Anda di halaman 1dari 9

1.

Teori Transformasional (Transformational Theory)


Teori kepemimpinan ini didasari adanya hubungan yang positif antara atasan dan bawahan
sehingga terbentuklah kepemimpinan yang efektif. Pemimpin transformasional akan
memotivasi dan menginspirasi bawahan untuk mencapai hasil yang lebih besar dari yang
direncanakan. Tentunya hal ini, demi kesuksesan perusahaan yang dipimpin.

2. Teori Situasional (Situational Theory)


Teori kepemimpinan situasional tidak berhubungan dengan karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh seorang pemimpin. Tidak pula, mengklaim bahwa gaya tertentu adalah yang terbaik.
Sebaliknya, teori ini meyakini bahwa pemimpin yang hebat adalah yang mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang sedang dihadapi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memerintah, memberi instruksi, mendelegasi, atau tindakan lainnya
yang dianggap perlu. Teori kepemimpinan situasional sangat mengedepankan fleksibilitas.

3. Teori Transaksional atau Teori Manajemen (Transactional Theory of Management Theory)


Teori transaksional dikenal dengan teori manajemen. Prinsip yang digunakan dalam teori
transaksional adalah kesepakatan antara pemimpin dan bawahan tentang apa yang
seharusnya dilakukan untuk mendapatkan penghargaan, dan apa yang tidak seharusnya
dilakukan untuk menghindari hukuman.
Teori ini juga mempunyai nilai-nilai yang hanya berlaku dengan proses pertukaran dan
keuntungan timbal balik, sehingga pemimpin transaksional akan memberikan kebutuhan atau
keinginan karyawan dengan ketentuan hasil pekerjaan yang diberikan dapat memuaskan
semua pihak.
2. 1. Teori Orang Hebat (Teori Orang Hebat). 
3. pemimpin yang hebat adalah mereka yang memang dilahirkan sebagai
pemimpin hebat, bukan mereka yang dibentuk menjadi pemimpin hebat.
Pernyataan ini menggunakan “Teori Orang Hebat atau Great-Man
Theory”, yang mana usaha orang-orang di zaman dahulu kala dalam
pencarian sifat-sifat umum terhadap kepemimpinan membawa mereka
pada kesimpulan bahwa pemimpin yang hebat adalah orang-orang
hebat yang dilahirkan ke dunia, bukan orang-orang hebat yang dibentuk
menjadi pemimpin hebat.
4.  
5. Akan tetapi, teori kepemimpinan ini sempat terbantahkan setelah manusia melihat peristiwa
kehebatan Adolf Hitler. Hitler bukanlah seorang pemimpin yang sudah kentara jiwa
kepemimpinannya dia kecil. Hitler harus memiliki banyak cobaan dalam hidupnya,
perlawanan, pengasingan dan semacamnya. Sampai akhirnya dia bisa menjadi seorang
pemimpin besar bagi rakyat Jerman, itu semua hasil pembentukan  karakter
kepemimpinannya , bukan anugrah langsung dari Tuhan.
6.  
7. 2. Teori Sifat (Trait Theory). 
8. Pada Teori Sifat atau Teori Sifat ini, para ahli mengemukakan bahwa setiap pemimpin
memiliki mental, fisik dan kepribadian tertentu yang sangat berbeda dengan mereka yang
bukan pemimpin. Tidak seperti teori kepemimpinan yang sebelumnya, yaitu Teori Orang
Hebat, yang mana banyak ahli berpendapat seorang pemimpin adalah mereka yang terlahir
dengan genetik kepemimpinan di dalam dirinya masing-masing, sehingga semua karakteristik
kepemimpinan sudah melekat sejak lahir. Nah, teori sifat atau teori sifat ini mengabaikan
faktor genetik kepemimpinan tersebut. Tidak hanya itu, teori sifat ini juga tidak begitu yakin
bahwa seorang pemimpin dapat dibentuk atau diubah. 
9.  
10. Lantas, bagaimana dengan pandangan umum terhadap pemimpin yang dikatakan oleh teori
sifat ini? Seorang ahli bernama Jenkins mengidentifikasikan sifat-sifat kepemimpinan dari
teori ini. Beberapa sifat yang secara garis keturunan menurun kepada orang tersebut seperti,
kecerdasan, badan tinggi, ketampanan dan kecantikan (daya tarik), kepribadian dan juga
karisma. Bahkan, seorang filsuf terkenal bernama Max Weber mengatakan bahwa karisma
adalah suatu kekuatan evolusioner terbesar yang mampu mengajak orang lain untuk
melakukan pengabdian dan mengikuti arah pemimpin berkarismatik tersebut. 
11.  
12. 3. Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories).  
13. Teori  Kepemimpinan Situonal  ini merekomendasikan kepada kita bahwa tidak ada gaya
kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini. Dalam hal ini,  gaya kepemimpinan
yang perlu kita terapkan tergantung dengan suatu keadaan tertentu. Lantas, situasi seperti
apa yang dimaksud dalam teori ini? Teori Kepemimpinan situasional menyampaikan kepada
kita bahwa gaya kepemimpinan yang tepat itu bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti,
kualitas dan situasi para pengikut kita (anggota tim).
14.  
15. Teori kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 yang mengungkapkan
bahwa tidak ada cara yang paling tepat untuk memimpin, yang ada hanyalah para pemimpin
yang harus mampu beradaptasi dengan segala situasi dan mengubah gaya kepemimpinan
berdasarkan situasi yang dihadapinya. 
16.  
17. Jadi, setiap gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, karena semuanya
tergantung dari tingkat kesiapan para pengikut atau anggota yang terluka.

1. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory).


Mungkin sebelumnya rekan-rekan pembaca mendengar pernyataan bahwa seorang
pemimpin yang hebat adalah mereka yang memang terlahir sebagai pemimpin hebat, bukan
mereka yang dibentuk menjadi pemimpin hebat. Pernyataan ini menggunakan “Teori Orang
Hebat atau Great-Man Theory”, yang mana usaha orang-orang di zaman dahulu kala dalam
pencarian sifat-sifat umum terhadap kepemimpinan membawa mereka kepada kesimpulan
bahwa pemimpin yang hebat adalah orang-orang hebat yang dilahirkan ke dunia, bukan
orang-orang hebat yang dibentuk menjadi pemimpin hebat.
2. Teori Sifat (Trait Theory).
Pada Teori Sifat atau Trait Theory ini, para ahli mengemukakan bahwa setiap pemimpin
memiliki mental, fisik dan kepribadian tertentu yang sangat berbeda dengan mereka yang
bukan pemimpin. Tidak seperti teori kepemimpinan yang sebelumnya, yaitu Teori Great-Man,
yang mana banyak para ahli berpendapat seorang pemimpin adalah mereka yang terlahir
dengan genetik kepemimpinan di dalam dirinya masing-masing, sehingga semua karakteristik
kepemimpinan sudah melekat semenjak lahir. Nah, teori sifat atau trait theory ini
mengabaikan faktor genetik kepemimpinan tersebut. Tidak hanya itu, teori sifat ini juga tidak
begitu yakin bahwa seorang pemimpin dapat dibentuk atau dilatih.
3. Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories).
Teori Kepemimpinan Situasional ini merekomendasikan kepada kita bahwa tidak ada gaya
kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan
yang perlu kita terapkan tergantung dengan suatu keadaan tertentu. Lantas, situasi seperti
apa yang dimaksud dalam teori ini? Teori Kepemimpinan Situasional menyampaikan kepada
kita bahwa gaya kepemimpinan yang tepat itu bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti,
kualitas dan situasi para pengikut kita (anggota tim).

Teori Dasar Kepemimpinan

Sang pemimpin harus memahami sejumlah teori dalam kepemimpinan untuk diterapkan pada
organisasi secara efektif, diantaranya :

Teori Orang Hebat


Dalam teori ini, para pemimpin hebat bukan mereka yang dibentuk untuk melaksanakan tanggung
jawab, tetapi mereka yang memang sudah dilahirkan untuk hal tersebut. Ini diperkuat oleh pendapat
Thomas Carlyle pada tahun 1847, di mana pemimpin terbaik merupakan orang yang memang sudah
diberkahi potensi luar biasa, seperti kecerdasan, bersikap heroik, hingga mental yang begitu kuat
melebihi Tuhan. Meski begitu, dalam menjalankan perusahaan, kita tidak bisa merasa hebat sendirian
dan tetap butuh tim kerja yang solid, sehingga setiap rencana bisa diwujudkan dengan efektif dan
efisien.

Teori Gaya dan Perilaku


Lewat Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory), terlihat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin tergantung pada sikap, perilaku, dan, karakteristik dirinya. Jika seorang pemimpin mampu
memenuhi fungsinya, tentu dia berhasil menerapkan kepemimpinan dalam organisasi. Contoh
termudah adalah saat pemimpin perusahaan memotivasi para karyawannya. Pemimpin juga berperan
sebagai coach.

Teori Sifat
Dalam teori ini, para ahli sependapat bahwa seorang pemimpin memiliki mental, fisik, hingga
kepribadian khusus yang tidak dimiliki oleh orang biasa sehingga Teori Sifat (Trait Theory) ini
mengabaikan faktor genetik karena keyakinan bahwa pemimpin itu muncul dari hasil latihan keras.
Teori ini diperkuat oleh filsuf Max Weber yang memaparkan bahwa kharisma merupakan hal penting
dalam kepemimpinan karena itu adalah kekuatan revolusioner manusia untuk mengajak orang lain
mengabdi dan mengikuti arahannya.

Tiga teori kepemimpinan dalam organisasi bisnis;!

1.Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.

2.Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.

3.Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.
Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.

3 Teori kepemimpinan dalam organisasi bisnis


1. Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.
3. Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri. Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi
organisasional dan situasi kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor
ruang dan waktu.
Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.

1. Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang
yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam
peran kepemimpinan.

Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan
nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.

Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik dan sosial guna
mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik dan kombinasi
karakteristik yang umum di antara para pemimpin.

2. Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa tidak ada
cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering
disebut dengan teori kepemimpinan situasional.

3. Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The Great
Man Theory.

Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori
kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat atau
karakter bawaan dari orang tersebut.

Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui
ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang
efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh individu yaitu keterampilan
yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.

Teori Orang Hebat


Dalam teori ini, para pemimpin hebat bukan mereka yang dibentuk untuk melaksanakan tanggung
jawab, tetapi mereka yang memang sudah dilahirkan untuk hal tersebut. Ini diperkuat oleh pendapat
Thomas Carlyle pada tahun 1847, di mana pemimpin terbaik merupakan orang yang memang sudah
diberkahi potensi luar biasa, seperti kecerdasan, bersikap heroik, hingga mental yang begitu kuat
melebihi Tuhan. Meski begitu, dalam menjalankan perusahaan, kita tidak bisa merasa hebat sendirian
dan tetap butuh tim kerja yang solid, sehingga setiap rencana bisa diwujudkan dengan efektif dan
efisien.

Teori Gaya dan Perilaku


Lewat Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory), terlihat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin tergantung pada sikap, perilaku, dan, karakteristik dirinya. Jika seorang pemimpin mampu
memenuhi fungsinya, tentu dia berhasil menerapkan kepemimpinan dalam organisasi. Contoh
termudah adalah saat pemimpin perusahaan memotivasi para karyawannya. Pemimpin juga berperan
sebagai coach.

Teori Sifat
Dalam teori ini, para ahli sependapat bahwa seorang pemimpin memiliki mental, fisik, hingga
kepribadian khusus yang tidak dimiliki oleh orang biasa sehingga Teori Sifat (Trait Theory) ini
mengabaikan faktor genetik karena keyakinan bahwa pemimpin itu muncul dari hasil latihan keras.
Teori ini diperkuat oleh filsuf Max Weber yang memaparkan bahwa kharisma merupakan hal penting
dalam kepemimpinan karena itu adalah kekuatan revolusioner manusia untuk mengajak orang lain
mengabdi dan mengikuti arahannya.

Teori Orang Hebat


Dalam teori ini, para pemimpin hebat bukan mereka yang dibentuk untuk melaksanakan tanggung
jawab, tetapi mereka yang memang sudah dilahirkan untuk hal tersebut. Ini diperkuat oleh pendapat
Thomas Carlyle pada tahun 1847, di mana pemimpin terbaik merupakan orang yang memang sudah
diberkahi potensi luar biasa, seperti kecerdasan, bersikap heroik, hingga mental yang begitu kuat
melebihi Tuhan. Meski begitu, dalam menjalankan perusahaan, kita tidak bisa merasa hebat sendirian
dan tetap butuh tim kerja yang solid, sehingga setiap rencana bisa diwujudkan dengan efektif dan
efisien.

Teori Gaya dan Perilaku


Lewat Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory), terlihat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin tergantung pada sikap, perilaku, dan, karakteristik dirinya. Jika seorang pemimpin mampu
memenuhi fungsinya, tentu dia berhasil menerapkan kepemimpinan dalam organisasi. Contoh
termudah adalah saat pemimpin perusahaan memotivasi para karyawannya. Pemimpin juga berperan
sebagai coach.

Teori Sifat
Dalam teori ini, para ahli sependapat bahwa seorang pemimpin memiliki mental, fisik, hingga
kepribadian khusus yang tidak dimiliki oleh orang biasa sehingga Teori Sifat (Trait Theory) ini
mengabaikan faktor genetik karena keyakinan bahwa pemimpin itu muncul dari hasil latihan keras.
Teori ini diperkuat oleh filsuf Max Weber yang memaparkan bahwa kharisma merupakan hal penting
dalam kepemimpinan karena itu adalah kekuatan revolusioner manusia untuk mengajak orang lain
mengabdi dan mengikuti arahannya.

1. Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories).


Teori Kepemimpinan Situasional ini merekomendasikan kepada kita bahwa tidak ada gaya
kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan
yang perlu kita terapkan tergantung dengan suatu keadaan tertentu. Teori Kepemimpinan
Situasional menyampaikan kepada kita bahwa gaya kepemimpinan yang tepat itu bergantung
pada faktor-faktor tertentu seperti, kualitas dan situasi para pengikut kita (anggota tim).
Teori kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 yang mengungkapkan
bahwa tidak ada cara yang paling tepat untuk memimpin, yang ada hanyalah para pemimpin
harus mampu beradaptasi dengan segala situasi dan mengubah gaya kepemimpinan
berdasarkan situasi yang dirinya hadapi.
Jadi, setiap gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, karena semuanya
tergantung dari tingkat kesiapan para pengikut atau anggota timnya.

2. Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory).


Dalam teori gaya dan perilaku ini, kita bisa melihat bahwa kesuksesan dan keberhasilan yang
diraih oleh seorang pemimpin semuanya tergantung dengan perilaku, sikap, dan karakteristik
yang dirinya miliki. Dengan kata lain, keberhasilan kepemimpinan tergantung pada sikap dan
perilaku pemimpin dalam memenuhi fungsi-fungsi kepemimpinannya.
Sebagai contoh, kita perlu melihat bagaimana cara seorang pemimpin mengambil keputusan
dengan tepat, bagaimana cara seorang pemimpin memotivasi karyawannya, bagaimana cara
pemimpin tersebut memberikan perintah atau instruksi, berkomunikasi dengan sesama
pemimpin maupun dengan seluruh anggota timnya.
3. Teori Transformasional (Transformational Theory).
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan kehidupan
modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional mencakup dua elemen
yang sangat penting. Kedua elemen yang dimaksud adalah relasional dan hal-hal yang
berurusan dengan perubahan riil. Teori kepemimpinan ini terjadi ketika satu orang atau
sekelompok orang berhubungan dengan orang banyak dengan upaya untuk mengangkat
posisi atau pencapaian para pemimpin dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara
pemimpin dan pengikut saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat
motivasi dan moralitas (semangat) yang lebih tinggi.

Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.

Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan. Dalam hal ini
seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin yang
cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau mendengarkan,
mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.
Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.

Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.
Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.

1. Great Man Theory


Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat
kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang tersebut
dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19.

2. Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa
orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka
unggul dalam peran kepemimpinan.

Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab,
disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.
3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata Contingency Theory menganggap, bahwa tidak
ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya
kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.

Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin
dengan sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja
kepemimpinannya berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin
tersebut dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah
pula.

Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori kepemimpinan
situasional.

1. Teori orang hebat


seorang pemimpin yang hebat adalah mereka yang memang terlahir sebagai pemimpin
hebat, bukan mereka yang dibentuk menjadi pemimpin hebat. Pernyataan ini menggunakan
“Teori Orang Hebat atau Great-Man Theory”, yang mana usaha orang-orang di zaman dahulu
kala dalam pencarian sifat-sifat umum terhadap kepemimpinan membawa mereka kepada
kesimpulan bahwa pemimpin yang hebat adalah orang-orang hebat yang dilahirkan ke dunia,
bukan orang-orang hebat yang dibentuk menjadi pemimpin hebat.

2. Teori gaya dan perilaku


melihat bahwa kesuksesan dan keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin semuanya
tergantung dengan perilaku, sikap, dan karakteristik yang dirinya miliki. Dengan kata lain,
keberhasilan kepemimpinan tergantung pada sikap dan perilaku pemimpin dalam memenuhi
fungsi-fungsi kepemimpinannya.

3. Teori Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan kehidupan
modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional mencakup dua elemen
yang sangat penting. Kedua elemen yang dimaksud adalah relasional dan hal-hal yang
berurusan dengan perubahan riil. Teori kepemimpinan ini terjadi ketika satu orang atau
sekelompok orang berhubungan dengan orang banyak dengan upaya untuk mengangkat
posisi atau pencapaian para pemimpin dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara
pemimpin dan pengikut saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat
motivasi dan moralitas (semangat) yang lebih tinggi.

1. Teori sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan
sifatnya, ciri khas yang dimiliki, dan perangainya. Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses
dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak
lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan perangainya.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat
menjalankan kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai
tujuan.
3. Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh
ciri kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.

Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.

Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.

Teori Perilaku

Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.

Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.

Namun, ada pula seorang pemimpin yang berorientasi pada bawahan atau produksi. Pemimpin yang
berorietasi pada bawahan ditandai dengan adanya penekanan atas hubungan atasan dan bawahan,
sementara pimpinan yang berorientasi pada produksi cenderung ditandai dengan penekanan pada
segi teknis pekerjaan.

Teori Situasional

Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.

Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu.

Faktor-faktor situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman
dari luar kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan
masih banyak lagi.

Itulah ketiga teori kepemimpinan menurut para ahli yang mesti diketahui. Kepemimpinan memang
tidak cukup hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, melainkan mencakup semua kegiatan mulai
dari penyiapan secara berencana hingga dapat melatih calon pimpinan yang baru untuk masa yang
akan datang guda kaderisasi yang lebih baik.

1. Teori Sifat
Teori sifat berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya,
ciri khas yang dimiliki, dan perangainya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses dibutuhkan kemampuan pribadi seorang pemimpin.
Kemampuan pribadi yang dimaksud tidak lain berupa kualitas dengan berbagai sifar, ciri, dan
perangainya.

2. Teori Perilaku
Teori perilaku berdasar atas kepemimpinan yang merupakan perilaku individu saat menjalankan
kegiatan mengarahkan atau membimbing kelompok tertentu guna mencapai tujuan.
Dalam hal ini seorang pemimpin memiliki beberapa deskripsi perilaku. Mulai dari seorang pemimpin
yang cenderung mengutamakan bawahan, bersikap ramah, mendukung, membela, mau
mendengarkan, mau berkonsultasi, dan memikirkan kesejahteraan kelompoknya.

3. Teori Situasional
Menurut teori situasional, sukses tidaknya kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh ciri
kepemimpinannya itu sendiri.
Misalnya dengan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi organisasional dan situasi
kepemimpinan yang dihadapi tentu dengan mempertimbangkan faktor ruang dan waktu. Faktor-faktor
situasional yang berpengaruh pada gaya kepemimpinan bisa berupa adanya ancaman dari luar
kelompok, tingkat stress, kompleksitas tugas, norma yang dianut dalam kelompok, dan masih banyak
lagi.

Anda mungkin juga menyukai