Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

PERSENGKETAAN LAHAN PERTANIAN YANG DIALIH


FUNGSIKAN MENJADI LAHAN NON PERTANIAN OLEH
PEMERINTAH

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah

Metode Penelitian Kuantitatif

Disusun Oleh:

Siti Nursaidah

2006016097

1
DAFTAR PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................................2

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................................2

D. Kegunaan Penelitian..........................................................................................................................2

E. Kerangka Teori: Persengketaan wilahyah pertanian oleh pemerintah.........................................3

F. Tinjauan Pustaka...............................................................................................................................5

G. Prosedur Penelitian.........................................................................................................................10

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................................................10

2. Subjek Penelitian.........................................................................................................................11

3. Teknik Analisis Data...................................................................................................................11

4. Pengujian Keabsahan Data.........................................................................................................12

5. Jadwal Penelitian.............................................................................................................................12

6. Daftar Pustaka.................................................................................................................................13

2
A. Latar Belakang Masalah
Dengan banyaknya pembangunan yang ada di Indonesia, pemerintah
membutuhkan lahan yang luas untuk melaksanakan pembangunan. Namun
banyak petani yang menjadi korban dari persengketaan yang dilakukan
pemerintah. Pasalnya karena diiming-iming soal biaya yang mahal, para
petani justru diberikan harga yang murah sehingga mengalami kerugian yang
besar.
Ditambah lagi banyak oknum yang bertindak semena-mena. Seperti
melakukan kerusakan pada lahan, melakukan kekerasan kepada pihak yang
tidak sependapat, dan juga membeli dengan harga yang lebih murah.
Tindakan seperti itu sangat merugikan petani. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa pertahanan dalam
rangka pengadaan tanah bagi pembangunan dan perkembangan daerah.
Sengketa atau konflik pertanahan menjadi persoalan yang kronis dan
bersifat klasik serta berlangsung dalam kurun waktu tahunan bahkan puluhan
tahun dan selalu ada dimana-mana. Sengketa dan konflik pertanahan
merupakan bentuk permasalahan yang sifatnya komplek dan multi dimensi
[ CITATION Sum12 \l 1033 ]. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk
memahami bagaimana penyelesaiannya dan konfliknya.
Dan dimasa sekarang alih fungsi lahan pertanian atau konversi lahan
pertanian saat ini menjadi momok yang menakutkan bagi dunia pertanian.
Kebutuhan untuk lahan non-pertanian terus bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini menjadi masalah yang serius bagi
Indonesia, pasalnya penduduk Indonesia kian hari kian bertambah sehingga
kebutuhan pangan pun ikut bertambah. Hal itulah yang menyebabkan alih
fungsi lahan pertanian tidak terelakan dan terus meningkat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak dari kegiatan alih fungsi lahan?
2. Bagaimana upaya menangani dampak tersebut?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dampak dari kegiatan alih fungsi lahan.
2. Mengetahui upaya untuk menangani dampak alih fungsi lahan.

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian bagi penulis:
1. Sebagai pemenuhan nilai tugas akhir semester dalam mata
kuliah Metode Penelitian Kuantitaif.
2. Sebagai bahan kajian dalam menempuh studi di mata kuliah
Metode Penelitian Kuantitatif.
Kegunaan penelitian bagi pembaca:
1. Sebagai pengetahuan dan pembelajaran bagi para pembaca.

2
E. Kerangka Teori: Persengketaan wilahyah pertanian oleh
pemerintah
Menurut Rachmadi Usman menyatakan bahwa baik kata confict
maupun dispute kedua-dunya mengandung pengertian tentang adanya
perbedaan kepentingan di antara kedua belah pihak atau lebih, tetapi keduanya
dapat dibedakan, dari segi kosakata confict sudah diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi konflik, sedangkan dispute dapat diterjemahkan dengan arti
sengketa. Lebih lanjut ditegaskan, bahwa konflik tidak akan berkembang
menjadi sengketa apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam
perasaan tidak puas atau keprihatinannya. Sebuah konflik akan berkembang
menjadi sengketa bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan
tidak puas.[ CITATION Sar08 \l 1033 ]
Menurut Rusmadi Murad, sengketa pertanahan adalah Perselisihan
yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan pihak-
pihak tersebut untuk penggunaan dan penguasaan hak atas tanahnya, yang
diselesaikan melalui musyawarah atau melalui pengadilan.[ CITATION Rus91 \l
1033 ]. Hal tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah bidang pertahanan
yang tertuang dalam Pasal 32 PP Nomor 24 tahun 1997 tentang kepemilikan
tanah, yakni Tanda bukti hak atas tanah yang paling kuat adalah sertifikat
tanah. Nah terlepas dari semua dokumen berharga yang wajib Kamu penuhi,
Kamu juga harus menyiapkan sejumlah saksi yang mengetahui riwayat
kepemilikan tanah dari orang-orang sekitar maupun pihak Badan Pertahanan
Nasional. Sehingga jika memang Anda adalah pemilik yang sah, bukti yang
Anda miliki dapat diperkuat dengan saksi saksi tersebut. Hal ini tentunya juga
akan menjadi poin plus bagi Majelis hakim yang menangani perkara ini.

3
Semua aturan berkaitan dengan Agraria dan pertanahan harus
mengacu pada Pasal 33 UUD 45 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, hal itu dilakuan
dengan melakukan koreksi terhadap peraturan-peraturan di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah, baik melalui instansi terkait maupun melalui jalur
Judicial Review, Eksekutif Review maupun legislatif review.[ CITATION Soe \l
1033 ].
Sinkronisasi peraturan perundang-undangan dilakukan bukan hanya
setelah UU dibuat, namun justru pada saat proses UU tersebut dibuat
sinkronisasi harus dilakukan dengan mempertemukan masing-masing
departemen dan mempertemukan kepentingan demi mengeliminir ego
sektoral. 14 Jika terdapat dua atau lebih UU yang mengatur secara bersamaan
norma hukum yang mirip/sama, akan lebih baik jika di kodifikasi menjadi
satu paket Undang-Undang Revisi UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral
dan Batubara dengan melibatkan pemerintah daerah dan tim ahli yang
memahami tentang pertambangan. Mensinkronkan peraturan
perundangundangan dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal-Pasal dalam UUD 45 yang
memberi perlindungan kepada lingkungan hidup.

4
F. Tinjauan Pustaka
Pada jurnal pertama, ditulis oleh Tulus Wasono Putro mengenai kasus
di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Berdasarkan keterangan dari Dinas
Pertanian Kabupaten Boyolali, pada tahun 2012 akhir terjadi alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian tidak dikabulkan oleh tim teknis karena ingin
mempertahankan tanah tersebut. Akan tetapi, Bupati Boyolali menyetujui dan
menandatangani permohonan tersebut, lahan yang semula merupakan sawah
beririgasi kini menjadi lahan perumahan yang kering. Menurut (Tulus
Wasono, 2018), pemerintah berupaya melarang terjadinya alih fungsi lahan,
tetapi di sisi lain justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan tersebut
melalui kebijakan pertumbuhan industry/manufaktur. Pemerintah seakan lupa
akan dampak negative akibat perubahan lahan pertanian menjadi non-
pertanian merupakan sebuah persoalan yang harus ditangani secara serius dan
konsisten.
Dalam kasus di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali telah melanggar
Pasal 50 ayat (3) UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan
Berkelanjutan. Kasus tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan beras nasional
mengingat Kabupaten Boyolali merupakan salah satu lumbung padi di
Provinsi Jawa Tengah. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa harus
ada komitmen yang kuat dalam upaya mengendalikan alih fungsi lahan, serta
kebijakan harus berjalan sesuai dengan semestinya. Hal tersebut dapat
dijadikan acuan pada penelitian yang akan dilakukan, agar upaya
pengendalian alih fungsi lahan dapat diatasi dengan tepat dan konsisten
dengan kebijakan yang telah ditetapkan, serta masyarakat dan pemerintah
dapat berpikir kritis mengenai dampak yang akan terjadi di kemudian hari.

5
Pada jurnal kedua, ditulis oleh Ni Luh Budi Arsini dan I Gede Surata
membahas kasus alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan terhadap
penguasaan dan pemilikan tanah pertanian di Kabupaten Buleleng. Indonesia
merupakan salah satu negara agraris karena penduduknya Sebagian besar
bermata pencaharian di bidang pertanian. Kabupaten Buleleng merupakan
salah satu kabupaten yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, namun
dewasa ini lahannya menyempit karena mengalami alih fungsi lahan pertanian
yang merupakan ancaman bagi produksi hasil pertanian dan kesejahteraan
masyarakat.
Faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian adalah nilai jual
tanah yang tinggi, adanya masalah pada perairan dan tidak stabilnya harga
hasil pertanian. Menurut penulis, penyebab dari faktor tersebut adalah adanya
rekayasa atau penyalahgunaan lahan sekitar aliran sungai oleh
pengembang/developer di hulu sungai yang menyebabkan penurunan debit
air, sehingga lahan masyarakat kering menyebabkan hasil panen tidak
maksimal, hal tersebut menyebabkan masyarakat tertarik untuk menjualnya.
Dalam kasus seperti ini, saya sependapat dengan penulis, seharusnya sebagai
masyarakat atau petani kita dapat mengatasi masalah pada lahan pertanian
agar tidak mudah dipermainkan dan diperngaruhi oleh perusahaan atau
pengembang, sehingga nantinya para petani tidak kehilangan tanahnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka Panjang dan mengalami kerugian.
Untuk mengatasi masalah tersebut, di dalam jurnal telah dijelaskan
bahwa para petani di Kecamatan Buleleng telah berupaya untuk
mengantisipasi alih fungsi lahan pertanian, salah satunya dengan memberi
sanksi denda kepada petani yang menjual tanahnya kepada pengembang.
Menurut saya, itu merupakan bentuk upaya yang baik karena petani pasti akan
jera dan berpikir untuk tetap mempertahankan lahan pertaniannya. Upaya
tersebut bisa dijadikan contoh untuk menangani masalah dari penelitian kali
ini.

6
Pada jurnal ketiga, disusun oleh Rianty Ningsih yang membahas
mengenai alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan menjadi Kawasan perumahan. Menurut (Moechar Daniel :
2004), lahan pertanian merupakan hal yang paling utama dalam usaha tani,
dimana semakin luas lahan semakin besar jumlah produksi yang mampu
dihasilkan oleh petani. Semakin sempit lahan usaha maka semakin tidak
efisien usaha tani yang dilakukan.
Faktor penyebab alih fungsi lahan di Kecamatan Natar meliputi faktor internal
dan faktor eksternal yang mendorong petani untuk melepas lahan mereka
karena beranggapan bahwa ada pekerjaan yang lebih menjajikan selain
menjadi petani. Menurut saya, petani seharusnya tidak langsung melepaskan
tanahnya kepada para pengembang, karena hal tersebut dapat mempengaruhi
pendapatan petani dan status pekerjaan mereka, karena dana dari hasil jual
lahan bisa habis apabila hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi saja dan petani tidak dapat menggunakannya dengan tepat. Selain
itu, dapat mempengaruhi keadaan tanah yang tadinya berupa lahan
persawahan menjadi tanah kering. Di dalam jurnal tidak menjelaskan
mengenai upaya untuk mengatasi masalah tersebut, seharusnya pemerintah
daerah Menyusun upaya agar permasalahan alih fungsi lahan dapat teratasi
dan petani tidak kehilangan pekerjaan.
Pada jurnal ke empat, ditulis oleh Catur TB, dkk. Pada jurnal tersebut
membahas dampak alih fungsi lahan pertanian ke sector non pertanian
terhadap persediaan beras di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Pada tahun
2007, privinsi ini mampu menghasilkan 8,44 juta ton padi sawah pada saat
terjadi penyusutan lahan sebesar 0,16% sedangkan luas lahan bukan sawah
mengalami peningkatan 0,07 % (Anonim : 2008). Seperti yang dijelaskan
pada jurnal, luas panen padi sawah di Kabupaten Klaten pada tahun 1998
adalah 65.117 ha. Selama 10 tahun, luas panen berkurang 7.010 ha menjadi

7
58.107 ha. Penurunan ini tidak terlepas dari tingkat penyusutan lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian.
Dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian menimbulkan dampak yang cukup signifikan, baik dari penurunan
luas lahan pertanian dan hasil produksi tanaman pertanian. Dari kasus tersebut
dapat dijadikan gambaran untuk penelitian kali ini, agar masyarakat mampu
berpikir lebih luas apabila ingin menyerahkan lahannya kepada pengembang,
apabila memang harus diserhkan masyarakat harus menyiapkan upaya atau
strategi agar pasca penyerahan lahan tersebut tidak menimbulkan dampak
yang buruk bagi kesejahteraan petani.
Pada jurnal kelima, disusun oleh Putri Ivoni dan dua rekannya. Jurnal
ini membahas mengenai dampak alih fungsi lahan pertanian sawah terhadap
pendapatan di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Alih fungsi
lahan pertanian merupakan perubahan fungsi lahan yang awalnya merupakan
lahan pertanian kini berubah menjadi pemukiman atau bangunan fisik lainnya.
Alih fungsi lahan tersebut berdampak buruk bagi sector pertanian, lingkungan,
bahkan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Data yang terdapat di dalam
jurnal menunjukan penurunan pendapatan setelah adanya alih fungsi lahan.
Selain itu, dampak dari alih fungsi lahan ialah berubahnya status sosial atau
perubahan pekerjaan yang tentunya para petani harus beradaptasi dengan
perubahan tersebut.
Menurut saya, apabila petani ingin menyerahkan lahannya kepada para
pengembang, petani harus menyiapkan strategi terlebih dahulu untuk
mengatasi permasalahan tersebut agar supaya kebutuhan rumah tangga petani
tidak mendapat dampak yang signifikan dan lahan tidak menjadi kering atau
merusak lahan. Para pengembang yang mengambil lahan petani juga
setidaknya mampu membuka lapangan kerja baru bagi para petani yang
lahannya telah dialihfungsikan agar kehidupan ekonomi petani dapat
berlangsung, sehingga dari kedua belah pihak tidak dirugikan.

8
Pada jurnal ke enam, ditulis oleh Isdiyana Kusuma dan Benny
Krestian. Jurnal tersebut membahas mengenai perlindungan hukum terhadap
lahan pertanian akibat terjadinya alih fungsi lahan di Indonesia. Pada pasal 44
ayat (3) UU 41 Tahun 2009, dapat diketahui bahwa untuk mengalihfungsikan
suatu lahan pertanian harus melakukan kajian kelayakan strategis terlebih
dahulu, disusun rencana alih fungsi lahan, adanya pembebasan hak dari
pemiliknya, dan disediakan lahan pengganti. Meskipun begitu, luas lahan
pertanian tetap saja semakin berkurang setiap tahunnya. Seperti yang tertulis
pada jurnal, bentuk alih fungsi lahan diakibatkan oleh beberapa kepentingan
salah satunya adalah terbentuknya Kawasan industry, tentunya pemerintah
harus menyediakan ganti rugi yang layak dan adil bagi masyarakat. Ganti
kerugian di atur dalam Pasal 33 UU Pengadaan Tanah, dimana ganti rugi yang
diberikan pada setiap bidang tanahnya berbeda-beda sesuai dengan besarnya
tanah.
Isdiyana dan Benny menjelaskan mengenai Undang-Undang No. 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
yaitu lahan pertanian merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kesimpulan
yang dapat diambil dari jurnal tersebut adalah, bahwa pemerintah maupun
seseorang tidak dapat sewenang-wenangnya dalam melakukan alih fungsi
lahan, karena dapat menimbulkan dampak yang negative untuk
keberlangsungan hidup para petani, dan juga dampak lingkungan yang serius.
Jurnal ini dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan kasus pada
penelitian ini agar para petani tidak dengan mudah terpengaruh untuk
menyerahkan lahannya tanpa ganti rugi yang jelas.
Pada jurnal ke tujuh, ditulis oleh Iwan Isa. Pada jurnalnya, Iwan
membahas tentang strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengkaji perubahan lahan pertanian dan

9
mendiskusikan strategi untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian.
Sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, Indonesia memiliki
presentase sawah terkecil yakni sebesar 5% dari total luas daratannya yang
cenderung menyusut dari waktu ke waktu. Keputusan Presiden Nomor 53
tahun 1989 juncto Keputusan Presiden Nomor 41 tahun 1996 juncto
Keputusan Presiden Nomor 98 tahun 1998 tentang Kawasan Industri,
melarang perubahan penggunaan lahan pertanian subur untuk pembangunan
Kawasan industry.
Strategi yang dijelaskan pada jurnal tersebut antara lain, memperkecil
peluang terjadinya konversi, mengendalikan kegiatan konversi lahan,
instrument penegndalian konversi lahan dan juga ditentukan kebijakan untuk
konversi lahan. Saya sependapat dengan penulis, bahwa dalam menangani
kasus alih fungsi lahan diperlukan strategi dan kebijakan yang tegas dan juga
dukungan yang memadai agar masalah alih fungsi lahan dapat teratasi dan
lahan pertanian dapat dipertahankan.

G. Prosedur Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini saya menggunakan metode observasi
wawancara kepada perangkat desa dan warga yang terdampak. Metode
penelitian ini digunakan karena saya akan mengambil sampel warga
yang terkena imbasnya. Menurut Kvale dan Brinkmann dalam
Creswell memaparkan serangkaian tahapan logis mulai dari tematisasi
penelitian, desain studi, wawancara, menulis atau merekam
wawancara, kemudian analisis data, verifikasi validitas, reliabilitas,
dan generalisabilitas dari temuan, dan terakhir pelaporan studi.
[ CITATION Kva09 \l 1033 ].
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis

10
[ CITATION Sug14 \l 1033 ] . Oleh sebab itu saya mengambil jenis
penelitian Observasi, dan pendekatan Kuantitatif.

2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian saya adalah para petani di daerah
Cianjur, Jawa Barat yang kehilangan lahannya karena diambil kembali
oleh negara. Mereka ingin tanah pertanian yang biasa mereka olah di
kembalikan lagi, entah itu dikembalikan pada koperasi maupun
koordinasi dengan pemerintah daerah. Para petani sudah menemui
Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional (ATR/BPN) Surya Tjandra untuk mengadukan permasalahan
sengketa lahan pertanian mereka.
Namun Wakila Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional memberikan keterangan bahwa lahan mereka bisa
dikembalikan apabila untuk pengelolaan pertanian, namun ada proses
dan aturan yang panjang dan lama. Para petani merasa kecewa karena
lahan itu merupakan satu-satunya lahan untuk mereka bekerja dan
mendapatkan makanan.

3. Teknik Analisis Data


Analisis data penelitian yang saya lakukan ini melewati
beberapa tahap, diantaranya adalah reduksi data yang saya lakukan
dengan bantuan google scholar. Penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Selama proses penelitian berlangsung saya melakukan
secara leksikal atau secara terus menerus hingga proses penulisan hasil
penelitian.

11
4. Pengujian Keabsahan Data
Saya menguji keabsahan data dalam penelitian kuantitatif ini
dengan dua cara. Yaitu yang pertama avaliditas, reabilitas, dan
triangulasi Teknik penggalian data berupa wawancara dan observasi.
Sehingga diharapkan ketepatan kredibilitasnya tidak dapat diragukan
lagi oleh siapapun itu.

5. Jadwal Penelitian
Berikut kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian
serta waktu yang dibutuhkan:
1) Persiapan Penelitian : Februari 2020
2) Pelaksanaan Penelitian Lapangan : Maret – April 2020
3) Pengolahan dan Analisis : Maret – Juni 2020

12
6. Daftar Pustaka

Catur TB, J. P. (2010). Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Sektor Non
Pertanian.

Heriawanto, I. K. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Lahan Pertanian Akibat.

Isa, I. (n.d.). Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.

Ningsih, R. (2018). Analisis Faktor-Faktor Terjadinya Alih Fungsi Lahan.

Putri Ivoni, M. A. (n.d.). DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH


TERHADAP.

Putro, T. W. (2018). Pelaksanaan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan.

Rusmadi, M. (1991). Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanag. Bandung: Mandar


Maju.

S., K. S. (2009). InterViews: Learning the craft of qualitative research interviewing.

Sarjita. (2008). Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertahanan. Yogyakarta:


Tugu Jogja.

Soesangobeng, H. (n.d.). Upaya Pembentukan Hukum dan Kebijakan Pertanahan.


Yogyakarta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Bandung.

Sumarto. (2012). Penanganan dan Penyelesaian Konflik Pertahanan dengan Prinsip


Win-Win Solution oleh Badan Pertanahan Nasional RI.

13
Suratna, N. L. (2020). Akibat Hukum Dari Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan.

14

Anda mungkin juga menyukai