Anda di halaman 1dari 6

GENOSIDA PENJAHAT

M. Afif Permana

SESEORANG MENONTON BERITA-BERITA KEJAHATAN DI TELEVISI. LALU MEMATIKAN TELEVISINYA


KARENA TERAMAT KESAL.

Sudah terlalu banyak orang jahat di hidup ini. Bahkan di Indonesia, di rumah kita sendiri, terutama
di Jakarta, terbilang angka kriminalitasnya cukup tinggi sehingga menduduki peringkat ke-92 dengan
kota tak teraman di dunia. Selain itu ada Bali dengan peringkat ke-133.

Ya, meskipun tidak terlalu ekstrem seperti Brasil, Afrika Selatan, Venezuela, dan lain-lainnya yang
menempati sepuluh negara dengan angka kriminalitas tertinggi di dunia.

Tapi ini sangat miris, menurutku.

Di mana rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, tapi ini menjadi sebuah ancaman.
Karena banyak penjahat yang tak mengenal siapa. Seolah mata hatinya sudah dibutakan oleh
kepentingan pribadinya.

Ada begitu banyak kejahatan yang kita ketahui dan sampai sekarang masih sering terjadi. Pertama,
kejahatan pembunuhan. Kedua, kejahatan penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Ketiga, kejahatan pemerkosaan dan pencabulan. Keempat, kejahatan penculikan dan
mempekerjakan anak di bawah umur. Kelima, kejahatan pembegalan. Keenam, Kejahatan pencurian,
perusakan, dan penadahan. Ketujuh, kejahatan narkoba. Kedelapan, kejahatan penipuan.
Kesembilan, kejahatan penggelapan. Dan yang terakhir, kejahatan yang paling tinggi dan kejam,
adalah kejahatan korupsi. Karena kejahatan korupsi melahirkan jenis-jenis penjahat yang terdesak
oleh kemiskinan dan kehausan uang.

Bangsat!

Apakah selamanya air mata dan darah tumpah akibat kejahatan?

Apakah kejahatan akan terus terjadi dan terus meningkat sampai kiamat?

Ya, Tuhan. Engkaulah maha agung, maha melihat, maha mendengar, lagi maha bijaksana. Apakah
kau tak muak melihat ciptaanmu yang saling jahat satu sama lain? Apakah tak sakit telingamu
mendengar jeritan derita dari makhluk-makhlukmu? Apakah tidak ternodai tanganmu meneteskan
sepercik warna hitam dalam diri manusia?
Aku lelah, Tuhan. Aku sakit ketika orang-orang tak bersalah harus menanggung rasa sakit dari
kejahatan saudaranya sendiri.

Dan, lebih miris lagi, ya, Tuhan. Para pahlawan di dunia nyata pun, tidak seperti tokoh-tokoh
pahlawan yang ada di film-film. Sebab banyak dari mereka yang seharusnya mengayomi masyarakat
tapi malah mengambil kesempatan untuk melakukan kejahatan tanpa terlihat oleh siapa. Bahkan tak
jarang juga yang terang-terangan. Serta yang aku lihat, sejauh ini penjara pun tak membuat penjahat
jera. Justru melahirkan lebih banyak penjahat dan banyak koneksi.

Maka dari itu, ya Tuhan, izinkanlah aku bersama rekan-rekanku membentuk suatu gerakan anti
penjahat untuk genosida para penjahat dengan menculik dan membunuh mereka sampai angka
kriminalitas di negara kita bahkan satu dunia menjadi menurun drastis. Dan para makhluk bumi pun
akan hidup di dunia ini dengan rasa aman tanpa ancaman seperti di negeri dongeng yang subur dan
tentram. Aku dan manusia-manusia lainnya menjadi saudara yang akur. Biar berbeda-beda, tapi kita
tetap satu.

Ya, meskipun cara kami memang sedemikian keji. Sama halnya dengan mereka yang jahat. Tapi itu
pantas untuk mereka dapatkan.

Kami, seumpama tokoh-tokoh suci yang memerangi kaum-kaum kafir. Seumpama jenderal-jenderal
yang ada di salah satu lagu musisi legendaris, yang bilang bahwa peperangan yang ia ciptakan untuk
perdamaian, demi perdamaian, guna perdamaian, dan dalih perdamaian. Tapi aku tidak sebohong
dan tak sekejam jenderal-jenderal itu yang memerintahkan para prajurutnya untuk meluncurkan
bom dan peluru kemana saja. Tanpa adanya hati-hati.

Tapi polisi-polisi di luar malah ingin memberantasku dan rekan-rekanku. Padahal kami ini membawa
misi suci. Aneh, sungguh aneh. Sehingga kini, kita jadi buronan, dan akhrinya berada di sini, di
tempat persembunyian yang berada di bawah tanah ini. Tapi tak apa, kelak jika gerakan kita berhasil
menurunkan angka kriminalitas hingga drastis, mereka pun akan mengerti. Mereka akan paham
siapa kita. Mereka pasti akan memberi suatu penghargaan kepada kita.

Tak apa.. tak apa.. memang sejatinya begitu. Seperti dunia fiksi pada umumnya, jagoan akan kalah
terlebih dahulu, setelah itu pengakuannya belakangan.

SUARA BISING TIPIS-TIPIS LALU SUARA KETOK PINTU.

Ahh.. Masuk!

SUARA BUKA PINTU.


Ada apa rekan-rekanku? Kalian menggangguku saja! Aku sedang menyiapkan cerita untuk dicetak
sejarah. Agar dunia tahu latar belakang misi suci kita.

Ya, sudah, kalian kini pergi, tinggalkan aku sendiri. Aku butuh inspirasi.

SESEORANG ITU MENYALAKAN ROKOK DI POJOK RUANGAN, NAMUN REKAN-REKANNYA BELUM


JUGA PERGI.

Loh, kok, kalian masih berdiri di sana?

Ohh, iyaa, sudah waktunya beroperasi. Ngomong, dong, daritadi. Jangan diam dan berdiri saja
seperti penjaga pos monyet.

Ya, sudah. Bawa lima macam penjahat masuk ke sini!

REKAN-REKAN MEMBAWA LIMA MACAM PENJAHAT BERBEDA-BEDA DENGAN GRASAH-GRUSUH.

Bariskan penjahat-penjahat itu di depan televisi sambil berlutut! Kita persilakan mereka untuk
menyaksikan kekejian mereka!

SESEORANG ITU MENYETEL TELEVISI DENGAN BERITA-BERITA PENJAHAT.

Lihat! Buka mata kalian lebar-lebar, bajingan! Itu perbuatan kalian! Sadarkah kalian bahwa yang
kalian lakukan itu keji! Dimana kemanusiaan kalian? Dimana? Bangsat!

MEMATIKAN TELEVISI.

Kini aku yang akan membalas dengan setimpal kepada kalian.

SESEORANG ITU MENGAMBIL PISTOL LALU MENYETEL MUSIK HINGGA IA BERDANSA DAN
MENYANYIKAN LAGU ‘ANTI PENJAHAT’ SEBAGAI RITUAL SEBELUM OPERASI.

Siapa yang ingin duluan? Kalau tidak ada yang jawab, maka aku yang akan bertindak.
Satu..

Dua..

Ti..

Baiklah. Kalau begitu keputusannya. Terima kasih.

SESEORANG ITU MENYEKAP KEPALA YANG PALING KIRI DAN MENODONG PISTOL DI KENINGNYA.

Eh, kau! Perampok! Brengsek kau! Diam, bangsat! Jangan gerak-gerak! Diam! Kamu juga pernah
maling ayam, kan? Bangsat!

Sekarang aku minta kamu berkokok! Cepet! Cepet bangsat!

SUARA BERKOKOK.

Nah, gitu, dong!

SESEORANG ITU MELUNCURKAN PELURU DI KEPALANYA. LALU PINDAH KE SEBELAHNYA.

Nah, sekarang giliran kamu. Pembegal bajingan! Dasar tak punya otak! Kamu nggak mikirin nasib
orang yang kau begal? Brengsek!

SESEORANG ITU MENEMBAK KEPALANYA. LALU PINDAH KE SEBELAHNYA LAGI.

Ini dia, penculik anak, bajingan! Kamu nggak mikirin masa depan anak itu, bangsat? Itu anak kecil!
Harapan bangsa, bangsat!

SESEORANG ITU MENEMBAK KEPALANYA. LALU PINDAH KE SEBELAHNYA LAGI.

Nah, ini, nih, yang sedang ramai kasusnya. Pemerkosa sialan! Tai! Eh, Udah diam! Jangan nangis,
bangsat! Ah, ngehe!
SESEORANG ITU MENEMBAK KEPALANYA. LALU PINDAH KE SEBELAHNYA LAGI.

Nah, kita sedang bertemu raja terakhir. Eh, bapak koruptor. Maling besar. Makan duit rakyat saja
kerjaan kamu, ya, ngehe! Aku ingin tembak perutmu yang buncit ini biar meledak dan berhamburan
uang-uang yang sudah kau makan. Betul begitu, pak? Bajingan!

SESEORANG ITU MENEMBAK PERUTNYA LALU KEPALANYA.

Ya, inilah yang harus diterima dengan semua penjahat.

ADA SUARA TEMBAK-TEMBAKAN DARI LUAR RUANGAN.

Ada apa itu, hah? Ada apa?

Polisi? Anjing!

Kenapa bisa ke sini? Misi suci kita belum kelar. Siapa yang melapor mereka? Siapa?

TIBA-TIBA REKAN-REKAN MENYEKAP SESEORANG ITU.

Anjing! Ngapain kalian bertiga, hah? Bajingan kalian! Kalian yang melapor polisi? Anjing! Penghianat!

SESEORANG ITU MELEPASKAN DIRI DARI SEKAPAN MEREKA BERTIGA LALU MENYAMBAR PISAU
SETELAH ITU MENUSUK MEREKA.

Bajingan! Semua orang tidak ada yang bisa dipercaya! Semua orang adalah penjahat! Bangsat!

BERDIRI DI KURSI

Pak polisi! Saya bukan orang jahat pak! Saya orang baik! Saya membawa misi suci, pak! Saya ingin
dunia ini tidak ada penjahat!

TIBA-TIBA SUARA BISING DAN SUARA BISIKAN-BISIKAN MEMEKIKAN TELINGANYA DAN MEMBUAT
KEPALANYA PUSING. SUARA BISIKAN ITU BILANG BAHWA IA ADALAH SEORANG PENJAHAT.
Hentikan! Tolong hentikan! Aku bukan penjahat! Aku bukan penjahat! Aku tidak berdosa! Aku
pahlawan! Aku bukan orang-orang yang kejam kepada orang yang tak berdosa! Tolong! Tolong
hentikan! Hentikan!

HENING. MELIHAT SEKITAR.

Polisi? Rekan-rekanku? Orang-orang jahat? Semua tidak ada apa-apa. Tidak ada siapa-siapa. Tidak.
Tidak. Aku berhalusinasi lagi.

Kenapa ini selalu datang kepadaku selama aku membunuh mereka? Aku tahu, mereka jahat, pantas
dibasmi. Tapi benar kepada bisikan-bisikan itu bahwa semestinya aku tak membunuh mereka.
Mereka juga butuh hidup. Mereka juga punya keluarga. Terutama rekan-rekanku. Mereka adalah
orang baik sebenarnya.

MERAIH PISTOL.

Masalah jahat atau baik memang masalah penilaian dari sudut pandang. Tapi sebenarnya setiap
manusia punya keduanya. Punya setan dan malaikat di dalam dirinya. Punya hitam dan putihnya.
Seperti lambang yin dan yang.

Sekarang aku hidup seorang diri. Tidak punya siapa-siapa. Hanya ditemani bisikan-bisikan di
kepalaku. Selalu berhalusinasi. Selalu menghadapi kelamku.

Sepertinya aku akan melanjutkan misi ini. Aku sudah terlanjur basah. Aku tetap genosida penjahat.
Membunuh warna hitam. Dan aku akan melakukan itu juga kepada diriku.

Aku adalah manusia dan aku memiliki jahatku sendiri.

MENEMBAK KEPALANYA SENDIRI.

Anda mungkin juga menyukai