Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI MERU BETIRI

DARI PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING)

Oleh:
HOIRUS SOLEH
NIM: 1603403027

UNIVERSITAS ISLAM JEMBAR


FAKULTAS HUKUM
2020

i
SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI MERU BETIRI

DARI PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING)

Oleh:
HOIRUS SOLEH
NIM: 1603403027

UNIVERSITAS ISLAM JEMBAR


FAKULTAS HUKUM
2020

ii
SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI MERU BETIRI

DARI PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING)

Oleh:
HOIRUS SOLEH
NIM: 1603403027

UNIVERSITAS ISLAM JEMBAR


FAKULTAS HUKUM
2020

iii
SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI MERU BETIRI


DARI PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING)

Oleh:
HOIRUS SOLEH
NIM: 1603403027

UNIVERSITAS ISLAM JEMBAR


FAKULTAS HUKUM
2020

iv
MOTTO
“Tidak ada kata kegagalan yang ada hanyalah masukan kecuali anda menyerah,
maju terus pantang mundur raihlah semua mimpimu karena kegagalan adalah
guru terbaik bagi orang-orang yang mau belajar dari setiap kegagalan’’
“INGAT, kegagalan mu bukanlah akhir dari setiap usaha, tetapi kegagalan adalah
awal dari setiap usaha, tanamkan baik baik tekat yang kuat penuh semangat dan
tetaplah yakin pada dirimu bahwa Tuhan selalu bersama anda”

Adakalanya orang yang akan naik satu level diatasnya akanmenemukan


hambatan, jangan berputus asa dari pada hambatan itu, tatap tanamkan tekat yang
kuat kare itu semua adalah ujian tuhan untukmu karena ia tau tuhan sayang sama
kamu.

v
PERSEMBAHAN
Skripai ini saya persembahkan untuk:
1. kedua orang tua yang telah membesarkan dengan penuh kasihsayan, serta
pengorbanannya selama ini demi anak-anaknya.
2. Guru-guru yang telah mendidik dan mengarahkan mulai dari SD, hingga
Perguruan Tinggi. Karena merekalah saya sampai sejauh ini.
3. Seluruh staf Fakultas Hukum Universitas Islam Jember yang telah
mengarahkan, memberikan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Almamater Fakultas Hukum Universitas Islam Jember
5. kepada Balai Taman Nasional Meru Betiri
6. dan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu, memberikan dukungan
hingga sampai selesai penulisasn skripsi ini.

vi
SKERIPSI TELAH DI SETUJUI
PADA TANGGAL......................

Oleh:
Pembimbing Utama

TIOMA R HARIANDJA, SH., MH.


NIDN: 0715048003

Pembimbing Anggota

MUSFIANAWATI, S.H., MH
NIDN: 0701097201

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Islam Jember

TIOMA R HARIANDJA, SH., MH.


NIDN: 0715048003

vii
PENGESAHAN

Skripsi ini diterima oeleh Fakultas Hukum Universitas Islam Jember:


Hari :
Tanggal :
Bulan :
Tahun :
Tempat : Fakultas Hukum Universitas Islam jember

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

NIDN: NIDN:
Anggota

NIDN:
Mengesahkan:
Universitas Islam Jember
Fakultas Hukum
Dekan

SUPHIA, SH.,M.Hum
NIDN: 0723016002

viii
PERNYATAAN
Saya yang bertandang tangan dibawah ini:
Nama : HOIRUS SOLEH
Nim : 1603403027

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah skripsi dengan judul


“PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI MERU BETIRI
DARI PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING)’’ adalah benar-benar
hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum
pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan dari karya
orang lain, saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijungjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tampa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersediah mendapatkan sanksi akademik
jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, .... Agustus 2020


Yang menyatakan

HOIRUS SOLEH
NIM: 1603403027

ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul
‘’PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI MERU BETIRI
DARI PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING)’’
Penulis mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada dosen
pembimbing Fakultas Hukum Universitas Islam Jember ibu Tioma R Hariandja,
SH., MH., ibu Musfianawati, S.H.,MH. Yang menjadi pembimbing utama dan
anggota hingga terselesainya penelitian skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kaprodi Ilmu Hukum,
ibu Tioma R Hariandja, SH., MH., sekaligus sebagai ketua tim penguji skripsi,
yang telah memberikan koreksi dan bantuan samapai terselesaikanya skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis memberikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuannya selama awal penulisan
hinggan terselesaikan sampai saat ini:
1. Rektor Universitas Islam Jember Drs. Abd. Hadi, S.Pd. S.H, M.M atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan pada fakultas Hukum Universitas Islam Jember.
2. Dekan Fakultas hukum Universitas Islam Jember Suphia, SH., M.Hum
Universitas Islam Jember.
3. Semu tenaga pendidikan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Islam
Jember.
4. Semua teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Islam Jember.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

x
RINGKASAN
Perlindungan hukum kawasan konservasi adalah memberikan
perlindungan hukm terhadap hutan agar fungsing alaminya tetap terjaga. Oleh
karena itu Balai Taman nasional Meru Betiri sebaga salah satu badang yang di
berikan wewenang oleh negara untuk menjaga serta melestarika flora dan fauna
yang terkandung di dalamnya agar tetap lestari dan dapat di jadikan sebagai salah
satu obejek penelitian, pendidikan dan wisata. Balai Taman Nasional Meru Betri
dalam melakukan tugas sesuai dengan Undang-Undang No. 18 Tahu 2013
Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN I
HALAMAN SAMPUL DALAM II
HALAMAN MOTTO III
HALAMAN PERSEMBAHAN IV
HALAMAN PERSETUJUAN V
HALAMAN PENGESAHAN VI
HALAMAN PERNYATAAN VII
HALAMAN KATA PENGANTAR VIII
HALAMAN RINGKASAN IX
DAFTAR ISI X
DAFTAR GAMBAR XI
DAFTAR TABEL XII
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 4
1.2.Rumus Masalah 4
1.3 Tinjauan Pustaka 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


2.1 Perlindungan Hukum Kawasan Konservasi Dari
Pembalakan Liar 6
2.1.1 Perlindungan Hukum Kawasan Konservasi 6
2.1.2 Prinsip Perlindungan Hukum 15
2.1.3 Bentuk Perlindungan Hukum 16
2.2 Kawasan Konservasi 18
2.2.1 Pengertian Kawasan Konservasi 18
2.2.2 Ruang Lingkup Kawasan Konservasi 23
2.3 Meru Betiri 25
2.3.1 Profil Taman Nasional Meru Betiri 25
2.3.2 Sejarah Taman Nasional Meru Betiri 26
2.3.3 Pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri 29
2.4 Pembalakan Liar (illegal logging) 31
2.4.1 Pengertian Tentang Pembalakan Liar 31
2.4.2 Jenis-jenis kayu Yang Dilindungi 32

xii
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37
3.1 Bagaimanakah Pembalakan Liar Yang terjadi
Di Kawasan Konservasi Meru Betiri 37
3.1.1 Pembalakan liar 37
3.1.2 Pembalakan Liara yang Terjadi Dikawasan Konservasi
Meru Betiri 41
3.1.3 Faktor Penyebab Pembalakan Liar Dikawasan
Konservasi Meru Betiri 44
3.2 Bagaimanakah Upaya Hukum Dalam Mencegah dan
Memberantas Pembalakan Liar Dikawasan Konservasi
Meru Betiri 50
3.2.1 Upaya Hukum Yang Dilakukan Balai
Taman Nasional Meru Betiri Dalam Mencegah
dan Memberantas Pembalakan Liar 52
BAB IV PENUTUP 57
4.1 Kesimpulan 57
4.2 Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 59

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gamabar 1 Peta Kawasan Balai Taman Nasional Meru Betiri.........................................26


Gamabar 2 Pembalakan Liar Di Taman Nasional Meru Betiri.........................................33
Gamabar 3 Pembalakan Liar Di Taman Nasional Meru Betiri.........................................34

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Jenis Jenis Kayu Yang Dilindungi..........................................................................34


Tabel 2Jenis Jenis Kayu Yang Dilindungi...........................................................................35
Tabel 3 Jenis Jenis Kayu Yang Dilindungi..........................................................................35
Tabel 4 Jenis Jenis Kayu Yang dilindungi..........................................................................36

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam merupakan kekayaan bumi yang berupa benda mati

maupun benda hidup yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sumber daya alam dapat di bedakan atas sumber daya alam hayati dan sumber

daya alam non hayati. Sumber daya alam memberikan banyak manfaat bagi

keheidupan manusia. Ada beberapa jenis sumber daya alam yang tergolong tak

dapat diperbaharui, suatu ketika akan habis tidak tersisah sama sekali. Oleh sebab

itu, manusia berkewajiban untuk berusaha mengunakan sumber daya alam yang

tak dapat diperbaharui secara ifisien.

Definisi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 5

Tahun 1990 menyatakan bahwa sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur

hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber

daya alam hewani (satwa) yang bersamaan dengan unsur-unsur non hayati di

sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa

konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolan sumber daya alam hayati

yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjami kesinambungan

1
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keaneka

ragaman dan nilainya.1

Akan tetatapi pembalakan liar masih terus terjadi yang mengakibatkan

kerusakan yang berdampak terhadap kawasan konsevasi. Pembalakan liar adalah

kegitan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang merupakan bentuk

ancaman faktual disekitar perbatasan yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari

otoritas setempat. Dampak dari pembalakan liar menunjukan bahwa sejak tahun

1985-1997 indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektare setiap tahun

dan diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisah. Penebangan liar

berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya

kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya

penegakan hukum dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan2.

Payung hukum yang memberikan perlindungan terhadap kawasan konservasi dari

pembalakan liar yaitu Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan

Dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 1 ayat (4), “pembalakan liar adalah

semua kegitan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi .

Pembalakan liar yang sering ter jadi khusunya di kabupaten jember adalah di

Taman Nasional Meru Betiri. Taman nasional Meru Betiri terletak di regional

jawa timur bagian selatan pada kordinat geografis 8 21`8 34`LS, 113`58`BT,

dengan ketinggian 900-1.223 mdpl dan curah hujan rata-rata 2.300mm/tahun, di

tunjuk sebagai taman nasional sejak tahun 1982 oleh Menteri Pertania dengan luas

wilayah sekitar 58.000 dengan nama diambil dari nama gunung tertinggi di
1
http://Ojs.unud.ac.id/index.php/karthanegara/articele/downdload/9139/6897. Diakses tanggal
3Juni 2020 Jam 16:47
2
http://id.m.wikipedia.org Tentang Pembalakan Liar Diakses Tanggal 3 Juni 2020 Jam 17:16

2
kawasn ini yaitu Gunung Betir (1.223m). secara administeratif, taman nasional

meru betiri berada dalam dua wilayan kabupaten yakni kabupaten jember dan

kabupaten banyuwang .

Berikut adalah faktor-faktor terkait dengan perambahan hutan yang sering

terjadi di indonesia secara umum:

1. Setelah di keluarkanyan izin hak pengusaan hutan (HPH) tahun

1980, banyak pengusaha dan bahkan oknum pemerintah yang

nakal baik dalam eksploitasi sumber daya alam atau bahwa

memberikan akses artinya adanya permainan di dalam badan

pemerintah yang tak lain di isi oleh oknum-oknum pemerintah.

2. Kemiskinan merupakan faktor utama terjadinya pencurian kayu

khususnya pada masyarakat yang tinggal pada sekitar atau di

dalam kawasan hutan tersebut. Sehingga mendorong mereka untuk

mencuri kayu di dalam kawasn hutan hanya demi memenuhi

kenbutuhan hidup sehari-hari

3. Lemahnya penegakan hukum yang mengatur tentang praktik

pembalakan liar. Akan tetapi penegakan hukum yang terjadi saat

ini di indonesia adalah hukum yang runcing kebawah dan tumpul

keatas. Artinya tidak ada keberpihakan hukum kepada msyarakat

kecil, hanya oknum-oknum nakal dari tataran pemerintah dan

pengusaha nakal yang akan lepas dari jeratan hukum, sedangkan

mayarakat yang lemah dan tidak punya kekuatan hukum atas

peraktek pencurian kayu atau pembalakan liar dengan mudah

terjerat hukuum.

3
4. Upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan belum optimal.

Dimana msayarakat sekitar hutan pada dasarnya menggantungkan

hidup pada sumber daya hutan.

5. Sistem pengawasan dari aparatur masih belum berjalan dengan

baik. Sehingga apabila terjadi pelanggaran dan penyimpangan yang

di lakukan oleh oknum aparatur tertentu maka akan sulit untuk di

tetapkan sebagai saksi yang jelas.

Berdasarkan uraian diatas terkait tentang perlindungan kawasan hukum

konservasi maka penulis tertarik untuk di jadikan bahan penelitian karya ilmia

dengan judu: PERLINDUNGAN HUKUM KAWASAN KONSERVASI

MERU BETIRI DARI PEMBALAKAN LIAR’’.

1.2 Rumus masalah

1. Bagaimanakah pembalakan liar yang terjadi di Kawasan Konservasi Meru

Betiri?

2. Bagaimanakah upaya hukum dalam mencegah dan memberantas

pembalakan liar di kawasan Meru Betiri?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari setiap penelitian ilmiah, tentu memiliki tujuan terhadap penelitiannya

yang digunakan sebagai pedoman dan tolak ukur dari suatu penelitian. Sehingga

nantinya penelitian mempunyai arah dan tujuan berdasar fakta dilapangan dan

sesuai dengan rumus masalah yang terjadi. Adapun tujuan penulisan karya ilmia

dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

4
1.3.1 Tujuan Umum

1. Bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syaratan untuk

mendapatkan gelar sarjana Hukum di Universitas Islam Jember

2. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum yang

telah diperoleh selama perkuliahan agar dapat di jadikan bahan referensi

bagi generasi selanjutnya dalam mengembangkan ilmu hukum khususnya

hukum kehutanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pembalakan liar di Kawasan

Konservasi Meru Betiri.

2. Mengetahui bagai mana supaya hukum yang dilakukan badan Konservasi

Meru Betiri dalam mencegah dan memberantas pembalakan liar di

kawasan Meru betiri.

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perlindungan Hukum Kawasan Konsevasi Dari Pembalakan Liar

2.1.1 Perlindungan Hukum Kawasan Konsevasi

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan karunia Allah

SWT mempunyai fungsi peranan yang sangat penting dalam konteks

kelangsungan hidup dan kehidupan manusia, baik masa kini maupun masa yang

akan datang. Sumber daya alam hayati yang terdiri dari unsur-unsur sumber daya

nabati (tumbuh-tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) bersamaan

dengan ekosistem merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang

cukum potensial dan strategis. Oleh karena itu sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya seyogiyanya dimanfaatkan secara bijaksana dan terencana agar

kelestariannya dapat terjaga guna menjamin kesinambungan keseterdiaan,

memelihara serta meningktakan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Menurut Koesnadi Harjdasoemantri memaparkan bahwa, pelestarian

lingkungan itu an sich digunakan dalam rangka pelestariang lingkungan alam dan

suaka alam, yang berarti kawasan-kawasan itu harus dilestarikan, di langgengkan,

dan tidak boleh diubah. Melengkapi uraian diatas Koesnadi Harjdasoemantri

menjelaskan pula bahwa mengingat konservasi yang dilakukan melalui kegiatan

perlindungan sistem penyangga kehidupan yang meliputi antara lain perlindungan

daerah aliran sungai, area tepi sungai, daerah pantai, bagian tertentu dari zona

ekonomi eksklusif indonesia, daerah pasang surut, jurang dan areal berpopulasi

berat serta pemanfaatan secara lestari hutan produksi yang memerlukan tindakan

perubahan terhadap sumber daya alam, maka asas kemampuan lingkungan

6
sebagaimana tercantum dalam pasal 2 UUPPLH yaitu pelestarian kemampuan

lingkungan serasi dan seimbang, adalah tempat dengan pengertian bahwa

mengenai kawasan pelestarian dan konservasi suaka alam asas yang di gunakan

adalah pelestarian lingkungan 3.

Menurut Quraish Shihab dikemukakan bahwa seluruh alam raya

diciptakan untuk dingunakan oleh manusia dalam rangka melanjutkan evolusinya,

sehingga mencapai tujuan penciptaan. Semua diciptakan oleh Tuhan untuk suatu

tujuan, sesui dengan firmannya bahwa kami tidak menciptakan langit dan bumi

dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia 4.

Menurut jhon memaparkan bahwa, pemeliharaan dan pengembangan

habitat manusia secara bijaksana, mengsyaratkan adanya sejumlah kawasan yang

di berikan berada dalam setatus alaminya. Kualitas air, perlindungan sumber daya

plasma nutfah, perlindungan kawasan perpemandangan indah, kesempatan untuk

menikmati dan menghargai lingkungan alami dan lestarinya ketersediaan sumber

daya alam terpulihkan atas dasar berkelanjutan, semua tergantang pada pelestarian

kawasan alami5.

Dalam hidup dan kehidupan manusia, sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat vital mengingat bahwa

disamping berfungsi ekologis, juga berfungsi ekonomis. Fungsi ekologis sebagai

penyangga kesinambungan dan pengendalian lingkungan, dan fungsi ekonomis

sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia sehari-hari.


3
Koesnadi Harjdasoemantri.1993. Aspek Hukum Pranserta Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Gajah Mada University Press Yogyakarta. Hlm124
4
Quraish Shihab. 1993. Membumikan Al-qur’an, Penerbit Mizan Jakarta. Hlm 295
5
John. 1990. Pengelolaan Kawasan Yang dilindungi Daerah Tropika, Gajah Mada University, Hlm
17

7
Keaneka ragaman sumber daya alam hayati yang terbentuk dalam suatu

ekosistem saling mempunyai keterkaitan, ketergantungan antara satu dengan

lainnya seyoggianya di jaga keberadaan dan kesinambungan agar tetap berada

dikordinasi selaras, serasi dan seimbang. itulah sebabnya dalam Pasal 33 ayat 3

Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak didni telah

meletakkan landasan konstitusi pemanfaatan sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya di indonesia. Pasal tersebut selanjutnya di oprasionalakan Melalui

Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional

(Propenas) Tahun 2000-2004, dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang

Prencanaan Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-20256.

Dalam Undang-Undang N0. 25 Tahun 2000 Tentang Program Nasional

(propenas) 2004 Bab X tentang Pembagunan Sumber Daya alam Dan lingkungan

Hidup butir C Program-program pembangunan; dijelaskan bahwa dengan

memperhatikan tujuan dan sasaran yang tilah di tetapkan yang merupakan

cerminan dari pereoritas kegiatan yang akan di lakukan dalam bidang sumber

daya alam dan lingkungan hidup, di jabarka kedalam lima program pembangunan

yang di rencanakan dilaksanakan dalam lima tahun mendatang. Kelima program

tersebut saling terkait antara satu samalain dengan tujuan akhir adalah

peningkatan kesejah teraan mayarakat yang adail dan berkelanjutan dalam kualitas

lingkungan hidup yang semakain baik dan sehat. Program tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Program pengembangan dan peningkatan akses informasi sumber daya

alam dan lingkungan hidup.


6
Hukum Konsevasi Sumber Daya Alam hayati dan EkosistemOleh: Prof. Abdullah Marlang,
S.H.,M.H. dan Rina Maryana, SH.,MH.hlm.6

8
2. Program peningkatan efektivitas pengelolaan, konservasi dan rehabilitasy

sumber daya alam.

3. Program pencegahan dan pengendaliah kerusakan hutan dan pencemaran

lingkungan hidup.

4. Program penataan lingkungan dan penegakan hukum pengelolaan sumber

daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

5. Program peningkatan peranan mayarakat dalam pengelolaan sumber daya

alam dan pelestarian lingkungan hidup7.

Tujuan dari program ini adalah untuk meninkatkan peranan dan kepedulian

pihak- pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian lingkungan hidup.

Sasaran program ini adalah tersedianya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup sejak perumusan kebijakan

dan pengawasan. Selanjunya dalam penjelasan umum UU No. 5 Tahun 1990

Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya antara lain

dirumuskan bahwa:

Bangsa indoneis dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

sumber daya yang berlimpah, baik didarat, di perairan maupun di udara

yang merupakan modal dasar pembangunan nasional disegala bidang .

modal dasar sumber daya alam tersebut harus dilindungi, dipelihara,

dilestarikan, dan dimanfaatkan secara optimal bagi kesejah teraan

masyarakat indonesia pada khususnya dan mutu kehidupan manusia pada

umumnya menurut cara yang menjamin keserasian, keselarasan, dan


7
Ibid, hlm 7-9

9
keseimbangan, baik antara manusia dengan tuhan penciptanya, antara

manusia dengan masyarakat maupun antara manusia dengan ekosistemnya.

Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

sebagau bagian dari modal dasar tersebut pada hakekatnya merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai

pengamalan pancasila.

Senada dengan penjelasan umum tersebut di atas dari apa yang

dirumuskan dalam penjelasan umum UU No. 32 Tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain dirumuskan sebagai

berikut:

Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada posisi silang antara dua

benua dan dua samudra dengan iklim teropis dan cuaca serta musim yang

menghasilkan kondisi alam yang tinggi nilainya. Di samping itu indonesia

mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan jumlah

penduduk yang besar. Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman

hayati dan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan itu perlu

dilindungi dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan terintegrasi

antara lingkungan laut darat, dan udara berdasarkan wawasan nusantara.

Indonesia juga berada pada posisi yang sangat rentan terhadap dampak

perubahan iklim. Dampak tersebut meliputi turunnya produksi pangan,

terganggunya kesediaan air, naiknya permukaan laut, tersebarnya hama, dan

penyakit tanaman serta penyakit manusia, tengelamnya pulau-pulau kecil, dan

punahnya keaneka ragaman hayati.

10
Kesediaan alam secara kuantitas, ataupun kualitas, tidak merata sedangkan

kegiatan pembangunan pembanguan membutuhkan sumber daya alam yang

semakin meningkat. Kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya

pencemaran dan keruskan lingkungan. Kondisi ini menimbulkan daya dukung,

daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya

menjadi beban sosial.

Oleh karena itu, lingkungan hidup di indonesia harus dilindungi dan

dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas bekelanjutan,

dan asas keadilan. Setelah itu, pengelolaan lingkungan hidup harus memberikan

kemanfaatan ekonomi, sosial dan budaya yang dilakukan berdasarkan perinsip

kehati hatian, demograsi lingkungan, disentralisasi, serta pengakuan dan

penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkan

suatu sistem yang terpadu berupa sebuah kebijakan nasional perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang harus di laksanakan secara taat dan

konsekuent dari pusat sampai ke daerah. Sejalan dengan amanat undang-undang

di atas, maka dalam era maraknya pembangunan disegala bidang dewas ini,

perlindungan hukum konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

seyogianya di intensifkan, mengingat bahwa kegiatan pembangunan dapat

menimbulkan resiko berupa kerusakan pada kemampuan dang fungsi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya.

Persoalan pembanguan dan perlindungan lingkungan bukanla dua hal yang

harus dipertentangkan dan saling mengorbankan, terpadu, sinkron dan saling

11
mendukun sebagai mana dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa kita

hendak jangan melihat persoalan ini sebagai soal pilihan mutlak yang tidak dapat

dipertemukan. Artinya, kita harus menelaah lebih jauh samapai dimanakah kita

melakukan pembanguan tanpa mengabaikan soal perlindungan lingkungan

lingungan hidup manusaia. Pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup

manusia tidak saling bertentangan, bahkan pembangunan itu sebaiknya dilakukan

dengan turut memperhitungkan lingkungan hidup manusia. Sebenarnya persoalan

lingkungan hidup dan pembangunan tidak seharusnya pada suatu pertentangan

yang diametral, akan tetapi harus di tempatkan pada suatau hubungan yang serasi,

selaras dan seimbang. Walaupun dalam banyak hal kenyataan tidaklah demikian8.

Perlindungan lingkungan berupa konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya dan pembangunan memang tidak perlu, dan tidak harus

bertentangan dengan dan salsing mengorbankan, karena kegiatan perlindungan

berupa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah bagian

integral dari pembangunan nasional secara makro yang harus pula turut

diwujudkan dan akan disukseskan. Konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya sebagai suatu sisi dari pembangunan nasional dibidang pelestarian

sumber daya alam dan lingkungan hidup mengemban tugas dalam rangka tetap

menjaga terpeliharanya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya guna

kepentingan kesinambungan pembangunan dan kepentingan generasi yang akan

datang.

8
Mochtar Kusumaatmadja. 1972. Pengaturan Hukum Masalah Lingkungan Hidup Manusia,
Beberapa Fikiran Dan Saran, Lembaga pendidikan Hukum Dan Kriminologi Fak. Hukum
UNPAD, Penerbit Bintang Cipta Bandung Hlm 7.

12
Dalam hubungan hal diatas, Moc, Soerjani mengatakan bahwa perhatian

yang lebih besar terhadap lingkunganhidup sebenarnya adalah bagian dari

perjalanan kearah pembangunan yang kualitatif, yaitu suatu pembangunan yang

tidak hanya mengejar jumlah, tetapi berorientasi kepada mutu. Artinya, bukan

hanya berapa besar kemakmuran material bisa dicapai, tetapi bagai mana

mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hanya dalam iklim pembangunan.

Sumber daya alam hayti tergolong sebagai sumberdaya alam yang dapt

diperbaharui (renewable), oleh karenanya itu apabila dimanfaatkan secara bijak

sana dan terencana, maka keberadaannya dapat di pertahankan selama mungkin.

Dalam hubungan ini lah Munadja Danusaputro menyatakan bahwa kalau sumber

kekayaan alam berupa hasil tambang akan memenuhi kepunahan, maka sumber

daya alam yang bertentangan di area pertanian, kehutanan dan kelautan dapat

diatur sedemikian rupa, sehingga secara terus- menerus akan dapat memberikan

manfaat, tidak saja untuk masa kini, akantetapi juga untuk generasi-generasi

berikutnya. Dengan demikian akan mewariskan sumber-sumber alam yang tetap

utuh kepada generasi selanjutnya9.

Lebih khusus lagi Munadja Danusaputro mengemukakan bahwa pada

hakekatnya konservasi sumber daya alam bukan hanya pelestarian dan

perlindungan, akantetapi juga pemanfaatan secara bijaksana. Pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam oleh generasi-generasi masakini dan masa depan

itu mencangkup eksploitasi ekonomis, estetis dan etis10.

9
Moh. Soerjani. 1987 Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam
pembangunan. Penerbit UI Jakarta, Hlm 158
10
Munadjat Danusaputro, st. 1985 Hukum Lingkungan 1 Umum Hlm 158 dan Buku II Hlm 79.

13
Relevan dengan panduan diatas, oleh Emil Salim dikemukakan bahwa

sunggu pun panjang waktu pembangunan ini, namun tujuan mulia harus sudah

memengaruhi cara-cara membangun yang kita tempuh itu, sehingga dalam cara

membangun sudah di tempuh ciri-ciri yang terkandung dalam tujuan mulia itu.

Dalam cara-cara itu keperluan untuk senantiasa melestarikan sumber-sumber alam

yang adapat diperbaharui sehingga dapat di manfaatkan terus-menerus oleh

generasi demi generasi11.

Sehubungan dengan uraian di atas, mendasar pula untuk di simak apa yang

dikemukan oleh presiden Soeharto (waktu) itu (dalam Emil Salim) bahwa salah

satu tantangan pembangunan ini meningkatnya permintaan akan sumber daya

alam kita untuk memenuhi keperluan pembangunan ini, sedangkan sumber daya

alam tersebut serba terbatas. Itulah sebabnya maka menjadi penting untuk berlaku

bijak sana dan hemat dalam mengelola sumber-sumber daya alam untuk

pembangunan ini. Hal ini berarti bahwa kondisi yang sekaran terdapat dalam

sumber-sumber alam secara minimal harus dipertahankan. Oleh karena itu, secara

bertahap di ikhtiarkan agar tingkat kesuburan tana, luas area hutan, kedalaman

sungai, kejernihan danau, sungai dan laut, kebersihan udara dan potensi

penyediaan air semakin membaik12

2.1.2 Prinsip Perlindungan Hukum Konservasi

Pada hakekatnya pengelolaan dan atau konservasi sumber daya alam

bukan hanya berarti pelestarian dan perlindungan semata, akan tetapi juga

pemanfaatan secara bijaksana sesuai dengan perinsip/asas dan norma hukum yang
11
Emil Salim. 1989. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Penerbit Mutiara Sumber Widya
Jakarta. Hlm
12
Ibid Hlm 119

14
berlaku. Berdasarkan hasil kajian terhadap perinsip hukum pelestarian fungsi

lingkungan hidup yang diaktualisasikan dalam berbagai ketentuan terkait dengan

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Diantaranya ada 13 prinsip

yang sangat relevan dijadikan pertimbangan dalam kebijakan perubahan

peruntukan, fungsi, dan pengunaan kawasan hutan, agar dapat di cegah terjadinya

kerusakan kawasan hutan. Perinsip yang dimaksud diantaranya; perinsip keadilan,

perinsip akses pada informasi, perinsip partisipasi publik, perinsip kehati hatian,

perinsip perlindungan keaneka ragaman hayati, perinsip tindakan pencegahan;

perinsip internalisasi biaya lingkungan; perinsip daya dukung lingkungan;

perinsip kehutanan; perinsip keterpaduan; perinsip keseimbangan; perinsip

jaminan kepastian hukum atas setatus kawasan hutan; perisip penanggulangan dan

penegakan hukum; baik prefentif maupun represif secara tegas dan konsisten.

Berdasakan kajian terhadap aktualisasi perinsip hukum pelestarian fungsi

lingkungan hidup yang dimaksud, pada kenyataanya belum sepenuhnya

diaktualisasikan dalam kebijakan perunahan peruntukan, fungsi dan pengunaan

kawasan hutan. Berbagai bentuk perizinan terkait dengan kebijakan peruntukan,

fungsi dan pengunaan kawasan hutan, yang diberikan kepada perusahaan besar,

pada sektor perkebunan dan pertambangan serta kebijakan perubahan kawasan

untuk kepentingan sektor transmigrasi, belum menerapkan prinsip pelestarian

fungsi lingkungan hidup, karena faktanya masih banyak penyimpangan dan

pelangaran yang terjadi, baik dilihat dari aspek kewenangan prosedur maupun

substansinya. Perinsip hukum pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dimaksud

seharusnya jadi instrumen dalam rangka pencegahan kerusakan kawasan hutan,

apanila para pengambil keputusan taat asas dan konsisten menerapkan perinsip

15
dimaksud sebagai acuan dalam penetapan kebijakan dan atau pengambilan

keputusanya13

2.1.3 Bentuk Perlindungan Hukum Kawasan Konservasi

Seperti yang sudah ada dalam pembahasan diatas perlindungan hukum

konsevasi daiatur didalam Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentan Konsevasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-ndang ini merupakan lex

specialis dari udang-undamg kehutanan karena undang-undang konservasi

mengatur seebagian mengenai hutan hutan dan kawasan hutan yang telah diatur

secara umum dalam undang-undang kehutanan.

Di dalam hal ini penegakan hukum dan perlindungan terhadap konservasi

sumber daya alam hayati di indonesia itu sendiri baik itu sumber daya alam nabati

(tumbuhan) maupun sumber daya alam hewani (satwa) hal ini mengacu kepda

ketentuan pasal 21 ayat (1) dan (2) yang mana menyatakan sebagai berikut.

1. Setiap orang dilarang untuk:

1. Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan,

memelihara, mengangkut memperniagakann tumbuhan yaang

dilindungi atau bagian bagaian dalam keadaan hidup atau mati;

2. Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagian

dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di indonesia ke

tempat lain di dalam atau di luar indonesia.

2. Setiap orang dilrang untuk:

13
http://dinamikahukum..fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/downliad/180/128 penulis
Iskandar.Fakultas Hukum Universitas Bengkulu. Tentang Aktualisasi Prinsip Hukum Pelestarian
Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Kebijakan Perubahan Peruntukan, Funsi< dan Pengunaan
Kawasan Hutan.

16
1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,

memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang

dilindungi dalam keadaan hidup;

2. Menyimpan, memiliki, memilihara, mengangkut dan

memperniagakan satwan yang dilindungi dalam keadaan mati;

3. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari satu tempat di indonesia

ketempat lain di dalam atau diluar indonesia;

4. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau

bagian-bagian tersebut atau mengeluarkan dari satu tempat di

indonesia ke tempat lain didalam atau di luar indonesia;

5. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan,

menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang di

lindungi;

Terhadap pelaku tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistem diatur pada UU RI No. 5 Tahun 1990 Pasal 40 ayat (1); menyatakan,

bahwa barang siapa melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagai mana

dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), melakukan kegiatan yang mengakibatkan

perubahan keutuhan kawasan suaka alam, dan pasal 33 ayat (1), yaitu melakukan

kegiatan yang mengakibatkan perubahan keutuhan zona inti taman nasional, maka

dapat dipidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak dua

ratus juta rupiah.

Ayat (2) menyatakan, bahwa apabila dengan sengaja dilakukan pelanggaran

terhadap ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2),

yaitu melakukan kegiatan terhadap tumbuhan dan satwa yang paling dilindungai,

17
serta pasal 33 ayat (3), yaitu melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi

zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman

wisata alam, dipidanan dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda

paling banyak seratus juta rupiah.

Sedangkan kelainan diataur pada ayat (3) dan ayat (4), menetapkan masing-

masing pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak seratus

juta rupiah serta pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak

seratus juta rupiah14

2.2 Kawasan Konservasi

2.2.1 Pengertian Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi dalam arti luas, yaitu kawasan dimana konservasi

sumber daya alam hayati di lakukan. Di dalam peraturan undang-undang

indonesia yang ada, tidak memuat definisi mengenai kawasan konservasi secara

jelas. Adapun pengertian kawasan konservasi yang ditemukan dan digunakan oleh

Derektorat Jendral Perkindyngan hutan dan konservasi alam, departemen

kehutanan adalah kawasanyang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, taman

baru dan hutan lindung15 .

Menurut Undang-Undamg No. 5 tahun 1990 palas (1) ayat 9.’’ Kawasan

suaka alam adalah denagn ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

14
http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthanegara/article/download/9139/6897/ Oleh: Kadek Nicky
novita Tentang Bentuk-bentuk Perlindungan Konservasi Daya Alam Hayati Di Indonesia.
Fakultas Hukum Universitas Udayana.Diakses Tanggal 10 Juni 2020 Jam 09:41 WIB
15
http://ecopedia.wordpress.com/2006/01/08/kawasan-konservasi. Diakses tanggal 12 juni 2020
Iam 14;15 WIB

18
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsin sebagai wilayah

penyangga sistem kehidupan16 .

Sedangkan,konservasi adalah upaya yang dilakukan untuk melestarikan

atau melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau

perlindungan, secara harfiah, berasal dari bahasa inggris conservation yang artinya

pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi

dapat diartikan sebagai berikut:

1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau

distribusi yang berkaitan pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak

menyediakan jasa yang sama tingkatannya;

2. Upaya pemerintah dalam perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati

terhadap lingkungngan dan sumberdaya alam;

3. Pengelolaan terhadap kualitas tertentu yang setabil sepanjang reaksi kimia

atau transformasi fisik;

4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan;

5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilaya dapat dikelola

sementara keaneka ragaman genetik dari sepesies dapat berlangsung

dengan mempertahankan lingkungan alaminya.

Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatutempat agar makna

kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi adalah

pemeliharaan dan perlindungan terhadap suatu yang dilindungkan secara teratur

untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan. Kegiatan

16
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya.

19
konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri

mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya

(Undang-Undang No. 32 Tahun 2009). Kawasan lindung adalah kawasn yang

ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencangkup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta

budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan budidaya

adalah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar

kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya

buatan.

Konservasi itu sendiri berasal dari kata conservation yang terdiri dari kata

con (together) dan sevase (kepp/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya

memelihara apa yang kita punya (kepp/save what you have), namun secara

bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt konsep

konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai

the ise use of nature resource (pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana

konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam

untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi

sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Apabila merujuk

kepada pengertianya, konserfasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai

berikut.

1. Konservasi adalah pengunaan sumber daya alam untuk memenuhi

keperluan manusi dalam jumlah yang besar dan waktu yang lama

20
2. Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antara waktu (generasi) yang

optimal secara sosial.

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme

hidup termasuk manusia sehingga dapat di capai kualitas kehidupan

manusia yang meningkat, sedangkan dalam kegiatan manajemen antara

lain meliputi survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan,

peman faatan dan latihan.

4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga

dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat

diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang.

Pada tahun 1972 dilakukan pertemuan yang merupakan tonggak penting dalam

pengembangan strategi konservasi gelobal. Pertemuan tersebut dikenal dengan

Stockholm Cconference on the Human Enviroment. Hasil dari pertemuan tersebut

antara lain pembentukan UNEP ( the United Nations Enviromenmet Program)

untuk menghadapi tantangan permasalahan lingkungan hidup di dunia, yang

masih berfokus pada kerusakan dan konservasi sumber daya alam.

Pada tahun 1992, Earth Summit di Rio de janeiro, Brazil, atau yang

dikenal sebagai United nation Conference on Environmental and Development,

atau yang dikenal dengan istilah KTT bumi membahas berbagai cara untuk

melindungi lingkungan dengan perhatian pada pembangunan ekonomi yang lebih

berkelanjutan pada negara yang kurang sejahtera. Pertemuan tersebut juga

berhasil meningkatkan perhatian dan keseriusan dunia dalam menghadapi

berbagai krisis lingkungan, membangun pemahaman yang jelas antara upaya

21
perlindungan lingkungan dan kebutuhan mengentaskan kemiskinan di negara

berkembang dengan bantuan di negara maju.

Di Asia timur, konservasi sumber daya alam hayati (KSDAH) dimulai saat

Raja Asoka memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan

terhadap binatang liar, ikan, dan hutan. Sedangkan di Inggri, Raja William I pada

saat itu telah memerintah para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku

berjudul Doomsday book yang berisi inventarisasi dari sumber daya alam milik

kerajaan. Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk

konservasi sumber daya alam hayati pada masa tersebut, yaitu raja asoka

melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkang Raja William I

melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas dasar adanya data yang

akurat. Berdasarkan pada fakta sejarah tersebut, dapat dilihat nahwa sejak zaman

dahulu, konsep konsevasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun

konsep konsevasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan).

Konsep tersebut adalah konsep kuno konsevasi yang merupakan cikal bakal

konsep moderen konservasi, yaitu konsep konservasi moderen yang menekankan

pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak sana.

Sedangkan menurut Rijksen, konsevasi merupakan bentuk revolusi kultural, yang

mana pada zaman dahulu, upaya konservasi lebih buruk dari pada sekaran17

2.2.2 Ruang Lingkup Kawasan Konservasi

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1990, kawasan suaka alam adalah

kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang

17
http://repository.ut.ac.id/4331/1/PWKL4220-M1.pdf . Oleh Dr Joko Christanto,M.Sc. tentang
Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan.

22
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasn pengawetan keanekaragaman tumbuhan

dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga

kehidupan. Kawasan suaka alam terdiri dari:

1. Cagar Alam;

2. Suaka Margasatwa;

3. Daerah Perlindungan Plasma Nutfah;

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat

maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam

kegitan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dapat di laksanakan di dalam

kawasan (konservasi eksitu) ataupun di luar kawasan konservasi. Konservasi

insitu adalah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di habitat aslinya

baik di hutan, di laut, di danau, di pantai, dan di sebagainya. Konservasi eksitu

adalah konservasi jenis flora dan fauna yang di lakukan di luar habitat aslinya.

Sedangkan strategi konservasi nasional telah dirumuskan kedalam 3 (tiga)

hal dan taktik pelaksanaannya, adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan (PSPK)

a. Penetapan wilayah PSPK;

b. Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK

c. ;Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK;

d. Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah

PSPK;

23
2. Pengawetan Keaneka Ragaman Jenis Tumbuhan Dan Satwa Beserta

Ekosistemnya

a. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya.

b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (konservasi Insitu dan

Eksitu)

3. Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.

b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentu;

pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran,

perdagangan, perburuan, peragaan, pertukran, dan budidaya)18

2.3 Meru Betiri

2.3.1Profil Taman Nasional Meru Betiri

Taman nasional meru betiri merupakan kawasan pelestarian alam yang

mempunyai ekosistem asli dikelolan dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan

untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri dilaksanakan

berdaasarkan Prinsip konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang

18
http://pediailmu.com/teknik-lingkungan/konsepkonservasi-sumber-daya-alam-dan-lingkungan/
Diakses Tanggal 10 Juni 2020 Jam 18:35 WIB

24
tertuang dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang KSDAHE dan

Undang-Undang No. Tahun 1999 tentang Kehutanan melalui 3 (tiga) peraturan

yaitu

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;

2. Pengawetan keaneka ragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya;

3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

4.

Letak Geografis: 113037’23’’ – 113058’11’’ BT dan 8020’31’’ – 8035’09’’ LS

Sebelah Utara

Berbatasan dengan kawasan PT, Perkebunan Treblasala dan Perum Perhutani

Curahtakir

Sebelah Timur

Berbatasan Dengan Desa Sarongan Dan Kawahan PTPN XXI Sumber Jambe

Sebelah Selatan

Berbatasan dengan samudra Indonesia

Sebelah Barat

Berbatsan dengan Desa Curahnongko, Desa Andongrejo, Desa sanenrejo,

Kawasan PTPN XII Kalisanen, PTPN Kottah Bleter, dan Perum Perhutani RPH

Sabrang19

19
https://merubetiri.id/ Tentang Profil Meru Betiri. Diakses Tanggal 10 Juni 2020 Jam 19:59 WIB

25
2.3.2 Sejarah Meru Betiri

Taman nasional meru betiri merupakan kawasan pelestarian alam yang

mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang diman faatkan

untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budiya,

pariwisata da rekreasi. Berikuk adalah sejarah kawasan konserfasi Taman

Nasional Meru Betiri:

Gamabar 1 Peta Kawasan Balai Taman Nasional Meru Betiri

20

Tahun 1931 dan 1938

Meru betiri bersetatus sebagai hutan lindung yang penetapan berdasarkan Besluit

van den Directur van Landbouw Neverheiden Handel yaitu pada tanggal 29 Juli

1931 Nomor: 7347/B serta Besluit Directur van Economiche Zaken tanggal 28

April 1938 Nomor : 5751

Tahun 1972:

20
https://merubetiri.id/. Foto Luas kawasan Taman Nasional Meru Betiri Diakses Tanggal 10 Juni
2020 Jam 1;30 WIB.

26
Berdasarkan surat keputusan Mentri Pertanian Nomor : 529/Kpts/Um/6/1982

tanggal 21 Juni 1982 Kawasan Suaka Marga Satwa Meru Betiri di perluas

menjadi 58,000 hektare. (perkebunan bandealit dan Sukamade Baru seluas 2.155

hektare, serta kawasan hutan lindung sebelah Utara dan Kawasan perairan laut

sepanjang pantai Selatan seluas 845 hektare). Surat pernyataan Mentri Pertanian

Nomor : 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 Suaka Margasatwa Meru

Betiri dinyatakan sebagai calon Taman Nasional.

Tahun 1999 :

Zona Taman Nasional Meru Betiri seluas 58.000 hektare bedasarkan SK Dirjen

PKA Nomor : 185/Kpts/Dj-V/1999 tanggal 13 Desember 1999.

Tahun 2014 :

Penetapan kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri seluas 52.626.04 hektare

di Kabupaten Jember dan Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur berdasarkan SK

Mentri Kehutanan Nomor : SK.3629/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 6 Mei 2014

Tahun 2016 :

Pengesahan zona pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri seluas 52.626,04

hektare berdasarkan SK Dirjen KSDAE Nomor :

SK.382/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September 2016.

Peraturan yang menaungi kawasan konservasi Taman Nasional Meru Betiri dalam

melaksanakan tugas sesuai fungsinya sebagai Taman Nasional Meru Betiri adalah

Peraturan mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

27
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis Tumbuhan dan Satwa

Yang Di Lindungi.

2.3.3 Visi Dan Misi Taman Nasional Meru Betiri

Visi

Menjadi Taman Nasional Meru Betiri dengan Biodiversity yang tinggi sebagai

pusat wisata edukasi, yang dilola secara kolaboratif, terpadu, nyata, mantab dan

berwibawa.

Misi

 Menjaga keutuhan kawasan dan memulihkan ekosistem yang rusak;

 Melindungi dan mengamankan populasi dan haabitat tumbuhan dan satwa

liar beserta potensi SDHAE lainya;

 Melakukan inventerisasi dan monitoring populasi dan habitat, satwa dan

tumbuhan beserta potensi SDHAE lainya;

 Memberikan pengetahuan tentang Taman Nasional Meru Betiri;

 Meningkatkan pemanfatan Taman Nasional Meru Betiri bagi

kesejahteraan masyarakat;

 Memperkuat kelembagaan Taman Nasional Meru Betiri21.

2.3.3 Pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri

Pemanfaatan lestari SDAH dan Taman Nasional Meru Betiri, yaitu peman

faatan SDAH dan E yang diarahkan pada upaya memelihara kelestarian eksistensi

21
https://merubetiri.id/. Sejarah Meru Betiri Diakses tanggal 10 Juni 2020 Jam 01:30 WIB

28
dan kelestarian fungsi SDAH dan E Meru Betiri, secara Umum Kegitatan peman

faatan SDAH dan E dapat dilakukan:

1. Penelitian dan Pengembangan

2. Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan

3. Pembuatan Filem atau Fidio klip

4. Ekspedisi

5. Pengembangan dan Pemanfaatan jasa lingkungan dan Pariwasata alam.

Dalam kegiatan peman faatan tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan

yang berlaku dikawasan konservasi dan umumnya yang berlaku di negara

indonesia. Berikut ini beberapa peraturan yang perlu di pedomi dalam konservasi

SDAH dan E:

1. Undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-undang no. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang;

3. Undang-undan no. 5 tahun 1994 pengesahan konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa mengenai keaneka ragaman hayati;

4. Undang-undang no. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan

Hidup;

5. Undang-undang no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan;

6. Undang-ndang no. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Alam;

7. Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

29
8. Undang-undang Republik Indonesia no. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah;

9. PP no. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis Tumbuhan Dan Satwa

Liar;

10. PP no 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan jenis Tumbuhan dan Satwa

Liar

11. PP no 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam;

12. PP no 18 tahun 1994 pengusahaan Pariwisata Alam Nasional, Taman

Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

13. PP no. 13 tahun 1994 tentang perburuan Satwa

14. PP no 41 tahun 2006 tentang perizinan melakukan kegiatan penelitian

dan pengembangan perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan

Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing;

15. Peraturan Dirjen PHKa no. SK 190/IV-set/HO/2006 tentang izin

masuk Kawasan Suaka Alan, Kawasan Pelestarian Alam Dan Taman

Buru 22.

2.4 Pembalakan Liar (illegal logging)

2.4.1 Pengertian Tentang Pembalakan Liar (illegal logging)

Menurut konsep manajemen hutan, penebangan (illegal logging) adalah

kegiatan memanen proses biologis dan ekosistem yang telah terakomulasi selama

daur hidupnya. Kegiatan ini harus dicapai dengan rencana sehingga menimbulkan

danpak negatif seminimal mungkin. Penebangan dapat dilakukan oleh siapa saja
22
http://merubetiri.id/website/detailkonten/14. Diakses tanggal 10 Juni 2020 Jam 22:12 WIB

30
selama mengikuti kriteria pengelolaan hutan lestari (sustainable forest

management).

Menurut Nurdjana, Teguh Prasetyo dan Sukardi, pengertian illegal

Logging adalah rangkaian kegiatan dalam bidang kehutanan dalam rangka

pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan kayu yang bertentangan dengan aturan

hukum yang berlaku dan berpotensi merusak hutan.

Menurut Haba, pengertian illegal Logging adalah suatu rangkaian kegiatan

yang saling terkait, mulai dari produsen kayu illegal yang melakukan penebangan

kayu secara illegal hingga ke pengguna atau konsumen bahan baku kayu. Kayu

tersebut kemudian melalui proses penyaringan yang illegal, pengangkutan illegal

dan melalui proses penjualan yang illegal.

Pengertian illegal Logging secara umum dalam penebangan kayu yang

dilakukan, yang bertentangan dengan hukum atau tidak sah menurut hukum.

Menurut Forest watch Indonesia dan Global forest watct, pengertian illegal

Logging adalah semua kegiatan kehutanan yang berkaitan dengan pemanenan dan

pengelolaan, serta perdagangan kayu yang tidak sesuai dengan hukum Indonesia23.

Pembalakan liar atau lebih dikenal dengan illegal logging adalah kegitan

pemanenan pohon hutan, pengangkutan, serta penjualan kayu maupunhasil olahan

kayu yang tidak sah dan tidak memiliki izin dari otoritas setempat. Secara umum,

kegiatan ini dilakukan terhadap areal hutan yang dilarang untuk pemanenan kayu.

Konsep pembalakan liar yaitu dilakukannya pemanenan pohon hutan tampa izin

23
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/214/11840020_files5.pdf. Op. Cit. Pendapat
Para Ahli Tentang illegal Logging Diakses Tanggal 12 Juni 2020 Jam 20:05.

31
dengan tidak dilakukannya penanaman kembali sehingga tidak dapat di kata

gorikan ke dalam pengelolaan hutan lestari.

Kegitan penebangan sudah diatur dalam undang-undang Republik

indonesia nomor 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan

Perusakan Hutan24. Menurut undang-undang tersebut, pembalakan liar adalah

semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi.

Hal tersebut mengandung arti kegiatan ini bisa dilakukan oleh suatu kelompok

yang didalamnya terdiri dari dua orang atau lebih yang bertindak bersama

melakukan pemanenan kayu sebagai kegiatan hutan25

2.4.2 Jenis Jenis Kayu yang dilindungi

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia

Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 menetapkan Jenis-Jenis

Tumbuhan Dan Satwa Yang Di lindungi, Pasal 1 “menetapkan jenis tumbuhan

dan satwa yang dilindungi sebagai mana dimaksud dalam lampiran yang

merupakan baian tidak terpisah dari peraturan mentri ini; Pasal 2, “ pada saat

peraturan Mentri ini mulai berlaku, lampiran peraturan pemerintah no. 7 tahun

1999 tentang pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 No.14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3803), di cabut dan dinyatakan tidak berlaku; Pasal 3, “Peraturan Mentri

ini berlaku pada tanggal di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Peraturan Mentri ini dengan penepatannya dalam

berita Negara Republik Indonesia.


24
Undang-Undang No 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
25
http://foresteract.com/illegal-logging--pembalakan-liar/ Diakses Tanggal 10 Juni 2020 Jam
21:30 WIB

32
Berikut adalah daftar jenis tumbuh-tumbuhan khsusnya kayu yang dilindungai:

Dengan semakin berkembangnya jaman, pengaruh terhadap kelestarian

alam juga sangat terasa. Hutan-hutan sudah banyak yang dibabat bergantian

dengan pemukiman, gedung atau dijadikan perkebunan. Hal ini tentu saja

mengakibatkan popolasi tanaman jadi berkurang, belum lagi ulah orang-orang

yang tidak bertanggung jawab yang mencari keuntungan tanpa berfikir tentang

kelestarian alam.

Gamabar 2 Pembalakan Liar Di Taman Nasional Meru Betiri

Gamabar 3 Pembalakan Liar Di Taman Nasional Meru Betiri

Banyak tanaman yang mengalami kelangkaan, sehingga butuh tindak

lanjut untuk menyelamatkannya. Salah satu usaha tersebut adalah dengan

33
melindungi tumbuh-tumbuhan yang terancam kepunahan. Berikut ini beberapa

tumbuhan yang dilindungi di Indonesia, diantaranya adalah:

NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH

1
Hangkang Palaquium leiocarpu
2
Jelutung Dyera sp
3
Katiu Ganna metloyauma
4
Kemenyan Stura sp
5
Malam merah Pakaquium gutta
7
Mata kucing Shorea sp
Tabel 1 Jenis Jenis Kayu Yang Dilindungi

NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH

1
Balang suntai Palaquium walsurifolium
2
Enau Arenga pinnata
Tabel 2Jenis Jenis Kayu Yang Dilindungi

NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH

1
Bayur Pterospermum sp
2
Eucalyptus Eucalyptus sp
3
Ipil Instsia amboinensis

34
4
Kayu Bawang Scordocarpus borneensis
5
Kayu Hitam Diospyros sp
6
Ketium Timonius sericcus
7
Purnamasada Cordia subcordata
8
Sawo Kecik Manilkata kauki
9
Sano Keling Dalbergia latifolia
10
Suren Toona sureni
11
aker dan Mata Buta Duabangga meluccana dan
fagraea fragrans
Tabel 3 Jenis Jenis Kayu Yang Dilindungi

NO NAMA INDONESIA NAMA ILMIAH

1
Hongi/saya Myristica 0rgentea
2
Kayu Kuning Caundrania sp
3
Kayu Sepang Caesalpina sappan
4
Kayu Lawang Cinnamomun cullilawan
5
Massoi Cryptocaria massooi
6
Mata Buta Excoecaria agallocha26
26
http://www.negeripesona.com/2015/04/Tumbuhan-dilindungi-di-indonesia.html?m=1 Diakses
Tanggal 10 Juni 2020 Jam 23:21 WIB

35
Tabel 4 Jenis Jenis Kayu Yang dilindungi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bagaimanakah Pembalakan Liar Yang terjadi Di Kawasan Konservasi

Meru Betiri

3.1.1 Pembalakan Liar (illegal logging)

Keberadaan hutan sangat penting karena memiliki fungsi ekologis sebagai

penampung karbon dioksida (CO2), penghasil oksigen (O2), penyedia air, dan

mencegah timbulnya masalah global. Penghilangan hutan akan menyebabkan

sedikit banyak mengganggu ekosistem yang ada di sekitarnya. Keanekaragaman

36
flora dan fauna di dalamnya akan tertekan akibat kegiatan penghilangan hutan

yang tidak bertanggung jawab atau yang biasa disebut illegal logging atau

pembalakan liar.

Pembalakan liar atau illegal logging bisa terjadi pada kondisi hutan yang

sulit dijangkau oleh orang lain sehingga sulit dilakukan pengawasan. Mirisnya,

penebangan yang tidak didasari oleh surat izin sah sangat marak terjadi di

Indonesia. Pengusaha produksi kayu lebih memilih jalan yang sangat singkat dari

pada harus melewati birokrasi untung memanen pohon hutan.

Pengertian pembalakan liar adalah, menurut konsep manjemen hutan,

penebangan (logging) adalah kegiatan memanen proses biologis dan ekosistem

yang telah terakumulasi selama daur hidupnya. Kegiatan ini harus di capai dengan

rencana sehingga menimbulkan dampak negatif seminimal mungkin. Penebangan

dapat dilakukan oleh siapa saja selama mengikuti kriteria pengelolaan hutan

lestari (sustainable forest management). Pembalakan liar atau lebih dikenal

dengan illegal logging adalah kegiatan pemanenan pohon hutan, pengangkutan,

serta penjualan kayu maupun hasil olahan kayu yang tidak sah dan tidak memiliki

izin dari otoritas setempat. Secara umum, kegiatan ini dilakukan terhadap area

hutan yang dilarang untuk pemanenan pohon hutan tampa izin dengan tidak

dilakukannya penanaman kembali sehingga tidak dapat dikatagorikan ke dalam

pengelolaan hutan lestari.

Kegiatan penebangan sudah diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Perusakan Hutan. Menurut undang-undang tersebut, pembalakan liar adalah

37
semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi.

Hal tersebut mengandung arti kegiatan ini bisa dilakukan oleh suatu orang atau

lebih yang bertindak bersama melakukan pemanenan kayu sebagai kegiatan

perusakan hutan. Pembalakan liar dan Deforestasi, hutan yang memiliki keaneka

ragaman tinggi menjadi sumber kekayaan bagi Negara tempat hutan tersebut.

Flora dan fauna yang hidup didalamnya akan mendukung terciptanya ekosistem

kompleks yang menghasilkan banyak manfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Oleh

karena itu, hutan disebut penyeimbang ekosistem. Kegiatan pembalakan liar

(illegal logging) menjadi ancaman bagi kelangsungan ekosistem. Kejahatan yang

yang marak terjadi di berbagai negara ini sangat membahayakan fauna dan flora

yang ada di dalamnya. Hal ini disebabkan karena hilangnnya tutupan atau yang

biasa disebut Deforestasi.

Kegiatan pemanenan pohon hutang yang seharusnya dilakukan menurut

peraturan pemerintah setempat akan tetap mendukung pengelolaan lestari

(sustainable forets management). Pemanenan pohon hutan yang dilakukan harus

disertai dengan penanaman kembali anakan pohon sehingga tidak menimbulkan

dampak negatif akibat hilangnya tutupan hutan. Kebutuhan manusia akan bahan

kayu semakin lama akan semakin meningkat. Meningkatnya permintaan tersebut

akan memicu terjadinya pemanenan yang tidak jarang dilakukan tampa

memperhatikan dampak terhadap ekosistem di sekitarnya. Pembalakan liar

(illegal logging) tentu saja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi laju

deforestasi di suatu wilayah. Deforestasi atau hilangnya penutupan hutan terjadi

akibat banyaknya perusahaan produksi kayu yang melakukan penebangan secara

besar-besaran pohon hutan tampa melakukan penanaman kembali.

38
Pada beberapa tempat, seperti pada wilayah gambut, hilangnya pohon akan

menyebabkan kondisi yang merugikan bagi ekosistem diatasnya. Gambut yang

seharusnya tetap basah sepanjang tahun akan mengering akibat pembalakan

sehingga ketinggian tanah berkurang. Kondisi ideal pada lahan gambut yaitu

adanya tutupan tanah berupa tajuk pohon yang melindungi tanah mengalami

evaporasi sehingga tanah tidak kering. Kegiatan pembalakan liar (illegal logging)

oleh penjahat akan menghilangkan tutupan hutan tersebut dan tidak bertanggung

jawab atas perubahan yang terjadi pada lahan tersebut. Fakta-fakta pembalakan

liar, kegitan pembalakan liar sangat berhubungan dengan hilangnya tutupan hutan.

Pengusaha produk kayu memanfaatkan produk hutan secara berlebihan sehingga

tutupan hutan menghilang dengan cepat. Pengusaha ini memiliki dukungan-

dukungan dari pihak tertentu dan dapat dengan mudah menjalankan oprasi

pembalakan di area yang dilarang. Pembalakan liar di dunia mengalami kondisi

yang memperhatinkan. Brazil menjadi negara dengan tingkat pembalakan liar

tertinggi dibandingkan dengan negara lainya. Penggundulan hutan amazon

dimulai pada akhirtahun 1960-an dan berlanjut hinga tahun 2000. Lebih dari

150.000 Km hutan hujan AMAZON hilang dari tahun 2000 hingga 2008.

Diperkirakan laju hilangnya hutan akan meningkat masa –masa mendatan.

Pembalakan liar di Indonesia menjadi salah satu penyebab hilangnya tutupan

hutan di Indonesia. Hasil analisis Forest watch Indonesia (FWI) dan (GFW)

menunjukan bahwa luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar

40% dalam waktu 50 tahun. Sebagian besar, kerusakan hutan di Indonesia

merupakan akibat dari sistem politik dan ekonomi yang memerlukan sumber daya

hutan untuk pendapatan peribad.

39
Meurut Nurdjana, teguh prasetyo dan sukardi, pengertian pembalakan liar

(illegal logging) adalah rangkaian kegiatan dalam bidang kehutanan dalam rangka

pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan kayu yang bertentangan dengan aturan

hukum yang berlaku dan berpotensi merusak hutan27.

Menurut Haba, pengertian illegal Logging adalah suatu rangkaian kegiatan

yang saling terkait, mulai dari produsen kayu illegal yang melakukan penebangan

kayu secara illegal hingga ke pengguna atau konsumen bahan baku kayu. Kayu

tersebut kemudian melalui proses penyaringan yang illegal, pengangkutan illegal

dan melalui proses penjualan yang illegal28.

3.1.2 Pembalakan Liar Yang terjadi Di Kawasan Konservasi Meru Betiri

Jember (ANTARA News)-sebanyak 20 kasus pembalakan liar yang terjadi

kawasan Taman Nasiobal Meru Betiri (TNMB) yang berada di kabupaten Jember

dan Banyuwangi, selama lima bulan terakhir (Januari-Mei) 2011. Menurut kepala

Polisi Hutan, Musafa, Selasa, Mengatakan sebanyak 20 kasus pembalakan liar

tersebut, hanya empat kasus yang diproses oleh petugas TNMB dan aparat ke-

Polisian setempat. Menurutnya, “Sebanyak 16 kasus pembalakan liar lainya hanya

temuan petugas dan tidak ada tersangkanya. Petugas hanya menemukan bekas

kayu hutan yang sudah ditebang dan sejumlah glondongan kayu di pinggir hutan,

“tuturnya di kantor Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Jember. Ia menjelaskan

27
http://foresteract.com/illegal-logging-pembalakan-liar/ Diakses Tanggal 5 Juli 2020 Jam 00:05
WIB.
28
Op.cit hlm 33

40
kasus penebangan kayu secara ilegal terbanyak berada di kawasan Seksi

Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Ambulu yang luasnya mencapai

28.370 hektare (Ha). ”Kawasan SPTN Wilayah II meliputi Desa Sanen Rejo,

Andongsari, Wonosari dan Bandealit. Jumlah petugas yang memantau wilyah itu

sangat terbatas, sehingga pembalakan liar masih saja terjadi di Kawasan Taman

Nasional Meru Betiri (TNMB).’’ Paparnya. Musafa mengemukakan jenis kayu

yang paling banyak ditebang oleh pelaku biasanya jenis kayu sapen, kemuning

dan garu karena kayu tersebut mudah dijual untuk kebutuhan rumah seperti untuk

pintu dan jendela. Selain pembalakan liar, lanjut dia, selama lima bulan terakhir

juga terjadi perburuan satwa liar sebanyak dua kasus, perambahan hutan sebanyak

empat kasus. ”kemampuan petugas polhut sebanyak 33 orang untuk mengawasi

kawasan konservasi Meru Betiri seluas 58.000 hektare (ha) tidak seimbang,

namun petugas akan mempersempit ruang gerak pelaku pembalakan liar,’’

katanya menjelaskan. Menurut dia, jumlah pembalakan liar tahun 2010 sebanyak

43 kasus, tahun 2009 sebanyak 58 kasus, dan tahun 2008 sebanyak 65 kasus,

sehingga ada kecendrungan kasus pembalakan liar di Meru Betiri menurun.

”mudah-mudahan kasus pembalakan tahun ini menurun dengan kerja keras yang

di lakukan petugas polhut dalam mengawasi pelaku illegal logging,” katanya29.

Namun sepertinya para pelaku pembalakan liar (illegal logging) masih

belum jera, terbukti Gakkum KLHK tanggkap pelaku ilegal logging di Taman

Nasional Meru Betiri, Sidoarji-Tim Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan

balai penegakan hukum (Gakkum) LHK Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tengara

mengungkap dugaan kasus penebangan liar yang bersal dari Taman Nasional
29
http://www.antaranews.com/berita/261486/pembalakan-liar-mengancam-meru-betiriDiakses
Tanggal 18 Juli 2020 Jam 21:16 WIB.

41
Meru Betiri-Jember Penyidik menahan 2 orang pelaku, beserta barang bukti 1 truk

berisi kayu olahan illegal logging jenis kluncing, rau dan bayur. Jumat,

20/03/20202. Keberhasilan penangkapan ini, berwal dari informasi masyarakat

dan data intelijen Tim Balai Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan Balai

Gakkum Jbal Nussra. Tim Oprasi Balai TNMB berhasil menangkap 2 orang

pelaku dengan barang bukti 1 truk berisi kayu olahan illegal logging tampa di

lengkapi dengan dokumen surat keterangan Sahnya Hasil hutan (SKSHH) di Desa

Jenggawah-Jember, Pukul 6:30 WIB, 19/03/2020. Selanjutnya tim oprasi

menyerahkan tersangka inisial FF dan M beserta barang bukti kayu olahan dan

truk pengangkut kepada penyidik PNS Gakkum JabalNusra, Pukul, 14:30 WIB

19/03/2020.

Tersanggka FF dan M penahanannya dititipkan di Polresta Sidoarjo,

sedangkan barang bukti berupa kayu olahan 364 batang dan truk untuk sementara

diamankan di kantor Balai Gakkum Jabalnusra-Sidoarjo. Saat ini, tim PPNS Balai

Gakkum Jabalnusra masih melakukan pemeriksaan dan pengembangan terhadap

kasus ini untuk mengungkap keterlibatan pihak lain yang merupakan jaringan

predaran kayu illegal. Dua orang pelaku lapangan yang sudah diamankan ini

menjadi pintu masuk untuk menjerat para pemodal” kata Muahammad Nur selaku

kepala Balai Gakkum LHK Wilayah Jabalnusra.

Direjen Gakkum LHK, Rasio Ridho Sani mengungkapkan pelaku

penebangan liar seperti ini, harus dihukum seberat-beratnya. “Mereka sudah

merusak kawasan konservasi sebagai penyangga kehidupan berbagai mahluk

hidup dan merugikan masyarakat. Harus ada efek jera. KLHK tidaka akan

42
berhenti menindak pelaku kejahatan lingkungan seperti ini.”Kata Rasio Ridho

Sani. Selanjutnya, para pelaku perseorangan akan dijerat melanggar Pasal 12

huruf e Jo Pasal 83 Ayat (1) huruf b Pasal 16 jo 88 Ayat (1) huruf a, Undang-

undang Nomor: 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Penberantsan Perusakan

Hutan, dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling

banyak Rp 2,5 Miliar.

Sustyo Iriyono Direktur Pencegahan dan Pengamanan Huatan (PPH),

Ditjen Gakkum menyampaikan “pihaknya telah mengantongi para cukong pemain

Kayu illegal di Kabupaten Jember-Jawa Timur. “kami akan bekerja terus untuk

mengungkap jaringan kayu illegal hingga ke akarnya”. Ungkap Sustyo.(AWAN)30

3.1.3 Faktor Penyebab Pembalakan liar Dikawasan Konservasi Meru Betiri

Banyak faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya

pembalakan lair (illegal logging) di Indonesia. Baik faktor yang bersifat langsung

maupun tidak langsung. Akar dari semua faktor tersebut adalah praktek korupsi

yang sudah tersetruktur dalam birokrasi-birokrasi pemerintah. Faktor-faktor

tersebut diantaranya:

1. Kegagalan Pasar Hasil Hutan

Faktor ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap munculnya praktek

illegal logging di Indonesia. Pasar gagal dalam menyediakan kayu legal

30
http://corpsnews.com/2020/03/21/gakkum-klhk-tangkap-pelaku-ileggal-logging-di-taman-
nasional-meru-betiri/ Diakses Tanggal 18 Juli 2020 Jam 14:44 WIB.

43
untuk kebutuhan industri sehingga timbulah pasar kayu ileggal, baik di

dalam maupun di luar negeri.

2. Praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Korupsi, kolusi dan nepotisme yang mendarah daging dalam struktur

birokrasi pemerintah ataupun institusi hukum dan peradilan menjadi faktor

utama tumbuh dan berkembangnya praktek illegal logging telah menjadi

hal biasa untuk memperlancar praktek tersebut. Praktek suap menyuap

tersebut berkembang mulai dari pemerintah, baik pusat maupun daerah,

dan juga aparat hukum dan keadilan.

3. Kebijakan Pemerintah Tentang Kehutanan

Pemerintah, baik lokal ataupun pusat, telah mengeluarkan peraturan-

peraturan yang secara tidak langsung mendukung tumbuh dan

berkembangnya praktek illegal logging. Kebijakan tersebut biasanya

dibuat berdasarkan agenda-agenda anggota dewan.

4. Ketidak Pastian dan Keringanan Hukum

Sanksi hukum yang dikenakan kepada para cukong kayau illegal logging

terlalu ringan sehingga mereka tidak terdisinsentif untuk tidak melakukan

praktek tersebut. Dan juga Undang-Undang yang melandasi hukum

tersebut terkadang tidak jelas dan masinh dimungkinkan adanya bias

sehingga para cukong kayu illegal logging masih mempunyai celah untuk

lolos dari hukum.

5. Kurangnya Kordinasi antara Departemen-departemen Pemerintah

Kordinasi antara departemen-departemen pemerintah dan juga aparat

hukum dan peradilan kurang sehingga menimbulkan celah untuk

44
melakukan perbuatan suap-menyuap untuk memperlancar dalam

lingkungan departemen tertentu.

6. Integritas dan Transparansi antara aparat Hukum rendah

Integritas penegakan hukum (Polisi Hutan, Polri, jaksa TNI, Hakim) yang

sangat rendah yang berpotensi melahirkan kompromi-kompromi dalam

proses penegakan hukum. Transpransi pelaksanaan hukum yang rendah

juga memungkinkan terjadinya praktek korupsi dan kolusi mendukun

illegal logging menjadi lebih mudah31

Pelaku Pembalakan Liar (illegal logging)

Banyak pihak hang terlibat dalam kegiatan pembalakan liar (illegal

logging). Pelaku utama yang terlibat dalam penebangang liar adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai pemilik pabrik pengelolaan kayu (industri perkayuan), sekala

besar, sedang dan kecil pembeli kayu curian (penadah), termasuk sawmil

illegal yang marak terdapat di sekitar lokasi hutan.

2. Pemegang HPH yang mengambil kayu di luar ketentuan jatah tebang dari

blok tebangan yang sudah direncanakan dan Disetujuai Departemen

Kehutanan melalui mekanisme Rencana Karya Prusahaan (RKPH),

Rencana Karya Lima Tahun (RKL) dan Rencana Karya Tahunan (RKT).

3. Pengusaha yang hanya mencari keutungan cepat, dimana aspek legal tidak

menjadi perhatian. Pengusaha ini, baik domestik maupun mancanegara,

berkualisi dalam perdagangan dan ekspor kayu ilegal lintas batas.

31
http://deviratnasavitri.wordpress.com/illegal-logging/ Diakses Tanggal 19 Juli 2020 Jam 15:54
WIB.

45
4. Unsur-unsur dari penegak hukum yang tidak jujur, yang mendukung dan

melindungi mereka yang terlibat dalam penebangan liar.

5. Cukong yaitu pemilik modal yang membiayai kegiatan penebangan liar

dan yang memperoleh keuntungan besar dari pembalakan liar.

6. Sebagai masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar kawasan hutan

maupun yang didatangkan, sebagai pelaku penebangan liar (penebang,

penyarad, pengangkut kayu curian).

7. Pengusaha asing: penyelundupan kayu hasil curian ke Malaysia, Cina dan

lain-lain.

8. Pelaku lain yang mendukung terjadinya pembalakan liar termasuk:

mayarakat miskin dan penganguran yang mencari penghasilan, klompok

masyarakat yang dirugikan dan tertinggal, masyarakat yang kecewa dan

tidak memiliki pekerjaan, tokoh masyarakat, buruh anggkut, dan

distributor kayu ilegal.

Proses terjadinya pembalakan liar (illegal logging) di Taman Nasional Meru

Betiri

Menurut keterangan dari pihak Taman Nasional Meru Betiri, Bapak

Musafa proses yang dilakukan pelaku illegal logging memang beragam tetapi

proses yang sering terjadi atau yang sering digunakan oleh para pelaku illegal

logging di Taman Nasional Meru Betiri biasanya terdiri dari tiga bagian yang

saling berkaitan satu sama lainya, yaitu:

1. Masyarakat (Oprator atau buruh)

2. Pemodal

46
3. Distributor

Dan ketiganya tersebut memiliki fungsi peran masing-masing, mayarakat

sebagai pelaku illegal logging yan terjun langsung dihutan dalam proses

penabangan kayu, sedangkan pemilik modal adalah orang yang mempunyai modal

untuk memperdayakan atau mempengaruhi masyarakat sekitar agar mau

menebang pohon secara liar, pemodal yang menjamin semuanya dari pralatan

yang di pakai masyarakat sebagai oprator apabila tertangkap oleh pihak

Pengamanan Hutan (Polisi Hutan). Setelah kayu-kayu hasil illegal logging

tersebut sudah ditangan si pemilik modal maka barulah kayu-kayu tersebut

didistributorkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan

Dampak Pembalakan Liar illegal logging Terhadap Kawasan Konservasi

Hutan

Kegiatan pembalakan liar illegal logging tampa mengindahkan kaidah-

kaidah manajemen hutan untuk menjamin kelestarian sumber daya hutan telah

menyebabkan berbagai dampak negatif dalam berbagai aspek. Sumber daya hutan

kian menjadi rusak akibat maraknya penebangan liar dalam jumlah yang sangat

besar. Kerugian akibat penebangan liar memiliki dimensi yang luas tidak saja

terhadap masalah ekonomi, tetapi juga terhadap masalah sosial, budaya, politik

dan lingkungan. Dari persepektif ekonomi kegiatan illegal logging telah

mengurangi penerimaan devisa negara dan pendapatan negara. Permasalahan

ekonomi yang muncul akibat penebangan liar bukan saja kerugian finansial akibat

47
hilangnya pohon, tidak terpungutnya DR dan PSDH akan tetapi lebih berdampak

pada ekonomi dalam arti luas, seperti hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan

keragaman produk di masa depan (opprotunity costs). Illegal logging juga

mengancam sektor industri sektor kehutanan, karena ancaman kekurangan bahan

baku dimasa yang akan datang32.

Dampak pembalakan liar illegal logging bagi lingkungan

Penebangan hutan secara ilegal itu sangat berdampak terhadap keadaan

ekosistem di Indonesia. Penebangan memberikan dampak yang sangat merugikan

masyarakat sekitar, bahkan masyarakat dunia, tidak hanya kerusakan secara nilai

ekonomi, akan tetapi juga mengakibatkan hilangnya nyawa yang tidak ternilai

harganya. Berikut adapun dampak-dampak pembalakan liar (illegal logging)

sebagai berikut:

1. Banjir dan Tanah Longsor

Dampak yang sudah mulai terasa sekarang ini adalah pada saat musim

hujan wilayah Indonesia sering dilanda banjir dan tanah longsor. Banjir

dan tanah longsor di Indonesia telah sering memakan korban.

2. Kekeringan akibat Pembalakan Liar (illegal logging)

Pembalakan liar juga mengakibatkan berkurangnya sumber mata air di

aderah perhutanan. Phon-pohon dihutan yang biasanya menjadi penyerap

air untuk menyediakan sumber mata air untuk kepentingan masyarakat

setempat, sekarang habis dilalap para pembalak liar. Hal ini

32
http://repository.unej.ac.id/handle/12345789/58751/ Oleh Zahrotun Nazia tentang Kajian
Yuridis Mengenai illegal logging di Kawasan Hutan

48
mengakibatkan masyarakat di sekitar hutan kekurangan air bersih dan air

untuk irigasi.

3. Berkurangnya Lapisan Tanah Subur

Lapisan tanah yang subur sering terbawa arus banjir yang melanda

Indonesia. Akibatnya tanah yang subur semakin berkurang. Jadi secara

tidak langsung pembalakan liar (illegal logging) juga menyebabkan

hilangnya lapisan tanah di daerah ppegunungan dan dareh sekitar hutan.

4. Musnahnya Flora dan Fauna

Pembalakan liar juga membawa dampak musnahnya berbagai fauna dan

flora, erosi, konflik dikalangan masyarakt, devaluasi harga kayu,

hilangnya mata pencarian, dan rendahnya pendapatan Negara dan Daerah

dari sektor Kehutanan, kecuali pemasukan dari pelelangan atas kayu sitaan

dan kayu temuan oleh piahk terkait.

5. Pemanasan Global (global warming)

Indonesia sebagai paru-paru dunia telah hancur oleh ulah para pelaku

pembalakan liar, akibatnya pemanasan global dan naiknya suhu

mengancam dunia33.

3.2 Bagaimakah upaya hukum dalam mencegah dan memberantas

pembalakan liar di kawasan Meru Betiri

Pasal 33 yat (3) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi air,

dan kekayaan alam yang ada didalamnya dipergunakan untuk sebasar-besarnya

kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut, pemerintah sudah sewajibnya

menyikapi dengan serius banyaknya kasus illegal logging merupakan tindakan

33
http://Isc.Bphn.go.id/tips op.cit

49
pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi dalam memberantas

atau menanggulangi pelaku pembalakan liar (illegal logging) Balai Taman

Nasional Meru Betiri tidak hanya bekerja sendiri, melainkan bekerjasama dengan

instansi-instansi pemerintah lainya untuk menjalankan tugasnya melindungi

kawasan hutan konservasi dan menangulangi penebangan atau pembalakan liar

yang marak terjadi kawasan Taman Nasional Meru Betiri, antara lain Meru Betir

bekerjasama dengan:

a. Kantor Kepala Desa Daerah Setempat

b. Kantor Kecamatan Daerah Setempat

c. Polsek (POLISI SEKTOR)34

Menurut bapak Bahrudin selaku Polhut pelaksana yang merangkap kepala

resort Taman Nasional Meru Betiri yang berada di Desa Curah Takir Kecamatan

Tempurejo, selain bekerja sama dengan instansi-instansi Pemerintah, Balai Taman

Nasional Meru Betiri juga bejkerjasma dengan masyarat di Desa-desa penyangga

di curah takir yang bertugas sebagai informan apabila terjadi kerusakan atau

kejahatan hutan yang terjadi di sekitar kawasan hutan, sebagai ujung tombak

dalam kegitan prefentif ( sistem pengamanan dari polhut ) dengan adanya

masyarakat yang di sebut mitra polhut sudah menunjukan pengamanan yang

dilakukan oleh Balai Taman Nasional Meru Betiri mencangkup semua aspek, dari

peran Pemerintah sampai peran serta masyarakat. Ada beberapa alasan mengapa

aktivitas pembalakan liar di Taman Nasional Meru betiri sulit untuk dihentikan

oleh resot curah takir, yaitu, penebangan liar yang terjadi di kawasan Balai Taman
34
http://repotsitory.unej.ac.id/handle/123456789/58751. Artikel zahroutun Naziah Diakses
Tanggal 30 Juni 2020 Jam 22.22

50
Nasional Meru Betiri dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai sumber

mata pencarian meraka di dukung oleh penyokong dana atau cukon. serta

masyarakat sekitar masih berspektif bahwasanya hutan adalah milik negara yang

menurut pemahaman mereka segala sesuatu yang ada dihutan boleh di ditebang,

diambil atau dimanfaatkan untuk kepentingan mereka dalam menyambung hidup

sehari-hari. Kurangannya pemahaman masyarakat terhadapap kelangsungan

ekosistem hayati yang harus di jaga kelestarianya agar tetap lestari. Adapun faktor

pendukung terjadinya Pembalakan Liar illegal logging di resort Curah Takir

sebgai berikut:

 Faktor ekonomi masyarakat sekitar kawasan Hutan

 Faktor Pendidikan

 Faktor Polapikir Masyarakat yang kurang perduli terhadap kelestarian

hutan

 Faktor Tuntutan Pendidikan35

3.2.1Upaya hukum yang dilakukan Balai Taman Nasional Meru Betiri dalam

mencegah dan memberantas pembalakan liar (illegal logging)

Uapaya hukum yang dilakukan Balai Taman Nasional Meru Betiri

mengacu kepada Undang-undang No.18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan, Pasal (3) yang berbunyi, perusakan hutan adalah

proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui pembalakan liar, pengunaan

kawasan tampa izin, yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin

di dalam hutan yang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk, ataupun yang sedang

35
Bahrudin polhut pelaksana resort curah takir Balai Taman Nasional Meru Betiri

51
diproses penetapanyan oleh pemerintah. Pasal (4) pembalakan liar adalah semua

pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi. Adapun upaya

hukum yang dilakukian Balai Taman Nasional Meru Betiri sebagai berikut:36

1. Tindakan Prefentif

a. Peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat

b. Perbaikan manajemen kehutanan

c. Perbaikan sistem prundang-undangan dan pendidikan

2. Deteksi terhadap adanya kegiatan penebangan liar

a. Deteksi makro, misalnya melalui potret udara untuk mengatahui adanya

indikator penebangan liar seperti perambahan, jalu logging,base camp,

sawmill dan lainya.

b. Patroli rutin melalui jalur darat (ground checking).

c. Pemeriksaan tempat-tempat yang diduga terjadi penebangan liar.

d. Pemeriksaan di sepanjang jalur-jalur pengangkutan

e. Inspeksi di lokasi penimbunan kayu.

f. Melakukan lacak balak

g. Menerima dan menindak lanjuti adanya informasi yang datang dari

masyarakat.

h. Pemeriksaan intensif dokumen (ijin angkut dan laporan)

i. Mengefektifkan pengawasan, termasuk pemeriksaan melalui udara dan

darat, penelusuran angkutang illegal logging

3. Tindakan represif melalui penegakan hukum

36
Undang-Undan No.18 Tahun 2013

52
Upaya memberantas pemabalakan liar illegal looging telah dilakukang

akan tetapi belum memperlihatkan hasil yang maksimal karena masih lemahnya

penegakan hukum di Indonesia. Terdapat beberapa kasus penebangan liar dan

korupsi yang berhasil di bawah ke pengadilan, namun hampir semua mendapat

hukuman ringan atau bahkan bebas sama sekali. Tindakan represif merupakan

tindakan penegakan hukum mulai dari penyidikan, penyelidakan hingga sampai

ke pengadilan. Untuk itu harus ada kesamaan oersepsi antara masing-masing

unnsur penegakan hukum yaitu penyidik (polisi dan PNS), Jaksa penuntut umum

dan Hakim. Karena besarnya permasalahan kasus pembalakan liar ( iilegal

logging ), tindakan represif harus mampu menimbulkan efek jera sehingga

pemberian sanksi hukum harus tepat. Adapun tindakan yang perlu dilakukan

diatanranya:

a. Adanya kometmen politik untuk memberantas penebangan liar dimulai

dari pimpinan tertinggi negara karena pemberantasan penebangan liar dan

peredaran hasil hutan ilegal memerlukan upaya yang sungguh-sungguh

dengan penegakan supremasi hukum secara adil dan konsisten.

b. Shok therapy dengan penutupan sawmill ilegal, dan pengerebekang

terorganisir ke tempat-tempat yang di curigai. Adanya eksekusi, yaitu

mereka yang terbukti terlebih yang harus dieksekusi melalui peroses

pengadilan untuk menghubungkan pelaku.

c. Meningkatkan hukum (termasuk denda, kurungan, penyitaan harta benda,

pembatalan ijin terhadap para pelaku kejahatan) dan meningkatkan rasa

kesadaran tentang akibat penebangan liar.

53
Untuk mendukung penegakan hukum, sesunguhnya telah ada berbagai aturan,

diantaranya:

a. UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya.

b. UU No. 5 Tahun 1992 Karantina Hewan dan Tumbuhan.

c. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup

d. UU No. 18 Tahun 2013 perubahan atas UU No 41 Tahun 1999 tentang

kehutan.

e. PP No. 28 1985 tentang Perlindungan Hutan.

f. PP No. 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru

g. PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam.

h. PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

i. PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Liar.

j. Inpres No. 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu secara

ilegal dan peredaran hasi hutan ilegal di kawasan ekosistem leuser dan

taman nasional tanjung puting

k. Impres No. 4 Tahun 2005 Tentang Pemberantasan Penebangan kayu

secara illegal di Kawasan Hutan dan predaran di seluruh wilayah

Indonesiah.

Impres No. 4 Tahun 2005 Tentang Pemberantasan Penebangan kayu secara

illegal di Kawasan Hutan dan predaran di seluruh wilayah Indonesiah

mengintruksikan kepada para pejabat terkait untuk melakukan percepatan

54
pemberantasan penebangan kayu secara illegal di kawasan hutan dan

peredaranyan diseluruh wilayah republik indonesia, melalui penindakan

setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan:

a) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan kayu yang

berasal dari kawasan hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat

yang berwenang.

b) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan,

menyimpan, atau memiliki dan menggunakan hasil hutan kayu yang

diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil

atau dipungut secara tidak sah.

c) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak

dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan

kayu.

d) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut

diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan

hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

e) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong

atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang

berwenang.37

Peran Masyarakat dalam Mendukung Pemerintah untuk Menanggulangi

Illegal Logging

Peran Masyarakat dalam Mendukung Pemerintah untuk Menanggulangi

Illegal Logging terdapat dalam Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62

37
http://repotsitory.unej.ac.id/handle/123456789/58751. Artikel zahroutun Naziah Diakses
Tanggal 30 Juni 2020 Jam 22.22

55
dan Pasal 63 Undan-Uadan No.18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Perusakan Hutan.38

BAB 1V

PENUTUP

4.1 kesimpulan

kesimpulan dari permasalahan yang telah dikemukakan oleh penulis dan

setelah diadakan penelitian serta pembahasan oleh penulis tentang Perlindungan

Hukukm Kawasan Konservasi Meru Betiri dari Pembalakan Liar illegal logging

maka dapat diambil kesimpulan:

1. masalah tentang pembalakan liar merupakan masalah serius yang harus di

hadapi Balai Taman Nasional Meru Betiri dalam pokok kerjanya, salah satu faktor

sering terjadinya pembalakan liar di Kawasan Balai Taman nasional Meru Betiri

khusunya di Resort Curah takir adalah kurangnya jumlah personel yang

bertugas,baik tugas patroli maupun, dalam penegakan serta perlindungan kawasan

hutan, Menurut bapak Bahrudin selaku Polhut yang merangkap menjadi kepala

38
Undang-undang No. 18 tahun 2013 Perlindungan dan Pencegahan Pemberantasan Perusakan
Hutans

56
Resort curah takir tersebut, dan ditambah faktor ekonomi masyarakat sekitar

kawasan hutan menjadi kendala dalam proses perlindungan kawasan hutan.

2. Upaya penanggulangan penebangan liar memang tidakmudah Pemerintah

harus melakukan berbagai cara untuk mengatasi permaslahan illegal logging,

Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengatasi masalah penebangan

liar yaitu melalui upaya preventif, dengan pendekatan kesadaran dan

kesejahteraan masyarakat, upaya perbaikan sistem pengelolaan kehutanan dan

perangkat perundang-undangan. Selain itu perlu adanya sistem deteksi dalam

pengendalian illegal logging serta yang terpenting adalah upaya penegakan

hukum.

4.2 Saran

1. dalamhalnya perlindungang hukum kawasan konservasi Meru Betiri dari

pembalakan liar hendaknya faktor ekonomi masaayarak sekitar menjadi point

penting agar kasus-kasus pembalakan liar tidak terjadi lagi, serta menjadikan

masyarakat sekitar sebagai pelaku utama dalam melindungi hutan agar tetap

lestari yang didukung dengan pelatihan-pelatihan yang dapat bermanfaat bagi

mereka.

57
DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Bambang Sunggono, S.H.,M.S . Metodelogi Penelitian Hukum, Cetakan Ke-16

Desember 2016 Jam 21:12 WIB

Prof. Abdullah Marlan, S.H.,M.H. dan Rina Maryana, SH.,MH Hukum Konsevasi

Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistem..hlm.6

Koesnadi Harjdasoemantri.1993. Aspek Hukum Pranserta Dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Gajah Mada University Press Yogyakarta. Hlm124

Quraish Shihab. 1993. Membumikan Al-qur’an, Penerbit Mizan Jakarta. Hlm 295

John. 1990. Pengelolaan Kawasan Yang dilindungi Daerah Tropika, Gajah Mada

University, Hlm 17

58
Emil Salim. 1989. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Penerbit Mutiara

Sumber Widya Jakarta. Hlm 25

Moh. Soerjani. 1987 Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam

pembangunan. Penerbit UI Jakarta, Hlm 158

Munadjat Danusaputro, st. 1985 Hukum Lingkungan 1 Umum Hlm 158 dan Buku

II Hlm 79.

Mochtar Kusumaatmadja. 1972. Pengaturan Hukum Masalah Lingkungan Hidup

Manusia, Beberapa Fikiran Dan Saran, Lembaga pendidikan Hukum Dan

Kriminologi Fak. Hukum UNPAD, Penerbit Bintang Cipta Bandung Hlm 7.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati Dan Ekosistemnya.

Undang-Undang No 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Perusakan Hutan.

Dari Internet

http://Ojs.unud.ac.id/index.php/karthanegara/articele/downdload/9139/6897.

Diakses tanggal 3Juni 2020 Jam 16:47

http://id.m.wikipedia.org Tentang Pembalakan Liar Diakses Tanggal 3 Juni 2020

Jam 17:16

59
Iskandar. Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Tentang Aktualisasi Prinsip

Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Kebijakan Perubahan

Peruntukan, Funsi< dan Pengunaan Kawasan Hutan. Melalui

http://dinamikahukum..fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/downliad/180/128

http://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthanegara/article/download/9139/6897/ Oleh:

Kadek Nicky novita Tentang Bentuk-bentuk Perlindungan Konservasi Daya Alam

Hayati Di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Udayana.Diakses Tanggal 10

Juni 2020 Jam 09:41 WIB

http://ecopedia.wordpress.com/2006/01/08/kawasan-konservasi. Diakses tanggal

12 juni 2020 Iam 14;15 WIB

http://repository.ut.ac.id/4331/1/PWKL4220-M1.pdf . Oleh Dr Joko

Christanto,M.Sc. tentang Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam Dan

Lingkungan.

http://pediailmu.com/teknik-lingkungan/konsepkonservasi-sumber-daya-alam-

dan-lingkungan/ Diakses Tanggal 10 Juni 2020 Jam 18:35 WIB

https://merubetiri.id/ Tentang Profil Meru Betiri. Diakses Tanggal 10 Juni 2020

Jam 19:59 WIB

https://merubetiri.id/. Foto Luas kawasan Taman Nasional Meru Betiri Diakses

Tanggal 10 Juni 2020 Jam 1;30 WIB

https://merubetiri.id/. Sejarah Meru Betiri Diakses tanggal 10 Juni 2020 Jam

01:30 WIB

60
http://merubetiri.id/website/detailkonten/14. Diakses tanggal 10 Juni 2020 Jam

22:12 WIB

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/214/11840020¬¬_files5.pdf. Op.

Cit. Pendapat Para Ahli Tentang illegal Logging Diakses Tanggal 12 Juni 2020

Jam 20:05

http://foresteract.com/illegal-logging--pembalakan-liar/ Diakses Tanggal 10 Juni

2020 Jam 21:30 WIB

http://www.negeripesona.com/2015/04/Tumbuhan-dilindungi-di-indonesia.html?

m=1 Diakses Tanggal 10 Juni 2020 Jam 23:21 WIB

http://id.m.wikipedia.0rg/wiki/penelitian_kualitati Diakses Tanggal 17 Juni 2020

Jam 08:02 WIB

http://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/

787bff4505fe0c446c60f7e8ac.pdf Diakses Tanggal 17 Juni 2020 Jam 11:12 WIB

http://www.trasiskom.com/2016/3/pengertian-studi-kepustakaan.html?m=1

Diakses Tanggal 17 Juni 2020 Jam 10:28 WIB

http://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_lapangan Diakses Tanggal 17 Juni 2020

Jam 10:28 WIB

61
62

Anda mungkin juga menyukai