Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN GANGGUAN FASE SEKSUAL DENGAN

PENGGUNAAN KB HORMONAL PADA AKSEPTOR KB


(Studi di Polindes Desa Poter Tanah Merah Madura )

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Dalam Rangka Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan


Menjadi Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh :
NININ RATNA SARI
NIM. 20153020038

Oleh :
MAULID KURNIA NINGSIH
NIM. 20153020030

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2021

1
HUBUNGAN GANGGUAN FASE SEKSUAL DENGAN
PENGGUNAAN KB HORMONAL PADA AKSEPTOR KB
(Studi di Polindes Desa Poter Tanah Merah Madura)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :
MAULID KURNIA NINGSIH
NIM. 20153020030

Telah Disetujui Pada Tanggal


September 2021

Pembimbing

Dian Eka Januriwasi, S.SiT., M.Kes


NIDN. 0711018701

2
HUBUNGAN GANGGUAN FASE SEKSUAL DENGAN PENGGUNAAN KB
HORMONAL PADA AKSEPTOR KB1
(Studi di Polindes Desa Poter Tanah Merah Madura)

3
Maulid Kurnia Ningsih 2, Dian Eka Januriwasi, S.SiT., M.Kes

ABSTRAK

Penggunaan alat kontrasepsi adalah salah satu upaya dalam mencegah


kehamilan. Salah satu masalah yang timbul akibat penggunaan alat kontrasepsi yaitu
masalah seksual. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Polindes Desa
Poter, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan didapatkan dari 5 orang
akseptor KB suntik DMPA, terdapat 2 orang (40%) gangguan fase arousal,
sedangkan dari 5 orang (60%) KB suntik kombinasi, juga didapatkan 3 orang
gangguan seksual arousal. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan
gangguan fase seksual dengan penggunaan KB Hormonal pada akseptor KB di
Polindes Desa Poter Kecamatan Tanah Merah.
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan analitik.
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (Independent): Penggunaan KB
Hormonal dan Variabel terikat (Dependent): Gangguan fase seksual pada akseptor
KB. Cara pengumpulan sampel dengan teknik proporsional sampling dan
pengambilan data menggunakan kuisioner, data diambil pada 64 akseptor KB
Hormonal suntik DMPA 27 orang, suntik kombinasi 24 orang, Mini Pil 6 orang dan
Pil Kombinasi 7 orang di Polindes Desa Poter Tanah Merah Madura dan hasilnya
dianalisis secara deskriptif dan uji hipotesis menggunakan Rank Spearmen.
Analisis Rank Spearmen menunjukkan bahwa adalah terdapat hubungan
gangguan fase seksual dengan penggunaan KB Hormonal pada akseptor KB di
Polindes Desa Poter Kecamatan Tanah Merah (p value = 0,015).
Hasil Penelitian ini diharapkan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
mengenai gangguan fase seksual pada akseptor KB hormonal.
Kata Kunci : Gangguan Fase Seksual, KB Hormonal, Akseptor KB.
Kepustakaan : Buku 9 (2009-2017), Penelitian 14, Pedoman Pelayanan KB 1.
Halaman : xiv, 128 Halaman, 11 Tabel, 7 Lampiran

1.Judul Skripsi
2.Mahasiswa DIV Kebidanan Ngudia Husada Madura
3.Dosen STIKes Ngudia Husada Madura

3
THE RELATIONSHIP OF SEXUAL PHASE DISORDERS WITH THE USE OF
KB HORMONAL IN KB ACCEPTORS1
(Study in Polindes Poter Village Tanah Merah Madura)

Maulid Kurnia Ningsih 2, Dian Eka Januriwasi, S.SiT., M.Kes 3

ABSTRACT

The use of contraceptives is one of the efforts in preventing pregnancy. One of


the problems that arise due to the use of contraceptives is sexual problems. This can
certainly have a hormonal impact on the quality of life of emotional health for a
woman. Based on preliminary studies conducted in Polindes Poter Village, Tanah
Merah Subdistrict, Bangkalan Regency obtained from 5 DMPA injectable KB
acceptors, there were 2 people (40%) who experienced sexual arousal phase
disorder, while out of 5 people (60%) who used combination injectable KB, also
obtained 3 people who experienced sexual arousal disorder. The purpose of this
study is to find out the relationship of sexual phase disorders with the use of KB
Hormonal in KB acceptors in Polindes Poter Village, Tanah Merah District.
The research uses quantitative design with an analytic approach. The variables
in the study were free variables (Independent): Use of Hormonal Birth Control and
Dependent Variables: Sexual phase disorders in birth control acceptors.How to
collect samples with proportional sampling and data retrieval techniques using
questionnaires, data was taken on 64 hormonal birth control acceptors injected
DMPA 27 people, injectable combination 24 people, Mini Pill 6 people and
Combination Pill 7 people in Polindes Village Poter Tanah Merah Madura and the
results were analyzed descriptively and hypothesis test using Rank Spearmen.
Analysis of Rank Spearman showed that there was a relationship of sexual
phase disorders with the use of KB Hormonal in KB acceptors in Polindes Poter
Village Tanah Merah Subdistrict (p-value = 0.015).
The results of this study are expected as a development of science regarding
sexual phase disorders in hormonal birth control acceptors.
Keywords: Sexual Phase Disorders, KB Hormonal, KB acceptors.

Literature: 9 Books (2009-2017), 14 Research, 1 KB Service Guidelines

Page : xiv, 128 Pages, 11 Tables, 7 Attachments

1.Essay Title
2.DIV Midwifery of STIKes Ngudia Husada Madura Student
3.Lecturer of STIKes Ngudia Husada Madura

4
LATAR BELAKANG (0,40%). Akseptor kontrasepsi suntik
di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur
Alat kontrasepsi merupakan paling banyak adalah kecamatan
salah satu metode buat menghindari Geger yaitu 6.120 orang, diikuti
kehamilan sebab bertemunya sel telur Kecamatan Bangkalan 5.116 orang,
serta sel sperma. Ada banyak jenis sedangkan di Kecamatan Tanah
alat kontrasepsi yang beredar saat ini. Merah didapatkan 4.860 orang. Data
Beberapa jenis alat kontrasepsi yaitu: Puskesmas Tanah Merah tentang
pil KB, kondom, implan, suntikan, Target Pencapaian AKS tahun 2021
bedah wanita (MOW), dan bedah pria didapatkan bahwa dari 61.232
(MOP). Berdasarkan kegunaannya, penduduk dengan target akseptor aktif
kontrasepsi standart yang wajib 7.287 orang dan akseptor baru 1041
dipenuhi seperti aman, terpercaya orang. Salah satu target adalah
penggunaannya, tidak menimbulkan Polindes Desa Poter yaitu dengan
efek samping, jam kerja yang dapat 1.568 orang, dengan target akseptor
diatur, hubungan seks tidak aktif 187 orang dan akseptor baru 27
terganggu, murah dan dapat diterima orang, dengan kasus efek samping 23
pasangan suami istri. (Chandra, orang.
2015).
Studi pendahuluan di Polindes
Salah satu masalah yang Desa Poter, Kecamatan Tanah Merah,
diakibatkan oleh penggunaan alat Kabupaten Bangkalan menunjukkan
kontrasepsi adalah masalah seksual. bahwa 5 orang akseptor KB suntik
Hal ini tentu saja dapat berdampak DMPA, terdapat 2 orang (40%) yang
secara hormonal pada kualitas hidup mengalami gangguan fase seksual
dan kesehatan emosional wanita. arousal, sedangkan dari 5 orang
Munculnya gangguan fase seksual (60%) yang menggunakan KB suntik
pada perempuan secara tidak kombinasi, juga didapatkan 3 orang
langsung memiliki efek negatif yang mengalami gangguan seksual
terhadap kehidupan suami istri dan arousal. Hal ini berdasarkan
apabila fatal berujung pada pengakuan akseptor KB tersebut,
perceraian. Oleh karena itu, yang merasakan kehilangan gairah
penggunaan alat kontrasepsi (arousal) karena adanya perasaan
memerlukan perhatian khusus karena kurang nyaman setelah menggunakan
dapat menyebabkan gangguan fungsi KB suntik DMPA dan suntik
seksual. (Sari, 2020). kombinasi, sehingga kualitas
hubungan seksual menjadi menurun
Pada tahun 2019, KB teraktif di
dan mempengaruhi keharmonisan
Provinsi Jawa Timur menggunakan
rumah tangga.
suntik (50,51%) pada September
2019, disusul pil (18,61%), IUD Hasil tersebut menunjukkan
(11,9%), implan (11,77%), MOW bahwa Kontrasepsi hormonal akan
(4,77%), kondom (1,97%) dan MOP berpengaruh dalam estrogen positive

5
feedback, serta progesteron negative kontrasepsi hormonal dan non
feedback. Pemberian hormon secara hormonal. Hal tersebut berdampak
eksternal misalnya dalam kontrasepsi cukup besar pada kesejahteraan
hormonal estrogen dan juga keluarga dan psikologinya.
progesterone akan mengakibatkan Pentingnya kehidupan seks adalah
meningkatnya hormon pada darah, kunci keberhasilan keluarga,
sehingga hipofisis anterior akan gangguan seksual harus dikelola
menimbulkan terjadinya feedback dengan tepat. (Saifuddin, 2012).
negatif melalui sekresi hormon FSH
dan LH menggunakan eksistensi METODE PENELITIAN
progesteron berdampak pada estrogen
Metode pada penelitian ini yaitu
yang terhambat menjadi lebih berlipat
ganda. Pada beberapa waktu, kondisi kuantitatif dan melalui pendekatan
tubuh akan mengalami penyesuian analitik cross sectional. Populasi
melalui mekanisme peningkatan dengan jumlah 64 responden sebagai
sekresi estrogen dan mempertahankan objek penelitian yang dibagi menjadi
metabolism tubuh pada keadaan KB Hormonal suntik DMPA 27
normal tetapi secara jangka waktu orang, suntik kombinasi 24 orang,
yang lama mengakibatkan ketahanan
Mini Pil 6 orang dan Pil Kombinasi 7
tubuh menghilang dan terjadi
penurunan sekresi hormon salah orang. Hasilnya dianalisis secara
satunya hormon estrogen, sehingga deskriptif dan uji perbedaan
terjadi gangguan fungsi seksual menggunakan Rank Spearmen.
(Zettira, 2015). Data yang digunakan disajikan
melalui variabel Penggunaan KB
Data BKKBN Pada tahun 2013
menunjukkan bahwa terdapat 3.287 Hormonal dan Gangguan fase seksual
kasus efek samping KB. Angka pada akseptor KB. Instrumen yang
tertinggi terdapat pada IUD sebanyak digunakan yaitu kuesioner.
1.513 (46,03%) kegagalan, diikuti
oleh metode implan sebanyak 1.189 HASIL PENELITIAN
(36,17%) kegagalan. Pada kasus 4.1 Data Umum
komplikasi serius, 1.358 kasus 4.1.1 Responden berdasarkan Usia
(53,3%) terjadi pada implantasi,
selanjutnya IUD sebanyak 1,25 Kategori Frekuensi
Persentase
(40,23%) kasusn. Hal ini dikarenakan (%)
jumlah peserta KB sebenarnya paling 18-27 tahun 27 42.2
sedikit (Zettira, 2015). 28-37 tahun 33 51.6
38-47 tahun 4 6.3
Rendahnya tingkat keberhasilan
Jumlah 64 100
kontrasepsi KB, secara tidak langsung
Sumber: Data Penelitian tahun 2021
disebabkan oleh efek samping. Efek
samping tersebut berimbas pada

6
Tabel 4.1.1 menunjukkan pada Rumah Tangga sebanyak 19
penelitian ini usia responden paling responden (57,1%).
banyak 28-37 tahun sejumlah 33
responden (51,6%). 4.1.4 Berdasarkan Jenis KB
Hormonal
4.1.2 Berdasarkan Pendidikan
Persentase
Terakhir Kategori Frekuensi
(%)
Suntik DMPA 27 42.2
Persentase
Kategori Frekuensi Suntik Kombinasi 24 37.5
(%)
Tidak Sekolah 0 0 Minipil 6 9.4
SD/ Sederajat 13 20.3 Pil Kombinasi 7 10.9
SLTP/Sederajat 30 46.9 Total 64 100.0
SLTA/Sederajat 17 26.6 Sumber: Data Penelitian tahun 2021
Perguruan
4 6.3
Tinggi/Sederajat Tabel 4.1.4 menunjukkan pada
Jumlah 64 100.0 penelitian ini jenis KB paling banyak
Sumber: Data Penelitian tahun 2021 digunakan suntik DMPA sejumlah 27
responden (42,2%).
Tabel 4.1.2 merupakan gambaran
pendidikan terakhir responden paling 4.1.5 Berdasarkan Gangguan Fase
banyak SLTP/Sederajat sejumlah 30 Seksual
responden (46,9%).
Persentase
Kategori Frekuensi
(%)
4.1.3 Berdasarkan Pekerjaan
Normal/tidak ada 26 40.6
gangguan
Persentase
Kategori Frekuensi Desire 16 25.0
(%)
PNS 0 0 Arousal 22 34.4
Wiraswasta 18 28.1 Orgasmic 0 0
Pasca orgasmic 0 0
Pegawai Swasta 14 21.9
Total 64 100.0
Petani 13 20.3
Sumber: Data Penelitian tahun 2021
Ibu Rumah Tangga 19 29.7
Jumlah 64 100.0 Tabel 4.1.5 merupakan gambaran
Sumber: Data Penelitian tahun 2021 gangguan fase seksual paling banyak
Arousal sejumlah 22 responden
Tabel 4.1.3 merupakan gambaran (34,4%).
pekerjaan responden mayoritas Ibu

7
4.2 Data Khusus PEMBAHASAN
4.2.1 Tabulasi Silang Jenis
5.1 Gambaran Karakteristik
Kontrasepsi Hormonal
Responden Pada Gangguan
dengan Gangguan Fase Fase Seksual berdasarkan
seksual penggunaan Alat Kontrasepsi
Jenis Gangguan Fase Seksual
KB Hormonal pada Akseptor
Kontra Normal Fase Fase Fase Fase KB di Polindes Desa Poter
sepsi Desire Arousa Org Pasc Kecamatan Tanah Merah.
Hormo l asmi a
nal c Orga
smic Gangguan fase seksual pada
f % f % f % f % f % akseptor KB dipengaruhi oleh
Suntik 11 40, 1 59, 0 0 0 0 0 0
DMPA 7 6 3 usia, pendidikan terakhir, dan
Suntik 10 41, 0 0 1 58, 0 0 0 0 pekerjaan. Hasil penelitian
Kombi 7 4 3
nasi menunjukkan usia responden
Minipil 2 33, 0 0 4 66, 0 0 0 0 yang paling banyak yaitu 28-37
3 7
Pil 3 42, 0 0 4 57, 0 0 0 0 tahun dengan jumlah 33
Kombi 9 1 responden (51,6%). Usia
nasi
Hasil uji 0,015 responden tersebut secara tidak
statistic langsung oleh proses
(α=0,05)
perkembangan baik secara
Sumber: Data Penelitian tahun 2021
anatomismaupun fisiologis. Usia
tua akan lebih mudah mengalami
Tabel 4.2.1 merupakan gambaran gangguan fase seksual karena
uji statistik Rank spearmen. Nilai Sig mengalami penurunan secara
yang dihasilkan berdasarkan uji rank fisiologis.
Spearman adalah 0,015. Nilai tersebut
Hasil ini sesuai dengan Siti,
kurang dari 0,05, oleh karena itu, (2013), yang menetapkan bahwa
kesimpulan dalam penelitian ini usia merupakan salah satu
adalah ada hubungan antara gangguan variabel model demografi yang
fase seksual dengan penggunaan KB digunakan sebagai ukuran absolut
hormonal pada pengguna KB di atau indikator psikologis lainnya,
Polindes Desa Poter Kabupaten semakin tua usia, semakin besar
risiko disfungsi seksual pada
Tanah Merah. Nilai koefisien korelasi akseptor KB.
sebesar 0,303 dalam kategori korelasi
cukup. Faktor tingkat pendidikan
akspetor KB, secara tidak
langsung berpengaruh terhadap
gangguan fase seksual, Hasil
penelitian menunjukkan
pendidikan terakhir responden
paling banyak adalah

8
SLTP/Sederajat sejumlah 30 kehilangan gairah, meskipun
responden (46,9%). Responden mereka mungkin masih bisa
yang merupakan tingkat berhubungan seks. Wanita
pendidikan rendah terkadang seringkali tidak menyadari
penerimaan informasinya kurang kondisi tersebut, sehingga sering
terkait dengan gangguan fase menimbulkan masalah dalam
seksual dibandingkan dengan hubungan dengan pasangannya.
akseptor KB dengan pendidikan Suami tidak merasa dicintai oleh
tinggi. Responden dengan latar istrinya karena istri terkesan
belakang berpendidikan tinggi dingin dengan hubungan intim.
secara umum akan lebih rasional Penting untuk mengevaluasi
dan termotivasi untuk bertanya kegiatan ini dengan pasangan,
apabila ada keluhan maupun hal karena saat berhubungan seks
yang tidak dimengerti tentang Anda tidak akan menemukan apa
gangguan fase seksual. pun yang membuat Anda
bahagia.
Penelitian yang dilakukan
oleh Notoatmodjo (2012) 5.2 Gangguan Fase Seksual Pada
mendukung hasil tersebut, Penggunaan Alat Kontrasepsi
dimana hasil pengetahuan terjadi Suntikan Metode DMPA pada
ketika seseorang akseptor KB di Polindes Desa
mempersepsikan suatu Poter Kecamatan Tanah
pandangan pada objek. Merah.
Faktor pekerjaan akan Hasil penelitian
mempengaruhi gangguan fase menunjukkan sebagian besar
seksual pada akseptor KB. Hasil responden yang menggunakan
riset menampilkan kebanyakan kontrasepsi suntikan metode
pekerjaan responden ialah Bunda DMPA telah mengeluhkan
Rumah Tangga sebanyak 19 gangguan fase seksual desire
responden (57,1%). Pekerjaan sebanyak 16 responden (59,3%).
akseptor KB yang terlalu banyak Hal ini berdasarkan jawaban
memerlukan aktivitas fisik dapat kuisioner yang paling banyak
mengakibatkan kelelahan, adalah poin 1,2,3,4, mendapatkan
sehingga gairah sesksual akan skor < 3. Menurut pengakuan
menurun, meskipun secara sebagian besar responden, setelah
kemungkinan masih dapat penggunaan alat kontrasepsi
melakukan senggama. suntikan metode DMPA mulai
merasakan kehilangan gariah
Hasil ini sesuai dengan kepada suami, Selain itu,
Tahalele, (2018), yang Responden mengatakan
menyatakan bahwa Wanita merasakan nyeri berkali-kali saat
cenderung berhubungan seks dan alat kelamin suami dimasukkan

9
ke dalam alat kelamin responden intim yang lain. Umumnya terjadi
dan juga mengatakan sering pada kurang lebih 1-5%
merasakan nyeri setelah penetrasi pengguna kontrasepsi yang
vagina. Nyeri yang dialami mengalami penurunan libido dan
responden disebabkan oleh faktor kemampuan orgasme saat
hormonal, karena penggunaan senggama (Agustina, 2012).
kontrasepsi suntik DMPA dalam
kurun waktu lebih dari 2 tahun. 5.3 Gambaran Gangguan Fase
Temuan ini sesuai dengan Seksual Pada Penggunaan Alat
penelitian Yetti, Anggraini dan Kontrasepsi Suntikan Metode
Martini, (2011), yang Kombinasi pada akseptor KB
menyatakan bahwa kontrasepsi di Polindes Desa Poter
progesteron (DMPA) sebagai Kecamatan Tanah Merah.
efek samping dari hormon
Hasil penelitian
progesteron. Vagina terasa
menunjukkan sebagian besar
kering, menimbulkan nyeri
responden pengguna kontrasepsi
(dispareunia) saat senggama, dan
suntikan dengan metode
dalam kurun waktu yang lama
kombinasi mengeluhkan
terjadinya gangguan fase seksual
gangguan fase seksual arousal
akan meningkat. Gangguan siklus
sejumlah 14 responden (58,3%).
menstruasi pada pengguna
Hal ini berdasarkan jawaban
kontrasepsi suntik DMPA karena
kuisioner yang paling banyak
ketidakseimbangan hormon
adalah poin 5,6,7,8,9,10,11,12
sehingga endometrium
mendapatkan skor < 3. Menurut
mengalami perubahan histologis.
pengakuan sebagian besar
Amenore disebabkan oleh atrofi
responden, setelah penggunaan
endometrium. (Rendra, 2009 cit.
alat kontrasepsi suntikan metode
Aisyah, 2015). kombinasi dimana akseptor KB
Metode kontrasepsi suntik suntik kombinasi sering kali
(KB) DMPA sebagai kontrasepsi mengeluh nyeri, sehingga
hormonal pada penggunaannya frekuensi bersenggama menjadi
meluas dan mengalami berkurang. Temuan ini sejalan
peningkatan secara terus dengan penelitian Isfaizah (2019)
menerus. Suntikan DMPA berisi yang menyebutkan bahwa
hormon progesteron, untuk pemakaian kontrasepsi suntik,
mencegah ovulasi, Hal ini baik kontrasepsi campuran
ditunjang kadar progestin yang ataupun progesteron, mempunyai
tinggi secara efektif mengurangi dampak yang berbeda pada tiap
peningkatan LH. Hal ini secara orang. Pemberian hormon pada
bertahap merangsang terjadinya kontrasepsi hormonal, baik
kendala guna intim berbentuk estrogen ataupun progesteron,
penyusutan libido serta mungkin menimbulkan kenaikan

10
kandungan kedua hormon ini besar responden mengakui bahwa
dalam darah, perihal ini dikenali setelah menggunakan metode
oleh hipofisis anterior serta mini-pil, ada perasaan tidak
menimbulkan umpan balik nyaman dan hambatan untuk
negatif dengan kurangi sekresi mencapai klimaks atau orgasme.
hormon FSH serta LH. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Sulistyawati, (2013) Mekanisme
Hasil ini juga didukung kerja pil progestogen adalah
Mustika, (2010) dan Damailia melakukan penghambatan sekresi
dan Saadati, (2013) yang gonadotropin dan sintesis steroid
menyatakan bahwa selama seksual yang terjadi di ovarium,
jangka waktu tertentu tubuh dan juga pada endometrium,
dapat menerima peningkatan sehingga mengakibatkan
sekresi estrogen supaya implantasi sulit, lender pada
melindungi senantiasa wajar, serviks lebih kental, motilitas
tetapi pemberian kontrasepsi tuba akan bertransformasi
progestin pada waktu yang lama menghambat proses penetrasi dan
menyebabkan hilangnya mengganggu transportasi sperma,
ketahanan badan serta sehingga estrogen tidak seimbang
penyusutan sekresi hormon dan terjadi gangguan fase
estrogen( hipoestrogen), hendak seksual.
pengaruhi penyusutan guna intim
semacam penyusutan libido, Temuan penelitian juga
menyusutnya frekuensi intim sesuai berdasarkan penelitian
serta mutu ikatan intim. Zahra, (2015) yang menyatakan
bahwa mekanisme pil progestin
5.4 Gambaran Gangguan Fase menekan produksi progesteron,
Seksual Pada Penggunaan Alat sehingga hormon estrogen tidak
Kontrasepsi Pil Metode Minipil seimbang, akan menyebabkan
pada akseptor KB di Polindes kadar estradiol serum tidak
Desa Poter Kecamatan Tanah seimbang, dan terjadi gangguan
Merah. fungsi seksual.
Hasil penelitian 5.5 Gambaran Gangguan Fase
menunjukkan sebagian besar Seksual Pada Penggunaan Alat
responden pengguna kontrasepsi Kontrasepsi Pil Metode
pil metode minipil mengeluhkan Kombinasi pada akseptor KB
gangguan fase seksual arousal di Polindes Desa Poter
sejumlah 4 responden (66,7%). Kecamatan Tanah Merah.
Hal ini berdasarkan jawaban
kuisioner yang paling banyak Hasil penelitian
adalah poin 5,6,7,8,9,10,11,12 menunjukkan sebagian besar
mendapatkan skor < 3. Sebagian responden pengguna kontrasepsi

11
pil metode kombinasi 5.6 Hubungan Penggunaan KB
mengeluhkan gangguan fase Hormonal Terhadap Gangguan
seksual arousal sejumlah 4 Fase Seksual pada akseptor KB
responden (57,1%). Hal ini di Polindes Desa Poter
berdasarkan jawaban kuisioner Kecamatan Tanah Merah.
yang paling banyak adalah poin
5,6,7,8,9,10,11,12 mendapatkan Hasil penelitian ini
skor < 3. Menurut pengakuan menunjukkan bahwa ada
sebagian besar responden, setelah hubungan antara penggunaan KB
penggunaan alat kontrasepsi pil hormonal dengan gangguan fase
metode pil kombinasi selama 4 seksual. Gambaran tersebut
minggu terakhir, ketika dilihat pada hasil uji Rank-
berhubungan seksual vaginanya Spearman dengan p-value sebesar
menjadi basah hanya beberapa 0,015 dan dapat diartikan bahwa
kali (kurang dari separuh) ada hubungan antara penggunaan
selama 4 minggu. Hasil ini KB hormonal dengan gangguan
sesuai dengan Hanifa, dkk fase seksual pada penerima KB di
(2018) lubrikasi berhubungan Polindes Desa Poter Kabupaten
secara signifikan dengan Tanah Merah. Sebagian besar
kelompok pil. Hal tersebut responden mengatakan bahwa
mengakibatkan akseptor KB penggunaan KB hormonal sangat
merasakan tingkat keinginan membantu dalam mencegah
atau gairah seksual yang sangat kehamilan, namun ada beberapa
rendah selama 4 minggu terakhir, efek samping yaitu penurunan
sehingga menurunkan kualitas keinginan, nyeri, dan penurunan
seksual. frekuensi hubungan seksual.
Hasil ini sesuai dengan penelitian
Temuan ini juga didukung Intan (2019) yang menemukan
oleh Nisa, (2015), yang bahwa efek dari hormon
menyatakan bahwa gangguan progesteron pada dari kontrasepsi
fase seksual terjadi pada mereka hormonal lendir serviks dan
yang menerima pil KB karena pil kapasitas rahim pada berkurang
kombinasi mengandung dua sel yang diperoleh yang dibuahi,
hormon , estrogen, dan progestin, jadi efek sampingnya adalah
pada penggunaan. dari penurunan aktivitas seksual . ini
kontrasepsi, hormon, mengakibatkan penurunan minat
mengandung kombinasi kedua / gairah seksual akseptor
hormon menyebabkan disfungsi hormonal KB bahwa minat ini
seksual lebih signifikan daripada dalam hubungan seksual dalam 4
dengan kontrasepsi hormon yang minggu hanya kadang-kadang
mengandung salah satu dari dua bahkan hanya mengatakannya
hormone beberapa kali. Pengguna KB
mengeluhkan gairah menurun

12
dan merasa malas saat 4. Terdapat hubungan gangguan
berhubungan menyebabkan fase seksual dengan
penurunan frekuensi hubungan penggunaan kontrasepsi pil
intim. Para akseptor juga kombinasi pada akseptor KB
mengeluh vagina kering saat di Polindes Desa Poter
berhubungan (kekurangan lendir Kecamatan Tanah Merah.
)
6.2 Saran
PENUTUP
6.2.1 Teoritis
Setelah mengetahui dan mempelajari
Peneliti mengharapkan
hasil penelitian, bagian penutup
hasil ini mampu dijadikan
adalah memberikan kesimpulan dan sebagai suatu kemajuan ilmiah
saran berdasarkan hasil penelitian dalam kaitannya dengan
dari judul “Hubungan Gangguan gangguan fase seksual pada
Fase Seksual dengan Penggunaan KB akseptor KB hormonal.
Hormonal pada Akseptor KB”.
6.2.2 Praktis
6.1 Simpulan 1. Peneliti mengharapkan hasil
1. Terdapat gangguan fase ini dijadikan sebagai
seksual dalam penggunaan sumbangan bagi
alat kontrasepsi suntikan pengembangan profesi bidan
metode DMPA pada akseptor dan pengaruh Program
KB Di Polindes Desa Poter Keluarga Berencana (KB)
Kecamatan Tanah Merah terhadap gangguan fase
yaitu desire seksual pada akseptor KB
hormonal.
2. Terdapat gangguan fase
seksual dalam penggunaan 2. Hasil penelitian ini diharapkan
alat kontrasepsi suntik agar menambah informasi dan
kombinasi pada akseptor KB wawasan akspetor KB dalam
Di Polindes Desa Poter memilih KB Hormonal, serta
Kecamatan Tanah Merah memahami resiko gangguan
yaitu arousal fase seksual akibat
penggunaan KB Hormonal.
3. Terdapat gangguan fase
seksual dalam penggunaan
kontrasepsi minipil pada
akseptor KB di Polindes Desa
Poter Kabupaten Tanah Merah
yaitu yaitu arousal

13
DAFTAR PUSTAKA and Reproduction. Vol 3 No
1.
American Psychiatric Association.
2013. Diagnostic and Isfaizah I, Ari W. 2019. Hubungan
Statistical Manual of Mental Penggunaan Kontrasepsi
Disorders Fifth Edition, DSM- Hormonal dengan Disfungsi
5™. Arlington : VA, Seksual di Wilayah Kerja
American Psychiatric Puskesmas Lerep. IJM. Vol 2,
Association No 2.
Dyah NS, Arum, Lutfi A, Nur Nining. 2019. Hubungan Dukungan
I dan Niken, Meilani. Suami Dan Gaya Hidup
2018. Karakteristik Akseptor Dengan Status Gizi Pada
Kb Suntik Depo Akseptor KB Suntik Di
Medroksiprogesteron Asetat Wilayah Kerja Puskesmas
(DMPA) Di Wilayah Kerja Gading Surabaya. Skripsi.
Puskesmas Pleret Tahun Surabaya: FKM Universitas
2018. Skripsi Thesis, Airlangga.
Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Notoatmodjo S. 2012. Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Hanifa SR , Sutyarso , Susianti. 2018. Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Perbandingan Domain Cipta
Disfungsi Seksual Pada
Wanita Akseptor Kontrasepsi Pangkahila, Ferbian MS. 2015. Pola
Hormonal Di Puskesmas Hidup Tidak Teratur Dan
Gisting Kabupaten Aktivitas Fisik Berlebih
Tanggamus. Majority, Menurunkan Kemampuan
Volume 7, Nomor 3. 62 Aktivitas Seksual. Sport And
Fitness Journal, Volume 3,
Intan NK, 2019. Perbedaan No.1 : 59-69
Kontrasepsi Hormonal Suntik
Dmpa Dan Pil Kombinasi Saifuddin, Abdul Bari. 2012. Buku
Dengan Penurunan Gairah Panduan Praktis Pelayanan
Seksual Akseptor KB Di Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina
Wilayah Kerja Puskesmas Pustaka Sarwono
Pekauman Kota Banjarmasin Prawirohardjo.
Tahun 2019. Jurnal Midwifery

14
Sari. 2020. Karakteristik Ibu Hamil
Berhubungan dengan
Pengetahuan dalam
Penggunaan Kontrasepsi
Pasca Persalinan. Jurnal
Kesehatan Manarang, Vol 6
No 2.

Siti H, Rosyati P, Aprilina. 2013.


Risiko Disfungsi Seksual Pada
Perempuan Pemakai
Kontrasepsi Depo Medroxy
Progesteron Acetate Di
Puskesmas Basuki Rahmat
Palembang Tahun 2011.
Jurnal Kesehatan. Volume I
No. 11.

Sri L, Martini M, Weliyati W. 2017.


Analisis Penggunaan Metode
Kontrasepsi Suntikan DMPA
Dengan Disfungsi Seksual.
Jurnal Keesehatan Metro Sai
Wawai. Vol 10, No 1.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan


Keluarga Berencana. Jakarta :
Salemba Medika.

Zettira, Khairun Nisa. 2015. Analisis


Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal dengan
Disfungsi Seksual pada
Wanita. Majority, Volume 4 |
Nomor 7. p.103.

15

Anda mungkin juga menyukai