawaban


39 
 

yang tidak sesuai dengan keadaan siswa yang sebenarnya (Sevilla,

Ochave, Punsalan, Regala, Uriarto, 1993).

Kuesioner ini terdiri dari 40 aitem pernyataan yang harus

dijawab oleh siswa dengan pilihan jawaban selalu (SL), sering

(SR), kadang-kadang (KDG), dan tidak pernah (TP). Skor untuk

kedua bentuk pernyataan ini berbeda, untuk pernyataan favorable

jawaban selalu (SL) mendapat skor 3, sering (SR) mendapat skor 2,

kadang-kadang (KDG) mendapat skor 1 dan tidak pernah (TP)

mendapat skor 0. Sedangkan pernyataan unfavorable jawaban

selalu (SL) mendapat skor 0, sering (SR) mendapat skor 1, kadang-

kadang (KDG) mendapat skor 2, dan tidak pernah (TP) mendapat

skor 3.

Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas ini terdiri

dari identitas siswa, petunjuk pengisian dan aitem pernyataan.

Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas terlampir pada

lampiran 1. Kisi-kisi yang dibuat untuk Kuesioner Kecemasan

Berbicara di Depan Kelas ini berdasarkan dengan pendapat para

tokoh seperti Supratiknya, Nevid serta Kartini Kartono. Adapun

kisi-kisi pernyataan Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan

Kelas sebagai berikut :


40 
 

Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas
Sebelum Uji Coba dan Penelitian

No Aspek Indikator Nomor aitem Jumlah


aitem
1. Fisiologis • Jantung berdebar-debar 1, 21 20
• Berkeringat 7, 27
• Kepala pusing 2, 22
• Nafsu makan berkurang 6, 26
• Nafas menjadi sesak
• Suara bergetar 10, 30
• Mengalami gangguan 5, 25
pencernaan
9, 29
• Tidur menjadi tidak
nyenyak
3, 23
• Jari-jari tangan menjadi
dingin
4, 24
• Kaku atau rasa sakit pada
otot karena kejang 8, 28
2. Psikologis • Pembawaan gugup 12, 32 20
• Mudah tersinggung 14, 34
• Merasa was-was 15, 35
(khawatir)
• Merasa rendah diri 16, 36
• Sulit berkonsentrasi 13, 33
• Sulit mengambil 20, 40
keputusan
17, 37
• Gelisah
11, 31
• Merasa takut
18, 38
• Mudah marah
19, 39
• Ingin menghindar diri
atau lari dari kenyataan

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas Kuesioner

Menurut Donald, dkk (Furchan, 2004:293) validitas

menunjuk pada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur. Menurut Azwar (1999:7) validitas

adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan


41 
 

fungsi ukurnya. Artinya sejauh mana skala itu mampu

mengukur atribut yang dirancang oleh penyusun. Menurut

Sugiyono (2009:173) instrumen yang valid berarti alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu

valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi alat ukur yang

valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang diteliti.

Menurut Masidjo (1995:243) validitas isi (content

validity) adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai di

mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal

yang mau diukur atau diteskan. Menurut Furchan (2004:295)

validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrumen tersebut

mencerminkan isi yang dikehendaki. Validitas isi tidak bisa

dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Azwar (1999:52)

validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat

professional judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya

dalam validitas ini adalah sejauhmana aitem-aitem tes

mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan

isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh

mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang

hendak diukur (aspek relevansi). Dikarenakan validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian secara


42 
 

rasional, maka validitas isi tidak melibatkan perhitungan

statistik apapun melainkan menggunakan analisis rasional.

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah

validitas isi. Validitas isi digunakan dalam penelitian ini

karena pada penelitian ini peneliti hendak melihat sejauh

mana aitem-aitem yang telah dibuat oleh peneliti dapat

mencerminkan keadaan siswa ketika berbicara di depan

kelas. Langkah yang dilakukan oleh peneliti pada validitas ini

dibantu oleh dosen pembimbing yang memiliki latar belakang

pendidikan konseling psikologi.

b. Reliabilitas Kuesioner

Menurut Azwar (1999:83) reliabilitas sebenarnya

mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur,

yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam

aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas

dengan lambang rxx yang angkanya berada dalam rentang dari

0 sampai dengan 1,00. Semakin koefisien mendekati angka

1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien

yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah

reliabilitasnya. Pada umumnya, reliabilitas dianggap

memuaskan jika koefisiennya mencapai minimal rxx = 0,900.

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur

dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach ( ) (Azwar,


43 
 

1999:87). Hasil reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan

koefisien alpha Cronbach ( ) adalah 0,906.

3. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda

Langkah seleksi aitem dalam skala ditempuh melalui

pengujian daya beda/daya diskriminasi. Daya beda/daya

diskriminsi aitem adalah kemampuan aitem dalam membedakan

antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak.

Skala yang disusun dalam penelitian ini adalah skala untuk

mengungkap kecemasan siswa ketika berbicara di depan kelas.

Oleh karena itu aitem yang berdaya beda tinggi adalah aitem yang

mampu menunjukkan mana siswa yang memiliki kecemasan tinggi

dan mana yang tidak ketika berbicara di depan kelas.

Azwar (1999:59) menyatakan bahwa pengujian daya

diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang

relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan

menghasilkan koefisian korelasi aitem-total ( riΧ ) yang dikenal pula

dengan sebutan parameter daya beda aitem. Untuk menghitung

koefisien korelasi aitem-total digunakan rumus korelasi product

moment dari Pearson (Azwar, 1999:60) yaitu :

ΣiΧ − (Σi )(ΣΧ ) / n


riΧ =
[Σi 2
][
− (Σi ) / n ΣΧ 2 − (ΣΧ ) / n
2 2
]
i = skor aitem
44 
 

X = skor skala

n = banyaknya subjek

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi

aitem-total, biasanya digunakan batasan riΧ ≥ 0,30. Semua aitem

yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya

diskriminasinya dianggap cukup baik (memuaskan) dan jika kurang

dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi yang rendah

(Azwar, 1999:65). Hasil korelasi aitem-total pada lampiran 13.

4. Uji Coba

Menurut Sugiyono (2009:123) teknik sampling sistematis

adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota

populasi yang telah diberi nomor urut. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan teknik sampling sistematis dalam pengambilan

subjek untuk uji coba instrumen dan untuk penelitian. Pengambilan

subjek yang dilakukan oleh peneliti berdasar dengan nomor urut

presensi siswa. Peneliti menggunakan nomor urut presensi siswa

yang ganjil sebagai subjek untuk uji coba instrumen dan nomor

urut presensi siswa yang genap dipilih oleh peneliti sebagai subjek

penelitian.

Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas alat penelitian, sehingga diperoleh kelayakan

penggunaannya sebagai alat yang handal untuk mengungkapkan

hal-hal yang mau diungkap. Subjek yang digunakan untuk uji coba
45 
 

adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar

Lampung. Jumlah siswa yang digunakan untuk uji coba adalah 15

siswa kelas X dan 15 siswa kelas XI yang terdiri 7 siswa kelas XI

IPA dan 7 siswa kelas XI IPS. Jumlah total subjek untuk uji coba

adalah 30 orang.

Uji coba kuesioner dilakukan pada tanggal 19 Februari

2010 dan tanggal 24 Februari 2010. Pada tanggal 19 Februari 2010

peneliti melakukan uji coba kuesioner di kelas X 5 dengan jumlah

siswa 31 orang. Kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan oleh

siswa kemudian dioleh oleh peneliti. Peneliti memilih nomor urut

presensi siswa ganjil saja yang kuesionernya diolah untuk uji coba

berdasarkan dengan teknik sampling sistematis. Siswa kelas X

yang dipilih oleh peneliti untuk subjek uji coba instrumen adalah

siswa dengan nomor urut presensi 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19,

21, 23, 25, 27, dan 29. Jumlah siswa kelas X yang dipilih oleh

peneliti untuk uji coba sebanyak 15 orang.

Pada tanggal 24 Februari 2010 peneliti melakukan uji coba

pada siswa kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPA 1. Kuesioner yang

dibagikan sebanyak 52 eksemplar (lembar) yang terdiri dari 26

lembar untuk kelas XI IPS 2 dan 26 lembar untuk kelas XI IPA 1.

Kuesioner yang telah diisi oleh siswa kemudian diolah oleh

peneliti. Peneliti melakukan pengolahan kuesioner dengan memilih

nomor urut presensi siswa yang ganjil saja. Pemilihan nomor urut
46 
 

siswa yang ganjil saja untuk subjek uji coba ini berdasarkan

dengan teknik sampling sistematis. Siswa kelas XI IPS 2 yang

dipilih oleh peneliti adalah siswa dengan nomor urut presensi 1, 3,

5, 7, 9, 11, dan 13. Siswa kelas XI IPA 1 yang dipilih oleh peneliti

untuk subjek uji coba instrumen adalah siswa dengan nomor urut

presensi 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13. Jumlah keseluruhan subjek uji

coba kelas XI adalah 15 orang.

Data yang telah diperoleh kemudian diolah oleh peneliti

dengan menggunakan program SPSS (Statistical Programe For

Social Windows) versi 14. Pengolahan data dengan menggunakan

program SPSS dari perhitungan korelasi aitem total dan batasan

riΧ ≥ 0,30 dihasilkan 14 aitem yang memiliki korelasi di bawah

0,30 dari 40 aitem. Aitem yang tersisa setelah uji coba hanya 26

aitem. Peneliti melakukan pemilihan 3 aitem dari 14 aitem yang

gugur tersebut. Pemilihan 3 aitem oleh peneliti berdasar dengan

indikator yang akan diukur oleh peneliti dalam penelitian tentang

tingkat kecemasan berbicara di depan kelas. Peneliti kemudian

melakukan perbaikan kalimat pada 3 aitem yang telah dipilih

tersebut sebelum nantinya digunakan pada saat penelitian.

Rekapitulasi aitem skala kecemasan berbicara di depan

kelas setelah uji coba disajikan dalam tabel berikut ini :


47 
 

Tabel 2
Hasil Uji Coba Skala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas
Siswa Kelas X & Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2009/2010

No Aspek Indikator No. Pernyataan Lolos Gugur


F UF F UF F UF
1. Fisiologis Jantung 40 1 40 1 - -
berdebar-debar
Berkeringat 29 12 29 - - 12
Kepala pusing 39 2 - 2 39 -
Nafsu makan 30 11 30 - - 11
berkurang
Nafas menjadi 26 15 - 15 26 -
sesak
Suara bergetar 36 5 36 - - 5
Mengalami 27 14 - 14 27 -
gangguan
pencernaan
Tidur menjadi 38 3 38 - - 3
tidak nyenyak
Jari-jari tangan 37 4 37 4 - -
menjadi dingin
Kaku atau rasa 28 13 28 13 - -
sakit pada otot
karena kejang
Jumlah 10 10 7 6 3 4
2. Psikologis Pembawaan 19 22 19 22 - -
gugup
Mudah 17 24 17 - - 24
tersinggung
Merasa was-was 16 31 16 31 - -
(khawatir)
Merasa rendah 10 25 - 25 10 -
diri
Sulit konsentrasi 18 23 - 23 18 -
Sulit mengambil 6 35 6 35 - -
keputusan
Gelisah 9 32 9 32 - -
Merasa takut 20 21 20 21 - -
Mudah marah 8 33 8 33 - -
Ingin 7 34 7 - - 34
menghindari diri
atau lari dari
kenyataan
Jumlah 10 10 8 8 2 2
Jumlah Total 20 20 15 14 5 6
48 
 

Jumlah aitem secara keseluruhan yang digunakan untuk

penelitian 29 aitem yang terdiri dari 26 aitem setelah uji coba dan 3

aitem tambahan yang telah dipilih serta mengalami perbaikan

dalam kalimatnya. Aitem-aitem yang akan digunakan dalam

penelitian ini telah memiliki batasan riΧ ≥ 0,30 yang artinya aitem-

aitem tersebut layak digunakan untuk penelitian. Aitem-aitem yang

sudah lolos dari uji daya beda tersebut kemudian disajikan dalam

bentuk kuesioner penelitian dan aitem-aitem tersebut juga diacak

kembali oleh peneliti sebelum digunakan untuk penelitian. Bentuk

kuesioner yang digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada

lampiran 2.

Perhitungan reliabilitas skala kecemasan berbicara di

depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA

Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 menggunakan

teknik analisis alpha Cronbach ( ) dan menghasilkan rxx = 0,942.

Angka tersebut menunjukkan bahwa skala kecemasan berbicara di

depan kelas dalam penelitian ini dapat diandalkan untuk penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Menghubungi kepala sekolah dan guru pembimbing SMA

Fransiskus Bandar Lampung untuk membicarakan rencana

penelitian sekaligus meminta bantuannya.

b. Menyusun kuesioner kecemasan berbicara di depan kelas.


49 
 

c. Mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Datang ke sekolah untuk menyebarkan kuesioner kecemasan

berbicara di depan kelas kepada siswa kelas X dan siswa kelas

XI SMA Fransiskus Bandar Lampung.

b. Meminta bantuan guru pembimbing mencari waktu masuk kelas

untuk melakukan penelitian dan membagikan kuesioner

kecemasan berbicara di depan kelas yang akan diisi oleh siswa.

c. Menerima dan mengolah kuesioner yang telah di isi oleh siswa.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk

menganalisis data penelitian kecemasan berbicara di depan kelas siswa

kelas X dan siswa kelas XI tahun ajaran 2009/2010 adalah sebagai

berikut :

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah

diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor masing-

masing butir aitem skala. Langkah selanjutnya kemudian menghitung

total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap aitem

pernyataan.

2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan analisis statistik

deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan

mean, standard deviasi serta pengkategorian menurut norma yang

telah ditentukan peneliti.


50 
 

a. Kategorisasi tingkat kecemasan subjek penelitian secara umum

Kategorisasi tingkat kecemasan berbicara di depan kelas

secara umum disusun berdasarkan model distribusi normal

dengan kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah

untuk menempatkan subjek penelitian ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasar atribut yang ukur.

Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar

(1999:108) yang mengelompokkan tingkat kecemasan berbicara

di depan kelas subjek penelitian dalam lima kategori yaitu

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dengan

norma kategorisasi sebagai berikut :

Χ ≤ µ − 1,5σ kategori sangat rendah

µ − 1,5σ < Χ ≤ µ − 0,5σ kategori rendah

µ − 0,5σ < Χ ≤ µ + 0,5σ kategori sedang

µ + 0,5σ < Χ ≤ µ + 1,5σ kategori tinggi

µ + 1,5 < Χ kategori sangat tinggi

Keterangan :

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin

diperoleh subjek penelitian

dalam skala.

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin

diperoleh subjek penelitian


51 
 

dalam skala.

Range : range, yaitu rentangan skor

skala.

σ : standard deviasi, yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran.

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata

teoretis dari skor maksimum dan

minimum.

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai

norma/patokan dalam pengelompokan skor subjek penelitian

berdasarkan tingkatan kecemasan berbicara di depan kelas.

Kategorisasi tinggi rendah kecemasan berbicara di depan kelas

siswa kelas X dan siswa kelas XI secara keseluruhan (dengan Σ

aitem total = 29), diperoleh melalui penggolongan dengan

perhitungan sebagai berikut :

Xmaksimum teoretik : 29 x 3 = 87

Xminimum teoretik : 29 x 0 = 0

Range : 87 – 0 = 87

σ (teoretik) : 87 : 6 = 14,5

µ (mean teoretik) : (87 + 0) : 2 = 43,5


52 
 

Penentuan kategorisasi tingkat kecemasan berbicara di

depan kelas siswa kelas X dan kelas XI secara umum dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3
Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan
Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran
2009/2010

Perhitungan Skor Kategori


Χ ≤ µ − 1,5σ Χ ≤ 21,75 Sangat
Χ ≤ 43,5 − 1,5(14,5) Rendah
Χ ≤ 43,5 − 21,75
µ − 1,5σ < Χ ≤ µ − 0,5σ 21,75 < Χ ≤ 36,25 Rendah
43,5 − 21,75 < Χ ≤ 43,5 − 7,25
µ − 0,5σ < Χ ≤ µ + 0,5σ 36,25 < Χ ≤ 50,75 Sedang
43,5 − 7.25 < Χ ≤ 43,5 + 7,25
µ + 0,5 < Χ ≤ µ + 1,5σ 50,75 < Χ ≤ 65,25 Tinggi
43,5 + 7,25 < Χ ≤ 43,5 + 21,75
Χ > µ + 1,5σ Χ > 65,25 Sangat
Tinggi
Χ > 43,5 + 21,75

Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan

berdasarkan skor total yang mereka peroleh ke dalam kategori

di atas, sehingga dapat dilihat tingkat kecemasan yang dirasakan

oleh siswa ketika berbicara di depan kelas (sangat tinggi-sangat

rendah).

b. Kategorisasi skor setiap aitem dalam skala

Kategorisasi skor dari setiap aitem dalam skala penelitian

dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dimiliki

oleh siswa pada setiap gejala kecemasan yang terdapat pada

aitem pernyataan. Kategorisasi skor tiap aitem skala adalah


53 
 

berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang

berpedoman pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah,

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Norma kategorisasi

untuk tiap aitem adalah sebagai berikut :

Χitem ≤ µ − 1,5σ kategori sangat rendah

µ − 1,5σ < Χitem ≤ µ − 0,5σ kategori rendah

µ − 0,5σ < Χitem ≤ µ + 0,5σ kategori sedang

µ + 0,5σ < Χitem ≤ µ + 1,5σ kategori tinggi

µ + 1,5 < Χitem kategori sangat tinggi

Keterangan :

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin

diperoleh aitem dalam skala.

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin

Diperoleh aitem dalam skala.

Range : range, yaitu rentangan skor

skala.

σ : standard deviasi, yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran.

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata

teoretis dari Xaitem maksimum

teoretik dan Xaitem minimum

teoretik.
54 
 

Kategorisasi tersebut diterapkan sebagai norma/patokan

dalam pengelompokkan skor aitem. Kategorisasi tinggi rendah

skor aitem-aitem secara keseluruhan dalam penelitian ini

(dengan N = 200), diperoleh dengan penggolongan melalui

perhitungan sebagai berikut :

Xaitem maksimum teoretik : 200 x 3 = 600

Xaitem minimum teoretik : 200 x 0 = 0

Range : 600 – 0 = 600

σ (aitem teoretik) : 600 : 6 = 100

µ ( mean aitem teoretik) : (600 + 0) : 2 = 300

Penentuan kategorisasi aitem dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 4
Norma Kategorisasi Skor Aitem Berbicara di Depan Kelas
Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010

Perhitungan Skor Kategori


Χitem ≤ µ − 1,5σ Χitem ≤ 150 Sangat
Χitem ≤ 300 − 1,5(100) Rendah
Χitem ≤ 300 − 150
µ − 1,5σ < Χitem ≤ µ − 0,5σ 150 < Χitem ≤ 250 Rendah
300 − 150 < Χitem ≤ 300 − 50
µ − 0,5σ < Χitem ≤ µ + 0,5σ 250 < Χitem ≤ 350 Sedang
300 − 50 < Χitem ≤ 300 + 50
µ + 0,5 < Χitem ≤ µ + 1,5σ 350 < Χitem ≤ 450 Tinggi
300 + 50 < Χitem ≤ 300 + 150
Χitem > µ + 1,5σ Χitem > 450 Sangat
Tinggi
Χitem > 300 + 150

Selanjutnya, data setiap aitem dikelompokkan berdasarkan

skor total yang diperoleh ke dalam kategori di atas, sehingga


55 
 

dapat dilihat tingkat kecemasan yang dirasakan oleh siswa

ketika berbicara di depan kelas (sangat tinggi-sangat rendah)

dengan berdasar pada skor aitem.

3. Peneliti menggunakan rumus Chi-Kuadrat untuk melihat perbedaan

yang signifikan tingkat kecemasan antara siswa kelas X dan siswa

kelas XI ketika berbicara di depan kelas. Chi-Kuadrat digunakan

untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya

berbentuk nominal dan sampelnya besar.

Rumus Chi-Kuadrat tersebut adalah (Sugiyono, 2000:139)

χ2 =
(
n ad − bc − 1 n
2
)2

(a + b )(a + c )(b + d )(c + d )


Keterangan

χ 2 = Chi-Kuadrat

n = Jumlah sampel/jumlah subjek


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 4 ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil

penelitian.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang akan diuraikan pada bab ini adalah tingkat

kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X, tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas siswa kelas XI, dan perbedaan tingkat kecemasan

antara siswa kelas X dan kelas XI.

1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas pada Siswa Kelas

X SMA Fransiskus Bandar Lampung

Jumlah responden, presentase dan tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas bagi siswa kelas X disajikan di dalam tabel

berikut ini :

Tabel 5
Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas
Untuk Siswa Kelas X

Perhitungan Skor Jumlah Persentase Kategori


Χ ≤ µ − 1,5σ Χ ≤ 21,75 28 28% Sangat
rendah
µ − 1,5σ < Χ ≤ µ − 0,5σ 21,75 < Χ ≤ 36,25 42 42% Rendah

µ − 0,5σ < Χ ≤ µ + 0,5σ 36,25 < Χ ≤ 50,75 22 22% Sedang

µ + 0,5 < Χ ≤ µ + 1,5σ 50,75 < Χ ≤ 65,25 8 8% Tinggi

Χ > µ + 1,5σ Χ > 65,25 0 0 Sangat


tinggi

56 
 
57
 

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas bagi sebagian besar siswa kelas X berada

pada kategori sangat rendah (28 orang ; 28%) sampai rendah (42

orang ; 42%). Siswa yang berada pada kategori tinggi hanya

berjumlah 8 siswa (8%). Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa kelas X memiliki tingkat kecemasan yang rendah

ketika berbicara di depan kelas. Artinya ketika siswa kelas X berbicara

di depan kelas dalam kegiatan mempresentasikan hasil tugas mereka

mengalami sedikit kecemasan. Pada tabel dibawah ini peneliti

memaparkan gejala-gejala kecemasan yang sering dialami siswa kelas

X ketika berbicara di depan kelas berdasarkan tingkat kecemasan

siswa dan pemaparan lebih lengkap terdapat pada lampiran 8 :

Tabel 6
Gejala-Gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas
Berdasarkan Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden

Kategori Jumlah Item dan Pernyataan %


Kecemasan Responden
Sangat 28 orang 8. Otot leher saya tidak terasa kaku pada saat saya
Rendah mempresentasikan hasil tugas di depan kelas.
9. Perut saya tidak terasa mual meskipun 14
memikirkan tentang presentasi hasil tugas.
Rendah 42 orang 8. Otot leher saya tidak terasa kaku pada saat saya
mempresentasikan hasil tugas di depan kelas.
9. Perut saya tidak terasa mual meskipun
memikirkan tentang presentasi hasil tugas.
11. Saya merasa was-was (khawatir) akan gagal 21
dalam mempresentasikan hasil tugas.
13. Saya merasa gugup ketika berbicara di depan
teman-teman sekelas.
Sedang 22 orang 13. Saya merasa gugup ketika berbicara di depan
teman-teman sekelas. 11
14. Saya merasa takut ketika berbicara di depan
teman-teman sekelas.
Tinggi 8 orang 27. Jari-jari tangan saya menjadi dingin ketika saya 4
58
 

berdiri di depan teman-teman sekelas untuk


mempresentasikan hasil tugas.

