2
SNARS
Mengacu Peraturan
Perundang-undangan
Mengacu standar internasional
dari ISQua/IEEA
3
4
Membangun sistem
Standar proses
Akreditasi
Implementasi
Dokumen Bukti
◉ Rekam Medis
◉ Dokumen non
rekam medis
7
8
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
Pasal 35
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas :
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah
terpencil yang tidak ada apotek.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2004
TENTANG
PRAKTIK KEDOKTERAN
Pasal 35
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas :
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah
terpencil yang tidak ada apotek.
11
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 755 TAHUN 2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT
Pasal 3
(1) Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, semua pelayanan medis yang
dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit dilakukan atas penugasan
klinis kepala/direktur rumah sakit.
(2) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
kewenangan klinis (clinical privilege) oleh kepala/direktur rumah sakit
melalui penerbitan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada
staf medis yang bersangkutan.
(3) Surat penugasan klinis (clinical appointment) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diterbitkan oleh kepala/direktur rumah sakit setelah mendapat
rekomendasi dari komite medik.
DOKTER
DOKTER GIGI
Pendidikan Kompeten
Berwenang
Rumah Sakit
Penugasan Klinis
Komite Medik
Kewenangan Klinis
Rekomendasi
Standar KKS 10
Rumah sakit menetapkan proses yang seragam, objektif, dan berdasar bukti (evidence based) untuk memberikan
wewenang kepada staf medis untuk menerima, menangani, dan memberikan layanan kliniss kepada pasien sesuai
dengan kualifikasinya.
Pasal 11
baik sekali
22
1. bebas dari bahaya
2. bebas dari gangguan
3. terlindung atau tersembunyi; tidak
dapat diambil orang
4. pasti; tidak meragukan; tidak
mengandung risiko
5. tenteram; tidak merasa takut atau
khawatir:
23
v baik
v aman
24
25
STAF KLINIS YANG BAIK
v Kompeten
v Perilaku sesuai:
🦋 Kode Etik Kedokteran
🦋 Kode Etik Pegawai RS
🦋 Komitmen pada budaya keselamatan
v Patuh pada peraturan perundang-undangan:
Ø Memiliki STR
Ø Memiliki SIP
v Bekerja sesuai standar:
o Standar pelayanan kedokteran (PPK)
o Standar pelayanan RS
v Memahami hak pasien
v Bekerja menggunakan hati nurani 26
Kode untuk Nakes :
1. Diberi kewenangan.
2. Dibawah supervisi.
3. Tidak diberi kewenangan.
27
Kewenangan klinis
28
Kewenangan klinis
29
Kewenangan klinis
30
5 AREA KOMPETENSI PERAWAT
Berwenang
Rumah Sakit
Penugasan Klinis
Komite Medik
Kewenangan Klinis
Komite lainnya Rekomendasi
DOKTER/DOKTER GIGI
PERAWAT Komite Medik
BIDAN Komite lainnya
STAF KLINIS LAINNYA
Rekomendasi
Penugasan Klinis
Kewenangan Klinis
SEMOGA
BERMANFAAT