Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu diciptakan dengan sistem indera yang diunakan

agar mampu berinteraksi dengan keadaan lingkungan sekitar, yang dapat

diperolehmelalui indera, yaitu mata, telinga, hidung, lidah dan kulit.

Informasi tersebut dihantarkan keotak untuk diolah dan diartikan sehingga

individu dapat melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Jadi

masing-masing alat indera memiliki kepakaan terhadap rangsangan dari luar

yang disebut reseptor.

Panca indera adalah organ tubuh yang bisa menerima segala

macam jenis rangsangan tertentu indera atau indria merupakan alat

penghubung atau kontak antara jiwa dalam kesadaran rohani diri denga

material lingkungan.

Alat indera kita meiliki bagian yang dapat menerima rangsangan

berupa ujung-ujung saraf sensorik atau sel-sel reseptor. Satu macam

reseptor hanya mampu menanggapi satu macam rangsangan., rangsangan

yang diterima oleh sel reseptor terlebih dahulu diubah menjadi implus saraf

dan kemudian dihantarkan ke pusat susunan saraf melalui serabut saraf

sensorik. Didalam pusat susunan saraf, implus saraf tersebut diolah dan
diartikan sehingga individu mengetahui apa yang terjadi disekitar kita.

Setelah itu, otak memerintahkan jenis tanggapanyang akan diberikan.

Tubuh manusia mempunyai indera yang bertugas sebagai

resepyot atau penerima rangsangan dari lingkungan sekitar. Manusia

mempunyai lima macam indera yaitu indera penglihatan (mata), indera

pendengaran (telinga), indera penciuman/pembau (hidung), indera

pengecap (lidah), dan indera peraba (kulit).

Latar belakang dilakukan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami anatomi serta fisiologi system indera pada manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan peraba.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari pecobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami anatomi

panca indera

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagian-

bagian beserta fungsi panca indera

3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tingkat

kepekaan panca indera terhadap bahan uji

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui anatomi dari panca indera

2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari panca indera

3. Untuk mengetahui tingkat kepekaan panca indera terhadap

bahan uji

D. Prinsip Percobaan

Berdasarkan praktikum panca indera kali ini dilakukan percobaan pada

manusia sebagai probandus untuk menentukan rasa pada indera pengecap,

menentukan aroma pada indera penciuman, dan untuk menentukan suhu dari

bahan air yang telah dipanaskan, didinginkan, dan dihangatkan pada indera

peraba.

E. Manfaat Percobaan

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi dari setiap

panca indera, kepekaan atau rangsangan dari luar dan memahami kelainan

pada system indera (panca indera).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Alat indera adalah pengecap stimulasi yang ada pada manusia.

Indera adalah awal dari persepsi, dan sekaligus menegaskan bahwa

indera adalah awal dari perilaku, karna perilaku dimulai dari persepsi

(Wiwien Dinar Pratisti, 2018).

Alat indera adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui

keadaan luar. Alat indera manusia yang sering disebut panca indera,

karena terdiri dari lima indera yaitu indera penglihatan (mata), indera

pendengar (telinga), indera pencium (hidung), indera pengecap (lidah),

dan indera peraba (kulit) (Lidia Widia, 2015).

Adapun organ – organ dari panca indra adalah sebagai berikut :

1) Indera Penglihatan (Mata)

Mata memungkinkan kita untuk melihat dan menerjemahkan apa

yang kita lihat, misalnya bentuk, warna, dan dimensi dari satu objek

dengan memproses sinar / bayangan yang mask ke dalam mata. Kita

dapat melihat pada cahaya terang atau remang – remang, tapi kita tak

dapat melihat pada adanya cahaya / sinar (Rursbandi Sarpini, 2017).

Mata adalah organon virus yang berfungsi menerima ransangan

cahaya dan menghantarkan ke otak (Wiwien Dinar Pratisti, 2018).


Reseptor dalam panca indera penglihatan / mata adalah reseptor

sinar (photoreceptor) (Riswandi Sarpini, 2017).

Bagian – bagian mata, bagian yang bertanggung jawab atas

penangkapan cahaya dan sangat peka terhadap cahaya disebut retina.

Retina mengandung sel – sel Tornus yang berfungsi untuk penglihatan

warna, dan sel bacillus yang berfungsi untuk penglihatan dalam gelap

(Wiwien Dinar Pratisti, 2018).

Mekanisem penglihatan (mata), berkas cahaya masuk kemata

melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa dan vitreous humor,

dimana pada masing – masing bagian tersebut berkas cahaya dibiaskan

(refraksi) sebelum akhirnya jatuh tepat diretina jumlah cahaya yang

masuk di mata akan diatur oleh iris dengan jalan membesarkan atau

mengerilkan pupil. Pada iris terdapat dua otot polos yang tersusun

sirkules dan radial yang mampu bergerak membesar atau mengecil

membentuk pupi (Aris Setiawan, 2009).

Gangguan penglihatan, mopia atau rabun jauh merupakan

kelainan refraksi mata dimana sinar – sinar sejajar garis pandang,

dibiaskan oleh mata akomodasi didepan retina. Hipermetropin atau

rabun dekat merupakan kelainan refraksi dimana sinar – sinar sejajar

garis pandang, dibiaskan oleh mata tampa akomodasi dibelakang

retina asigmatisme atau silindris, merupakan kelainan refraksi dimana

sinar – sinar sejajar garis pandang dibiaskan oleh mata tampa


akomodasi tidak pada satu titik, tetapi lebih dari satu titik sehingga

pasien tidak dapat melihat jelas gambar di suatu bidang datar diplopia

atau penglihatan ganda presbyopia merupakan gangguan penglihatan

yang terjadi karena kelakuan lensa buta warna dan warna lainnya (Aris

Setiawan, 2009).

2) Indera Pendengaran (Telinga)

Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan

viterasi udara tertentu dan menginterpretasikannya sebagai bunyi

telinga mengonversi energi gelombang tekanan menjadi implus saraf

dan korteks serebri mengonversi implus ini menjadi bunyi (John

Gloson, 2003).

Telinga manusia pada dasarnya merupakan alat indera yang

mempunyai fungsi menangkap getaran suara informatif dari

lingkungan dan mengetahui atau menentukan posisi kita dalam

lingkungan (Wiwien Dinar Pratisti, 2018).

Reseptor mekanik (Mecharorecepter) misalnya sentuhan tekanan

keseimbangan dan pendengaran (Rusbandi Sarpini, 2017).

Telinga manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga bagian luar

fungsinya dalam sebagai pengumpul suara dan daun telinga, karena

bentuknya melokalisir suara dan kemudian mengarahkan suara

langsung masyk kedalam rongga telinga. Ruang telinga tengah suatu

ruangan kecil yang dihuni oleh 3 rangkaian tulang kecil, yang salah satu
ujungnya melekat pada gendang telinga (MT). Tiga tulang ini yaitu :

Malleus bentuk seperti palu, incus, stapes, ke tiga tulang ini bersatu /

saling berhubungan membentuk seperti rantai , berfungsi

mengeraskan / meningkatkan transmisi suara yang dating dari telinga

luar ke ruang telinga dalam. Ruang telinga dalam ini mempunyai 2

fungsi , selain berfungsi sebagai pendengaran juga sebagai alat

keseimbangan (Rusbandi Sarpini, 2017).

Mekanisme pendengaran, gelombang suara dari luar di

kumpulkan oleh daun telinga (pinna) masuk kesaluran eksterna

pendengaran (meatus) dan kanalis auditorius eksterna yang

selanjutnya masuk ke membrane timpani. Adanya gelombang suara

masuk kedalam membrane timpani menyebabkan membrane bergetar

dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga mengakibatkan tulang –

tulang pendengaran seperti maleus, inkus dan stapes ikut bergerak

dan selanjutnya stapes menggerakkan feramwen ovale serta

menggerakkan cairan panlimf pada skala vestiblite. Getaran

selanjutnya melalui membrane reisner yang mendorong endolimf dan

membrane basiller kearah bawah dan selanjutnya bergerak perilimf

pada skala timpani. Pengerakan cairan dalam skala timpani

menimbulkan potensial aksi pada sel rambut yang selanjutnya diubah

implus listrik. Implus listrik selanjutnya dihantarkan ke nucleus


kaklearis, thalamus kemudian korteks pendengaran untuk

diasosiasikan (Aris Setiawan, 2009).

Gangguan pada pendengaran. Tuli adalah ketidakmampuan

telinga untuk mendengarkan bunyi atau suara. Cangek adalah telinga

yang tersembunyi ditengah perikonditis adalah suatu infeksi pada

tulang rawan (kartilago) telinga luar. Ekaim, merupakan suatu

peradangan kulit pada saluran telinga cidera. Pada telinga luar

(misalnya pukulan tumpul) bias menyebabkan memar diantara

kartilago dan perikondrium (Anakardian Kris Buana Devi, 2017).

3) Indera Penciuman (Hidung)

Saat manusia baru lahir indera penciumannya lebih kuat dari

manusia dewasa, karena dengan indera ini bayi dapat mengenali

ibunya. Indera penciuman manusia dapat mendeteksi 2000 – 4000 bau

yang berbeda. Indera pembau manusia berupa kemoreseptor yang

terdapat dipermukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lender bagian

atas (Anarkardian Kris Buana, 2017).

Fungsi dari hidung antara lain : pengatur udara pernapasan, sel

epitel hidung yang selalu basah (lembab) berperan penting untuk

mempertahankan keseimbangan suhu udara yang masuk kehidung

agar sama dengan suhu tubuh (Rusbandi Sarpini, 2017).

Bagian – bagian hidung. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi

untuk mengalirkan udara dari luar tenggerokan menuju paru – paru.


Mucous membrane berfungsi menghangatkan udara dan

melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir atau ingus) yang

berguna untuk menangkap debu, bakteri dan partikel kecil lainnya

yang dapat merusak paru – paru (Anakardin Kris Buana Devi, 2017).

Reseptor kimia (Chemoreceptor) misalnya pada indera penciuman

dan pengecap (Rusbandi Sarpini, 2017).

Mekanisme penciuman (hidung), indera penciuman mendeteksi

zat yang melepaskan molekul – molekul udara. Diatap rongga hidung

terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitive terhadap molekul

– milekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau (smeli

reseptor). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta.

Ketika partikel bau tertangkap oleh reseptor . Sinyal akan dikirim ke

the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim

sinyal ke otak dan kemudian diproses oleh otak (Anakardian Kris Buana

Devi, 2017).

Gangguang pada penciuman. Angiofibroma Juvenil, merupakan

tumor jinak pada hidung bagian belakang atau tenggerokan bagian

atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. Papiloma

Juvenil, merupakan tumor jinak pada kotak suara (laring). Rhinitis

Allergica, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga – rongga dalam

tulang yang berhubungan dengan rongga hidung. Salesma atau

Influenza, merupakan infeksi pada alat pernafasan yang disebabkan


oleh virus. Anomia, merupakan gangguan pada hidung berupa

kehilangan kamampuan untuk membau (Anakardian Kris Buana Devi,

2017).

4) Indera Pengecap (Lidah)

Pada hakekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua

kelompok otot – otot intristik lidah melakukan semua gerakan halus

sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian – bagian

sekitanya serta melakukan gerakan – gerakan kasar yang sangat

penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah mengadak – adak

makanan, menekannya pada langit – langit dan gigi dan akhirnya

mendorongnya masuk farin (Evely Pearce, 2008).

Fungsi lidah adalah sebagai alat pengecap diamana rangsangan

disalurkan melalui reseptor sensoris pada lidah yaitu taste bud yang

terdapat pada papilla linguae. Selain pada lidah, Taste bud juga dapat

di jumpai pada mukosa bykal, Phuiying dan epiglottis, fungsi lain dari

lidah adalah mampu membantu pengunyahan, proses menelan dan

berbicara (Fidya, 2017).

Reseptor kimia (ehemorecepter), misalnya pada indera

penciuman dan pengecap rasa pahit (Rusbandi Sarpini, 2017).


Bagian – bagian lidah yaitu bagian depan lidah, fungsinya untuk

mengecap rasa manis, bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap

rasa pahit (Anakardian Kris Buana Devi, 2017).

Gangguan pengecapan pada lidah, oral candidosis, penyebabnya

adalah jamu yang disebut candida albicans, arropi glossitis, helan akan

terlibat lian dan mengkilat baik seluruh bagian lidah maupun hanya

sebagian kecil. Geographic tonglie, gejalanya yaitu lidah seperti peta,

berpulau-pulau fissured tongue, gejalanya yaitu lidah akan terlihar

pecah-pecah. Glossopyrosis, kelainan ini berupa keluha pada lidah

dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak

ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan (Anakardian Buana Devi,

2017).

5) Indera Peraba

Indera perasaan umum sebagian besar terletak pada permukaan

tubuh (kulit), otot. Reseptor umumnya terletak luas dipermukaan

tubuh, dapat berupa ujung bebas saraf atau ujung organ khusus

(Rusbandi Sarpini, 2017).

Fungsi kulit, pelindung alat-alat dalam tubuh, tempat

menyimpang kelebihan lemak dan tempat pembuatan vitamin D

(Wiwien Dinar Pratisti, 2018).

Reseptor dalam indera peraba yaitu reseptor suhu misalnya rasa

panas dan dingin (Rusbandi Sarpini, 2017).


Bagian-bagian kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis

dan lapisan dalam atau lapisan dermis. Pada lapisan dermis tidak

terdapat pembuluh darah atau sel saraf. Epidermis tersusun atas

empat lapis sel yaitu : stratum germinativum berfungsi membentuk

lapisan disebelah atasnya, stratum granumlosium yang berfungsi

membentuk lapisan disebelah atasnya, stratum gramulosium yang

berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan

kering, stratum lusidum merupakan lapisan yang molesparan dan

stratum. Korenum merupakan lapisan yang paling luar, penyusun

utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari

serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Disebelah

dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai

bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kenus akan

mekanik (Anakardian Kris Buana Devi, 2017).

B. Uraian Bahan

1. Etanol (FI Edisi III, 1979 hal. 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol/Alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P.


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas. Mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung

dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari

nyala api.

kegunaan : Sebagai bahan uji

2. Eter (FI Edisi III, 1979 hal. 66)

Nama Resmi : AETHER ANAESTHETICUS

Nama lain : Eter anestesi/Etoksietana

RM/BM : C4H10O/74,12

Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, dapat campur

dengan etanol (95 %) P, dengan kloroform

P, dengan minyak lemak dan dengan

minyak atsiri.

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, bau

khas, rasa manis dan membakar. Sangat

mudah menguap, sangat mudah terbakar,

campuran uapnya dengan oksigen, udara

atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu


dapat meledak.

Penyimpanan : Dalam wadah kering tertutup rapat,

terlindung dari cahaya ditempat sejuk.

Kegunaan : Sebagai bahan uji

3. Kloroform (FI Edisi III, 1979 hal. 151)

Nama Resmi : CHLOROFORMUM

Nama lain : Kloroform

RM/BM : CHCL3/119,38

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,

mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam

sebagian besar pelarut organik, dalam

minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna,

bau khas, rasa manis dan membakar.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat

kaca, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai bahan uji

4. Metanol (FI Edisi III, 1979 hal. 706)

Nama Resmi : METHANOL

Nama lain : Metanol

RM/BM : CH3OH/32,04

Kelarutan : Dapat bercampur air, membentuk cairan


jernih tidak berwarna.

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai bahan uji

C. Klasifikasi Tanaman

1. Asam Jawa (T. Indica)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Upafamili : Caesalpinioideae

Bangsa : Deteriae

Genus : Tamarindus

Spesies : T. indica

Nama binomial : Tamarindus indica

(Wibowo. 2019)

2. Bawang Merah (Allium ascalonium L.)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonium L.

(Samadi. 2005)

3. Bawang Putih (Allium sativum)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Asaparagales

Famili : Alliaceae

Upafamili : Allioideae

Bangsa : Allieae

Genus : Allium

Spesies : A. sativum

Nama binomial : Allium sativum

(Wibowo. 2019)

4. Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Carolliforcea
Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L.

(Cahyono. 2003)

5. Jeruk Nipis (C. Aurantifolia)

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

spesies : C. aurantifolia

(Swadarma. 2013)

6. Mangga (Mangifera spp)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Anarcadiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera spp

(Pangkalan Ide. 2010)


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat Dan Bahan

1. Alat

Adapun alat-alat yang dugunakan pada percobaan ini

adalah sebagai berikut :

 Aluminium Foil

 Ball Filler

 Cawan Porselin
 Cutter

 Gelas Kimia

 Kaki Tiga

 Kawat Kasa

 Korek

 Masker

 Pipet ukur

 Thermometer Raksa

 Wadah (baskom)

2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan Ibi

adalah sebagai berikut :