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas X yang

memiliki tingkat kecemasan yang rendah bahkan sangat rendah,

ternyata sering mengalami gejala kecemasan pada aspek fisiologis

(fisik) dan aspek psikologis. Pada aspek fisiologis siswa sering

mengalami rasa tegang pada bagian leher dan rasa mual pada perut.

Gejala kecemasan yang sering dialami lainnya adalah aspek psikologis

yaitu perasaan was-was (khawatir) akan kegagalan dalam

menyampaikan hasil tugas di depan kelas, perasaan gugup ketika

berbicara di depan kelas, dan perasaan takut untuk tampil di depan

teman-teman sekelas.

Siswa yang masuk dalam kategori tingkat kecemasan yang

tinggi juga sering mengalami gejala kecemasan pada aspek psikologis

dan aspek fisiologis. Pada aspek psikologis gejala kecemasan yang

sering dialami siswa kelas X adalah perasaan gugup dan perasaan

was-was (khawatir). Sedang aspek fisiologis adalah jari-jari tangan

yang dingin dan telapak tangan yang mudah berkeringat.

Siswa kelas X pada umumnya sering mengalami gejala

kecemasan pada aspek fisiologis khususnya pada bagian perut yang

terasa mual dan bagian leher yang tegang karena perasaan cemas.

Aspek psikologis yang juga sering dirasakan oleh siswa kelas X ketika

berbicara di depan kelas adalah perasaan was-was (khawatir) akan

kegagalan dan perasaan gugup ketika berbicara di depan kelas.


59
 

2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas pada Siswa kelas

XI SMA Fransiskus Bandar Lampung

Jumlah responden, presentase dan tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas siswa kelas XI SMA Fransiskus yang terdiri

dari siswa kelas XI IPA dan siswa kelas XI IPS adalah sebagai

berikut:

Tabel 7
Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas
Berdasarkan Norma Kategorisasi
Siswa Kelas XI

Perhitungan Skor Jumlah Persentase Kategori


Χ ≤ µ − 1,5σ Χ ≤ 21,75 50 50% Sangat
rendah
µ − 1,5σ < Χ ≤ µ − 0,5σ 21,75 < Χ ≤ 36,25 37 37% Rendah

µ − 0,5σ < Χ ≤ µ + 0,5σ 36,25 < Χ ≤ 50,75 11 11% Sedang

µ + 0,5 < Χ ≤ µ + 1,5σ 50,75 < Χ ≤ 65,25 2 2% Tinggi

Χ > µ + 1,5σ Χ > 65,25 0 0 Sangat


tinggi

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas yang dimiliki oleh sebagian besar siswa kelas

XI berada pada kategori sangat rendah (50 orang ; 50%) sampai

rendah (37 orang ; 37%). Siswa yang masuk dalam kategori

kecemasan tinggi ketika berbicara di depan kelas hanya 2 orang (2%).

Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa kelas

XI memiliki tingkat kecemasan yang sangat rendah ketika berbicara di

depan kelas. Artinya ketika siswa kelas XI berbicara di depan kelas


60
 

untuk mempresentasikan hasil tugas yang diberikan oleh guru,

perasaan cemas itu masih dialami oleh siswa.

Pada tabel dibawah ini peneliti memaparkan gejala-gejala

kecemasan yang sering dialami siswa kelas XI ketika berbicara di

depan kelas berdasarkan tingkat kecemasan siswa dan pemaparan

lebih lengkap terdapat pada lampiran 9:

Tabel 8
Gejala-Gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas
Berdasarkan Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden

Kategori Jumlah Item dan Pernyataan %


Kecemasan Responden
Sangat 50 orang 8. Otot leher saya tidak terasa kaku pada saat saya
Rendah mempresentasikan hasil tugas di depan kelas.
9. Perut saya tidak terasa mual meskipun memikirkan 25
tentang presentasi hasil tugas.
Rendah 37 orang 8. Otot leher saya tidak terasa kaku pada saat saya
mempresentasikan hasil tugas di depan kelas.
29. Jantung saya berdebar-debar setiap kali maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugas.
9. Perut saya tidak terasa mual meskipun memikirkan 10
tentang presentasi hasil tugas.
20. Telapak tangan saya menjadi mudah berkeringat
ketika akan mempresentasikan hasil tugas di depan
teman-teman sekelas.
Sedang 11 orang 9. Perut saya tidak terasa mual meskipun memikirkan
tentang presentasi hasil tugas.
5,5
29. Jantung saya berdebar-debar setiap kali maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugas.
Tinggi 2 orang 1. Jantung saya tetap berdetak dengan normal setiap
kali maju ke depan kelas untuk mempresentasikan
hasil tugas.
11. Saya merasa was-was (khawatir) akan gagal dalam
mempresentasikan hasil tugas.
1
20. Telapak tangan saya menjadi mudah berkeringat
ketika akan mempresentasikan hasil tugas di depan
teman-teman sekelas.
29. Jantung saya berdebar-debar setiap kali maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugas.
61
 

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas XI yang

memiliki tingkat kecemasan rendah bahkan sangat rendah, ternyata

sering mengalami gejala kecemasan pada aspek fisiologis dan aspek

psikologis. Pada aspek fisiologis gejala kecemasan yang sering

dialami siswa kelas XI ketika berbicara di depan kelas khususnya pada

bagian perut yang terasa mual dan bagian leher yang terasa tegang.

Siswa yang memiliki tingkat kecemasan kategori rendah juga

memiliki gejala kecemasan yang sering dialami pada aspek fisiologis

seperti jantung yang berdebar-debar dan telapak tangan yang mudah

berkeringat.

Siswa yang berada pada tingkat kecemasan kategori sedang

juga sering mengalami gejala kecemasan yang sama dengan siswa

yang memiliki tingkat kecemasan pada kategori rendah. Gejala

kecemasan yang sering dialami terdapat pada aspek fisiologis

khususnya pada bagian perut yang terasa mual dan jantung yang

berdebar-debar. Pada aspek psikologis gejala kecemasan yang sering

dialami yaitu perasaan was-was (khawatir) akan kegagalan dalam

menyampaikan hasil tugas di depan kelas. Siswa kelas XI lebih sering

mengalami gejala kecemasan pada aspek fisiologis daripada aspek

psikologis.
62
 

3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Antara

Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI SMA Fransiskus

Untuk menguji perbedaan tingkat kecemasan berbicara di

depan kelas antara siswa kelas X dan siswa kelas XI digunakan rumus

Chi-Kuadrat dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db)

= 1. Rumus yang digunakan dalam menghitung Chi-Kuadrat (Hadi,

2004:266) adalah sebagai berikut :

Perhitungan nilai Chi-Kuadrat untuk pengujian tingkat

kecemasan berbicara di depan kelas disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 9 : Perhitungan Chi-Kuadrat tentang perbedaan tingkat


kecemasan berbicara di depan kelas antara siswa kelas
X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung
tahun ajaran 2009/2010.
Kategori Tinggi Rendah Σ
Kelas

X 8 42 50
(a) (b)
XI 2 37 39
(c) (d)
Σ 10 79 n= 200
63
 

χ2 =
(
n ad − bc − 1 n
2
)2

(a + b)(a + c)(b + d )(c + d )

χ =
2
{
200 (8x37) − (42x2) − 1 200
2
}
2

(8 + 42)(8 + 2)(42 + 37)(2 + 37)


200[(296 − 84) − 100]
2
χ2 =
(50)(10)(79)(39)
200(212 − 100)
2
χ =
2

(500)(3081)
200(112)
2
χ2 =
1540500
200(12544)
χ2 =
1540500
2508800
χ2 = = 1,62
1540500

Derajat kebebasan :

d.b = (C-1) (R-1)

= (2-1) (2-1)

=1x1

=1

Taraf signifikansi 5% dengan d.b = 1, nilai χ 2 tab = 3,841.

Nilai χ 2 emp = 1,62 lebih kecil daripada χ 2 tab . Berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas

antara siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar

Lampung tahun ajaran 2009/2010.


64
 

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

kelas X memiliki tingkat kecemasan yang rendah ketika

mempresentasikan hasil tugas di depan kelas. Tingkat kecemasan yang

rendah dalam diri siswa kelas X ketika berbicara di depan kelas

dikarenakan sebelum mempresentasikan hasil tugas di depan kelas

siswa kelas X diberi kesempatan oleh guru untuk mempersiapkan

bahan yang akan dipresentasikan terlebih dahulu. Kemungkinan lain

berasal dari kegiatan ekstrakurikuler yang telah dipilih oleh siswa. Di

dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa diberi kesempatan untuk berlatih

berbicara dan tampil di depan orang banyak, dilatih untuk bisa

menerima kekurangan atau kegagalan dari kegiatan presentasi yang

telah mereka lakukan, dan dilatih untuk mengolah kekurangan itu agar

menjadi sesuatu yang lebih baik lagi ketika melakukan kegiatan

presentasi berikutnya. Siswa mendengarkan masukkan dari guru

berkaitan dengan hasil tugas yang telah mereka presentasikan,

sehingga siswa dapat belajar lagi untuk lebih baik ketika akan

mempresentasikan hasil tugas di depan kelas atau tampil di depan

orang banyak.

Sebagian besar siswa kelas X memang termasuk dalam

kategori kecemasan yang rendah ketika berbicara di depan kelas dalam

mempresentasikan hasil tugas. Namun demikian bila dilihat dari


65
 

gejala-gejala kecemasan yang sering dialami, siswa kelas X sering

mengalami gejala kecemasan pada aspek fisiologis terutama yang

berkaitan dengan bagian perut dan bagian leher. Siswa merasakan

mual atau merasakan kaku pada bagian leher ketika akan maju ke

depan kelas. Rasa mual dan kaku pada bagian leher mungkin

dikarenakan perasaan tidak aman ketika akan maju ke depan kelas.

Perasaan tidak aman itu mungkin dikarenakan siswa berpikir akan

melakukan kesalahan ketika mempresentasikan hasil tugas di depan

kelas. Perasaan tidak aman itulah yang membuat siswa mengalami

perasaan cemas ketika akan mempresentasikan hasil tugas di depan

kelas dan menggejala pada fisik siswa seperti rasa mual pada perut dan

rasa kaku pada bagian leher.

Aspek lain yang menunjukkan bahwa siswa kelas X

mengalami perasaan cemas ketika berbicara di depan kelas adalah

aspek psikologis. Aspek psikologis yang dialami siswa kelas X adalah

perasaan was-was (khawatir) akan kegagalan dalam menyampaikan

hasil tugas di depan kelas, perasaan gugup ketika berbicara di depan

kelas, dan perasaan takut tampil di depan teman-teman sekelas.

Perasaan was-was (khawatir) akan kegagalan dalam menyampaikan

hasil tugas di depan kelas mungkin dikarenakan siswa berpikir bahwa

bahan yang akan dipresentasikan di depan kelas belumlah sempurna

dan perasaan gugup serta perasaan takut untuk tampil di depan kelas

yang muncul dalam diri siswa kelas X mungkin dikarenakan siswa


66
 

merasa kurang mampu menyampaikan hasil tugas dengan baik di

depan teman-teman sekelas.

2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas XI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI

sebagian besar memiliki tingkat kecemasan yang sangat rendah ketika

mempresentasikan hasil tugas di depan kelas. Tingkat kecemasan yang

sangat rendah tersebut kemungkinan disebabkan oleh kesempatan yang

diberikan oleh guru untuk mempersiapkan bahan yang akan

dipresentasikan terlebih dahulu. Kemungkinan penyebab lain adalah

latihan-latihan untuk tampil di depan orang banyak melalui kegiatan

ekstrakurikuler yang telah mereka pilih dari kelas X, selain itu para

siswa kelas XI juga telah sering melakukan kegiatan presentasi hasil

tugas di depan kelas sejak kelas X.

Sebagian besar siswa kelas XI memang masuk dalam

kategori kecemasan yang sangat rendah ketika berbicara di depan

kelas. Namun demikian bila dilihat pada gejala-gejala kecemasan

siswa kelas XI sering mengalami gejala kecemasan pada aspek

fisiologis. Siswa merasakan mual pada perut, rasa tegang pada bagian

leher, jantung berdebar-debar dan telapak tangan yang mudah

berkeringat. Kondisi fisik siswa yang seperti itu mungkin dikarenakan

siswa kelas XI merasa gugup pada awal akan berbicara di depan kelas.

Perasaan gugup siswa ketika akan melakukan presentasi hasil tugas di

depan kelas mungkin disebabkan oleh pandangan siswa tentang sikap


67
 

guru yang kurang bersahabat terhadap siswa atau guru yang terlalu

galak.

Aspek lain yang dapat menunjukkan bahwa siswa kelas XI

mengalami perasaan kecemasan ketika berbicara di depan kelas adalah

aspek psikologis. Mereka mengalami perasaan was-was (khawatir)

akan kegagalan dalam menyampaikan hasil tugas di depan kelas.

Perasaan was-was (khawatir) ini muncul mungkin disebabkan oleh

pikiran para siswa ini bahwa nantinya mereka kurang mampu

menjawab pertanyaan teman-temannya berkaitan dengan hasil tugas

yang mereka presentasikan atau siswa berpikir kurang mampu

melakukan kegiatan presentasi dengan baik dari teman-teman

sebelumnya. Perasaan was-was akan kegagalan dan pikiran tentang

ketidakmampuan menjawab pertanyaan dari teman-temannya dengan

baik itulah yang membuat siswa sering mengalami gejala-gejala

kecemasan.

3. Perbedaan yang Signifikan Antara Tingkat Kecemasan Berbicara

di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI SMA

Fransiskus

Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas

antara siswa kelas X dan siswa kelas XI. Tidak ada perbedaan tingkat

kecemasan siswa kelas X dan siswa kelas XI itu mungkin dikarenakan

siswa kelas X dan siswa kelas XI sama-sama diberikan kesempatan


68
 

oleh guru untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan dipresentasikan

terlebih dahulu.

Kemungkinan penyebab lain adalah faktor kurikulum.

Menurut Akhmad Sudrajat (http://majalahqalam.com : 11 Mei 2010)

tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi akan menyebabkan kecemasan.

Siswa kelas X dan kelas XI mengalami sistem pembelajaran, sistem

penilaian yang sama, serta suasana pembelajaran yang sama dengan

tuntutan kurikulum yang tinggi, pada gilirannya akan mengalami

kecemasan yang sama.

Kemungkinan penyebab lain adalah perasaan khawatir akan

kegagalan. Menurut Kartini Kartono (2000), perasaan khawatir akan

kegagalan yang menyebabkan munculnya perasan cemas. Siswa kelas

X dan kelas XI mengalami perasaan khawatir akan mengalami

kegagalan ketika menyampaikan hasil tugas di depan teman-teman

sekelasnya dan perasaan itulah yang menyebabkan siswa kelas X dan

kelas XI mengalami kecemasan.

Faktor kondisi sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang

dapat menyebabkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan

tingkat kecemasan berbicara di depan kelas antara siswa kelas X dan

siswa kelas XI. Siswa kelas X dan siswa kelas XI sama-sama memiliki

kesempatan menggunakan fasilitas belajar yang mendukung proses

belajar mereka. Siswa kelas X dan siswa kelas XI juga sama-sama

menerapkan kedisiplinan sekolah. Misalnya ketika ada siswa baik


69
 

kelas X maupun kelas XI yang belum selesai mengerjakan tugas yang

akan dipresentasikan di depan kelas. Siswa tersebut akan mendapatkan

hukuman dari guru karena kesalahan mereka yang belum

menyelesaikan tugas yang akan dipresentasikan di depan kelas

tersebut. Faktor lain yang mungkin juga dapat menyebabkan tidak

adanya perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan berbicara di

depan kelas antara siswa kelas X dan siswa kelas XI adalah faktor

guru.

Kesamaan dalam menyiapkan bahan-bahan yang akan

dipresentasikan, kesamaan dalam menggunakan fasilitas sekolah,

kesamaan dalam tuntutan pencapaiaan target kurikulum dan kesamaan

dalam kedisplinan sekolah inilah yang kemungkinan menjadi

penyebab tidak adanya perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas antara siswa kelas X dan siswa kelas XI.
BAB V

PENUTUP

Bab 5 ini akan memuat tentang ringkasan, kesimpulan dari penelitian

dan saran dari peneliti kepada pembaca.

A. Ringkasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk: (1) mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa

kelas X ketika berbicara di depan kelas, (2) mengungkapkan tingkat

kecemasan yang dialami oleh siswa kelas XI ketika berbicara di depan

kelas, dan (3) melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara

tingkat kecemasan siswa kelas X dan siswa kelas XI ketika berbicara di

depan kelas.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X dan siswa kelas XI tahun ajaran 2009/2010 SMA Fransiskus Bandar

Lampung. Populasi penelitian ini adalah 340 orang dan pada penelitian ini

peneliti mengambil sampel dari populasi tersebut. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik sampling sistematis, karena pada penelitian ini

sampel diambil berdasarkan nomor presensi siswa. Jumlah subjek

penelitian ini adalah 200 orang yang terdiri dari 100 orang siswa kelas X

dan 100 orang siswa kelas XI (50 orang kelas XI IPA dan 50 orang kelas

XI IPS). SMA Fransiskus dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah

70 
 
71 
 

ini menggunakan metode presentasi (berbicara di depan kelas) untuk

proses pembelajarannya.

Alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

kuesioner kecemasan berbicara di depan kelas yang disusun oleh peneliti.

Kuesioner kecemasan berbicara di depan kelas terdiri dari 29 item yang

terdiri dari penyataan favorable dan unfavorable. Kuesioner ini harus diisi

oleh para siswa kelas X (100 orang) dan siswa kelas XI IPA (50 orang)

dan IPS (50 orang). Perhitungan uji validitas isi pada kuesioner kecemasan

berbicara di depan kelas menggunakan perhitungan SPSS (Statistical

Programme For Social Windows) versi 14 dengan perolehan hasil riΧ ≥ 0,30

dan dengan menggunakan teknik analisis alpha Cronbach (ߙ) nilai

reliabilitas yang diperoleh sebesar rxx = 0,906, sehingga dapat dikatakan bahwa

alat ini layak digunakan untuk penelitian.

Data tentang kecemasan berbicara di depan kelas yang diperoleh

diolah dengan cara: (1) menentukan skor dari masing-masing alternatif

jawaban yang sudah diberikan oleh responden dan membuat tabulasi skor

dari masing-masing butir item skala, (2) menghitung total skor masing-

masing respoden/subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan, (3)

mengkategorisasikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas

berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang

berdasarkan Azwar (1999:108). Hasil penelitian menunjukkan bahwa :


72 
 

1. Sebagian besar siswa kelas X memiliki tingkat kecemasan

yang rendah ketika mempresentasikan hasil tugas di depan

kelas.

2. Sebagian besar siswa kelas XI memiliki tingkat kecemasan

yang sangat rendah ketika mempresentasikan hasil tugas di

depan kelas.

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan

berbicara di depan kelas tersebut berdasarkan dengan taraf

signifikansi 5% dengan d.b = 1 dan nilai χ 2 tab = 3,841.

4. Secara umum tingkat kecemasan yang dimiliki oleh siswa

SMA Fransiskus tahun ajaran 2009/2010 adalah rendah bahkan

sangat rendah. Meskipun tingkat kecemasan ada pada kategori

rendah-sangat rendah, bukan berarti pada siswa tidak

menunjukkan tanda-tanda kecemasan. Siswa SMA Fransiskus

sering mengalami rasa mual, rasa tegang pada bagian leher,

telapak tangan yang mudah berkeringat, perasaan takut gagal

dalam menyampaikan hasil tugas di depan teman-teman

sekelas, dan perasaan gugup berbicara di depan teman-teman

sekelasnya.

B. Kesimpulan

1. Rendahnya bahkan sangat rendahnya tingkat kecemasan berbicara di

depan kelas yang dimiliki oleh siswa SMA Fransiskus tahun ajaran
73 
 

2009/2010 berarti bahwa perasaan cemas itu tetap ada ketika siswa

berbicara di depan kelas dalam menyampaikan hasil tugas.

2. Tingkat kecemasan rendah bahkan sangat rendah yang dimiliki siswa

kelas X dan kelas XI ketika berbicara di depan kelas mungkin

dipengaruhi oleh kegiatan ektrakurikuler yang wajib diikuti oleh para

siswa. Kegiatan ekstrakurikuler selain untuk mengembangkan bakat

yang ada dalam diri siswa juga melatih siswa untuk berani tampil di

depan orang banyak, contohnya lomba-lomba yang berkaitan dengan

kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

3. Tingkat kecemasan rendah bahkan sangat rendah yang dimiliki oleh

siswa kelas X dan kelas XI ketika berbicara di depan kelas mungkin

dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang memberikan kesempatan

terlebih dahulu kepada siswa untuk menyiapkan bahan yang akan

dipresentasikan, sehingga melalui persiapan-persiapan yang berkaitan

dengan tugas tersebut siswa dapat menyampaikan hasil tugas mereka di

depan teman-teman sekelas dan guru yang memberi tugas.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan di

atas, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi para siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar

Lampung

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa para siswa kelas X dan

kelas XI memiliki tingkat kecemasan yang rendah bahkan sangat


74 
 

rendah ketika berbicara di depan kelas dan tidak ada perbedaan yang

signifikan tingkat kecemasan antara siswa kelas X dan siswa kelas XI

ketika berbicara di depan kelas. Dari hasil penelitian ini diharapkan

para siswa lebih meningkatkan lagi keberanian berbicara di depan

orang banyak melalui latihan berbicara di depan orang banyak dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Ada baiknya juga siswa dilatih oleh guru

bimbingan dan konseling cara mengolah rasa cemas ketika tampil di

depan orang banyak, agar nantinya siswa memiliki kemampuan

mengolah rasa cemas yang mereka alami ketika berbicara di depan

kelas secara sendiri.

2. Bagi guru bimbingan dan konseling SMA Fransiskus Bandar

Lampung

Untuk guru bimbingan dan konseling SMA Fransiskus ada

baiknya memberi informasi dan pengarahan kepada siswa tentang cara

mengolah rasa cemas yang siswa alami ketika berbicara di depan

orang banyak. Siswa juga dilatih oleh guru bimbingan dan konseling

untuk bisa mengolah rasa cemas yang siswa alami ketika berbicara di

depan orang banyak. Cara mengolah rasa cemas itu misalnya dengan

cara menarik nafas dalam-dalam melalui hidung dan mengeluarkannya

secara perlahan-lahan melalui mulut. Cara yang lain misalnya dengan

melakukan relaksasi seperti dalam posisi duduk atau berbaring selama

30 menit dan dalam kondisi tersebut kita mengatur pernafasan agar

diri kita akhirnya menemukan kenyaman (Artikel Psikologi, 2008:04).


75 
 

Cara-cara yang tersebut diatas adalah cara mengatur rasa cemas

melalui relaksasi yang sederhana dan siswa juga dapat melakukannya

setelah dilatih oleh guru pembimbing.

3. Untuk penelitian selanjutnya

Dari penelitian ini terbukti bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas antara siswa

kelas X dan siswa kelas XI yang artinya siswa sama-sama memiliki

rasa cemas ketika berbicara di depan kelas.

Untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan

kecemasan siswa berbicara di depan kelas diharapkan ada penelitian

tentang persepsi siswa terhadap guru bidang studi. Hal ini karena

persepsi siswa terhadap guru bidang studi dapat mempengaruhi

munculnya rasa cemas ketika berbicara di depan kelas. Misalnya

ketika siswa memiliki pandangan terhadap guru bidang studi tertentu

yang memiliki karakter galak, memungkinkan siswa merasakan

kecemasan ketika guru tersebut masuk dalam kelas untuk

menyampaikan materi pembelajaran saat itu.


 
 

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Clerq, Linda De. (1994). Tingkal Laku Abnormal dari Sudut Pandang
Perkembangan. Jakarta: PT. Grasindo.

Daradjat, Zakiah. (1985). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Durand, V. Mark dan David H. Barlow. (2006). Psikologi Abnormal Edisi


Keempat (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fabella, Armand T. (1993). Anda Sanggup Mengatasi Stres (terjemahan).


Yogyakarta: Kanisius.

Frued, Sigmund. (1958). Psikoloanalisis Sigmund Frued (terjemahan).


Yogyakarta: Ikon Teralitera

Furchan, H. Arief. (2004). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Gunartomo. (2003). Pengaruh Kreatifitas Kognitif, Motivasi Berprestasi dan


Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa MTsN Grabag
Magelang Tahun 2002/2003. Tesis (tidak diterbitkan). Salatiga:
PPs.MMP, UKSW.

Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

http://dianti-konselor.blogspot.com

http://majalahqalam.com/artikel/artikel-pendidikan/mencegah-kecemasan-siswa

http://pasca.uns.ac.id/?p=554

http://www28.indowebster.com/ac2d8c89734f144a40a1a4f5790e6a83.pdf

Kartini, Kartono. (2000). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II Kurikulum Untuk Abad Ke-21.


(1994). Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kristiana, T. (1989). Kecemasan Dalam Belajar Di Perguruan Tinggi. Cetakan I.


Salatiga: Penerbit Pusat Bimbingan UKSW.

76
 
77 
 

Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.


Yogyakarta: Kanisius.

Nevid, Jeffrey S., dkk. (2005). Psikologi Abnormal Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, John W. (1995). Life-Span Development Edisi Kelima (Perkembangan


Masa Hidup) jilid 2. Jakarta: Erlangga.

______________. (2007). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.

Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, Urinute. (1993). Pengantar Metode Penelitian.


Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Bina Aksara.

Sugiyono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.

Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Yamin, H. Martinis, (2007). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan


Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
 
 

L
A
M
P
I
R
A
N
 
 

Lampiran 1

Kuesioner Uji Coba

Kecemasan Berbicara di Depan Kelas


78 
 

IDENTITAS SISWA
Silahkan mengisi identitas diri Anda di bawah ini sebelum mengisi
kuesioner.
Nama Lengkap :
Kelas :
Jenis kelamin : L/P

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


Berikut ini disajikan pernyataan-pernyataan yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Sebelum mengisi kuesioner, Anda perlu memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti sebelum memberikan jawaban.
2. Dari setiap pilihan, Tidak Ada Jawaban BENAR atau SALAH, untuk
itu Kejujuran sangatlah diperlukan.
3. Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan yang disediakan dengan cara
Mencentang (√) pada pernyataan yang menggambarkan keadaan diri
Anda saat Berbicara Di Depan Kelas.
Bacalah pernyataan dengan teliti, kemudian pilihlah 1 dari 4 pilihan jawaban
yang tersedia, yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda ketika Berbicara
Di Depan Kelas. Berilah tanda Centang (√) pada pilihan jawaban Anda.
Pilihan tersebut antara lain :
ƒ SL : Selalu
ƒ SR : Sering
ƒ KDG : Kadang-kadang
ƒ TP : Tidak Pernah

Contoh Pengerjaan :
No.  Pernyataan  SL SR KDG  TP 
1.  Nafsu  makan  saya  menjadi  berkurang  √       
karena  memikirkan  tugas  presentasi 
yang belum selesai disusun  

Contoh Pembetulan
No.  Pernyataan  SL  SR  KDG  TP 
1.  Nafsu  makan  saya  menjadi  berkurang  √   √ 
karena  memikirkan  tugas  presentasi 
yang belum selesai disusun  
79 
 

Kuesioner Uji Coba

No  Pernyataan  Jawaban 


Selalu Sering Kadang‐ Tidak 
    kadang  Pernah
(SL)  (SR)  (KDG)  (TP) 
1. 
Jantung saya tetap berdetak dengan         
normal setiap kali maju ke depan kelas 
untuk mempresentasikan hasil tugas. 
2.  Saya tetap bisa berpikir dengan baik         
ketika akan mempresentasikan hasil 
tugas di depan kelas. 
3.  Saya dapat tidur dengan nyenyak         
meskipun esok hari akan 
menyampaikan presentasi hasil tugas di 
depan kelas. 
4.  Jari‐jari tangan saya tetap hangat ketika         
saya berdiri di depan teman‐teman 
sekelas untuk mempresentasikan hasil 
tugas. 
5.  Saya dapat berbicara dengan suara yang         
tenang ketika mempresentasikan hasil 
tugas di depan teman‐teman sekelas. 
6.  Saya sulit mengambil keputusan dengan         
tepat dalam menjawab pertanyaan 
teman ketika berada di depan kelas. 
7.  Saya izin keluar kelas ketika guru         
meminta saya untuk maju berbicara di 
depan kelas. 
8.  Saya mudah marah karena waktu untuk         
mempresentasikan hasil tugas sudah 
dekat. 
9.  Saya merasa sangat gelisah ketika   
berbicara di depan guru dan teman‐
teman sekelas. 
10.  Saya merasa rendah diri saat         
mempresentasikan hasil tugas di depan 
kelas. 
11.  Saya dapat makan dengan teratur         
meskipun memikirkan tugas presentasi 
yang belum selesai disusun. 
12.  Telapak tangan saya terasa kering ketika         
80 
 

berada di depan teman‐teman sekelas 
untuk menyampaikan hasil tugas.  

No  Pernyataan  Jawaban 


Selalu Sering  Kadang‐ Tidak 
    kadang  Pernah
(SL)  (SR)  (KDG)  (TP) 
13.  Otot leher saya tidak terasa kaku pada         
saat saya mempresentasikan hasil tugas 
di depan kelas. 
14.  Saya tidak merasa mual meskipun saya         
memikirkan tentang presentasi hasil 
tugas. 
15.  Nafas saya tetap teratur meskipun   
waktu untuk mempresentasikan hasil 
tugas sudah tiba. 
16.  Saya merasa was‐was (khawatir) akan         
gagal dalam mempresentasikan hasil 
tugas. 
17.  Semakin mendekati waktu untuk         
mempresentasikan hasil tugas, saya 
menjadi mudah tersinggung. 
18.  Saya sulit berkonsentrasi ketika         
mempresentasikan hasil tugas di depan 
guru dan teman‐teman sekelas. 
19.  Saya merasa gugup ketika berbicara di         
depan teman‐teman sekelas.
20.  Saya merasa takut ketika berbicara di         
depan teman‐teman sekelas. 
21.  Saya berani berbicara di depan teman‐  
teman sekelas. 
22.  Saya tetap tenang ketika berbicara di         
depan teman‐teman sekelas. 
23.  Saya tetap menjaga konsentrasi ketika         
mempresentasikan hasil tugas di depan 
guru dan teman‐teman sekelas. 
24.  Saya tetap bersikap sabar ketika akan         
mempresentasikan hasil tugas di depan 
kelas. 
81 
 

No  Pernyataan  Jawaban 


Selalu Sering  Kadang‐ Tidak 
    kadang  Pernah
(SL)  (SR)  (KDG)  (TP) 
25.  Saya merasa yakin akan berhasil saat         
mempresentasikan hasil tugas di depan 
teman‐teman sekelas. 
26.  Nafas saya terasa sesak ketika waktu         
untuk mempresentasikan hasil tugas di 
depan kelas sudah tiba. 
27.  Saya mengalami gangguan pencernaan         
seperti mual ketika memikirkan tentang 
presentasi hasil tugas. 
28.  Otot leher saya terasa kaku saat   
mempresentasikan hasil tugas di depan 
kelas. 
29.  Telapak tangan saya menjadi mudah         
berkeringat ketika akan 
mempresentasikan hasil tugas di depan 
teman‐teman sekelas. 
30.  Nafsu makan saya menjadi berkurang   
karena memikirkan tugas presentasi 
yang belum selesai disusun. 
31.  Saya tetap percaya diri saat   
mempresentasikan hasil tugas di depan 
kelas.  
32.  Saya tetap rileks ketika berbicara di         
depan guru dan teman‐teman sekelas. 
33.  Perasaan saya tetap tenang meskipun         
waktu untuk mempresentasikan hasil 
tugas sudah dekat. 
34.  Saya berani maju ke depan kelas ketika   
guru meminta saya berbicara di depan 
kelas. 
35.  Saya dapat membuat keputusan dengan   
82 
 

tepat dalam menjawab pertanyaan 
teman meskipun berada di depan kelas. 
36.  Suara saya menjadi terdengar bergetar         
ketika mempresentasikan hasil tugas di 
depan teman‐temna sekelas. 
37.  Jari‐jari tangan saya menjadi dingin         
ketika saya berdiri di depan teman‐
teman sekelas untuk mempresentasikan 
hasil tugas. 

No  Pernyataan Jawaban 


Selalu Sering Kadang‐ Tidak 
    kadang  Pernah
(SL)  (SR)  (KDG)  (TP) 
38.  Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak         
jika teringat kegiatan presentasi hasil 
tugas di depan kelas. 
39.  Beberapa menit sebelum         
mempresentasikan hasil tugas di depan 
kelas kepala saya terasa sakit. 
40.  Jantung saya berdebar‐debar setiap kali         
maju ke depan kelas untuk 
mempresentasikan hasil tugas. 
83 
 
 
 

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Kecemasan Berbicara di Depan Kelas


83 
 

IDENTITAS SISWA
Silahkan mengisi identitas diri Anda di bawah ini sebelum mengisi kuesioner.
Nama :
Jenis kelamin : L/P
Kelas :

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


Berikut ini disajikan pernyataan-pernyataan yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Sebelum mengisi kuesioner, Anda perlu memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti sebelum memberikan jawaban.
2. Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan yang disediakan dengan cara
Mencentang (√) pada pernyataan yang menggambarkan keadaan diri
Anda saat Berbicara Di Depan Kelas.
3. Pilihlah 1 dari 4 pilihan jawaban yang tersedia, yang paling sesuai dengan
keadaan diri Anda ketika Berbicara Di Depan Kelas.
4. Pilihan jawaban tersebut antara lain :
ƒ SL : Selalu
ƒ SR : Sering
ƒ KDG : Kadang-kadang
ƒ TP : Tidak Pernah
Contoh Pengerjaan :

No.  Pernyataan  SL SR KDG  TP 


1.  Nafsu  makan  saya  menjadi  berkurang  √       
karena  memikirkan  tugas  presentasi 
yang belum selesai disusun  
Contoh Pembetulan

No.  Pernyataan  SL SR KDG  TP 


1.  Nafsu  makan  saya  menjadi  berkurang  √      √ 
karena  memikirkan  tugas  presentasi 
yang belum selesai disusun  
84 
 

KUESIONER

No  Pernyataan  Jawaban 


Selalu  Sering   Kadang Tidak 
    ‐kadang  Perna
(SL)  (SR)  (KDG)  h (TP) 
1.  Jantung saya tetap berdetak         
dengan normal setiap kali maju 
ke depan kelas untuk 
mempresentasikan hasil tugas. 
2.  Saya tetap bisa berpikir dengan   
baik ketika akan 
mempresentasikan hasil tugas di 
depan kelas. 
3.   Jari‐jari tangan saya tetap hangat         
ketika saya berdiri di depan 
teman‐teman sekelas untuk  
mempresentasikan hasil tugas. 
4.   Saya sulit mengambil keputusan         
dengan tepat dalam menjawab 
pertanyaan teman ketika berada 
di depan kelas.
5.  Saya izin keluar kelas ketika guru         
meminta saya untuk maju 
berbicara di depan kelas. 
6.  Saya mudah marah karena waktu         
untuk mempresentasikan hasil 
tugas sudah dekat. 
7.  Saya merasa sangat gelisah ketika         
berbicara di depan guru dan 
teman‐teman sekelas. 
8.  Otot leher saya tidak terasa kaku         
pada saat saya 
mempresentasikan hasil tugas di 
depan kelas. 
9.  Perut saya tidak terasa mual         
meskipun memikirkan tentang 
presentasi hasil tugas. 
10.  Nafas saya tetap teratur         
meskipun waktu untuk 
mempresentasikan hasil tugas 
sudah tiba. 
85 
 

11.  Saya merasa was‐was (khawatir)   
akan gagal dalam 
mempresentasikan hasil tugas.

No  Pernyataan  Jawaban 


Selalu  Sering   Kadang Tidak 
    ‐kadang  Perna
(SL)  (SR)  (KDG)  h (TP) 
12.  Semakin mendekati waktu untuk     
mempresentasikan hasil tugas, 
saya menjadi mudah tersinggung.
13.  Saya merasa gugup ketika         
berbicara di depan teman‐teman 
sekelas. 
14.  Saya merasa takut ketika         
berbicara di depan teman‐teman 
sekelas. 
15.  Saya berani berbicara di depan         
teman‐teman sekelas.
16.  Saya tetap tenang ketika         
berbicara di depan teman‐teman 
sekelas. 
17.  Saya tetap menjaga konsentrasi         
ketika mempresentasikan hasil 
tugas di depan guru dan teman‐
teman sekelas. 
18.  Saya yakin akan berhasil         
mempresentasikan hasil tugas di 
depan teman‐teman sekelas.
19.  Otot leher saya terasa kaku saat         
mempresentasikan hasil tugas di 
depan kelas. 
20.  Telapak tangan saya menjadi         
mudah berkeringat ketika akan 
mempresentasikan hasil tugas di 
depan teman‐teman sekelas. 
21.  Nafsu makan saya menjadi         
berkurang karena memikirkan 
tugas presentasi yang belum 
selesai disusun. 
22.  Saya tetap percaya diri saat     
86 
 

mempresentasikan hasil tugas di 
depan kelas.  
23.  Saya tetap rileks ketika berbicara         
di depan guru dan teman‐teman 
sekelas. 
24.  Perasaan saya tetap tenang         
meskipun waktu untuk 
mempresentasikan hasil tugas 
sudah dekat. 

No  Pernyataan  Jawaban 


Selalu  Sering   Kadang Tidak 
    ‐kadang  Perna
(SL)  (SR)  (KDG)  h (TP) 
25.  Saya dapat membuat keputusan         
dengan tepat dalam menjawab 
pertanyaan teman meskipun 
berada di depan kelas. 
26.  Suara saya menjadi terdengar         
bergetar ketika 
mempresentasikan hasil tugas di 
depan teman‐temna sekelas.
27.  Jari‐jari tangan saya menjadi         
dingin ketika saya berdiri di 
depan teman‐teman sekelas 
untuk mempresentasikan hasil 
tugas. 
28.  Tidur saya menjadi tidak nyenyak         
jika teringat kegiatan presentasi 
hasil tugas di depan kelas. 
29.  Jantung saya berdebar‐debar         
setiap kali maju ke depan kelas 
untuk mempresentasikan hasil 
tugas. 
87 
 
 
 

Lampiran 3

Hasil Perhitungan

Validitas dan Reliabilitas


87 
 

Validitas Aitem
Item-Total Statistics

Scale Corrected Squared Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
VAR00001 38,8333 186,420 ,336 . ,866
VAR00002 38,6333 190,102 ,300 . ,867
VAR00003 39,4333 190,323 ,166 . ,869
VAR00004 38,5667 179,909 ,616 . ,860
VAR00005 38,5667 193,013 ,080 . ,870
VAR00006 38,7333 188,754 ,336 . ,866
VAR00007 39,8667 191,982 ,299 . ,867
VAR00008 39,4333 188,875 ,303 . ,866
VAR00009 39,0000 184,345 ,451 . ,864
VAR00010 38,5333 192,326 ,110 . ,870
VAR00011 39,1000 192,369 ,092 . ,871
VAR00012 38,1333 187,844 ,247 . ,868
VAR00013 38,7333 184,685 ,272 . ,868
VAR00014 38,8333 185,040 ,239 . ,870
VAR00015 39,0333 184,240 ,423 . ,864
VAR00016 38,5000 184,190 ,409 . ,864
VAR00017 39,5667 187,426 ,451 . ,864
VAR00018 38,8000 190,372 ,205 . ,868
VAR00019 38,5333 175,844 ,726 . ,857
VAR00020 39,0000 176,621 ,672 . ,858
VAR00021 38,7333 178,478 ,645 . ,859
VAR00022 38,6333 183,413 ,497 . ,863
VAR00023 38,9667 187,344 ,373 . ,865
VAR00024 39,1000 193,266 ,068 . ,871
VAR00025 38,8000 188,234 ,256 . ,867
VAR00026 39,6333 192,033 ,183 . ,868
VAR00027 39,8667 194,257 ,133 . ,868
VAR00028 39,6000 189,214 ,316 . ,866
VAR00029 38,9000 181,266 ,548 . ,861
VAR00030 39,5333 188,395 ,305 . ,866
VAR00031 38,9333 180,961 ,573 . ,861
VAR00032 38,7000 175,114 ,720 . ,857
VAR00033 38,9000 182,921 ,457 . ,863
VAR00034 38,9000 187,886 ,259 . ,867
VAR00035 38,3333 186,506 ,467 . ,864
VAR00036 38,7667 187,013 ,335 . ,866
VAR00037 39,0000 182,069 ,460 . ,863
VAR00038 39,5000 190,397 ,154 . ,870
VAR00039 39,6667 195,195 -,011 . ,871
VAR00040 38,4000 179,628 ,573 . ,860
88 
 

Reliabilitas Aitem

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.906 .904 29
 
 

Lampiran 4

Pengkategorian Tingkat Kecemasan

Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X
89 
 

Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X

No. Siswa Skor Kategori 43 11 Sangat Rendah


1 15 Sangat Rendah 44 33 Rendah
2 25 Rendah 45 29 Rendah
3 41 Sedang 46 38 Sedang
4 23 Rendah 47 33 Rendah
5 22 Rendah 48 44 Sedang
6 23 Rendah 49 56 Tinggi
7 16 Sangat Rendah 50 40 Sedang
8 37 Sedang 51 17 Sangat Rendah
9 47 Sedang 52 14 Sangat Rendah
10 36 Sedang 53 16 Sangat Rendah
11 21 Sangat Rendah 54 28 Rendah
12 37 Sedang 55 18 Sangat Rendah
13 52 Tinggi 56 30 Rendah
14 41 Sedang 57 28 Rendah
15 54 Tinggi 58 19 Sangat Rendah
16 22 Rendah 59 18 Sangat Rendah
17 52 Tinggi 60 22 Rendah
18 33 Rendah 61 10 Sangat Rendah
19 32 Rendah 62 35 Rendah
20 55 Tinggi 63 10 Sangat Rendah
21 43 Sedang 64 26 Rendah
22 42 Sedang 65 9 Sangat Rendah
23 25 Rendah 66 15 Sangat Rendah
24 27 Rendah 67 11 Sangat Rendah
25 39 Sedang 68 31 Rendah
26 13 Sangat Rendah 69 46 Sedang
27 28 Rendah 70 48 Sedang
28 44 Sedang 71 26 Rendah
29 33 Rendah 72 32 Rendah
30 32 Rendah 73 15 Sangat Rendah
31 31 Rendah 74 37 Sedang
32 29 Rendah 75 25 Rendah
33 38 Sedang 76 39 Sedang
34 31 Rendah 77 13 Sangat Rendah
35 25 Rendah 78 12 Sangat Rendah
36 38 Sedang 79 33 Rendah
37 21 Sangat Rendah 80 16 Sangat Rendah
38 47 Sedang 81 21 Sangat Rendah
39 16 Sangat Rendah 82 34 Rendah
40 14 Sangat Rendah 83 50 Sedang
41 20 Sangat Rendah 84 44 Sedang
42 53 Tinggi 85 57 Tinggi
90 
 

86 34 Rendah 94 10 Sangat Rendah


87 28 Rendah 95 15 Sangat Rendah
88 61 Tinggi 96 33 Rendah
89 12 Sangat Rendah 97 24 Rendah
90 32 Rendah 98 35 Rendah
91 25 Rendah 99 36 Rendah
92 29 Rendah 100 35 Rendah
93 34 Rendah
 
 

Lampiran 5

Pengkategorian Tingkat Kecemasan

Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI
91 
 

Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas XI

No. Siswa Skor Kategori 43 22 Rendah


1 15 Sangat Rendah 44 14 Sangat Rendah
2 11 Sangat Rendah 45 21 Rendah
3 37 Sedang 46 21 Rendah
4 7 Sangat Rendah 47 26 Rendah
5 15 Sangat Rendah 48 48 Sedang
6 29 Rendah 49 39 Sedang
7 24 Rendah 50 19 Sangat Rendah
8 30 Rendah 51 11 Sangat Rendah
9 38 Sedang 52 7 Sangat Rendah
10 49 Sedang 53 11 Sangat Rendah
11 46 Sedang 54 30 Rendah
12 10 Sangat Rendah 55 14 Sangat Rendah
13 35 Rendah 56 34 Rendah
14 32 Rendah 57 23 Rendah
15 36 Sedang 58 6 Sangat Rendah
16 35 Rendah 59 9 Sangat Rendah
17 35 Rendah 60 0 Sangat Rendah
18 20 Sangat Rendah 61 21 Sangat Rendah
19 24 Rendah 62 22 Rendah
20 19 Sangat Rendah 63 9 Sangat Rendah
21 17 Sangat Rendah 64 10 Sangat Rendah
22 6 Sangat Rendah 65 27 Rendah
23 6 Sangat Rendah 66 20 Sangat Rendah
24 25 Rendah 67 46 Sedang
25 23 Rendah 68 38 Sedang
26 6 Sangat Rendah 69 38 Sedang
27 12 Sangat Rendah 70 15 Sangat Rendah
28 34 Rendah 71 26 Rendah
29 23 Rendah 72 25 Rendah
30 61 Tinggi 73 25 Rendah
31 25 Rendah 74 8 Sangat Rendah
32 22 Rendah 75 27 Rendah
33 9 Sangat Rendah 76 27 Rendah
34 15 Sangat Rendah 77 5 Sangat Rendah
35 15 Sangat Rendah 78 17 Sangat Rendah
36 12 Sangat Rendah 79 20 Sangat Rendah
37 22 Rendah 80 4 Sangat Rendah
38 23 Rendah 81 7 Sangat Rendah
39 14 Sangat Rendah 82 14 Sangat Rendah
40 51 Tinggi 83 36 Rendah
41 15 Sangat Rendah 84 29 Rendah
42 18 Sangat Rendah
92 
 

85 38 Sedang 93 5 Sangat Rendah


86 27 Rendah 94 16 Sangat Rendah
87 4 Sangat Rendah 95 12 Sangat Rendah
88 15 Sangat Rendah 96 9 Sangat Rendah
89 16 Sangat Rendah 97 27 Rendah
90 10 Sangat Rendah 98 8 Sangat Rendah
91 9 Sangat Rendah 99 23 Rendah
92 28 Rendah 100 23 Rendah
 
 

Lampiran 6

Penskoran Per-aitem

Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas X
93 
 
94 
 
95 
 
96 
 
 
 

Lampiran 7

Penskoran Per-aitem

Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Siswa Kelas XI
97 
 
98 
 
99 
 
100 
 
 
 

Lampiran 8

Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Berdasarkan Gejala dan Tingkat Kecemasan

Siswa Kelas X
101 
 

Tingkat Kecemasan
Kategori Sangat Rendah
Kecemasan Per-aitem
No.  No. Urut Siswa  Kategori Sangat Rendah
1.  1 
2.  7  No.aitem Fav UnFav  Jmlh
3.  11  1. ‐ √  1
4.  26  2. ‐ ‐  ‐
5.  37  3. ‐ √ 1
6.  39  4. √ ‐  1
7.  40  5. ‐ ‐  ‐
8.  41  6.  ‐  ‐  ‐ 
9.  43  7.  ‐  ‐  ‐ 
10.  51  8.  ‐  √ 2 
11.  52  9.  ‐  √ 2 
12.  53  10.  ‐  ‐  ‐ 
13.  55  11.  ‐  ‐  ‐ 
14  58  12.  ‐  ‐  ‐ 
15.  59  13. ‐ ‐  ‐
16.  61  14. ‐ ‐  ‐
17.  63  15. ‐ ‐  ‐
18.  65  16. ‐ ‐  ‐
19.  66  17. ‐ ‐  ‐
20.  67  18. ‐ √ 1
21.  73  19. ‐ ‐  ‐
22.  77  20. ‐ ‐  ‐
23.  78  21.  ‐  ‐  ‐ 
24.  80  22.  ‐  ‐  ‐ 
25.  81  23.  ‐  ‐  ‐ 
26.  89  24.  ‐  ‐  ‐ 
27.  94  25.  ‐  ‐  ‐ 
28.  95  26.  ‐  ‐  ‐ 
27.  ‐  ‐  ‐ 
28.  ‐  ‐  ‐ 
29.  √ ‐  1 
102 
 

36. 92 
37. 93 
38. 96 
39. 97 
Tingkat Kecemasan Kategori Rendah
40.  98 
41.  99 
No. No.Urut Siswa 
42.  100 
1.  2 
Kecemasan Per-aitem
2.  4 
Kategori Rendah
3.  5 
4.  6  No.aitem Fav UnFav  Jmlh
5.  16  1.  ‐  ‐  ‐ 
6.  18  2. ‐ ‐  ‐
7.  19  3.  ‐  √ 4 
8.  23  4.  √ ‐  2 
9.  24  5.  ‐  ‐  ‐ 
10.  27  6.  √ ‐  1 
11.  29  7.  √ ‐  4 
12.  30  8.  ‐  √ 12 
13.  31  9.  ‐  √ 14 
14.  32  10.  ‐  ‐  ‐ 
15.  34  11. √ ‐  7
16.  35  12. ‐ ‐  ‐
17.  44  13. √ ‐  6
18.  45  14. √ ‐  1
19.  47  15. ‐ √ 1
20.  54  16. ‐ √ 1
21.  56  17. ‐ ‐  ‐
22.  57  18.  ‐  √ 1 
23.  60  19.  √ ‐  2 
24.  62  20.  √ ‐  3 
25.  64  21.  √ ‐  2 
26.  68  22.  ‐  ‐  ‐ 
27.  71  23.  ‐  √ 1 
28.  72  24.  ‐  √ 1 
29.  75  25.  ‐  √ 2 
30.  79  26.  √ ‐  1 
31.  82  27.  √ ‐  2 
32.  86  28. √ ‐  1
33.  87  29. √ ‐  2
34.  90 
35.  91 
103 
 

Tingkat Kecemasan
Kategori Sedang Kecemasan Per-aitem
Kategori Sedang
No.  No.Urut Siswa 
1.  3  No.aitem Fav  UnFav  Jmlh 
2.  8  1.  ‐  √  1 
3.  9  2.  ‐  ‐  ‐ 
4.  10  3.  ‐  √ 3 
5.  12  4.  √ ‐  2 
6.  14  5. ‐ ‐  ‐
7.  21  6. ‐ ‐  ‐
8.  22  7. √ ‐  4
9.  25  8. ‐ √ 4
10.  28  9. ‐ √ 4
11.  33  10. ‐ ‐  ‐
12.  36  11. √ ‐  4
13.  38  12. ‐ ‐  ‐
14.  46  13.  √ ‐  10 
15.  48  14.  √ ‐  5 
16.  50  15.  ‐  √ 3 
17.  69  16.  ‐  √ 1 
18.  70  17.  ‐  ‐  ‐ 
19.  74  18.  ‐  √ 3 
20.  76  19.  ‐  ‐  ‐ 
21.  83  20.  √ ‐  4 
22.  84  21. √ ‐  1
22. ‐ √ 1
23. ‐ √ 3
24. ‐ √ 1
25. ‐ √ 1
26.  ‐  ‐  ‐ 
27. √ ‐  1
28. ‐ ‐  ‐
104 
 

29.  √ ‐  4

Tingkat Kecemasan
Kategori Tinggi Kecemasan Per-aitem
Kategori Tinggi
No.  No.Urut Siswa 
1.  13  No.aitem Fav  UnFav  Jmlh 
2.  15  1.  ‐  ‐  ‐ 
3.  17  2. ‐ √ 1
4.  20  3. ‐ √ 6
5.  42  4. √ ‐  2
6.  49  5. ‐ ‐  ‐
7.  85  6. √ ‐  1
8.  88  7. √ ‐  2
8. ‐ √ 2
9. ‐ √ 2
10.  ‐  √ 4 
11.  √ - 5 
12.  ‐  ‐  ‐ 
13.  √ ‐  6 
14.  √ ‐  3 
15.  ‐  √ 3 
16.  ‐  √ 2 
17.  ‐  √ 1 
18.  ‐  ‐  ‐ 
19. ‐ ‐  ‐
20. √ ‐  6
21. √ ‐  2
22.  ‐  √ 2 
23. ‐ √ 2
24.  ‐  √ 2 
25. ‐ √ 2
105 
 

26.  √ ‐  1
27.  √ ‐  7
28.  √ ‐  2
29.  √ ‐  3
 
 

Lampiran 9

Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

Berdasarkan Gejala dan Tingkat Kecemasan

Siswa Kelas XI
105 
 

Tingkat Kecemasan 39. 81


Kategori Sangat Rendah 40. 82
41. 87
No.  No.Urut Siswa  42. 88
1.  1  43.  89 
2.  2  44.  90 
3.  4  45.  91 
4.  5  46.  93 
5.  12  47.  94 
6.  18  48.  95 
7.  20  49.  96 
8.  21  50.  98 
9.  22 
10.  23  Kecemasan Per-aitem
11.  26  Kategori Sangat Rendah
12.  27 
13.  33  No.aitem Fav UnFav  Jmlh
14.  34  1. ‐ ‐  ‐
15.  35  2. ‐ √ 1
16.  36  3. ‐ √ 1
17.  39  4. √ ‐  1
18.  41  5. √ ‐  1
19.  42  6. ‐ ‐  ‐
20.  44  7. ‐ ‐  ‐
21.  50  8.  ‐  √ 9 
22.  51  9.  ‐  √ 4 
23.  52  10.  ‐  √ 1 
24.  53  11.  √ ‐  1 
25.  55  12.  ‐  ‐  ‐ 
26.  58  13.  ‐  ‐  ‐ 
27.  59  14.  ‐  ‐  ‐ 
28.  60  15.  ‐  ‐  ‐ 
29.  61  16. ‐ ‐  ‐
30.  63  17. ‐ ‐  ‐
31.  64  18. ‐ ‐  ‐
32.  66  19. ‐ ‐  ‐
33.  70  20. ‐ ‐  ‐
34.  74  21. ‐ ‐  ‐
35.  77  22. ‐ ‐  ‐
36.  78  23.  ‐  ‐  ‐ 
37.  79  24.  ‐  ‐  ‐ 
38.  80  25.  ‐  ‐  ‐ 
106 
 

26.  ‐  ‐  ‐ 33. 86
27.  ‐  ‐  ‐ 34. 92
28.  ‐  ‐  ‐ 35. 97
29.  ‐  ‐  ‐ 36. 99
37.  100 

Tingkat Kecemasan
Kategori Rendah

No.  No.Urut Siswa  Kecemasan Per-aitem


1.  6  Kategori Rendah
2.  7 
3.  8  No.aitem Fav  UnFav  Jmlh 
4.  13  1.  ‐  ‐  ‐ 
5.  14  2.  ‐  ‐  ‐ 
6.  16  3.  ‐  ‐  ‐ 
7.  17  4. √ ‐  1
8.  19  5. ‐ ‐  ‐
9.  24  6. ‐ ‐  ‐
10.  25  7. ‐ ‐  ‐
11.  28  8. ‐ √ 6
12.  29  9. ‐ √ 4
13.  31  10. ‐ ‐  ‐
14.  32  11.  √ ‐  2 
15.  37  12.  ‐  ‐  ‐ 
16.  38  13.  √ ‐  3 
17.  43  14.  ‐  ‐  ‐ 
18.  45  15.  ‐  ‐  ‐ 
19.  46  16.  ‐  ‐  ‐ 
20.  47  17.  ‐  ‐  ‐ 
21.  54  18.  ‐  ‐  ‐ 
22.  56  19.  ‐  ‐  ‐ 
23.  57  20. √ ‐  4
24.  62  21. ‐ ‐  ‐
25.  65  22. ‐ ‐  ‐
26.  71  23. ‐ ‐  ‐
27.  72  24. ‐ ‐  ‐
28.  73  25. ‐ ‐  ‐
29.  75  26. ‐ ‐  ‐
30.  76  27. ‐ ‐  ‐
31.  83  28.  ‐  ‐  ‐ 
32.  84  29.  √ ‐  6 
107 
 

Tingkat Kecemasan
Kategori Sedang Kecemasan Per-aitem
Kategori Sedang
No.  No.Urut Siswa 
1.  3  No.aitem Fav UnFav  Jmlh
2.  9  1. ‐ ‐  ‐
3.  10  2. ‐ ‐  ‐
4.  11  3.  ‐  √  1 
5.  15  4. ‐ ‐  ‐
6.  48  5.  ‐  ‐  ‐ 
7.  49  6.  ‐  ‐  ‐ 
8.  67  7.  √ ‐  2 
9.  68  8.  ‐  √ 3 
10.  69  9.  ‐  √ 4 
11.  85  10.  ‐  √  1 
11.  √ ‐  3 
12.  √ ‐  2 
13.  √ ‐  2 
14.  √ ‐  1 
15. ‐ ‐  ‐
16. ‐ ‐  ‐
17. ‐ ‐  ‐
18. ‐ ‐  ‐
19. √ ‐  1
20. √ ‐  3
21. √ ‐  1
22.  ‐  √  1 
23.  ‐  √  1 
24.  ‐  √  1 
25.  ‐  ‐  ‐ 
26.  √ ‐  1 
27.  √ ‐  3 
108 
 

28.  √  ‐  1
29.  √  ‐  4

Tingkat Kecemasan Kecemasan Per-aitem


Kategori Tinggi Kategori Tinggi

No.  No.Urut Siswa  No.aitem Fav  UnFav  Jmlh 


1.  30  1.  ‐  √  2 
2.  40  2. ‐ ‐  ‐
3. ‐ ‐  ‐
4. ‐ ‐  ‐
5. ‐ ‐  ‐
6. ‐ ‐  ‐
7. √ ‐  1
8. ‐ ‐  ‐
9. ‐ √ 1
10.  ‐  √  1 
11.  √ ‐  2 
12.  ‐  ‐  ‐ 
13.  √ ‐  1 
14.  √ ‐  1 
15.  ‐  ‐  ‐ 
16.  ‐  ‐  ‐ 
17.  ‐  ‐  ‐ 
18.  ‐  ‐  ‐ 
19. ‐ ‐  ‐
20. √ ‐  2
21. √ ‐  1
22.  ‐  ‐  ‐ 
23. ‐ ‐  ‐
24.  ‐  √  1 
25. ‐ ‐  ‐
109 
 

26.  ‐  ‐  ‐
27.  √  ‐  1
28.  ‐  ‐  ‐
29.  √  ‐  2
 
 

Lampiran 10

Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian


109 
 
110 
 
 
 

Lampiran 11

Daftar Absensi

Siswa Kelas X dan Kelas XI


111 
 
112 
 
113 
 
114 
 
 
 

Lampiran 12

Contoh Program Pengolahan Kecemasan

Berbicara di Depan Kelas


115
 

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Pokok Bahasan : Pengolahan perasaan cemas berbicara di depan


kelas.
B. Tugas Perkembangan : Belajar untuk semakin mampu mengolah perasaan
cemas yang dialami ketika berbicara di depan
kelas.
C. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial.
D. Jenis Layanan : Pembelajaran, Pemberian Informasi, Bimbingan
Klasikal, dan Bimbingan Kelompok.
E. Fungsi Layanan : Pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan,
Pengentasan.
F. Tujuan Umum : Setelah mengikuti kegiatan ini, siswa diharapkan
dapat mengolah perasaan cemas yang dialami
ketika berbicara di depan kelas.
G. Tujuan Khusus : Setelah mengikuti kegiatan ini siswa semakin
mampu untuk.
1. Spesifik
a. Menjelaskan pengertian kecemasan.
b. Menyebutkan macam-macam gejala kecemasan.
c. Menjelaskan cara-cara mengatasi perasaan cemas ketika berbicara
di depan kelas.
2. Global: siswa dapat menyebutkan manfaat dari kegiatan ini baginya.
H. Sasaran Pelayanan : Siswa kelas X dan XI
I. Materi Pelayanan:
a. Pengertian kecemasan.
b. Macam-macam gejala kecemasan.
c. Cara-cara mengatasi perasaan cemas ketika berbicara di depan
kelas.
J. Metode, Kegiatan, dan Langkah-langkah:
1. Metode: ceramah, sharing kelompok dan tanya jawab.
116
 

2. Kegiatan dan langkah-langkah:


No.   Intrakurikuler   Kokurikuler  
Guru Pembimbing  Siswa 
1.  Menjelaskan tujuan  Mendengarkan   Siswa 
kegiatan  diminta 
2.  Membagikan handout  Membagikan handout  secara 
dan membaca  konsekuen 
3.  Menjelaskan pengertian  Mendengarkan dan  untuk  dapat 
kecemasan dan gejala  menbaca handout  melakukan 
kecemasan. hal‐hal  yang 
4.   Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan  berkenaan 
cara‐cara mengatasi  mencoba melakukan  dengan  cara‐
perasaan cemas ketika  cara 
berbicara di depan kelas.  mengolah 
5.  Meminta siswa untuk  Mencoba  gejala 
menentukan cara yang  memprektekkan  kecemasan 
akan dilakukan dalam  secara fisik. 
mengatasi perasaan 
cemas ketika berbicara di 
depan kelas. 
6.  Menanyakan kepada  Menjawab pertanyaan 
siswa manfaat dari 
kegiatan ini untuk siswa 
sendiri. 
7.  Menutup kegiatan.  Ikut serta 

K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas atau ruang TV


L. Waktu : Januari – Juni 2010, 2x45 menit
M. Penyelenggara Pelayanan : Guru Bimbingan dan Konseling
N. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan
peranannya masing-masing :-
O. Alat :-
P. Evaluasi :
1. Spesifik
a. Jelaskan pengertian kecemasan!
b. Sebutkan macam-macam gejala kecemasan!
c. Jelaskan cara-cara mengatasi perasaan cemas ketika berbicara di
depan kelas!
117
 

2. Global: Sebutkan manfaat dari kegiatan ini!


HANDOUT
KECEMASAN
I. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan
emosi seseorang dan dapat memberikan ancaman terhadap
kesehatan individu itu sendiri. Maksudnya suatu kondisi yang
menyebabkan munculnya perasaan tidak tenang atau gelisah.
II. Macam-macam Gejala Kecemasan
Gejala-gejala kecemasan yang muncul secara fisik antara
lain:

a. Kegelisahan, kegugupan.
b. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar.
c. Banyak berkeringat.
d. Telapak tangan yang berkeringat.
e. Pusing atau pingsan.
f. Sulit berbicara atau sulit bernafas.
g. Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang.
h. Suara yang bergetar.
i. Sering buang air kecil dan diare.
j. Leher dan punggung terasa kaku.
k. Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.
l. Tangan yang dingin dan lembab.
m. Panas dingin.
n. Gangguan sakit perut dan mual.
o. Mulut atau kerongkongan terasa kering.
p. Wajah terasa memerah.
Gejala-gejala kecemasan yang bersifat fisik dan dapat
dilihat langsung antara lain :

a. Jari-jari tangan dingin.


b. Detak jantung makin cepat.
c. Berkeringat dingin.
118
 

d. Kepala pusing.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Tidur tidak nyenyak.
g. Dada sesak nafas.
III. Cara-cara Mengatasi Kecemasan
Cara mencegah kemunculan gangguan kecemasan antara
lain:
a. Kontrol pernafasan yang baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini
disebabkan otak “bekerja” memutuskan fight or flight ketika
respon stres diterima oleh otak. Akibatnya suplai oksigen
untuk jaringan tubuh semakin meningkat, ketidakseimbangan
jumlah oksigen dan karbondiosida di dalam otak membuat
tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh menjadi lemah dan
gangguan visual. Cara mengatasinya adalah ambil dalam-
dalam sampai memenuhi paru-paru, lepaskan dengan perlahan-
lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol
pernafasan juga dapat menghindari serangan panik.
b. Melakukan relaksasi
Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal
terutama pada leher, kepala dan rasa nyeri pada dada. Cara
yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi
dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan,
usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit.
c. Intervensi kognitif
Kecemasan timbil akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi
permasalahan, pikiran-pikiran negatif secara terus-menerus
berkembang pikiran. Cara mengatasinya dalah dengan
melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif,
sugesti diri dengan hal yang positif, singkirkan pikiran-pikiran
yang tidak realistis. Bila tubuh dan pikiran dapat merasakan
119
 

kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih


konstruktif dapat muncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan
dalam menyelesaikan permasalahan.
d. Pendekatan agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap
pikiran, kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang
disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif
e. Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan.
Jangan ragu untuk bercerita pada anggota kelurga tentang
masalah yg sedang dihadapi. Mereka akan berusaha membantu
menyelesaikan masalah kita sehingga ada rasa nyaman dalam
hati kita.
f. Olahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olahraga akan
menyalurkan tmpukan stress secara positif. Lakukan olahraga
yang tidak memberatkan dan memberikan rasa nyaman kepada
diri kita sendiri.

Sumber :
Nevid, Jeffrey S., dkk. (2005). Psikologi Abnormal Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
http://www.pikirdong.org/psikologi/psi18axdi.php
 

Lampiran 13

Pengelompokkan Korelasi Aitem-Total secara Lengkap


120 
 

Pengelompokkan Korelasai Aitem-Total

No. item  Skor aitem‐total Gugur Lolos


1.  0,336  ‐ √
2.  0,300  ‐ √
3.  0,166  √ ‐
4.  0,616  ‐ √
5.  0,080  √ ‐
6.  0,336  ‐ √
7.  0,299  ‐ √
8.  0,303  ‐  √
9.  0,451  ‐  √
10.  0,110  √ ‐ 
11.  0,092  √ ‐ 
12.  0,247  √ ‐ 
13.  0,272  ‐  √
14.  0,239  √ ‐ 
15.  0,423  ‐  √
16.  0,409  ‐  √
17.  0,451  ‐ √
18.  0,205  √ ‐
19.  0,726  ‐ √
20.  0,672  ‐ √
21.  0,645  ‐ √
22.  0,497  ‐ √
23.  0,373  ‐ √
24.  0,068  √ ‐
25.  0,256  √ ‐ 
26.  0,183  √ ‐ 
27.  0,133  √ ‐ 
28.  0,316  ‐  √
29.  0,548  ‐  √
30.  0,305  ‐  √
31.  0,573  ‐  √
32.  0,720  ‐ √
33.  0,457  ‐ √
34.  0,259  √ ‐
35.  0,467  ‐ √
36.  0,335  ‐ √
37.  0,406  ‐ √
38.  0,154  √ ‐
39.  ‐0,011  √ ‐
121 
 

40.  0,573  ‐ √

Anda mungkin juga menyukai