Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 1, Maret 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL BERHUBUNGAN DENGAN


DISFUNGSI SEKSUAL

Dian Nur Adkhana Sari*, Suryati, Gani Apriningtyas Budiyati, Aris Setyawan, Anna Nur Hikmawati
STIKES Surya Global, Jln. Ringroad Selatan Blado, Jl. Monumen Perjuangan, Balong Lor, Potorono, Kec
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia 55194
*dian.adkhana@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan kepadatan penduduk tertinggi ke empat di dunia, salah satu cara
untuk mengatasi kepadatan penduduk adalah dengan dilaksanakan program KB. Program ini selain
menekan laju pertumbuhan penduduk juga terciptanya kesejahteraan suatu bangsa. Salah satu jenis
kontrasepsi adalah kontrasepsi hormonal, lamanya penggunaan kontrasepsi menjadi salah satu faktor
terjadinya disfungsi seksual. Disfungsi seksual merupakan gangguan fungsi seksual yang mengganggu
keharmonisan pasangan suami-istri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan lama
penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual pada akseptor KB hormonal. Jenis
penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Ngaglik II Sleman Yogyakarta. Teknik Sampling yang digunakan yaitu purposive
sampling, sebanyak 107 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner FSFI (Female Sexual
Function Index) dimana kuesioner ini sudah baku dengan uji statistic menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi
seksual pada akseptor kb hormonal dengan hasil uji statistik chi-square 0,232 dan p-value sebesar
0,014 (p < 0,05). Ada hubungan antara lama penggunaan KB hormonal dengan disfungsi seksual pada
akseptor KB hormonal.

Kata kunci: disfungsi seksual; kontrasepsi hormonal

DURATION OF USE WITH HORMONAL CONTRACEPTIONS


SEXUAL DISFUNCTION

ABSTRACT
Indonesia is a country with the fourth highest population density in the world, one way to overcome
population density is by implementing family planning programs. Apart from suppressing the
population growth rate, this program also creates the welfare of a nation. One type of contraception is
hormonal contraception, the length of time using contraception is a factor in the occurrence of sexual
dysfunction. Sexual dysfunction is a disorder of sexual function that disrupts the harmony of a married
couple. The purpose of this study was to determine the relationship between the duration of hormonal
contraceptive use and sexual dysfunction in hormonal family planning acceptors. This type of research
is quantitative with a cross sectional approach. This research was conducted in the working area of
Puskesmas Ngaglik II Sleman Yogyakarta. The sampling technique used was purposive sampling,
totaling 107 respondents. The instrument used was the FSFI (Female Sexual Function Index)
questionnaire where this questionnaire was standardized with a statistical test using the chi-square
test. The results showed a relationship between the length of time using hormonal contraceptives and
sexual dysfunction in hormonal kb acceptors with the results of the chi-square statistical test of 0.232
and a p-value of 0.014 (p <0.05). Conclusion: There is a relationship between the duration of
hormonal contraceptive use and sexual dysfunction in hormonal family planning acceptors.

Keywords: hormonal contraceptives; sexual dysfunction

19
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Negara Indonesia menduduki urutan keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk
2,6 juta jiwa. Perlu penanganan dalam hal ini salah satunya dengan gerakan Keluaga
Berencana, demi terciptanya kenaikan kesejahteraan bangsa (Yuliasri, 2010). Salah satu cara
untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan dilaksanakan program
keluarga berencana. Bayak factor yang yang mempengaruhi pemilihan penggunaan alat
kontrasepsi yaitu agama, suku, keinginan untuk hamil lagi, status pernikahan, dan latar
belakang negara (Guida et al., 2019).

Penggunaan kontrasepsi mengalami peningkatan terjadi di Afrika dari 23,6% menjadi 28,5%,
di Asia telah meningkat sedikit dari 60,9% menjadi 61,8%, dan di Amerika Latin dan di
Karibia 66,7% (WHO, 2018). Terdapat berbagai pilihan alat kontrasepsi penggunaan
Kontrasepsi di Amerika Serikat berupa pil sebanyak (16%), kondom (9,4%), tubektomi (15%)
(Daniels et al., 2014).

Saat ini terdapat 380 juta pasangan melaksanakan keluarga berencana dan 66-75 juta di
negara berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal meberikan
dampak positif dan negatif pada organ tubuh, organ genitalia maupun nongenetalia (Baziad.
A, 2008). Cakupan KB pada tahun 2013 sebesar 75,88%, Provinsi Bengkulu menduduki
cakupan tertinggi sebesar 85,7% dan terendah di provinsi Papua sebesar 67,15%. Terdapat
8.500.247 PUS peserta baru KB dan terdapat 48,5% menggunakan KB suntik, MOW 1,52%,
MOP 0,25%, kondom 6,09%, implant 9,23% IUD 7,7% dan metode pil 26,6% (BKKBN,
2013).

Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 445.006 peserta KB aktif dengan uraian peserta MOP
sebanyak 3.400 (0,76%), MOW sebanyak 21.540 peserta (4,84%) peserta, implant 28.926
28.926 (6,5%) peserta, kondom 28.861 (6,49%) peserta, pil 51,0889 (11,48%) peserta, IUD
106.445 (23,9%) peserta, dan suntik 204.745 (46,01%) peserta (Dinas Kesehatan Kota
YOgyakarta, 2013). Data SDKI (2017) didapatkan data bahwa WUS yang sudah menikah
sebagian besar memilih menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 64,2% (9639 orang),
disusul penggunaan implant sebanyak 10,4% (1555 orang), dan paling sedikit memilih
menggunakan metode PIL sebanyak 2,4% (3811 orang).

Para aksepstor lebih dominan memilih kontasepsi hormonal karena mudah dalam
penggunaan, lebih praktis, mudah dijangkau, murah efisien (Liwang et al., 2018). Kontrasepsi
hormonal mengandung hormone esterogen dan progesterone, mekanisme kerja kontrasepsi
hormonal menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dengan mencegah ovulasi,
mengurangi dan mengentalkan lender servik, menjadikan selaput lender rahim menipis,
mengubah endometrium menjadi tidak sempurna (Sarwono Prawirohardjo, 2005). Bagi
seorang wanita kejadian disfungsi seksual merupakan maslah yang penting dalam hal
kesehatan reproduksi karena berhubungan dengan kelangsungan fungsi organ reproduksinya,
hal ini akan mempengaruhi keharmonisan dalam berumah tangga antara suami dengan istri.
Data di Amerika Serikat didapatkan sebanyak 43% wanita mengalami disfungsi seksual,
dengan keluhan gangguan hasrat seksual sebanyak 10-46%, gangguan rangsangan seksual 4-
7%, gangguan orgasme 5-42%, nyeri 3-18% dan vaginismus 30% (Zettira & Berawi, 2015).

Penggunaan kontrasepsi hormonal memberikan efek samping penambahan berat badan,


perdarahan tidak teratur, gngguan mood, perubahan fungsi seksual (Both et al., 2019).
Pemakaian Kontrasepsi hormonal dalam jangka Panjang selama 24 bulan lebih berpotensi
mengalami disfungsi seksual karena tgerjadi perubahan hormonal, dapat memberikan efek

20
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

samping vagina kering, nyeri saat bersenggama dan dapat menyebabkan penurunan gairah
seksual (Hani & Sholihah, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngaglik II didapatkan hasil


bahwa Puskesmas Ngaglik II merupakan puskesmas yang terletak di Kabupaten Sleman, yang
merupakan akseptor kontrasepsi hormonal sebanyak 113 orang pada bulan September 2019.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 12 akseptor kontrasepsi hormonal, 6
akseptor dengan lama pemakaian kontrasepsi >3 tahun mengalami mengalami nyeri dan
vagina kering saat berhubungan intim, 5 akseptor dengan lama pemakaian kontraspsi <1
tahun tidak mengalami perubahan apapun saat berhubungan intim, sedangkan 1 akseptor lain
dengan lama pemakaian >1 tahun tidak mengalami perubahan pada aktivitas seksualnya.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual pada akseptor kb
hormonal di wilayah kerja Puskesmas Ngaglik II Sleman. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif

METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor Keluarga Berencana yang menggunakan
kontrasepsi hormonal yang berada dan dilayani di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaglik II
Sleman Yogyakarta, yang berjumlah 113 dan sampel sebanyak 107 akseptor KB hormonal
dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengambilan data primer dan
data sekunder. Data primer ini didapatkan melalui kuesioner yang berisikan pertanyaan
tentang lama penggunaan kontrasepsi hormonal dan Female Sexual Function Index (FSFI).
Lama penggunaan kontrasepsi didapatkan dari lembar control KB dan kuesioner FSFI
merupakan kuesioner yang sudah baku. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
kuesioner atau angket. Analisa univariat akan dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian yaitu variabel lama penggunaan kontrasepsi hormonal dan disfungsi seksual pada
akseptor KB hormonal. Analisa ini menggunakan analisa tabulasi silang dengan uji chi
square.

HASIL
Tabel 1 menunjukan karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Ngaglik II
berdasarkan usia diketahui bahwa mayoritas responden berusia 25-35 tahun sebanyak 55
responden (51,4%). Untuk responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa
mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 78 responden (72,9%). Untuk responden
berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan diketahui bahwa mayoritas responden
menggunakan implant sebanyak 43 responden (40,2%). Sedangkan untuk responden
berdasarkan paritas diketahui bahwa mayoritas responden yang multipara sebanyak 63
responden (58,9%). Tabel 2 didapatkan bahwa Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
terbanyak adalah penggunaan ≥1 tahun sebanyak 74 responden (69,2%). Tabel 3, hasil dari
kuesioner FSFI pada penelitian didapatkan nilai mean terbesar yaitu mean 4,46 (17,35%)
pada domain keenam (rasa sakit) dan nilai mean terkecil yaitu 4,11 (15,99%) pada domain
pertama (hasrat).

21
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 1
Karakteristik responden menurut kelompok umur, pendidikan, jenis kontrasepsi dan
paritas (n=107)
Karakteristik f %
Umur
< 25 tahun 24 22,4
25-35 Tahun 55 51,4
>35 tahun 28 26,2
Pendidikan
SD 9 8,4
SMP 11 10,3
SMA 78 72,9
Perguruan Tinggi 9 8,4
Jenis Kontrasepsi
Suntik 1 bulanan 10 9,3
Suntik 3 bulanan 26 24,3
Pil kontrasepsi 28 26,2
Implant 43 40,2
Paritas
Primipara 44 41,1
Multipara 63 58,9

Tabel 2.
Distribusi Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal (n=107)
Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal f %
≤1 tahun 33 30,8%
≥1 tahun 74 69,2%

Tabel 3.
Skor domain FSFI dan skor skala penuh (keseluruhan) (n=107)
Domain Jumlah Pertanyaan Mean % Median Minimum Maksimum
Hasrat 2 4,11 15,99 4,2 1,2 6,0
Gairah 4 4,16 16,18 4,2 1,2 5,7
Lubrikasi 4 4,44 17,27 4,5 1,2 5,7
Orgasme 3 4,31 16,77 4,4 1,2 5,6
Kepuasan 3 4,19 16,30 4,4 0,8 5,6
Rasa sakit 3 4,46 17,35 4,4 2,4 6,0

Tabel 4.
Disfungsi Seksual (n=107)
Fungsi Seksual f %
Disfungsi Seksual 34 31,8
Normal 73 68,2

Tabel 4, didapatkan bahwa responden yang mengalami disfungsi seksual sebanyak 34


responden (31,8%), dan yang tidak mengalami disfungsi seksual atau normal sebanyak 73
responden (68,2%) dari 107 responden dengan jumlah skor FSFI 25,7 yang berarti total skor
kurang dari 26,5 sehingga dapat dikatakan sebagai kategori disfungsi seksual.

22
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 5.
Hasil Uji Tabulasi Silang Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan
Disfungsi Seksual pada Akseptor KB Hormonal (n=107)
Lama Penggunaan Disfungsi Seksual
Kontrasepsi Disfungsi Normal Total P OR
Hormonal f % f % f %
≤1 tahun 5 4,7 28 26,2 33 30,8 3,609
≥1 tahun 29 27,1 45 42,1 74 69,2 0,014 (1,250-10,415)

Tabel 5 dapat diketahui bahwa antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
disfungsi seksual di wilayah kerja Puskesmas Ngaglik II menunjukkan bahwa penggunaan
kontrasepsi hormonal ≤1 tahun dengan disfungsi seksual sebanyak 5 responden (4,7%), lama
penggunaan kontrasepsi hormonal ≤1 tahun dengan tidak disfungsi seksual atau normal
sebanyak 28 responden (26,2%). Kemudian untuk lama penggunaan kontrasepsi hormonal ≥1
tahun dengan disfungsi seksual sebanyak 29 responden (27,1%), lama penggunaan
kontrasespsi hormonal ≥1 tahun dengan tidak disfungsi seksual atau normal sebanyak 73
responden (68,2%).
Tabel 6.
Hasil Uji Chi Square
Variabel Value Sign
2 a
x hitung 6.083 0.014
2
x tabel 3.481 0.05

Chi Square didapatkan p= 0.014 dengan nilai signifikan =0.05 sehingga 0.014 < 0.05. Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan disfungsi seksual pada akseptor KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas Ngaglik II
Sleman Yogyakarta.

PEMBAHASAN
Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor KB Hormonal
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 107 responden, lama penggunaan kontrasepsi
hormonal terbanyak adalah yang menggunakan kontrasepsi hormonal >1 Tahun yang
berjumlah 74 responden (69,2%). Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan, dimana upaya tersebut dapat bersifat sementara dan permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Setyoningsih, 2020).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Lama penggunaan kontrasepsi hormonal


diantaranya umur, pendidikan, jenis KB yang digunakan dan paritas. Berdasarkan tabel 4.1
menunjukkan bahwa dari 88 responden yang paling banyak adalah usia 25-35 tahun 55
responden (51,4%). Sama dengan salah satu penelitian yang menyebutkan wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonalcenderung pada wanita yang usia muda antara usia 18
tahun – 24 tahun (Casado-Espada et al., 2019).

Frekuesi hubungan seks (koitus) sangat bervariasi rata-rata 1-4 kali seminggu bagi orang-
orang berusia 30-40 tahun. Koitus menjadi semakin jarang dengan meningkatnya usia. Pada

23
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

wanita libido meningkat dalam masa reproduksi sampai usia 35 tahun, kemudian menetap
sampai usia 45 tahun, dan dapat bertahan sampai jauh setelah menopause (Irianto, 2014).

Tingkat pendidikan responden mempengaruhi responden dalam mengambil keputusan tentang


jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa status pendidikan
terakhir responden terbanyak adalah SMA 71,6% hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau pengaruh yang diberikan bertujuan untuk
proses pendewasaan. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula pengaruh gaya hidup
seseorang (Frida Kasumawati, 2018).

Lamanya penggunaan kontrasepsi hormonal dipengaruhi oleh jenis KB yang digunakan oleh
akseptor KB hormonal. Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 107 responden paling
banyak menggunakan kontrasepsi implant 43 responden (40,2%). Kontrasepsi hormonal
terdiri dari pil, implant dan suntik. Pil kombinasi merupakan metode yang efektif dan
reversible. Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi menggunakan estrogen dan progesterone
untuk mencegah kehamilan (Arum, 2011).

Disfungsi Seksual pada Akseptor KB Hormonal


Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 107 responden menunjukkan bahwa 34 responden
(31,8%) mengalami disfungsi seksual. Disfungsi seksual merupakan salah efek samping yang
ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi hormonal. Hal ini sesuai dengan penelitian (Wasiah,
2020) yang menyebutkan dalam penelitiannya bahwa ada efek negatif pada durasi
penggunaan kontrasepsi pil kombinasi pada fungsi seksual wanita dan secara statistik tidak
signifikan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar responden berusia sekitar
20-35 tahun dan telah menggunakan pil selama > 3 tahun memiliki fungsi seksual normal.
Sedangkan penurunan fungsi seksual terjadi pada akseptor usia 36-45 tahun dengan lebih dari
satu paritas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Yosin et al., 2016), variabel umur pada
wanita usia subur memiliki hubungan yang signifikan yang berarti pada akseptor KB
hormonal meningkat akan mempengaruhi kehidupan seksual yang mengalami gangguan.
Pemakaian kontrasepsi diatas dua tahun beresiko besar terhadap dampak dari rendahnya kadar
estradiol serum yang dapat berupa kehilangan massa tulang, amenorea berkepanjangan dan
disfungsi seksual seperti rendahnya hasrat seksual sehingga mempengaruhi kehidupan seksual
seseorang (Damailia & Saadati, 2016). Tabel 1 didapatkan hasil 58,9% responden paritas
dengan multipara. Frekuensi kehamilan dan persalinan erat hubugannya dengan seksualitas
wanita. Paritas berpengaruh signifikan terhadap kejadian disfungsi seksual pada akseptor KB
hormonal. Dimana multiparitas lebih mempengaruhi kejadian disfungsi seksual dibandingkan
primipara (Ningsi et al., 2012).

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormanal dengan Disfungsi Seksual pada


Akseptor KB Hormonal.
Hasil penelitian telah didapatkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
disfungsi seksual sebanyak 29 responden (27,1%). Hal ini menunjukkan banyaknya akseptor
KB hormonal yang menggunakan KB hormonal lebih dari satu tahun mengalami disfungsi
seksual, sehingga didapatkan hasil uji statistik dengan nilai p-value = 0,014 yang artinya ada
hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual, dalam
penelitian ini didapatkan hasil libido atau gairah dengan nilai mean 4,16 yang berarti 16,18%
dari seluruh jumlah responden mengalami gangguan pada gairah seksual atau libido.

24
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil penelitian (Damailia & Saadati, 2016) didapatkan hasil lama penggunaan KB suntik
DMPA dalam jangka waktu ≤2 tahun dengan penurunan libido sebanyak 6 akseptor (37,5 %),
yang tidak mengalami penurunan libido 10 akseptor (62,5 %). Sedangkan lama penggunaan
KB suntik DMPA dalam jangka waktu ≥2 tahun dengan penurunan libido sebanyak 24
akseptor (82,8%). Penelitian yang dilakukan (Hani & Sholihah, 2017) menyebutkan bahwa
penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA dalam waktu yang lama 1 tahun atau lebih
berdampak mengalami disfungsi seksual karena terjadi perubahan hormonal. Semakin lama
penggunaan KB hormonal maka semakin banyak keluhan fungsi seksual (Fatmawati et al.,
2017).

Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih besar berpotensi mengalami disfungsi
seksual dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi. Wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal <1 tahun berpengaruh pada hasrat seksualnya,
sedangkan pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal >1 tahun mengalami
disfungsi seksual. Permasalahan disfungsi seksual terjadi pada subdomain nyeri seksual saat
melakukan hubungan seksual (Huang et al., 2020).

Salah satu penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
salah satunya oral, setelah 3 bulan pemakaian melaporkan terjadi penurunan gairah seksual,
hasrat seksual dan 9 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal tersebut berdampak penurunan
aktivitas seksual (Montejo et al., 2019). Salah satu kandungan kontrasepsi hormonal adalah
estrogen sintetis etinilestradiol dan progestin ini akan memberikan efek pada berkurangnya
minat seksual, menurunnya gairah seksual (Caruso et al., 2004).

Disfungsi seksual pada wanita akan memberikan dampak negative secara emosional (de
Aquino Moreira et al., 2020). Terdapat hubungan yang kuat antara fungsi seksual dan kualitas
hidup dengan kesehatan, ada banyak factor yang mempengaruhi fungsi seksual pada seorang
wanita diantaranya factor biologis, psikologis dan factor lingkungan, perubahan fungsi
seksual jika dikaitkan dengan kontrasepsi hormonal terdapat banyak factor yang
mempengaruhi misalnya rendahnya hormone seks, kesejahteraan fisik dan mental, rasa cinta
pada pasangan, keadaan sosial, status ekonomi yang rendah (Casado-Espada et al., 2019).
Terdapat empat jenis disfungsi seksual antara lain: gangguan orgasme pada wanita; gangguan
gairah seksual; nyeri saat penetrasi; dan disfungsi seksual karena efek samping
mengkonsumsi suatu obat (Wallwiener et al., 2010).

SIMPULAN
Lama penggunaan kontrasepsi hormonal terbanyak adalah yang menggunakan kontrasepsi
hormonal >1 Tahun yang berjumlah 74 responden (69,2%) dan penggunaan kontrasepsi
hormonal dengan disfungsi seksual sebanyak 29 responden (27,1%). Berdasarkan hasil
analisis terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal denga disfungsi
seksual.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Baziad. (2008). Kontrasepsi Hormonal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Arum, S. N. D. (2011). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medika.
BKKBN. (2013). Penduduk dan ketenagakerjaan. http://lampung.bkkbn.go.id
Both, S., Lew-Starowicz, M., Luria, M., Sartorius, G., Maseroli, E., Tripodi, F., Lowenstein,
L., Nappi, R. E., Corona, G., & Reisman, Y. (2019). Hormonal contraception and

25
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

female sexuality: position statements from the European Society of Sexual Medicine
(ESSM). The Journal of Sexual Medicine, 16(11), 1681–1695.
Caruso, S., Agnello, C., Intelisano, G., Farina, M., Di Mari, L., & Cianci, A. (2004). Sexual
behavior of women taking low-dose oral contraceptive containing 15 μg
ethinylestradiol/60 μg gestodene. Contraception, 69(3), 237–240.
Casado-Espada, N. M., de Alarcón, R., de la Iglesia-Larrad, J. I., Bote-Bonaechea, B., &
Montejo, Á. L. (2019). Hormonal contraceptives, female sexual dysfunction, and
managing strategies: a review. Journal of Clinical Medicine, 8(6), 908.
Damailia, H. T., & Saadati, K. (2016). Hubungan Lama Pemakaian Kb Suntik DMPA (Depo
Medroxyprogesterone Acetate) Dengan Penurunan Libido Pada Akseptor KB DMPA.
Bhamada: Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan (E-Journal), 7(2), 11.
Daniels, K., Daugherty, J. D., & Jones, J. (2014). Current contraceptive status among women
aged 15-44: United States, 2011-2013 (Issue 2015). US Department of Health and
Human Services, Centers for Disease Control and ….
de Aquino Moreira, I. F., Bianchini, M. P., Moreira, G. R. C., Almeida, A. M., & Rezende, B.
A. (2020). Sexual function and metabolic/hormonal changes in women using long-term
hormonal and non-hormonal contraceptives: a pilot study. BMC Women’s Health, 20(1),
1–11.
Dinas Kesehatan Kota YOgyakarta. (2013). Profil Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2013.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2013/3
471_DIY_Kota_Yogyakarta_2013.pdf
Fatmawati, Z., Budihastuti, U. R., & Dewi, Y. L. R. (2017). The Effect of Combined Oral
Contraceptives on Sexual Function among Women of Reproductive Age in Jombang
District, East Java. Journal of Maternal and Child Health, 2(2), 100–112.
Frida Kasumawati, S. K. M. (2018). MODUL AJAR.
Guida, M., Troisi, J., Saccone, G., Sarno, L., Caiazza, M., Vivone, I., Cinque, C., & Aquino,
C. I. (2019). Contraceptive use and sexual function: a comparison of Italian female
medical students and women attending family planning services. The European Journal
of Contraception & Reproductive Health Care, 24(6), 430–437.
Hani, U., & Sholihah, A. N. (2017). HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI
SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL DI KLINIK PRATAMA
BINA SEHAT KABUPATEN BANTUL.
Huang, M., Li, G., Liu, J., Li, Y., & Du, P. (2020). Is There an Association Between
Contraception and Sexual Dysfunction in Women? A Systematic Review and Meta-
analysis Based on Female Sexual Function Index. The Journal of Sexual Medicine.
Irianto. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Alfabeta.
Liwang, F., Bhargah, A., Kusuma, I. B. H., Prathiwindya, G. G., Putra, I. G. I. S., & Ani, L.
S. (2018). Gambaran penggunaan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di wilayah
kerja UPT Puskesmas Tampak Siring. Intisari Sains Medis, 9(3), 41–46.
Montejo, A. L., Calama, J., Rico-Villademoros, F., Montejo, L., González-García, N., Pérez,

26
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

J., & Group, S. W. S. (2019). A real-world study on antidepressant-associated sexual


dysfunction in 2144 outpatients: The SALSEX I Study. Archives of Sexual Behavior,
48(3), 923–933.
Ningsi, A., Seweng, A., & Amiruddin, R. (2012). Pengaruh penggunaan metode kontrasepsi
suntikan DMPA terhadap kejadian disfungsi seksual. JTS Kesehatan, 2(1), 36–47.
Sarwono Prawirohardjo. (2005). Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirihardjo.
SDKI. (2017). Survey Demografi dan Kesehatan. https://e-koren.bkkbn.go.id/wp-
content/uploads/2018/10/Laporan-SDKI-2017-WUS.pdf
Setyoningsih, F. Y. (2020). EFEK SAMPING AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO MEDROKSI
PROGESTERON ASETAT (DMPA) DI BPM FITRI HAYATI. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 6(3), 298–304.
Wallwiener, M., Wallwiener, L.-M., Seeger, H., Mueck, A. O., Zipfel, S., Bitzer, J., &
Wallwiener, C. W. (2010). Effects of sex hormones in oral contraceptives on the female
sexual function score: a study in German female medical students. Contraception,
82(2), 155–159.
Wasiah, A. (2020). The Relation of Hormonal Contraception Use With Obesity in Women of
Childbearing Age (WUS) of Public Health Insurance Participants In The Lamongan
Clinic. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(2), 964–969.
WHO. (2018). Family planing: contraceptive prevalence.
https://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2018/en/
Yosin, E. P., Mudigdo, A., & Budihastuti, U. R. (2016). Effect of Hormonal Contraceptive on
Sexual Life, Body Mass Index, Skin Health, and Uterine Bleeding, in Women of
Reproduction Age in Jombang, East Java. Journal of Maternal and Child Health, 1(3),
146–160.
Yuliasri, T. R. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang keluarga berencana
dengan pemilihan alat kontrasepsi setelah melahirkan di RSKIA Khasanah Bantul.
Zettira, Z., & Berawi, K. N. (2015). Analisis hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan disfungsi seksual pada wanita. Jurnal Majority, 4(7), 103–108.

27
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 19 - 28, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

28

Anda mungkin juga menyukai