Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN PASIEN KUSTA BARU

No. Dokumen 440/ /412.43.16/SOP.IV/2015


No. revisi
Tanggal Terbit
SOP Halaman

PEMERINTAH KABUPATEN
SIDOARJO
DINAS KESEHATAN dr. B IRAWATYRATNA. K, MM
UPT PUSKESMAS NIP. 19741019 200701 2008
TROSOBO
KECAMATAN TAMAN

1. Pengertian Adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasien rawat jalan kusta
yang baru ditemukan dengan tanda kusta dan belum pernah mendapat
pengobatan MDT sebelumnya.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan pasien baru kusta
dengan benar.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas
4. Referensi
5. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesa keluhan utama (rasa baal adanya bercak
Langkah- putih, bercak merah tebal), keluhan tambahan (parestesia, demam, nyeri
langkah sendi, dll), riwayat perjalanan penyakit (berapa lama pengobatan yang di
dapat, reaksi bentol-bentol merah, dll), riwayat kontak dengan penderita
kusta (keluarga), penyakit lain yang diderita pada saat kini, riwayat
penyakit dahulu yang berat.
2. Petugas memeriksa pasien secara klinis :
 Diperiksa pada seluruh permukaan kulit (seluruh tubuh diperiksa)
 Setelah ditemukan adanya kelainan kulit, maka kelainan kulit dites ada
tidaknya arestesia (tes raba menggunakan kapas yang diruncingkan)
 Pemeriksaan kelainan syaraf tepi raba dengan teliti syaraf tepi berikut :
n.auricularis magnus, n.ulnaris, n.radialis, n.medianus, n.peruneus,
dan n.tibialisposterior.petugas harus mencatat apakah syaraf tersebut
nyeri tekan atau tidak dan menebal atau tidak sambil memperhatikan
raut muka penderita apakah ia kesakitan atau tidak pada waktu syaraf
diraba

 Bila hasil pemeriksaan memenuhi kriteria penyakit kusta maka catatlah


kelainan-kelainan yang ditemukan pada kartu penderita sesuai tanda-
tanda, jumlahnya, besarnya dan letaknya
3. Petugas menentukan klasifikasi pengobatan MDT (tipe PB atau MB)
4. Petugas mnyiapkan MDT sesuai klasifikasi tipe (PB 6-9 bulan, MB 12-18
bulan)
5. Petugas menjalankan tatacara minum obat MDT dan reaksi yang
ditimbulkan oleh MDT serta tanggal kembali mengambil obat.
6. Petugas memberikan kartu kendali obat pada pasien untuk selalu di
bawa saat ambil obat.
7. Petugas mencatat pada kartu penderita
6. Bagan Alir
Melakukan anamnesa

Melakukan pemeriksaan secara klinis (kelainan kulit dan syaraf tepi)

Menentukan klasifikasi pengobatan MDT (tipe BP atau MB)

Menyiapkan MDT sesuai klasifikasi tipe

Menjelaskan tatara cara minum obat MDT, reaksi yang ditimbulkan, serta tanggal
kembali mengambil obat

Memberikan kartu kendali obat pada pasien

Mencatat pada kartu pendertia

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait BP, Poli kusta
9. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Historis diberlakukan

PENANGANAN REAKSI KUSTA


SOP No. Dokumen 440/ /412.43.16/SOP.IV/2015
No. revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PEMERINTAH KABUPATEN
SIDOARJO
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS
TROSOBO dr. B IRAWATYRATNA. K, MM
KECAMATAN TAMAN
NIP. 19741019 200701 2008

1. Pengertian Adalah suatu episode dalam pejalanan kronis penyakit kusta yang
merupakan suat reksi kekebalan (seluler respons) atau reksi antigen
antibodi (humoral respon) dengan akibat merugikan penderita yang dapat
terjadi sebelum pengobatan, pada saat pengobatan maupun sesudah
pengobatan, namun sering terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah
mulai pengobatan.
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam melakukan penanganan reaksi kusta
dengan benar.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Trosobo Nomor : 440/ /
412.43.16/SK. /2015 tentang :
PAKAI SK TIM PERENCANAAN TI NGKAT PUSKESMAS
4. Referensi
5. Prosedur/ 1. Petugas mencuci tangan
Langkah- 2. Petugas menyiapakan ruangan yang cukup terang
langkah 3. Petugas melakukan pemeriksaan klinis
 Lesi kulit (melihat atau tidak adanya reliaktif, penebalan lesi, nyeri
tekan pada lesi, lesi kulit baru, pembengkakan tangan dan kaki, neri
sendi)
 Syaraf tepi (melihat ada atau tidaknya nyeri tekan syarah dan
gangguan fungsi atau kelemahan otot)
 Keadaan umum (ada atau tidaknya demam ringan atau berat)
 Organ tubuh (ada atau tidaknya gangguan organ tubuh pada mata,
testis, ginjal, sendi, kelenjar limfa, tulang, hidung dan tenggorokkan)