 Asam Jawa

 Aquadest

 Bawang Merah

 Bawang Putih

 Cabe

 Es Batu

 Etanol

 Eter

 Garam
 Gula Merah

 Jeruk Nipis

 Kloroform

 Magga

 Methanol

 Tissue

B. Cara Kerja

1. Indera Pengecapan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditutup mata probandus dengan menggunakan penutup

mata

3. Diambil bahan-bahan untuk pengcepan seperti bahan

asam jawa, manga, jeruk, Lombok, gula merah, dan garam

4. Diletakkan bahan yang ingin dirasa pada probandus

5. Probandus akan merasakan bahwa bahan tersebut akan

mempunyai tingkat rasa yang tinggi, sedang, dan rendah

1. Indera penciuman

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditutup mata probandus dengan menggunakan penutup

mata, lalu
3. Diambil bahan-bahan untuk penciuman seperti bawang

merah, bawang putih, kloroform, methanol, etanol, eter,

kemudian

4. Digeser kekanan dan kekiri bahan yang ingin dibau

disekitar hidung probandus, setelah itu

5. Probandus akan mencium bahwa bahan tersebut

mempunyai tingkat bau yang tinggi, sedang, dan rendah

2. Indera peraba

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Disiapkan air hangat, air dingin, dan air es terlebih dahulu

setelah itu,

3. Diletakkan tangan kanan kedalam air panas selama

beberapa saat dan tangan kiri kedalam air dingin

4. Kemudian diangkat kudua tangan lalu dimasukkan kedalam

wadah air hangat lalu dicatat perasaan probandus

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini sebagai berikut:

1. Pengecapan
Tingkat Kepekaan
Probandus Bahan
Tinggi Sedang Rendah

Asam jawa √

Cabe √

Garam √
Yayuk nurul
Gula merah √

Jeruk nipis √

Mangga √

2. Penciuman

Tingkat Kepekaan
Probandus Bahan
Tinggi Sedang Rendah

Nurul Bawang merah √

gadisya Bawang putih √

Etanol √

Eter √

Kloroform √

Metanol √

3. Peraba

Probandus Perlakuan Perasaan Keterangan

Elsa Tangan kanan dimasukkan Keram Normal

ke air dingin
Tangan kiri dimasukkan ke Keram Normal

air panas

Kedua tangan dimasukkan Kebal/normal Normal

ke air hangat

B. Pembahasan

Alat indera adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui

keadaan luar. Alat indera manusia sering disebut panca indera. Karena

terdiri dari lima indera yaitu, indera penglihatan (mata), indera pengecap

(lidah), indera pendengar (telinga), indera penciuman (hidung), dan

indera peraba (kulit).

Panca indera adalah organ-organ yang dikhususkan untuk

menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya

merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indera

menuju otak, dimana perasaan itu ditafsirkan. Beberapa kesan rasa

timbul dari luas seperti, sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman,

dan suara.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, probandus diberikan

arahan untuk mendeteksi tingkat kepekaan indera pengecap, indera

penciuman dan indera peraba dengan memberikan beberapa bahan

percobaan.
Adapun hubungan percobaan ini dengan dunia farmasi yaitu,

karena dalam bidang farmasi juga diperlukan pengerahuan mengetahui

mengenai system indera yang berhubungan dengan pemeriaan obat dan

mekanisme kerja obat terhadap system indera tersebut.

Hasil percobaan dan tingkat kepekaan probandus terhadap

perlakuan dengan menggunakan bahan uji adalah sebagai berikut : indera

pengecap dimana probandusnya adalah yayuk nurul asmi memeiliki

tingkat kepekaan tinggi dalam membedakan bahan mangga, jeruk,

Lombok, gula merah, asam jawa, dan garam.

Indera penciuman dimana probandusnya adalah nhurul memeiliki

tingkat kepekaan rendah dalam membedakan bahan uji yakni, bawang

merah, bawang putih, kloroform, etanol, eter, dan methanol. Gangguan

kelainan probandus ini sehingga memiliki tingkat kepekaan penciuman

yang rendah adalah hyposmia yang merupakan sebuah gangguan

penciuman yang menyebabkan penurunan kemampuan hidung untuk

mendeteksi bau.

Indera peraba/sensibilities dimana probandusnya adalah tri sultan

yang merasakan nyeri pada saat tangan kanannya dimasukkan kedalam

air panas, dan merasakan keram pada saat tangan kembali normal

kembali pada saat kedua tangannya dimasukkan kedalam air hangat.


LAMPIRAN

1. Skema Kerja

1) Indera Pengecap (Lidah)

Disiapkan alat dan bahan

Ditutup mata probandus

Diambil bahan-bahan untuk pengecapan


Diletakan bahan di lidah probandus

Ditunggu, probandus akan merasakan bahan tersebut mempunyai rasa yang

tinggi, sedang atau rendah

2) Indera Penciuman (Hidung)

Disiapkan alat dan bahan

Ditutup mata probandus

Diambil bahan-bahan untuk penciuman

Digeser ke kanan dan kiri bahan disekitar hidung probandus

Ditunggu, probandus akan mencium bahan tersebut mempunyai rasa yang tinggi,

sedang atau rendah

3) Indera Peraba (Kulit)

Disiapkan alat dan bahan

Disiapkan air hangat, air dingin dan air panas

Diletakkan tangan kanan ke dalam air dingin dan tangan kiri ke dalam air panas
Diangkat, kemudian kedua tangan probandus diletakkan dalam air hangat dan

diamati apa yang terjadi pada tangan probandus


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa, yaitu:

1. Sistem indera atau panca indera yang fungsinya untuk mengetahui

keadaan luar. Panca indera ada lima yaitu indera penglihatan (mata),

indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera

pengecapan (lidah), dan indera peraba (kulit).

2. Fungsi dari indera penglihatan (mata) yaitu menerima rangsangan

cahaya, menfokuskan dan membentuk bayangan, indera

pendengaran (telinga), berfungsi sebagai penangkap dan menerima

gelombang bunyi. Indera penciuman (hidung) berfungsi untuk

mencium aroma, indera peraba (kulit) berfungsi untuk mengecap

rasa.

3. Kelainan pada mata yaitu, hepermetrapi, astiqwalisma, katarak,

kelainan pada telinga yaitu, tuli cengek, perikanditis, eksim, cidera,

tumor, dan kanker. Kelainan pada kulit yaitu, jerawat, panu, skabies,

eksim, dan biang keringat. Kelainan pada lidah yaitu, atropic, glesitis,

geographic forque. Kelainan pada hidung yaitu, rinites, amergira,

salesina, dan aresma.


B. Saran

Pada sistem panca indera ditemukan berbagai macam gangguan

dan kelainan, baik karane bawaan maupun karena faktor luar, seperti

virus atau kesalahan mengomsumsi makanan. Untuk itu, jagalah

kebersihan dan kesehatan agar selalu dapat beraktifitas dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang, 2003.” Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisis Usaha

Tani”. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Devi, A. K. B. 2017. “ Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan”. Yogyakarta :

pustaka baru Press.

Direktorat Jendral PDM, 1978.” Farmakope Indonesi Edisi III”. Jakarta :

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Jendral PDM, 1995.” Farmakope Indonesi Edisi IV”. Jakarta :

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fidya, 2018.” Anatomi Gigi dan Mulut”. Malang: UB Press.

Gibson, John. 2003. “Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi”. Jakarta

: Binarupa Aksara.

Hambali, Erliza, dkk. 2008. “Teknologi Bioenergi”. Jakarta Selatan: PT Agro Media

Pustaka.

Pangkalan ide. 2010. “Healath Secret OF Mango”. Jakarta: Pt GRamedia.

Pearce, Evelyn C. 2009. “Anatomi dan Fisiologi untuk Pramedis”. Jakarta :PT

Gramedia.

Pratisti, Wiwien Dinar dan Susatyo Yuwono. 2018. “Psikologi Eksperimen”. Jawa

Tengan: Muhammadiyah University Press.


Rahayu, Estu dan Berlian V.A. 2004. “Bawang Merah”. Jakarta: PT Penebar

Swadaya.

Rukmana, Rahmat H. 2003. “Jeruk Nipis Prospek Agribisnis, Budi Daya dan

Pascapanen”. Yogyakarta: Kanisius.

Sarpini, Rusabandi. 2017. “Anatomi dan fisiologi Tubuh Manusia untuk

Paramedis”. Bogor: In Media.

Setiawan , Aris. dkk . 2019. “Fisiologi Tubuh Manusia”. Jakarta : Trens Info Media.

Wibowo, Daniel S. 2005. “Anatomi Tubuh Manusia”. Jakarta: Grasindo.

Widia, Lydia. 2015. “Anatomi Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia”.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai