DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 91 JAKARTA
LATIHAN HARIAN SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Daerah sangat membutuhkan kehadiran pemimpin yang memiliki empati. Pemimpin yang penuh optimistis
akan mampu membawa daerahnya keluar dari pandemi covid-19.
Pandemi covid-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun telah memorak-porandakan sendi-sendi
perekonomian dan kesehatan. Pandemi membawa bencana kemanusiaan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
pemimpin yang mampu mengobarkan semangat kolaborasi.
Rakyat yang sudah menderita pasti kecewa, sangat kecewa, bila pemimpinnya mengedepankan kepentingan
pribadi. Kecewa bila pemimpinnya mengutamakan pembelian mobil dinas ketimbang menggelontorkan
bantuan sosial.
Kekecewaan itulah yang melanda masyarakat Sumatra Barat. Pembelian mobil dinas baru Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumatra Barat memanen kritik. Bukankah jauh lebih bermanfaat bila kepala daerah membeli
ambulans daripada mobil dinas baru seharga Rp2,9 miliar? Ambulans dirasa lebih bermanfaat oleh rakyat di
tengah kondisi pandemi covid-19.
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi mendengarkan kritik rakyatnya. Kemarin dia menyerahkan mobil dinas
barunya kepada Satgas Covid-19. Dia pun meminta maaf kepada rakyatnya. Tidak ada kata terlambat untuk
berpihak kepada rakyat.
Kritik tajam juga dialamatkan kepada kepala daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, yang
membeli mobil dinas seharga Rp2,6 miliar.
Harus tegas dikatakan bahwa secara aturan memang tidak ada yang salah dengan mekanisme pengajuan
ataupun persetujuan anggaran untuk mobil dinas tersebut. Mobil dinas ialah fasilitas yang melekat dengan
jabatan.
Persoalannya dari segi kepatutan. Pantaskah kepala daerah membeli mobil dinas pada saat rakyatnya ngos-
ngosan berjuang melawan covid-19? Kepantasan itu menyangkut kemampuan kepala daerah untuk berempati
dengan rakyatnya.
Kebijakan mobil dinas itu dikeluarkan di tengah kondisi pandemi saat ini. Pantaskah kepala daerah berfoya-
foya dengan mobil dinas baru pada saat rakyatnya menderita?
Alangkah elok jika anggaran mobil dinas dialokasikan untuk membantu rakyat yang sedang kesusahan atau
untuk menunjang fasilitas kesehatan, seperti penyediaan ambulans. Lagi pula di tengah situasi sulit saat ini,
mobil dinas itu bukan hal pokok dan mendesak.
Ingat, tugas dan fungsi utama pejabat ialah melayani, bukannya dilayani, apalagi dengan bermewah-mewah.
Apresiasi pun patut diberikan kepada rakyat di daerah yang mampu merawat akal sehat. Kendati terus
berjuang melawan pandemi covid-19, rakyat jangan pernah lelah menolak kebijakan yang melawan akal sehat.
Pemimpin mestinya membangun semangat kolaborasi dengan masyarakat yang menaruh rasa empati dan
solidaritas terhadap sesama warga yang terpapar virus korona. Di tingkat akar rumput, misalnya, kita telah
melihat warga bergotong-royong saling membantu jika ada salah satu tetangga mereka menjalani isolasi
mandiri di rumah. Rakyat membutuhkan pemimpin humanis, bukan oportunis.
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2411-pemimpin-berempati-bukan-oportunis
Kalimat retoris No. 1 = Paragraf 4 1. Bukankah jauh lebih bermanfaat bila kepala
No. 2 = Paragraf 8 daerah membeli ambulans daripada mobil
No. 3 = Paragraf 9 dinas baru seharga Rp2,9 miliar?