4. Petugas menentukan tipe reaksi (reaksi tipe I ringan/ berat, reaksi tipe II
ringan/berat)
Jenis reaksi Reaksi ringan Reaksi berat
Reaksi tipe I  Lesi aktif, menebal,  Lesi membengkak
merah, terasa panas sampai pecah, dan
dan Neni tekan ada lesi kulit baru
 Tidak adanya nyeri  Nyeri tekan syaraf
tekan syaraf dan dan kelemahan otot
gangguan fungsi
Reaksi tipe II  Nodul yang nyeri  Nodul nyeri tekan
tekan jumlah sedikit dan pecah, jumlah
hilang dalam 2-3 hari banyak
 Tidak ada demam  Demam ringan
atau ringan sampai berat
 Tidak ada nyeri tekan  Ada nyeri tekan
syarah lagi syaraf tepi dan
 Tidak ada gangguan gangguan funsi
organ-organ tubuh  Terjadi gangguan
pada organ-organ
tubuh

5. Petugas menentukan pengobatan reaksi


a. Pengobatan reaksi ringan
- Berobat jalan, istirahat di rumah
- Pemberian analgesik, obat penenang bila perlu
- MDT diberikan terus dengan dosis tidak diubah
b. Pengobatan reaksi berat
- Pemberian prednison secara
2 minggu I 40 mg/hari (1x8tab) pagi hari sesudah makan
2 minggu II 30mg/hari (1x6tab) pagi hari setelah makan
2 minggu III 20mg/hari (1x4tab) pagi hari setelah makan
2 minggu IV 15mg/hari (1x3tab) pagi hari setelah makan
2 minggu V 10mg/hari (1x2tab) pagi hari setelah makan
2 minggu VI 5 mg/hari (1x1tab) pagi hari setelah makan
- Pemberian analgesik, sedatif
- Immobilitas lokal
- Bila memungkinkan penderita dirawat inap (RS)
6. Petugas menjelaskan penyebab reaksi
7. Petugas menganjurkan pasien untuk kontrol rutin tiap 3 hari pada 2
minggu pertama
8. Petugas mencuci tangan
6. Bagan Alir
Mencuci tangan

Menyiapkan ruangan yang cukup tenang

Melakukan pemeriksaan klinis

Menentukan tipe reaksi

Menentukan pengobatan reaksi

Menjelaskan penyebab reaksi

Menganjurkan pasien untuk kontrol rutin tiap 3 hari pada 2 minggu pertama

Mencuci tangan

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait Poli kusta
9. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
Historis diberlakukan

PEMERIKSAAN POD
SOP No. Dokumen 440/ /412.43.16/SOP.IV/2015
No. revisi
Tanggal Terbit
Halaman
PEMERINTAH KABUPATEN
SIDOARJO
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS
TROSOBO dr. B IRAWATYRATNA. K, MM
KECAMATAN TAMAN
NIP. 19741019 200701 2008

1. Pengertian Merupakan prosedur rutin pada pasien kusta dalam memeriksa gangguan
fungsi syaraf tepi sensorik, motorik dan otonom agar dapat mencegah
terjadinya kecatatan permanen pada penderita kusta yang dilakukan setiap
kali penderita berkunjung ke Puskesmas atau saat petugas berkunjung ke
rumah penderita minimal 1 bulan sekali.
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam melakukan pemeriksaan POD pada
pasien kusta dengan benar.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Trosobo Nomor : 440/ /
412.43.16/SK. /2015 tentang :
PAKAI SK TIM PERENCANAAN TI NGKAT PUSKESMAS
4. Referensi
5. Prosedur/ 1. Petugas mencuci tangan
Langkah- 2. Petugas menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
langkah 3. Petugas menyiapkan formulir POD dan bolpoin yang ringan untuk test
raba
4. Petugas mengatur posisi pasien duduk berhadapan dengan petugas
agar mata, tangan dan kaki mudah diperiksa
5. Petugas meminta pasien untuk memejamkan mata\
6. Petugas memperhatikan pasien dari depan/samping apakah mata
menutup dengan sempurna/tidak
7. Petugas mencatat hasil pada formulir POD
8. Petugas memegang lengan kanan bawah penderita dengan siku sedikit
ditekuk kemudian jari telunjuk dan jari tengnah kiri petugas mencari
nervus ulnaris di sulcus ulnaris yaitu pada lekukan diantara tonjolan
tulang siku dan tonjolan kecil di bagian medial dengan memberi tekanan
ringan n. Ulnaris digulirkan dengan halus sambil melihat mimik/reaksi
penderita tamapak kesakitan atau tidak, lakukan bergantian pada kedua
siku
9. Petugas meminta pasien untuk meletakkan kedua telapak tangan di
atas paha pasien denngan posisi telapak tangan menghadap ke atas
dan dalam posisi ekstensi
10. Petugas dengan tangan kiri membawa ujung ibu jari penderita untuk
ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan
penderita kemudian menekan pangkal ibu jari penderita dari bagian
batas antara punggung dan telapak tangan ke arah menjauhi hidung.
Bila tegak ke atas dan tehanan positif berarti kuat tahanan, bila tegak ke
atas dan tahanan negatif berarti lemah tahanan, bila tegak ke atas
negatif dan gerak terbatas berarti lemah gerak, bila gerak ke atas
negatif dan bergerak horizontal sejajar telapak tangan berarti lumpuh,
lakukan bergantian pada kedua sisi dan mencatat hasil pada formulir
POD
11. Petugas memegang ujung-ujung jari 2, 3, dan 4 tangan kanan penderita
dengan telapak tangan penderita menghadap ke atas dan posisi
ekstensi (jari kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan
petugas)
12. Petugas meminta pasien menggerakkan jari kelingking ke lateral-medial
(buka ke samping-menutup ke arah jari manis). Bila pasien dapat
membuka dan menutup jari dengan sempurna pasien diminta menjepit
sehelai kertas yang diletakkan diantara jari manis dan jari kelingking
tersebut lalu petugas menarik kertas tersebut sambil menilai ada atau
tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut. Bila tahanan positif:
kuat, menutup positif tahanan negatif: lemah tahanan, menutup negatif
gerak lateral medial terbatas: lemah gerak, gerakan buka tutup negatif
hanya bisa bergerak ke atas bawah: lumpuh
13. Petugas memeriksa kekuatan pergelangan tangan dengan cara
memegang punggung lengan bawah tangan kanan pasien kemudian
pasien diminta untuk menggerakkan pergelangan tangan kanan ke atas
dan ke bawah/ekstensi fleksi, pertahankan pada posisi ekstensi (ke
atas) lalu dengan tangan kanan petugas menekan tangan penderita ke
bawah ke arah fleksi. Bila tahanan positif: kuat, bila tahanan negatif:
lemah tahanan, bila gerakan fleksi ekstensi positif terbatas: lemah
gerak, bila gerakan ekstensi negatif: lumpuh
14. Petugas melakukan pemeriksaan rasa raba pada kedua telapak tangan
dengan cara meminta pasien meletakkan kedua tangan di atas paha
penderita, dengan menutup mata atau menoleh menjauh dari tangan
yang diperiksa, petugas menyentuh tangan pasien pada titik-titik yang
sesuai dengan gambar pada formulir POD dengan menggunakan
bolpoin, pasien diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh, catat
hasil pada form POD bila rasa positif (), bila rasa negatif (×)
15. Petugas melakukan pemeriksaan n.Peroneius communis dengan
meminta pasien duduk dengan kaki dalam keadaan relax, petugas
meraba caput fibula dengan jari telunjuk dan tengah dengan tekanan
yang ringan syaraf tersebut digulirkan bergantian kiri dan kanan sambil
melihat mimik/reaksi pasien apakah kesakitan
16. Petugas melakukan pemeriksaan n.tibialis posterior dengan meraba
n.tibialis posterior pada bagian belakang dan bawah maleolus medialis
dengan jari telunjuk dan tengah lalu digulirkan sambil melihat
mimik/reaksi pada pasien
17. Petugas melakukan pemeriksaan kekuatan kaki dengan meminta
pasien mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak di lantai atau
ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit) dan pertahankan
pada posisi tersebut lalu petugas dengan kedua tangan menekan
punggung kaki penderita ke bawah/ke lantai. Bila tekanan positif: kuat,
bila ekstensi positif tahanan negatif: lemah tahanan, bila gerakan
ekstensi terbatas positif: lemah gerak, bila gerakan ekstensi negatif:
lumpuh
18. Petugas melakukan pemeriksaan rasa raba kaki dengan kaki kanan
penderita diletakkan pada paha kiri dan menghadap ke atas, tangan kiri
petugas menyanggah ujung jari kaki pasien, petugas menyentuh
telapak kaki pada titik-titik yang ada pada formulir POD. Bila rasa positif
 dan bila rasa negatif ×
19. Petugas mencatat kecacatan fisik lain pada formulir POD
20. Petugas mengambil kesimpulan dan mengajarkan cara merawat diri
21. Petugas mencuci tangan
6. Bagan Alir
Mencuci tangan

Menjelaskan prosedur

Mengatur posisi pasien

Menyiapkan form POD

Melakukan pemeriksaan syaraf mata

Melakukan
Melakukan pemeriksaan
pemeriksaan syaraf ulnaris
kekuatan ibu jari
Melakukan pemeriksaan kekuatan jari kelingking

Melakukan pemeriksaan kekuatan pergelangan tangan

Melakukan pemeriksaanrasa raba pada telapak tangan

Melakukan pemeriksaan N. Peroneus Communis

Melakukan pemeriksaan N. Tibialis Posterior

Melakukan pemeriksaan kekuatan kaki

Melakukan pemeriksaan rasa raba pada kaki

Mencatat kecacatan fisik lain

Mengambil kesimpulan

Mencuci tangan

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait P2 kusta

9. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


Historis diberlakukan
PENCATATAN DAN PELAPORAN KUSTA
No. Dokumen 440/ /412.43.16/SOP.IV/2015
No. revisi
Tanggal Terbit
SOP Halaman

PEMERINTAH KABUPATEN
SIDOARJO
DINAS KESEHATAN dr. B IRAWATYRATNA. K, MM
NIP. 19741019 200701 2008
UPT PUSKESMAS
TROSOBO
KECAMATAN TAMAN

1. Pengertian Merupakan suatu kegiatan pendokumentasian pasien kusta yang terdiri dari
kartu penemuan penderita, kartu untuk memonitor pengobatan dan formulir
pelaporan yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program serta
pertimbangan dalam pengambilan Keputusan, dan perencanaan untuk
tahun berikutnya.
2. Tujuan Sebagai pedoman untuk petugas dalam melakukan pencatatan dan
pelaporan pasien kusta dengan akurat dan benar.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Trosobo Nomor : 440/ /
412.43.16/SK. /2015 tentang :
PAKAI SK TIM PERENCANAAN TI NGKAT PUSKESMAS
4. Referensi
5. Prosedur/ 1. Petugas mengisi identitas pasien dan riwayat penyakit sekarang dan
Langkah- dahulu
langkah 2. Petugas mengisi kolom gambar dan menggambar secara jelas tanda-
tanda klinis pasien sesuai dengan simbol/tanda gambar yang telah
ditetapkan dan menulis tanggal pemeriksaan dan nama petugas
3. Petugas mengisi kolom keadaan cacat dengan menulis tanggal
pemeriksaan baik pada waktu pertama kali pemeriksaan dan dalam
tahap RFT, menulis tingkat cacat menurut WHO (0,1,2) dan nilai cacat
tertinggi dari semua cacat yang ada
4. Petugas mengisi kollom laboratorium, pada kolom pemeriksaan
bakteriologi ditullis tanggal, bulan dan lokasi pengambilan preparat,
pengambilan dan pemeriksaan sediaan dilakukan bila diagnosa
diragukan
5. Petugas mengisi kolom pengobatan dan mengisi jenis obat dan dosis
sesuai dengan umur pasien serta menuliskan tanggal pengambilan obat
pada kolom bulan
6. Petugas mengisi kolom pemeriksaan kontak serumah
7. Petugas mengisi kolom riwayat reaksi kusta dengan menuliskan jenis
reaksi kapan berlangsungnya, berapa lama, pengobatan oleh siapa,
jenis obat, pernah dirawat di Rumah Sakit atau tidak, kalau ya berapa
lama. Bila terjadi reaksi kusta yang berulang-ulang berikan penjelasan
pada kertas tambahan
8. Petugas mengisi formulir POD tiap bulan
6. Bagan Alir
Mengisi identitas pasien, RPS dan RPD

Mengisi kolom gambar

Mengisi kolom keadaan cacat

Mengisi kolom laboratorium

Mengisi kolom pengobatan

Mengisi kolom pemeriksaan kontak serumah

Mengisi kolol riwayat reaksi kusta

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait P2 kusta

9. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


Historis diberlakukan

PEMERIKSAAN SKIN SMEAR


No. Dokumen 440/ /412.43.16/SOP.IV/2015
No. revisi
Tanggal Terbit
SOP Halaman

dr. B IRAWATYRATNA. K, MM
PEMERINTAH KABUPATEN NIP. 19741019 200701 2008
SIDOARJO
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS
TROSOBO
KECAMATAN TAMAN

1. Pengertian Adalah pemeriksaan sediaan yang diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil
pada kulit yang kemudian diberi pewarnaan tahan asam untuk melihat
mycobacterium lepra, sediaan diambil dari cuping telinga kanan/kiri dan
kelainan kulit (lesi) yang aktif.
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam melakukan pemeriksaan skin smear
dengan benar.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No.

4. Referensi Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta.2006.DEPKES


RI.Cetakan XVIII
5. Prosedur/ 1. Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tanang
Langkah- 2. Petugas mengambil kaca objek sediaan yang baru, bersih dan tidak
langkah tergores. Beri tanda atau nomor pada bagian bawah kaca objek atau
label kaca objek sesuai nomor identitas pasien
3. Petugas membersihkan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear
dengan kapas alkohol dan biarkan mengering
4. Petugas menyalakan api spirtus
5. Petugas memasang bisturi (mata pisau skalpel) pada ganggangnya
6. Petugah menjepit kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk
tetap jepit dengan kuat agar darah tidak ikut keluar
7. Petugas membuat irisan pada kulit dengan panjang sekitas 5mm dan
dalam 2mm, kulit tetap dijepit agar tidak ada darah yang keluar, jika
berdarah bersihkan dengan kapas alkohol
8. Petugas memutar skalpel 900 dan pertahankan pada sudut yang tepat
pada irisan, kerokirisan tersebut sekali atau duakali menggukan skalpel
guna mengumpulkan cairan dan bibir jaringan, tidak boleh ada darah
pada spesimen tersebut karena dapat mengganggu pewarnaan dan
pembacaan, lepas jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas
alkohol
9. Petugas membuat apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca objek,
pada sisi yang sama dengan letak identitas dan membuat apusan
berbentuk lingkaran dengan diameter 8mm
10. Petugas menghapus kotoran pada mata pisau skalpel menggunakan
kapas alkohol, melewatkan mata pisau skalpel di atas nyala api bunsen
selama 3-4detik dan biarkan dingin tapi jangan sampai menyentuh
sesuatu
11. Petugas mengulai langkah-langkah di atas untuk lokasi apusan lain,
buat apusan disisi dekat dengan apusan sebelumnya, tapi jangan
sampai bersentuhan dengan apusan sebelumnya
12. Petugas melepas pisau skalpel dengan hati-hati
13. Petugas menutup luka dan mengucapkan terima kasih pada penderita
14. Petugas membiarkan kaca objek tersebut mengering beberapa saat
dengan temperatur rungan, tetapi tidak dibawah cayaha matahari
langsung, biarkan kaca objek tersebut mengering
15. Petugas memfiksasi dengan melewatkannya di atas nyala api bunsen
tiga kali, jangan sampai terlalu panas kaca objek tersebut jangan
sampai terlalu panas saat disentuh
16. Petugas menaruh kaca objek d kotak kaca objek dan kirimkan ke
laboratorium di sertai dengan formulir permintaan pemeriksaan

6. Bagan Alir
Mencuci tangan

Mengambil kaca objek sediaan yang baru, bersih dan tidak tergores

Membersihakan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear dengan


kapas alkohol

Menyalakan api dengan spirtus

Memasang mata pisau pada gagangnya

Menjepit kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk

Membuat irisan pada kulit dengan panjang sekitar 5mm dan dalam 2mm

Memutar pisau skalpel 90 dan pertahankan pada sudut yang tepat
pada irisan kemudian kerok satu kali atau dua kalli

Membuat apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca objek


berbentuk lingkaran

Menghapus kotoran pada mata pisau skalpel menggunakan kaps alkohol


dan lewatkan di atas nyala api bunsen selama 3-4 detik
Mengulangi langkah di atas untuk lokasi apusan lain

Melepas pisau skalpel dengan hati-hati

Menutup luka dan mengucapkan terima kasih

Membiarkan kaca objek tersebut mengeringbeberapa saat dengan


temperatur ruangan

Memfiksasi dengan melewatkannya di atas nyala api bunsen tiga kali

7. Hal-hal yang -
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait P2 kusta

9. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai


Historis diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai