Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arif Hidayat

EKONOMI SYARIAH 9

Percepatan Digitalisasi Perbankan Di Masa Pendemi

COVID-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian,
khususnya di Indonesia. Dampak tersebut dapat terlihat hampir di semua industri, termasuk industri
perbankan, sehingga hal ini pun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi perekonomian
nasional. Berbagai stimulus hadir sebagai dampak dari pandemi COVID-19, salah satunya adalah
beragam regulasi yang ditetapkan guna memperlambat penyebaran virus korona di Indonesia. Namun,
hal baik tersebut membentuk persepsi dan pola perilaku yang baru di masyarakat yang mana tidak
semua organisasi dan/atau industri menyiapkan infrastruktur yang efektif terhadap pola perilaku ini.

Tentunya perekonomian nasional semakin fluktuatif; seperti penerapan pembatasan sosial yang
menimbulkan atau justru meningkatkan risiko-risiko yang sebelumnya belum teridentifikasi. Misalnya
dalam industri perbankan, semakin banyak nasabah yang menggunakan layanan bank secara online.
Berbagai organisasi pun berbondong-bondong melakukan transformasi digital yang imbasnya adalah
peningkatan kemungkinan keterjadian risiko siber (cyber risk), khususnya dalam hal keamanan data
pribadi pemangku kepentingan.

Dalam aktivitas perbankan, risiko merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam rangka
meningkatkan dan mempertahankan performa bank.

Adanya pandemi COVID-19 menjadi sebuah ketidakpastian yang dapat mengancam kemampuan dan
kapasitas sebuah bank dalam mencapai sasarannya. Menurut Global Web Index, terdapat lebih dari 76
persen pengguna internet berusia 16- 64 tahun menghabiskan waktunya menggunakan smartphone di
masa pandemi. Hal ini memperkuat argumen bahwa terdapat perubahan pola kegiatan masyarakat yang
beralih ke media online. Apabila sektor perbankan tidak dapat menyesuaikan kondisi tersebut,
fenomena perbankan tanpa bank atau “banking without the banks” akan semakin berkembang. Istilah
ini pun menjadi ramai sejak kegiatan transaksi yang lazimnya di industri perbankan digantikan dengan
platform yang berbasis teknologi (fintech). Dapat diasumsikan bahwa organisasi yang siap menghadapi
perubahan zaman ini, seperti Fintech, akan lebih diuntungkan dengan adanya pandemi COVID-19 ini.
Di sisi lain, transformasi digital dalam perbankan atau open banking dapat menjadi solusi utama bank
dalam menghindari bank run. Konteks penerapan digitalisasi bank bukan hal baru bagi sektor
perbankan. Pada tahun 2019, Bank Indonesia memperkenalkan istilah Blueprint Sistem Pembayaran
Indonesia 2025 (BSPI) yaitu panduan dari arah kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran
pada era digital dalam rangka mendukung pembentukan ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang
kondusif. Tren digitalisasi bank sudah menjadi sasaran industri perbankan, bahkan sebelum adanya
COVID-19.

Bagi industri perbankan, COVID-19 justru menjadi katalisator yang mempercepat kematangan
penerapan digitalisasi bank. Apabila dirancang dengan benar tentunya akan meningkatkan output
perekonomian. Dengan prinsip dan kerangka kerja manajemen risiko yang terintegrasi dengan proses
bisnis, sebuah bank pun tentunya akan menciptakan dan melindungi nilai baik kepada pihak eksternal
(nasabah), dan juga pihak internal. Setiap keputusan akan menimbulkan konsekuensi baru; begitu pula
dengan mengimplementasi strategi baru terhadap sasaran yang disesuaikan dengan kondisi “new
normal”, diperlukan bagi organisasi untuk meninjau kembali efektivitas kendali yang ada, dan juga
proses manajemen risiko yang telah terimplementasi.

Transformasi digital haruslah diikuti dengan adanya transformasi proses bisnis dan melakukan perbaikan
berkesinambungan terhadap proses manajemen risiko agar tetap relevan dengan konteks eksternal
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai