Anda di halaman 1dari 32

SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSEDUR DAN KRITERIA PENETAPAN


STATUS KAWASAN KONSERVASI DI BKSDA WILAYAH III
MENURUT UNDANG –UNDANG NO. 5 TAHUN 1990
TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI
DAN EKOSISTEMNYA
 OLEH :
 
GILANG ROMADLON
NIM : 1603403053
  
 

U N I V E R S I TA S I S L A M J E M B E R
FA K U LTA S H U K U M
2020
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG

Pertumbuhan manusia yang


Diskusi para penggiat lingkungan
semakin pesat sehingga
tentang penurunan suatu kawasan
sumberdaya untuk memenuhi
konservasi yang mereka rasa kebutuhan hidup manusia juga
tidak sesuai dengan prosedur. bertambah

Salah satu cara untuk


mengatasinya adalah Akan menimbulkan efek
menjaga kawasan negatif berupa kerusakan
wilayah konservasi lingkungan
melalui penegakan
aturan dan undang –
undang yang berlaku
RUMUSAN
MASALAH
RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja kriteria dan perosedur penetapan


status kawasan konservasi?
2. Bagaimana mekanisme hukum yang dapat
ditempuh apabila penetapan suatu kawasan
konservasi dianggap kurang tepat?
TUJUAN
PENELITIAN
TUJUAN UMUM

• Tujuan Umum dari penulisan skripsi ini adalah tujuan yang bersifat
akademik, yaitu untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk
mencapai gelar sarjana, program studi Ilmu Hukum, jenjang program
Strata Satu (S-1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Jember

• Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan


hukum yang telah diperoleh dalam perkuliahan dengan praktek
yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

• Untuk memberikan sumbangan karya tulis ilmiah dalam bidang


ilmu hukum dibidang konservasi, khususnya bagian setatus
kawasan konservasi
TUJUAN KHUSUS

•Untuk memahami apa saja kreteria dan perosedur penetapan


status kawasan konsevasi sesuai aturan hukum yang berlaku di
Indonesia.

• Untuk memahami mekanisme hukum yang akan ditempuh


ketika penetapan setatus kawasan konservasi kurang tepat dalam
prosedur penetapannya.
METODE
PENELITIAN
PENELITIAN HUKUM
NORMATIF-EMPIRIS

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian hukum


normatif-empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya
meliputi ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta
penerapannya pada peristiwa hukum yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
SUMBER
BAHAN HUKUM
Bahan Hukum Primer

UU No. 23 Tahun
UUD Negara UU No.5 Tahun 1990 1997 Tentang
Republik Indonesia Tentang KSDAHE Pengelolaan
Tahun 1945
lingkungan

UU No. 5 Tahun PP No. 28 Tahun


PP No. 60 tahun
1986/ No. 5 Tahun 2011 Tentang
1998 tentang
1986/ No. 9 Tahun Pengelolaan
KSA dan KPA
2004 Tentang PTUN KSA Dan KPA
Bahan Hukum Sekunder

Buku-buku
Makalah- makalah.
ilmiah dibidang
hukum dan
konservasi
Jurnal
ilmiah. Artikel ilmiah
PROSEDUR
PENGUMPULAN BAHAN
HUKUM

• Studi literature yaitu dengan jalan membaca buku


perundang-undangan, pendapat-pendapat dan
Studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan judul
Literatur penelitian.

• Wawancara yaitu melakukan tanya jawab kepada


pihak-pihak yang berkompeten di bidang hukum
lungkungan dan dinas-dinas terkait seperti Bidang
Wawancara KSDA Wilayah III.
Analisa Bahan Hukum

• Data dan bahan yang diperoleh secara kualitatif kemudian


dilakukan kajian secara komprehensif, hasil indentifikasi secara
deskriptif, analitis dan sistematis.

• Berdasarkan hasil pembahasan terhadap putusan suatu kawasan


konservasi terkait penetapan status kawasannya kemudian diambil
kesimpulan secara jelas dan mendalam sebagai jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti
PEMBAHASAN
Mekanisme Penatapan
Kawasan Konservasi

Kawasan Suaka Alam (KSA)


yang terdiri dari Cagar Alam Kawasan Pelestarian
(CA) dan Suaka Margasatwa Alam (KPA) yang
(SM) terdiri dari Taman
Nasional (TN), Taman
Hutan Raya
(TAHURA), dan Taman
Wisata Alam (TWA)
Data Kawasan
BKSDA Wilayah III

Dari data website Balai Besar KSDA Jawa Timur, bahwasanya


Bidang KSDA Wilayah III mengelola sekitar 13 kawasan
konservasi yang terdiri dari 8 cagar alam, 2 suaka margasatwa,
dan 3 taman wisata alam, yang memiliki keanekaragaman hayati
yang berbeda-beda diantaranya adalah :
Cagar Alam

Cagar Alam
Cagar
Cagar Alam curah manis
Alam Gunung
Ceding sempolan I –
Abang
VIII

Cagar Alam
Cagar Alam
Janggangan Cagar Alam
Pancur Ijen I
Rogojampi I Pulau Sempu
dan II
dan II

Cagar Alam Cagar Alam


Kawah Ijen Watangan Puger
Suaka
Margasatwa

Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa
Dataran Tinggi
Pulau Nusa Barung
Yang
Taman Wisata
Alam

Taman Wisata Taman


Taman Wisata
Alam Gunung Wisata Alam
Alam Tretes
Baung Kawah Ijen
Tahapan
Penetapan

Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Suaka Alam (KSA)


dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), setelah melalui tahapan
sesuai Pasal 7 PP No. 60 tahun 1998 Tentang KSA dan KPA
sebagai berikut:
• Penunjukan kawasan beserta fungsinya
• Penataan batas kawasan
• Penetapan kawasan.
KRITERIA
KAWASAN KONSERVASI
Cagar Alam

• Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan/atau satwa liar yang


tergabung dalam suatu tipe ekosistem.
• Mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan/atau satwa liar yang secara
fisik masih asli dan belum terganggu.
• Terdapat komunitas tumbuhan dan/atau satwa beserta ekosistemnya yang
langka dan/atau keberadaannya terancam punah.
• Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya.
• Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat menunjang
pengelolaan secara efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis
secara alami.
• Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
Suaka
Margasatwa

• Merupakan tempat hidup dan berkembang satu atau beberapa


jenis satwa langka dan/atau hampir punah.
• Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang
tinggi.
• Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi
tertentu.
• Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa.
Taman Wisata
Alam

• Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau


bentang alam, gejala alam serta formasi geologi yang unik.
• Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian
potensi dan daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata
dan rekreasi alam.
• Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya
pengembangan pariwisata alam.
MEKANISME HUKUM TERHADAP PENETAPAN SK
KAWASAN KONSERVASI

Pemeriksaan Pendahuluan
• Pemeriksaan Administrasi
• Dismisal Proses
• Pemeriksaan Persiapan

Proses Persidangan
• pembacaan Gugatan
• Pembacaan Jawaban
• Replik
• Duplik
• Pembuktian
• Kesimpulan
• Putusan

Upaya Hukum Setelah putusan PTUN


• Banding
• Kasasi
• Peninjauan Kembali
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Kawasan Suaka Alam (KSA) yang terdiri dari Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa
(SM), dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri dari Taman Nasional (TN),
Taman Hutan Raya (TAHURA), dan Taman Wisata Alam (TWA), dalam penetapanya
harus melalui prosedur Penunjukan Kawasan Beserta Fungsinya, Penataan Batas
Kawasan, dan Penetapan Kawasan, dan harus memenuhi kreteria yang tercantum dalam
UU No.05 Tahun 1990 Tentang KSDAHE dan pengelolaanya di atur dalam PP No 28
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan KSA Dan KPA

Surat keputusan yang di terbitkan oleh Kementrian LHK, terkait penetapan kawasan
konservasi ketika dalam penerbitan SK tersebut tidak sesuai dengan undang-undang
yang berlaku atau merasa kepentingannya di rugikan dapat melakukan upaya hukum ke
PTUN. Dalam proses Penyelesaian di PTUN terbagi kedalam 3 bagian yaitu
Pemeriksaan Pendahuluan, Proses Persidangan, Upaya Hukum Setelah putusan
Peradilan Tata Usaha Negara. Dalam pelaksanannya di atur dalam UU No 5 Tahun
1986/ No 9 Tahun 2004/ Nomor 51 Tahun 2009 Tentang PTUN
SARAN
SARAN

Dalam hal pengawasan dan pengelolaan kawasan konservasi memang


tanggung jawab dari pemerintah, tetapi alangkah baiknya masyarakat juga
ikut serta dalam melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang diambil oleh
pemerintah, sehingga masyarakat tidak menilai pemerintah memiliki maksud
lain dalam pengambilan kebijakan tersebut khususnya dalam hal penetapan
status kawasan konservasi. Tetapi ketika ada kebijakan yang tidak sesuai
masyarakat bisa melakukan klarifikasi kepihak terkait, namun jika tidak
menemukan titik terang maka ada mekanisme hukum yang lebih bijak untuk
ditempuh guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Agar berjalannya
pengawasan dan pengelolaan kawasan konservasi bisa berlangsung secara
seimbang, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh semua pihak tanpa ada
yang di rugikan sama sekali.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai