A. HASIL PENELITIAN
1. Prevalensi Stunting Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin dan Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman tahun 2019-2020.
Tabel 4.1 Prevalensi Stunting berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Depok II, Kabupaten Sleman Tahun 2019-2020
Kategori Tahun 2019 Tahun 2020
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 84 55,26 55 57,89
Perempuan 68 44,74 40 42,11
Usia
0-5 bulan 2 1,32 3 3,16
6-23 bulan 53 34,87 29 30,53
24-59 bulan 97 63,82 63 66,32
Total 152 100 95 100
Sumber: Data PSG Puskesmas Depok II, 2019;2020
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah balita stunting tahun 2019 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2020. Berdasarkan jenis kelamin baik tahun 2019 maupun tahun
2020 balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki kebih tinggi dibandingkan perempuan
yaitu tahun 2019 sebesar (55,26%) dan tahun 2020 (57,89%). Selain berdasarkan jenis
kelamin, prevalensi stunting tertinggi pada rentang usia 24-59 bulan sebesar (63,82%)
tahun 2019 dan (66,32%) tahun 2020.
2. Prevalensi Stunting Selama Pandemi COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Depok II,
Kabupaten Sleman
Tabel 4.2 Prevalensi Stunting Selama Pandemi COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas
Depok II, Kabupaten Sleman
Wilayah Kerja Tahun 2019 (%) Tahun 2020 (%)
Puskesmas Depok II 7,98 4,89
Sumber: Data PSG Puskesmas Depok II, 2019;2020
Selain itu, pandemi COVID-19 turut berdampak pada sektor lain yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya stunting. Aspek ekonomi sangat terlihat bahwa
perlambatan ekonomi terjadi pada masa pandemi COVID-19 utamanya disebabkan oleh
perubahan penyaluran dan permintaan akan barang dan jasa karena kebijakan pembatasan
aktivitas (Vitenu & Barfi, 2021). COVID-19 juga telah menginfeksi jutaan manusia di
seluruh belahan dunia, yang berakibat pada krisis global. Akibatnya dari krisis ini
berimbas kepada meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan Laporan
“The Impact of Covid-19 Outbreak of Poverty: An Estimation for Indonesia” yang
diterbitkan oleh The SMERU Research Institute, terdapat lima peramalan meningkatnya
angka kemiskinan. Melalui peramalan tersebut diperoleh kondisi terburuk adalah jika
Indonesia hanya mengalami pertumbuhan satu persen di tahun 2020 maka angka
kemiskinan akan mencapai 12,4 persen atau sebesar 33, 2 juta jiwa. Pada tahun 2019
kemiskinan hanya sebesar 9,2 persen atau 24,8 juta jiwa (Jayani, 2020). Hal-hal berkaitan
dengan penurunan ekonomi tentunya berdampak terhadap angka stunting. Keterbatasan
penghasilan orang tua dapat memberikan dampak penurunan daya beli sehingga
menurunkan ketersediaan pangan di rumah tangga terhadap pemilihan bahan makanan
bergizi (Umar, dkk., 2021).
Masriadi & Anna, Y. (2021). Distribusi Prevalensi Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Liu
Kabupaten Wajo Tahun 2018-2020. Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1), 6-11.
Umar, F. (2021). Analisis Faktor-Faktor Risiko Stunting Anak Balita pada Masa Pandemi Covid-19 di
Puskesmas Tawaeli Kota Palu Tahun 2020. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The
Indonesian Journal of Health Promotion, 4(3), 413-418.
Halim, L. A., Warouw, S.M., & Manoppo, J. I. C. (2021). Hubungan Faktor-faktor Risiko dengan Stunting
pada Anak Usia 3-5 Tahun di TK/PAUD Kecamatan Tuminting. Jurnal Medik dan Rehabilitasi, 1(2).
Nasikhah, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di Kecamatan
Semarang Timur. Journal Of Nutriton College, 1 (1): 715-730
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Adapun keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data penilaian
status gizi balita di tahun 2020 kurang tertampil secara keseluruhan mengenai pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan pada bulan dilaksanakannya pemantauan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki
2. Usia paling tinggi 24-59 bulan
3. Terjadi penurunan prevalensi stunting sleama pandemic covid
4. Pandemi covid berdampak pada risiko terjadi stunting
B. SARAN
Berdasarkan hasil dan kesimpulan, maka penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya memadukan data baik sekunder juga data primer sebagai bentuk
validasi dari data yang diperolah
2. Bagi masyarakat senantiasa ikut serta dalam penurunan angka stunting dengan tetap
berbartisipasi pada kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
3. Bagi pelayanan kesehatan senantiasa memberikan alternatif terhadap kegiatan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di masa pandemic COVID-19