Sang pemimpin harus memahami sejumlah teori dalam kepemimpinan untuk diterapkan pada
organisasi secara efektif, diantaranya :
Teori Sifat
Dalam teori ini, para ahli sependapat bahwa seorang pemimpin memiliki mental, fisik, hingga
kepribadian khusus yang tidak dimiliki oleh orang biasa sehingga Teori Sifat (Trait Theory) ini
mengabaikan faktor genetik karena keyakinan bahwa pemimpin itu muncul dari hasil latihan keras.
Teori ini diperkuat oleh filsuf Max Weber yang memaparkan bahwa kharisma merupakan hal penting
dalam kepemimpinan karena itu adalah kekuatan revolusioner manusia untuk mengajak orang lain
mengabdi dan mengikuti arahannya.
1.Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.
2.Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.
3.Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.
Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.
1. Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang
yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam
peran kepemimpinan.
Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan
nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.
Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik dan sosial guna
mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik dan kombinasi
karakteristik yang umum di antara para pemimpin.
2. Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa tidak ada
cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering
disebut dengan teori kepemimpinan situasional.
3. Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The Great
Man Theory.
Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori
kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau
karakter bawaan dari orang tersebut.
Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui
ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang
efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan
yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.
Teori Sifat
Dalam teori ini, para ahli sependapat bahwa seorang pemimpin memiliki mental, fisik, hingga
kepribadian khusus yang tidak dimiliki oleh orang biasa sehingga Teori Sifat (Trait Theory) ini
mengabaikan faktor genetik karena keyakinan bahwa pemimpin itu muncul dari hasil latihan keras.
Teori ini diperkuat oleh filsuf Max Weber yang memaparkan bahwa kharisma merupakan hal penting
dalam kepemimpinan karena itu adalah kekuatan revolusioner manusia untuk mengajak orang lain
mengabdi dan mengikuti arahannya.
Teori Sifat
Dalam teori ini, para ahli sependapat bahwa seorang pemimpin memiliki mental, fisik, hingga
kepribadian khusus yang tidak dimiliki oleh orang biasa sehingga Teori Sifat (Trait Theory) ini
mengabaikan faktor genetik karena keyakinan bahwa pemimpin itu muncul dari hasil latihan keras.
Teori ini diperkuat oleh filsuf Max Weber yang memaparkan bahwa kharisma merupakan hal penting
dalam kepemimpinan karena itu adalah kekuatan revolusioner manusia untuk mengajak orang lain
mengabdi dan mengikuti arahannya.
Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.
Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan. Dalam hal ini
seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin yang
cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau mendengarkan,
mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.
Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.
Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.
2. Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa
orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka
unggul dalam peran kepemimpinan.
Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab,
disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.
3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa tidak
ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya
kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.
Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin
dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja
kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin
tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah
pula.
Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori kepemimpinan
situasional.
3. Teori Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan kehidupan
modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional mencakup dua elemen
yang sangat penting. Kedua elemen yang dimaksud adalah relasional dan hal-hal yang
berurusan dengan perubahan riil. Teori kepemimpinan ini terjadi ketika satu orang atau
sekelompok orang berhubungan dengan orang banyak dengan upaya untuk mengangkat
posisi atau pencapaian para pemimpin dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara
pemimpin dan pengikut saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat
motivasi dan moralitas (semangat) yang lebih tinggi.
1. Teori sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan
sifatnya, ciri khas yang dimiliki, dan perangainya. Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses
dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak
lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan perangainya.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat
menjalankan kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai
tujuan.
3. Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh
ciri kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.
Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.
Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.
Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.
Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.
Itulah ketiga teori kepemimpinan menurut para ahli yang mesti diketahui. Kepemimpinan memang
tidak cukup hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, melainkan mencakup semua kegiatan mulai
dari penyiapan secara berencana hingga dapat melatih calon pimpinan yang baru untuk masa yang
akan datang guda kaderisasi yang lebih baik.
1. Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
3. Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu. Faktor-faktor
situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman dari luar
kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan masih banyak
lagi.