Di tengah senja, seorang pejabat korup memancing di sungai. Saking asyiknya memancing, si pejabat tidak sadar air sungainya
meluap. Banjir!
Si pejabat hanyut dan tidak sadarkan diri. Begitu bangun, dia sudah berada di rumah warga. Betapa beruntungnya dia karena
ada orang yang menyelamatkannya. Merasa utang budi, si pejabat ingin berterima kasih kepada warga yang telah
menolongnya.
“Tidak. Tetapi, wajah Bapak sepertinya tidak asing.” Si laki-laki berusaha mengingat. “Memangnya Bapak siapa?”
Si laki-laki akhirnya ingat. Orang ini pernah ia tonton di salah satu acara televisi.
“Karena sudah menolongku, kamu boleh minta apa saja. Katakan saja keinginanmu.”
“Kalau begitu, tolong Bapak jangan bilang ke siapapun bahwa saya yang menolong Bapak!”
--
Dalam menganalisis sebuah teks anekdot, kita punya beberapa pisau analisis. Pertama, struktur teks. Kedua, unsur kesastraan
teks. Dan ketiga, isi teks anekdot. Nah, sekarang kita mulai dari yang pertama ya.
Pada struktur teks anekdot, setidaknya ada 5 hal yang bisa kita analisis:
3) Krisis: Puncak cerita. Biasanya berisi konflik/masalah yang terjadi kepada karakter.
Sekarang, coba, deh, kamu analisis. Kira-kira, ada di bagian mana cerita lima hal tersebut?
Nah, itu dia bagian struktur cerita anekdotnya. Paragraf pertama termasuk ke dalam abstrak karena dia merupakan pembuka.
Paragraf kedua termasuk ke dalam orientasi karena dia akan mengalirkan cerita ke bagian konflik/krisis.
Yak, krisis terjadi antara perdebatan warga dengan pejabat. Si pejabat dengan “sombong”-nya memamerkan status dirinya. Di
sisi lain, warga tidak tahu soal itu. Niat si warga memang tulus hanya menolong orang yang hanyut, tanpa memandang siapa
yang butuh bantuan.
Bagian reaksi adalah saat si pejabat memberikan respons terhadap krisis. Yaitu ketika ia akhirnya bilang, “Karena sudah
menolongku, kamu boleh minta apa saja”. Si pejabat memberikan penawaran atas rasa utang budi karena telah diselamatkan
oleh warga.
Sementara koda ada pada bagian akhir, saat warga justru memintanya agar tidak menyebarkan bahwa ia adalah orang yang
menyelematkan pejabat tersebut. Di bagian ini, tersirat sebuah amanat/kritik: bahwa kita harus menolong orang lain tanpa
pamrih. Tidak memandang status sosial dan ekonominya. Di bagian ini juga, kita “dikagetkan” oleh pernyataan warga yang
berkebalikan dari logika biasa. Biasanya, kan, kalau kita diberikan kesempatan untuk minta apapun, pasti kita akan mengajukan
permintaan yang maksimal. Entah itu berupa uang, atau mobil, atau hal-hal lain yang menguntungkan diri kita. Tapi,
berkebalikan dengan yang dilakukan warga ini. Ia malah minta supaya namanya tidak disebarkan. Alhasil, “tabrakan” ini
membuat kita tertawa sambil menjerit, “Anjrit, nih warga!”
Gimana, sekarang udah mulai paham bagaimana cara menganalisis struktur teks anekdot?
Lanjut ya. Kalau kita menganalisis berdasarkan unsur kesastraan yang ada, kita dapat melihat teks anekdot ke dalam 7 poin:
1) Tema
3) Latar
4) Alur.
5) Sudut pandang
6) Amanat.
Well, sebetulnya pisau sastra ini bisa kamu lakukan untuk menganalisis berbagai jenis cerita/teks. Nggak cuma terpatok untuk
teks anekdot aja. Kayaknya, untuk bagian ini lumayan terpancar jelas dari teks yang ada di atas ya. Mulai dari ceritanya yang
bertema “ketulusan” tokoh si pejabat dan warga, latar pinggir sungai dan rumah warga, hingga nilai-nilai yang bisa diambil.
Sekarang masuk ke bagian akhir. Bagaimana kita mengidentifikasi teks anekdot dari isinya. Kurang lebih hada 5 hal yang bisa
kita analisis:
Latihan Soal