Anda di halaman 1dari 39

PENJAHAT ABADI

Karya: M. Afif Permana


Terinspirasi dari naskah "Orkes Madun II atawa Umang-umang" karya Arifin C. Noer

Tokoh:
Bos Buncit
Barong Si Anjing Jalanan
Rambo Si Anjing Seragam
Nyak Dieng Si Dukun Berdasi
Mimi Si Assistant Dukun
Nabi

DI KEDIAMAN BOS BUNCIT. SEDANG BERSIAP MELAKUKAN PERTUNJUKAN.

BOS BUNCIT:
Barong... siap?

BARONG:
Siap, Bos Buncit!

BOS BUNCIT:
Rambo... siap?

RAMBO:
Siap, Bos Buncit!

BOS BUNCIT:
Mulailah!

BARONG DAN RAMBO: (bernyanyi)


Wahai dunia beserta rimbanya
Kenalkan, kami para anjing gila
Kami inilah
Anak buah Bos Buncit

Bos Buncit, mafia besar


Penjahat negara
Tak ada yang bisa
Mengalahkan dirinya

Kami setia padanya


Bahkan sampai mati
Karena Bos Buncit
Orang paling berbahaya

Bos Buncit bertekad


Menjadi penjahat dunia
Kami berjanji
Membawanya mahkota

BOS BUNCIT:
Anjing-anjingku...

BARONG DAN RAMBO:


Oii..

BOS BUNCIT:
Anjing-anjingku...

BARONG DAN RAMBO:


Oii.. oi..

BOS BUNCIT:
Tunjukanlah pada dunia bagaimana wajah garang kalian.
Tunjukanlah pada dunia bahwa kalian ini siapa.

RAMBO:
Aku Rambo si anjing seragam. Mengelola bisnis para kaum elit. Casino, diskotik, narkoba
mahal, pelacur kelas kakap, dan bisnis-bisnis politik yang gelap. Aku memberi makan anak-
anak anjingku yang berseragam gagah dan resmi.

BARONG:
Aku Barong si anjing jalanan. Mengelola bisnis para kaum proletar. Lahan-lahan
premanisme, perampokan, narkoba murah, pelacur kelas rendah, dan bisnis-bisnis kotor
lainnya. Aku memberi makan anak-anak anjingku yang berseragam liar dan berantakan.

BOS BUNCIT:
Aku adalah Bos Buncit. Penjahat dari segala penjahat di negara ini. Mereka tunduk padaku
meski tidak semua dari mereka mengetahui aku seperti apa. Hanya tangan kanan dan kiriku
yang mengetahuinya, yaitu Barong dan Rambo.
Aku bagaikan bayangan yang diam-diam bergerak mematikan. Diam-diam menjadi musuh
besar, diam-diam menjadi pelindung yang amat kebal bagi mereka yang hormat kepadaku.
Dan, kini, pada pertunjukan ini, kami berada di tempat kediamanku. Di suatu rumah yang
gelap dan sepi. Cukup sederhana. Tak perlu mewah atau megah. Tak perlu pengawal yang
banyak. Cukup Rambo dan Barong. Agar aku tak menjadi sorot mata masyarakat dan tetap
menjadi rahasia. Paling tidak, anak-anak anjing mereka hanya bisa menemui mereka di luar
rumah untuk memberi laporan atau sekadar bantuan. Sisanya, mereka pergi lagi dengan
helikopter.
Berbicara tata letak, rumah ini berada di atas bukit. Bukit yang berada di antara rimbanya
dunia. Meski tempat ini tersembunyi, tapi aku masih bisa melihat manusia-manusia dengan
segala peristiwanya. Dengan segala jalur politiknya. Dan di situlah kesempatanku bergerak
memasuki peluang untuk mewujudkan mimpiku, menjadi penjahat dunia. Bukan lagi hanya
penjahat negara.
Apalah artinya dunia
bila tanpa peran penjahat?
Apalah artinya pahlawan
bila tak ada lawannya?
Sekian dan terima kasih.

BARONG DAN RAMBO:


Hidup Bos Buncit! Hidup Bos Buncit! Hidup Bos buncit!

BOS BUNCIT:
Baik, anak-anak, anjing-anjingku... cukup! pertunjukan telah selesai. Aku ingin istirahat.

BOS BUNCIT DUDUK DI SINGGASANANYA. RAMBO DAN BARONG


MENGHAMPIRI BOS BUNCIT. MEMIJIT TUBUHNYA.

BOS BUNCIT:
Bagaimana pertunjukannya? Menyenangkan, bukan?

RAMBO:
Menyenangkan, bos.

BARONG:
Iya, bos. Menyenangkan.

BOS BUNCIT:
Jangan bohong kalian. Sungguh menyenangkan atau tidak?

RAMBO DAN BARONG:


Siap, menyenangkan, Bos Buncitku. Sungguh!

BOS BUNCIT:
Nah.. gitu, dong. Dengan pertunjukan tadi, aku dapat meluapkan ambisi dalam benakku.
Walaupun aku sendiri tak mungkin tampil seperti itu di panggung sandiwara asli. Bisa-bisa
gagal impianku. Karena, jika ingin menjadi penjahat nomor satu, kita mesti tidak terlihat.
Tapi bayangan-bayangan kita mesti terus bergerak. Bukan begitu, anjing-anjingku?

BARONG:
Betul, sebetul-betulnya orang paling betul, Bos Buncit.

RAMBO:
Ya, mutlak, Bos Buncitku.

BOS BUNCIT:
Ya, selain itu, setidaknya aku dapat terhibur, pertunjukan ini bisa meluangkan waktuku dari
segala kebosanan di tempat ini.

RAMBO:
Dan kejenuhan dari segala kesibukan di pertunjukan yang asli, alias dunia nyata itu sendiri,
Bos Buncit.

BOS BUNCIT:
Cerdas sekali kau, Rambo!

BARONG:
Dan pertunjukan ini bisa menjadi penyemangat untuk kita, bos. Agar kita lebih berapi-api
lagi dalam meraih gelar penjahat yang paling ditakuti. Agar mimpi kita terus merongrong,
terus memaksa kita untuk mewujudkannya.

BOS BUNCIT:
Ya! Ya! Tepat sekali kau, Barong. Tidak kusangka anjing-anjingku memang secerdas ini.
Tidak salah aku mengasuh asu-asuku dari kecil. Tidak salah aku merawat dan mendidik
kalian sampai sebesar ini.

BARONG:
Semua berkat, Bos Buncit.
RAMBO:
Sungguh beruntung kami punya tuan seperti Bos Buncit.

BOS BUNCIT:
Terimakasih, anjing-anjingku. Aku menjadi terharu. Semoga apa yang kita impikan ini
menjadi nyata. Sehingga aku bisa membuat kalian lebih besar lagi.

BARONG DAN RAMBO:


Amiinnn...

BOS BUNCIT:
Baiklah, sekarang, waktunya laporan. Kita kembali lagi ke proses kita. Bagaimana kerja
kalian beserta anak-anak anjing kalian?

RAMBO:
Sebentar, Bos. Aku ingin mengambil catatanku dulu.

BOS BUNCIT:
Memangnya di mana catatanmu?

BARONG:
Memangnya tidak kau simpan di sakumu seperti aku ini?

RAMBO:
Ketinggalan di kamarku, Bos. Mohon maaf. Tadi aku terlalu memikirkan pertunjukan
sampai-sampai aku lupa.

BOS BUNCIT:
Waduh, dasar manusia, ketika sudah fokus satu, yang lain malah jadi terlupakan.
RAMBO:
Sekali lagi mohon maaf, bos. Lain kali aku tidak mengulanginya lagi.

BOS BUNCIT:
Waduh, dasar manusia, biasanya sih ngomong kayak gitu, lain kali tidak akan mengulanginya
lagi, tapi diulangi lagi. Ah, tai. Untung saja aku penjahat yang baik. Untung saja aku sayang
padamu. Kalau tidak, kuputus leher kau.
Ya, sudah, sana. Ambil.

BARONG:
Buruu.. atau aku minta ijin nih ke bos buat putusin leher kau.

RAMBO KE KAMARNYA

BOS BUNCIT:
Baiklah, kau dulu, Barong. Presentasikan laporanmu.

BARONG:
Siap, Bos Buncit.
Menurut laporan Barong si anjing jalanan. Pertama, lahan-lahan premanisme di negara ini
sudah tuntas kita ambil alih, bos. Mulai dari oknum organisasi masyarakat yang memegang
lahan parkir dan jatah-jatah usaha. Hingga preman-preman yang memegang pasar dan toko-
toko. Semua kita babat abis. Toh, masalah pungutan liar tidak terlalu dipedulikan di negara
kita ini, bos.
Lanjut, laporan kedua, pajak mucikari di setiap lapak pelacuran jalanan semakin menambah
hasilnya. Nampaknya orang-orang jaman sekarang banyak yang sange tak tertampung, bos.
Sehingga banyak orang-orang yang melakukan pelecehan. Pemerkosaan di mana-mana.
Dan yang terakhir, bos. Bisnis narkoba murahan kita ini semakin melimpah penghasilannya.
Mau di jalanan, gang-gang gelap, sekolah, kampus, bahkan di dalam penjara itu sendiri.
Sehingga, total kekayaan kita semakin melimpah dari biasanya, Bos Buncit.

BOS BUNCIT:
Wahh.. wahh.. wahhh... anjing pintar. Aku turut senang sekali mendengarnya. Ini menjadi
batu loncatan kita untuk merambah ke negara-negara lainnya.
BARONG:
Siap, Bos Buncit. Kita mesti ekspor.

BOS BUNCIT:
Sepakat. Aku sepakat sekali, Barong. Mataku kini bagaikan matahari pagi, cerah dan
sejuknya bukan main. Seolah-olah masa depanku menjadi penjahat dunia tinggal beberapa
jengkal lagi. Kita tinggal menyiapkan SDM dan senjata-senjata yang gagah untuk bantai para
penjahat di negara-negara lain.

BARONG:
Betul, bos. Dan itu perlu jalur politik yang halus dalam lorong-lorong gelap. Tempat tikus-
tikus yang mesti kita pelihara.

BOS BUNCIT:
Betul. Dan itu seharusnya tugas si Rambo. Lama sekali dia, si anjing satu ini.

BARONG:
Rambooo! Keluar kau! Mengambil laporan saja kau lama sekali. Bos Buncit sudah
menunggu ini. Kau mau macam-macam dengan Bos?

BARONG KELUAR. KE KAMAR RAMBO. TAK LAMA KEMUDIAN, MUNCUL


KEMBALI, MENYERET RAMBO.

BOS BUNCIT:
Lama sekali kau! Memangnya ada sesuatu yang disembunyikan?

RAMBO:
Tidak ada, Bos Buncit.

BOS BUNCIT:
Jangan bohong!
RAMBO:
Tidak ada.

BOS BUNCIT:
Hei, Rambo! Aku tau kau dari kecil. Aku bisa mencium bau-bau kebohongan dari setiap
embusan napasmu.

BARONG:
Jujur saja, Rambo.

BOS BUNCIT:
Kau terlihat tak seperti biasanya. Ada apa Rambo?

RAMBO:
Begini, Bos Buncit. Mohon maaf sebelumnya. Menurut laporan Rambo si anjing seragam.
Sebentar lagi dunia memasuki tahun gelap. Di mana perekonomian mulai surut. Beberapa
negara terancam resesi. Walaupun negara kita terbilang aman, tapi penjahat-penjahat dari
negara lain yang terancam resesi tersebut, mulai menjarah bsinis-bisnisnya ke negara kita.
Bahkan banyak anak-anak anjingku jadi membelot dan bergabung dengan mereka.

BOS BUNCIT:
Kau sedang tidak bercanda, kan, Rambo?

RAMBO:
Mana mungkin aku bercanda perihal serius, tuanku.

BOS BUNCIT:
Lalu apalagi?

RAMBO:
Pendapatan diskotik mulai menurun, bos.
BOS BUNCIT:
Apa? Lalu, bagaimana dengan casino?

RAMBO:
Orang-orang sekarang lebih suka judi online, bos.

BOS BUNCIT:
Astagfirullah, Zeus...

BOS BUNCIT PINGSAN. DITADANG BARONG.

BARONG:
Bangsat kau, Rambo!

RAMBO:
Bos kenapa ini, Rong?

BARONG:
Aku tidak tahu. Intinya semua ulahmu, bangsat!

RAMBO:
Dari awal perasaanku memang tak enak buat bacain laporan.

BARONG:
Ahh! Ya, sudah. Sudah. Sekarang, bantu aku angkat, bos!

RAMBO:
Mau diangkat kemana ini?
BARONG:
Udah buru, bantuin! Berat, nih.

RAMBO:
Iya mau diangkat kemana ini?

BARONG:
Kita coba letakan bos di singgasananya.

SEUSAI MELETAKAN, MEREKA COBA MEMBANGUNKAN BOS BUNCIT DENGAN


MENGGOYANG-GOYANGKAN BADANNYA.

BARONG:
Bos... bangun, bos...

RAMBO:
Bos.. bos.. bangun, boss.. maafin Rambo, bos.
Lain kali Rambo bawa laporan yang bagus-bagus, bos.

BARONG:
Eh, kunyuk. Kalau sampai bos mati, kuhabisi kau!

RAMBO:
Tidak apa-apa aku mati. Asal bos jangan mati, Rong.

BARONG:
Eh, bego! Kalau kau mati, bos bakal kehilangan salah satu anjing yang dia percaya.

RAMBO:
Ya, kalau begitu kau jangan bunuh aku, bego!
BARONG:
Maksudnya kalau bos mati, bego!

BOS BUNCIT TIBA-TIBA DUDUK. BARONG DAN RAMBO TERPERANJAT. NAMUN


BOS BUNCIT BELUM SADAR, MATANYA MASIH KOSONG.

BARONG:
Bos...

RAMBO:
Bos, sadar, bos?

BARONG:
Bos sepertinya belum siuman, Rong.

RAMBO:
Biar aku ambilkan air.

BARONG:
Nah, bagus. Tanggung jawab kau.

RAMBO KE DAPUR. MENGAMBIL AIR. DI SELA ITU BARONG MENCOBA


MEMIJIT DAN MENYADARKAN BOS NAMUN BELUM SADAR JUGA. HINGGA
RAMBO KEMBALI MEMBAWA AIR.

RAMBO:
Ini airnya.

BARONG:
Tempelkan ke mulutnya.
RAMBO:
Susah, Rong. Mulutnya tertutup rapat.

BARONG:
Kalau begitu usap wajahnya pakai tanganmu.

RAMBO:
Tak berani aku.

BARONG:
Tidak apa-apa. Demi kebaikan, bos.

RAMBO:
Baiklah.

KETIKA DIUSAP, BOS BUNCIT MALAH TIDURAN. CUMAN KAKINYA KE ATAS.

RAMBO DAN BARONG:


Eee... Bos...

RAMBO:
Mana? Katanya demi kebaikan? Ini malah makin aneh.

BARONG:
Tanganmu bau tai kali. Ya sudah kita turunin kakinya.

RAMBO:
Ayo.. satu.. duaa.. tigaa..

KETIKA KAKINYA DITURUNIN, BOS BUNCIT KEMBALI POSISI DUDUK.


BARONG:
Waduh, kok, duduk?

RAMBO:
Aduh gimana ini.

BARONG:
Ya sudah kita turunin badannya, yuk.

RAMBO:
Ayo.. satu.. dua... tigaa...

KETIKA DITURUNIN BADANNYA. KAKINYA KEMBALI NAIK.

BARONG:
Waduh. Begini lagi.

RAMBO:
Jangan bercanda, bos.

BARONG:
Ya sudah, kau turunin kakinya. Aku tahan badannya.

RAMBO:
Ayo.. satu.. dua.. tigaa...

BOS BUNCIT TIDURAN

RAMBO DAN BARONG:


Amann.. alhamdulilah.

BARONG:
Tapi, Mbo. Napasnya bos makin pelan.

RAMBO:
Ah, jangan main-main, Rong.

BARONG:
Sumpah demi Tuhan. Coba cari bantuan kepada anak anjingmu.

RAMBO: (mengeluarkan HT)


Anak-anak anjingku.. Cari bantuan buat Bos Buncit, Bos Buncit inkoma. Cari obat mujarab
atau orang ahli! Buruan!

BARONG:
Kau mau mengundang orang buat ketemu, bos?

RAMBO:
Setidaknya dia bisa mengobati, Bos Buncit. Yang penting bos sembuh dulu. Kesehatan
nomor satu.

BARONG:
Kalau begitu sesudah bos sembuh. Baru kita bunuh dia.

RAMBO:
Terserah.

RAMBO DAN BARONG MENGECEK NADI BOS. MEMOMPA DADANYA.


MENGGOYANGKAN TUBUHNYA. MEREKA MERENGEK BAGAI ANAK KECIL.
BARONG:
Bos, jangan mati dulu, bos.

RAMBO:
Bangun, bos, bangunn...

BARONG:
Bos, bangun.. mimpi kita belum terwujud, bos. Jangan pergi dulu.

RAMBO:
Bangun.. bos, janji kita membawakanmu mahkota belum terlaksana, bos.

BARONG:
Kalau kau pergi, siapa yang akan memimpin kita, bos?

RAMBO:
Siapa yang akan jadi kepala kami buat memikirikan ide-ide bisnis yang cemerlang?

BARONG:
Siapa yang akan membuat kita lebih besar lagi?

RAMBO:
Siapa yang akan membuat pertunjukan kecil?

BARONG:
Bos Buncit lebih dari sekadar pemimpin. Meski ia penjahat besar namun dia memiliki hati
yang baik. Memungut kita yang terbuang dari kehidupan ini. Ia melihatnya beda. Ia merawat
dan membesarkan kita. Layaknya anak. Layaknya keluarga. Meski kita tetap peliharaannya,
namun kasih sayangnya bukan main kita rasakan. Lalu, ia jadikan kami seperti orang
berguna.

RAMBO:
Bos Buncit lebih dari sekadar pemimpin. Meski ia menelusuri dunia gelap. Namun
karismanya, wibawanya, dan ide-idenya begitu terang. Sehingga wajahnya nampak cerah
bagai orang-orang suci, seperti wali, nabi, bahkan laksana malaikat.

NABI:
Auuuoooo... aku mendengar tangisan. Aku harus menyelamatkannya.

BARONG DAN RAMBO MENYEKA TANGISAN KETIKA MENDENGAR SUARA SI


NABI DARI LUAR KEDIAMAN.

BARONG:
Siapa itu?

RAMBO:
Sepertinya suara itu dekat.

BARONG:
Coba periksa jendela!

BARONG MEMERIKSA JENDELA DI SISI KIRI. RAMBO DI SISI KANAN.

BARONG:
Tidak ada siapa-siapa di luar.

RAMBO:
Aku juga tak melihat siapa-siapa di sini.

NABI:
Aku mendengar bisikan, Tuhan. Aku mendengar ada yang minta bantuan.

BARONG:
Suaranya dari belakang dapur. Pasang badan!

RAMBO:
Tunggu! Sepertinya aku tahu siapa dia. Aku ingat suaranya.

NABI TIBA-TIBA MUNCUL DARI ARAH BELAKANG.

NABI:
Taraaa... di sini rupanya.

BARONG:
Brengsek!

RAMBO:
Benar saja dugaanku.

RAMBO BERLARI MENYEKAP NABI. LALU MENGIKATNYA DI SEBUAH KURSI.

NABI:
Eee.. Tunggu dulu.

RAMBO:
Kau masih ingat dia kan, Rong?

BARONG:
Ya, aku ingat sekali. Dia orang sinting di bukit ini yang tersesat dan sendirian. Kita ketemu
dia waktu berburu rusa dua minggu lalu.

RAMBO:
Tepat! Mau apa kau ke sini?
BARONG:
Sudah kami bilang waktu kita ketemu, jangan pernah menyentuh dan mendekati rumah ini.
Sekarang malah kau masuk tanpa ijin. Kau mau kubunuh, hah?

NABI:
Ettt... sabar, sabar... manusia. Tangisan kalian menggema bukit. Aku sebagai nabi. Utusan
Tuhan. Harus membantu umatku. Aku telusuri asal tangisan kalian. Dan akhirnya aku
menemukannya di sini. Aku terobos saja lewat jendela belakang.

BARONG:
Bangsat kau! Jangan lagi-lagi mengaku dirimu nabi. Aku sudah muak mendengarnya. Kau ini
hanya manusia biasa. Hanya tanah. Jangan mengaku langit ketujuh.

NABI:
Kau yang tak mengerti. Setiap hari aku mendengar bisikan dari Tuhan. Dan sekarang Tuhan
berbisik lagi kepadaku, kalau aku harus membantu orang gendut itu.

RAMBO:
Jangan sembarang kau ngomong.

BARONG:
Jangan seenaknya bicara, bajingan! Dia bukan orang sembarangan. Dia tuan kami. Pemimpin
kami yang gagah dan perkasa. Tapi sekarang dia sedang jatuh sakit.

RAMBO:
Kau salah, Rong. Memperkenalkan bos ke orang asing.

BARONG:
Astaga, aku lupa. Abis aku teramat kesal dengannya. Lagipula dia hanya orang sinting yang
tersesat di bukit ini.

NABI:
Atas nama Tuhan Maha Kuasa, aku bisa membantunya. Aku memiliki ilham. Aku dikaruniai
cahaya dari Tuhan. Percayalah. Percayalah.

BARONG:
Bacot! Kubunuh kau!

RAMBO:
Tunggu, Rong! Mungkin dia benar.

BARONG:
Kenapa kau membelanya?

RAMBO:
Kita kasih dia kesempatan untuk membuktikannya. Mungkin yang dia maksud, dia memiliki
mukjizat. Seperti nabi-nabi dulu.

NABI:
Ya, benar itu! Ketika makhluk Tuhan memberi kesempatan pada makhluk Tuhan lainnya
untuk berbuat kebaikan, maka sempurnalah cahaya dalam hati makhluk itu sendiri. Meski
sejahat-jahatnya makhluk, pasti akan selalu ada sisi putih di benaknya.
Pasti tuan itu mengajarkan banyak hal kepada kalian sehingga kalian terlihat setia kepadanya.
Mungkin juga kalian melihat sisi putih di benak tuan kalian sehingga kalian menganggap
tuan kalian itu sempurna. Pasti tuan kalian juga akan membawa mimpi besar sehingga kalian
nurut akan perintahnya.

BARONG:
Waras juga orang sinting ini.

RAMBO:
Bagaimana?

BARONG:
Lepaskan ikatannya. Biarkan dia beraksi.
NABI:
Terima kasih, umatku. Semoga Tuhan memberimu rejeki berlimpah.

BARONG:
Bacot! Cepet sembuhkan dia. Kalau sampai salah-salah, kalau sampai tak sembuh juga, akan
kubunuh kau tanpa ampun.

RAMBO:
Ya, begitu. Itu kesepakatan kita. Kalau kau tak mampu membuktikan, kau akan mati.

NABI:
Dengan senang hati, umatku. Aku bisa membaca masa depan. Aku sebagai nabi bisa jadi
pahlawan.

BARONG:
Bacot.

NABI MENGHAMPIRI BOS BUNCIT. MEMERIKSA TUBUH. MULUTNYA KOMAT-


KAMIT MEMBACA MANTRA. NAMUN SEKIAN LAMANYA BACA MANTRA, TAK
ADA HASIL APA-APA.

BARONG:
Mana? Tak sembuh-sembuh juga.

NABI:
Sabar, semesta sedang bekerja.

RAMBO:
Kau benar-benar bisa atau tidak?

NABI:
Sabar, umatku. Cara kerja Tuhan bukan datang di waktu yang cepat. Tapi datang dengan
waktu yang tepat.

BARONG:
Alah, bacot! Kau mau mempermainkan kami?

RAMBO:
Seperti janji, kau akan kami bunuh.

NABI:
Tunggu.. Tunggu dulu..

RAMBO DAN BARONG MENGELUARKAN PISAU DARI SAKUNYA. MEREKA


MENGEJAR NABI LAYAKNYA KUCING DAN ANJING. NABI BERHASIL KABUR
LEWAT JENDELA BELAKANG LAGI. DISUSUL RAMBO DAN BARONG HINGGA
KELUAR RUMAH.

BARONG:
Awas kau, kalau ketemu aku lagi, akan kucincang-cincang kau sampai mampus!

RAMBO:
Jangan harap kau bisa ketemu matahari lagi, orang sinting!

RAMBO DAN BARONG KEMBALI MEMASUKI KEDIAMAN.

BARONG:
Brengsek, seharusnya kau jaga ketat si orang sinting itu.

RAMBO:
Kau juga seharusnya lebih gesit untuk menangkapnya.

BARONG:
Dari awal aku memang sudah curiga. Seharusnya aku bisa bunuh dia lebih awal. Kau malah
kasih dia kesempatan. Sok-sok jadi pahlawan saja kau. Kita ini penjahat, ya, penjahat saja.
Jangan belagu buat jadi pahlawan. Pahlawan musuh kita. Bahkan harus jadi anak-anak anjing
kita. Seperti anak-anak anjingmu yang berseragam resmi dan dicap sebagai pahlawan oleh
negara.

RAMBO:
Tapi kau tak bisa sepenuhnya menyalahkanku. Kita berdua harus mengakui kesalahan.
Bahwa kita tak menjaga dengan ketat rumah ini sehingga orang sinting itu bisa seenaknya
masuk.

BARONG:
Tidak. Aku penjaga yang baik di rumah ini.

RAMBO:
Ya, sudah, sudah. Daripada berdebat yang ujungnya tidak ada hasil, lebih baik kita pikirkan
kesembuhan Bos Buncit. Biar Bos cepet sehat, dan kita bisa meneruskan perjalanan buat
mengejar impian kita dan membunuh mereka yang membelot.

BARONG:
Anak-anak anjingmu itu lama sekali kirim bantuannya. Brengsek. Jangan-jangan ditipu oleh
anak-anak anjingmu yang membelot.

RAMBO:
Tidak. Aku menyuruh anak anjingku yang paling aku percaya. Aku yakin sebentar lagi
bantuan itu sampai.

SUARA LONCENG.

NYAK DIENG:
Spadaa...

MIMI:
Atas bantuan anjing seragam. Kami datang.
RAMBO:
Nah, itu dia.

BARONG:
Pucuk dicinta penyelamat pun tiba.

RAMBO DAN BARONG MENGHAMPIRI PINTU KELUAR.

RAMBO DAN BARONG:


Silakan masuk, nyonya-nyonya.

MEREKA MASUK KE KEDIAMAN.

RAMBO DAN BARONG:


Silakan duduk, nyonya-nyonya.

NYAK DIENG:
Terima kasih.

RAMBO:
Kalian ini orang yang ahli kesembuhan?

NYAK DIENG:
Bisa dibilang seperti itu.

BARONG:
Maaf, nyonya-nyonya. Mau minum apa?

NYAK DIENG:
Maaf, tuan. Jangan panggil saya nyonya.

MIMI:
Aku juga. Cukup dipanggil Mimi, tuan. Tak perlu semewah dipanggil nyonya.

NYAK DIENG:
Aku biasa dikenal dengan nama Nyak Dieng. Seorang dukun berdasi. Biasa menyelamatkan
orang-orang penting. Dan Mimi ini asistenku.

RAMBO:
Baik, Nyak Dieng dan Mimi, terima kasih sudah datang dan ingin membantu kami.
Perkenalkan, aku Rambo si anjing seragam.

BARONG:
Perkenalkan juga, aku Barong si anjing jalanan.

NYAK DIENG:
Senang berkenalan dengan kalian.

BARONG:
Baik, untuk Nyak Dieng dan Mimi, kalian ingin minum apa?

NYAK DIENG:
Sepertinya kami hanya ingin air bening. Kelihatannya air bening di bukit ini cukup segar.

MIMI:
Ya, kalau boleh, tuan, kami hanya meminta air bening saja. Kami cukup lelah berjalan meski
tak jauh jaraknya.

BARONG:
Baik, akan saya ambilkan.
BARONG KE DAPUR

RAMBO:
Kalian kenapa tidak diantar helikopter?

NYAK DIENG:
Awalnya kami diantar menggunakan helikopter. Namun helikopter terkena kendala di
pertengahan jalan. Lalu, kami diantar menggunakan mobil Jeep, namun mobil itu memiliki
kendala juga di pertengahan bukit. Jadi kami memilih jalan kaki saja. Kami hanya minta
diarahkan ke tempat ini berada.

RAMBO:
Kalau begitu, mohon maaf, Nyak Dieng, atas pelayanan kami yang kurang.

NYAK DIENG:
Tak jadi masalah. Aku lebih suka jalan kaki di antara tumbuhan-tumbuhan segar. Biar
umurku yang cukup tua ini terjaga kesehatannya.

RAMBO:
Amin... kau memang terlihat ahli perihal kesehatan.

MIMI:
Begitulah, kehebatan Nyak Dieng, tuan.

BARONG MASUK MEMBAWA DUA GELAS AIR BENING.

BARONG:
Minuman sudah datang.

NYAK DIENG DAN MIMI:


Terima kasih.
RAMBO:
Silakan diminum.

NYAK DIENG DAN MIMI MEMINUMNYA.

RAMBO:
Sebelumnya mohon maaf apabila perjamuan kita begitu kaku. Sebab kami tak terbiasa
menerima tamu di rumah ini. Ini baru kedua kalinya.

BARONG:
Memang yang pertama siapa?

RAMBO:
Si Nabi.

BARONG:
Kalau itu tamu tak diundang, bodoh.

NYAK DIENG: (selepas minum)


Kalau begitu, biar kuperiksa pasiennya. Karena waktu kami tak sebentar.

BARONG DAN RAMBO:


Oh, boleh-boleh.

NYAK DIENG:
Mimi, waktunya bertugas.

MIMI:
Siap, Nyak Dieng.
NYAK DIENG DAN MIMI MENGHAMPIRI BOS BUNCIT. MIMI MEMERIKSA
TUBUH BOS BUNCIT.

NYAK DIENG:
Sebelumnya ada tanda-tanda dari sakitnya?

RAMBO:
Tidak, Nyak. Tiba-tiba.

MIMI MENABUR KEMBANG DI SEKELILING TUBUH BOS BUNCIT. NYAK DIENG


DUDUK DI DEPAN UJUNG KEPALA BOS BUNCIT. MENGELUARKAN SEBOTOL
KECIL. LALU IA BACAKAN MANTRA.

NYAK DIENG:
Jing gonjang ganjing.
Atas nama segala dewa-dewi.
Atas betapa luasnya alam semesta.
Beserta segala keajaiban penyembuhan.
Keluarkanlah roh jahat yang membuat sakit.
Angkatlah dan jangan datang kembali.
Jing gonjang ganjing.
Sembur kesehatan.
Cuahhh.

NYAK DIENG MEMBERI BOTOL KECIL ITU KE MIMI.

NYAK DIENG:
Mimi, seperti biasa, bacalah mantra terlebih dahulu. Agar manjur.

MIMI:
Baik, Nyak Dieng.
BARONG:
Kalau boleh tahu, Nyak Dieng, itu ramuan apa?

NYAK DIENG:
Kamu nanya itu ramuan apa?

BARONG:
Iya, Nyak Dieng.

NYAK DIENG:
Itu ramuan hasil dari darah-darah orang kecil. Dicampur dengan wewangian uang gelap.

RAMBO DAN BARONG:


Ohh.. begitu.

NYAK DIENG:
Kalau sudah membacakan mantra, kau buka mulutnya yang rapat itu. Kau tuang sedikit ke
mulutnya, Mi. Biarkan seteguk saja.

MIMI:
Baik, Nyak Dieng.

MIMI MENUANGKANNYA. TAK LAMA KEMUDIAN, BOS BUNCIT LANGSUNG


BANGKIT.

BOS BUNCIT:
Aaaa.... aku Bos Buncit. Penjahat besar negeri ini. Siapa yang berani menantangku,
melawanku, atau mengkhianatiku, akan aku habisi sampai ke akar-akarnya! Aku merasa lebih
kuat dari sebelumnya.

BARONG:
Bos.. akhirnya kau bangun juga bos.. syukurlah.

RAMBO:
Bos, syukurlah, bos. Turut senang kau kembali sehat. Maafin Rambo, bos. Udah buat bos jadi
sakit. Ampuni anjingmu ini, bos.

BOS BUNCIT:
Memang brengsek kau, Rambo. Untung saja kau anjing kesayanganku, kalau tidak habis kau
kumakan.

RAMBO:
Maaf, bos. Biar Rambo urus anak-anak anjing yang membelot itu, bos. Dan Rambo urus
masalah kurangnya perekonomian di jalurku.

BOS BUNCIT:
Baiklah, anjingku, Rambo. Urus semuanya sebagai bentuk permohonan maaf dan tanggung
jawabmu!

RAMBO:
Siap, Bos Buncit.

BOS BUNCIT:
Tapi tunggu dulu. Siapa mereka? Bukankah aku tak mengijinkan siapapun untuk masuk ke
rumah ini selain kalian? Mengapa kalian perbolehkan?

BARONG:
Tunggu sebentar, Bos Buncitku. Biar kukenalkan mereka. Ini Nyak Dieng, seorang dukun.
Dan ini asistennya, Mimi. Kami sengaja membawa mereka ke sini untuk mengobati bos. Dan
akhirnya, tak perlu waktu lama, mereka membuat bos kembali sadar.

BOS BUNCIT:
Tapi, mereka tetap orang asing. Bagaimana kalau mereka adalah antek-antek musuh kita?
NYAK DIENG:
Mohon maaf, tuan, kami hanya bertugas untuk menyembuhkan orang. Kami tak ingin terlibat
dalam organisasi serta jalur politiknya. Itu akan mengganggu prioritas kerja kami. Masalah
sepengetahuan kami berada di sini akan kami lupakan. Menjaga rahasia pasien adalah kunci
kami untuk terus mendapat kepercayaan pada pasien-pasien kami, tuan.

BOS BUNCIT:
Apa yang kamu bisa tawarkan agar aku percaya?

NYAK DIENG:
Kalau aku adalah musuhmu. Justru aku akan memberikan ramuan yang membuatmu cepat
mati, tuan. Bukan menjadi lebih kuat seperti ini.

RAMBO:
Mohon maaf sebelumnya, Bos Buncitku. Dia mungkin benar, bos. Kalau dia musuh, dia akan
meracuni bos. Tolong dipertimbangkan bos.

BOS BUNCIT:
Hatimu begitu lunak untuk menjadi seorang penjahat, Rambo. Pantas saja kau dikhianati anak
anjingmu. Baru saja kau meminta maaf padaku, sekarang kau ingin melawanku dengan
membelanya. Di mana kesetiaanmu, Rambo?

RAMBO:
Maaf, Bos Buncit, tuanku yang agung. Bukan begitu maksudku.

BARONG:
Ijin, Bos Buncitku, aku ingin berbicara empat mata dengan Rambo. Aku ingin kasih paham
ke dia.

BOS BUNCIT:
Silakan, Barong. Kalau dia macam-macam, langsung bunuh dia.

BARONG:
Siap, Bos.

BARONG MENARIK RAMBO KE SUDUT. BERBISIK KEPADANYA.

BARONG:
Kau ini bagaimana? Katanya kita akan membunuh mereka kalau bos sudah sembuh. Kau
jangan berubah pikiran seperti ini, brengsek.

RAMBO:
Sudah waktunya kita berpikir maju, Rong. Kita tidak akan biarkan mereka mati. Tapi ajak
kerja sama. Mereka punya kekuatan yang bisa membantu mimpi kita. Yaitu ramuannya. Kita
bisa jadi penjahat paling kuat dengan ramuan itu.

BARONG:
Tapi apa kata Bos Buncit harus kita patuhi.

RAMBO MENINGGALKAN BARONG.

RAMBO:
Maaf, Bos Buncitku, atas kelancanganku. Bagaimana kalau Nyak Dieng kita ajak kerja sama?

BOS BUNCIT:
Apa maksudmu, Rambo?

NYAK DIENG:
Sudah kubilang, kami tak ingin terlibat dalam organisasi beserta jalur politiknya.

RAMBO:
Sebentar, Nyak. Biar aku jelaskan. Kami akan memberi Nyak Dieng apa pun yang Nyak
inginkan, termasuk air bening di bukit ini dan kekayaan. Tapi, sebagai timbal baliknya, kami
meminta ramuan kuat itu terus menerus, bagaimana Nyak dieng?
Bagaimana Bos Buncit? Ramuan itu akan membuat kita jadi penjahat paling kuat. Cita-cita
bos akan terwujud menjadi penjahat dunia.

NYAK DIENG:
Kalau aku tak mau?

BARONG:
Terpaksa kita membunuh kalian sekarang juga.

BOS BUNCIT:
Baiklah. Terdengar cukup adil. Bagaimana kau, Nyak Dieng?

NYAK DIENG:
Baiklah kalau begitu. Kami setuju.

RAMBO:
Yes!

BOS BUNCIT:
Sekarang berikan kami ramuan itu.

NYAK DIENG:
Aku juga minta imbalanku.

BOS BUNCIT:
Rambo.. Barong.. Ambilkan segalon air bening dan beberapa harta kita kepadanya.

BARONG DAN RAMBO:


Siap, Bos Buncit.
BARONG DAN RAMBO MENGAMBIL GALON DAN HARTA YANG
DIKARUNGKAN. NYAK DIENG MENYURUH MIMI MEMBERIKAN SEBOTOL
KECIL KEPADA BOS BUNCIT.

NYAK DIENG:
Untuk sementara, sebotol dulu. Sisanya nanti aku kirim.

BARONG DAN RAMBO KEMBALI KE RUANGAN. MEMBAWA IMBALAN ITU.

BOS BUNCIT:
Sekarang kita impas, Nyak Dieng. Untuk sementara kami juga segini dulu.

NYAK DIENG:
Ya, impas kita.

BOS BUNCIT:
Panggil saja aku, Bos Buncit. Senang bekerja sama denganmu.

NYAK DIENG:
Senang bekerja sama denganmu juga, Bos Buncit.

BOS BUNCIT:
Barongg.. Ramboo.. Minum ramuan itu!

RAMBO DAN BARONG:


Siap, Bos!

NYAK DIENG:
Tunggu, kalian berdua setetes saja. Karena kalian sehat. Takutnya kalau setara dengan Bos
Buncit, kalian akan overdosis.
RAMBO DAN BARONG:
Baiklah kalau begitu.

RAMBO DAN BARONG MENCICIPI SETETES.

BOS BUNCIT:
Baiklah, mari kita rayakan dengan sebuah pertunjukan.

NYAK DIENG:
Pertunjukan?

BOS BUNCIT:
Ya, ikutlah dengan kami.

MUSIK DILANTUNKAN. BARONG DAN RAMBO BERGAYA SILAT. BOS BUNCIT


DI ATAS SINGGASANA. NYAK DIENG DAN MIMI BERADA DI KEDUA SISINYA.

BOS BUNCIT:
Merayaplah, anjing-anjingku. Merayaplah!

RAMBO:
Tubuhku semakin kuat, bos.

BARONG:
Ya, aku juga. Aku bisa merasakan otot-ototku mengeras.

BOS BUNCIT:
Tunjukanlah taring kalian anjing-anjingku. Latihanlah untuk bantai lawan kita yang berusaha
menjatuhkan kita. Kita tunjukan bahwa kita bisa mencapai gelar penjahat dunia. Bukan lagi
penjahat negara.
NYAK DIENG:
Permisi, Bos Buncit. Bahkan, bisa jadi penjahat abadi. Sampai di luar dunia pun kalian
tetaplah penjahat nomor satu. Menembus waktu. Menembus semesta.

BOS BUNCIT:
Penjahat Abadi? Aku suka panggilan itu.

MIMI:
Ya, penjahat abadi, Bos Buncit. Sampai malaikat pun getar keberadaan engkau.

BOS BUNCIT:
Ya. Penjahat Abadi. Akulah penjahat abadi. Aku suka ini.

RAMBO DAN BARONG:


Hidup Bos Buncit! Hidup Bos Buncit! Hidup Bos Buncit! Hidup Bos Buncit si Penjahat
Abadi!

BOS BUNCIT:
Anjong-anjingku. Sebentar lagi kita akan memasuki masa kejayaan. Tinggal kalian berjanji
membawakanku mahkota.

TIBA-TIBA BOS BUNCIT TERSENDAK. KESULITAN NAPAS. MERASA LUMPUH.

RAMBO DAN BARONG:


Bos.. kenapa, bos?

RAMBO DAN BARONG PUN MENYUSUL TERSENDAK. KESULITAN BERNAPAS.


MERASA LUMPUH.

NYAK DIENG:
Yeahh! Tepat sekali perkiraanku. Bosnya minum seteguk dalam waktu satu jam. Anjing-
anjingnya setetes dengan waktu beberapa menit. Alhasil sekarat berbarengan.
NYAK DIENG MENGELILINGI MEREKA YANG SEKARAT.

NYAK DIENG:
Kalian pasti bingung, ya? Ramuan yang kalian minum memang menguatkan tubuh. Tapi
hanya sementara. Hanya memberi kesan untuk terakhir kalinya sebelum mati. Ingat pada isi
ramuan ini, darah-darah orang kecil dan wewangian uang gelap yang membawa kalian mati.
Karena kalian telah berdosa meminumnya. Dan kalian harus menanggung pada akhirnya.

MIMI:
Kini Bos Buncit beserta anjing-anjingnya yang malang telah sekarat. Sebentar lagi mati.
Untuk Rambo, kami adalah suruhan anak anjingmu yang membelot untuk menghabisi kalian.
Itulah tujuan awal kami ke sini.

NYAK DIENG:
Aku adalah dukun berdasi. Berurusan dengan orang-orang penting soal menyembuhkan
musuh selamanya, alias mati. Makan, tuh, penjahat abadi. Selamat menempuh keabadian di
akhirat wahai penjahat abadi.

NABI:
Auoooo... aku mencium bau orang berdosa.

NYAK DIENG:
Suara apa itu?

MIMI:
Sepertinya ada yang menguping, Nyak.

NABI MEMASUKINYA LEWAT JENDELA DAPUR LAGI.

NABI:
Taraaa.. orang-orang berdosa! Aku datangg..
NYAK DIENG:
Siapa kau, bajingan?

NABI:
Astagfirullah.. ngomongmu kasar, wahai manusia. Aku adalah nabimu. Aku utusan Tuhan.

MIMI:
Ada urusan apa kau?

NABI:
Aku sedaritadi mengintip kelakuan kalian lewat jendela itu. Kelakuan kalian itu sangat tak
terpuji. Kalian telah menghilangkan nyawa seorang manusia.

NYAK DIENG:
Lalu apa maumu?

NABI:
Aku dibisiki Tuhan untuk menghapus dosa kalian. Aku akan membunuh kalian.

NABI MENGELUARKAN PISAU.

NABI:
Pisau yang aku ambil dari dapur ini, akan menjadi saksinya.

NABI MENYAMBAR PISAU KE TUBUH NYAK DIENG. LALU KE MIMI. MEREKA


SEKEJAP MATI. KEMUDIAN NABI MENUSUK KE TUBUH BOS BUNCIT DAN
ANJING-ANJINGNYA UNTUK MEMPERCEPAT KEMATIAN. LALU NABI DUDUK
DI SINGGASANA.

NABI:
Misiku telah selesai, Tuhan. Aku dapat membaca masa depan dan menjadi pahlawan. Aku
menyelamatkan mereka dari dosa besar jika mereka masih hidup beberapa tahun lagi.
Apa, Tuhan? Aku penjahat juga? Penjahat karena telah membunuh orang? Tapi semua ini
karena kebaikan.
Apa? Apapun alasannya membunuh itu tidak baik? Aku seorang penjahat? Penjahat abadi
seperti yang dibilang mereka?
Tidak. Tidak apa-apa, Tuhan. Aku rela jadi penjahat abadi selagi Engkau yang perintah.
Karena aku utusanMu yang paling patuh.
Ya, siap, Tuhan. Aku adalah penjahat abadi. Berjaya menembus ruang dan waktu sampai
pertunjukan benar-benar selesai.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai