Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA Nama : Alyfia Rahmah P

Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan NPM : 2020350058

Program Studi Gizi Tanda tangan :

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


SEMESTER GANJIL TA 2022/2023

Mata Kuliah : Gastrotourism


Kelas : 1PQA
Hari/Tanggal : Kamis/10 November 2022
Waktu : 120 menit
Dosen Penguji : Khoirul Anwar, SGz, MSi
Sifat Ujian : Open Book

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) memberikan apresiasi kepada masyarakat


penggerak sektor pariwisata dalam upaya percepatan pembangunan desa, mendorong
transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Mendukung Pemerintah Daerah
berkomitmen Mengembangkan desa wisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam,
lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan

ADWI menjadi momentum semangat baru masyarakat untuk terus Berprestasi, Opsi
Mempromosikan Potensi, serta menumbuhkan Harmonisasi Pemerintah Daerah, Pemerintah
Desa, Masyarakat desa dan Penggiat Pariwisata. Semangat Kebangkitan Pariwisata
Indonesia Menyebarkan Kreatifitas Unggulan yang dimiliki Desa Wisata, tahun ini,
KEMENPAREKRAF mempersembahkan Anugerah Desa Wisata (ADWI 2022) dengan
tema "Indonesia Bangkit". Saat ini telah ada sebanyak 3,419 Desa Wisata yang tersebar di
seluruh Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut, Buatlah sebuah destinasi wisata khususnya bidang
gastrotourism pasca pandemi COVID-19 (Bukan merupakan contoh yang sudah
digunakan di penugasan di kelas dan tidak boleh sama antar mahasiswa) meliputi
beberapa hal sebagai berikut:

1. Destinasi Wisata (Kabupaten, Provinsi) (5 poin):


Manado, provinsi Sulawesi utara
2. Kuliner yang diunggulkan (Jelaskan segi budaya, geografi dan sejarah) (15 poin):

Tinutuan (bubur manado)


Geografi : Tinutuan atau bubur manado adalah masakan khas Tou Minahasa yang juga
disebut peda’al atau pela’ar.

Sejarah: Tinutuan sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan di Jaman
penjajahan kolonial, makanan ini sudah menjadi sarapan pagi di hampir seluruh penjuru
tanah Minahasa. Sebenrnya tinutuan berasal dari jenis penganan sarapan pagi yang
sering disebut peda’al. Pedaal atau pelaar terbuat dari komponen bahan yang lebih
sederhana, seperti beras, sayur gedi (sayur khas Minahasa, red), ubi ketela. Seiring
waktu, masyarakat mulai mengembangkan dengan menambahkan labu (sambiki), sayur
bayam, mie, dan akhirnya jagung. Dikemudian hari makanan ini lebih dikenal dengan
sebutan miedal (mie dan pedal). Seiring waktu, orang lebih menyebutnya kemudian
dengan tinutuan. Kini orang luar Minahasa atau luar Sulawesi Utara mengenal tinutuan
dengan sebutan bubur Manado. Dulu, etnis Minahasa lebih populer dengan ibu kota
Manado. Konon, dulu ketika orang Minahasa merantau ke Jakarta, mereka agak malu
mengaku sebagai orang Minahasa, melainkan Manado. Dan di perantauan ketika banyak
orang bertanya ini makanan apa, merekapun menjawabnya, bubur Manado.

Budaya: Makanan ini dibuat dengan menggabungkan beberapa jenis sayuran (gedi,
kangko, sambiki, bayam, dll) yang juga diberi beras atau juga jagung yang digiling
halus. Tetapi pembuatan makanan ini juga berbeda-beda sesuai dengan selera para
pembuat dan penikmatnya. Oleh karena makanan ini mengandung banyak jenis sayuran
dan tambahan bumbu-bumbu lain makanan ini juga menjadi simbol persatuan sesuai
dengan karakteristik Masyarakat Etnis Minahasa dengan kemajemukannya. Tradisi
pembuatan makanan ini biasanya dibuat ketika ada kerja mapalus (kerja sama khas
Minahasa) di kobong (kebun) atau juga kumpul muda-mudi. Tetapi hari ini Tinutuan
telah menjadi makanan khas yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat
Minahasa secara khusus dan Sulawesi Utara bahkan Indonesia umumnya.

3. Dampak dari Gastrotourism (wisata kuliner) yang diusulkan terhadap bidang sosial,
budaya, ekonomi (15 poin):

a. Dibidang sosial:
Pembukaan tempat wisata berada di sekitar lingkungan penduduk. Pembukaan tempat
wisata ini butuh kaitannya pada lingkungan social penduduk. Pengelola mempelajari
lingkungan social penduduk sehingga tidak ada kontra dengan penduduk. Begitu juga
sebaliknya penduduk diberikan pemahaman mengenai tempat wisata tersebut. Sehingga
pengetahuan penduduk meningkat namun nilai-nilai social penduduk tetap tidak
berubah.
b. Dibidang budaya:
Tempat wisata dibuka berdasarkan kuliner khas kota manado. berbagai promosi yang
dilakukan akan menarik perhatian orang baik orang Indonesia maupun orang luar negeri.
Dengan ini, maka kuliner khas manado akan semakin terkenal. Kuliner khas manado
bagian dari budaya manado. Oleh karena itu dengan ini semakin banyak orang yang
mengetahui budaya manado dan sedikitnya ada orang yang tertarik dengan budaya ini.
Hal ini dapat melestarikan budaya manado.

D. Dibidang ekonomi:
Membantu perekonomian terutama warga sekitar tempat wisata karena pembukaan
tempat wisata membuka lowongan pekerjaan pada penduduk. Sehingga sedikitnya
meningkatkan angka penduduk yang bekerja dan meningkatkan ekonomi penduduk
sekitar. Hal ini secara tidak langsung mendukung daya beli masyarakat terhadap pangan.

4. Inovasi kuliner yang diusulkan (Produk, Promosi, Teknologi, dan Food Experience) (40
poin)

Produk:
a. Bubur manado modifikasi kreasi baru
b. Tiga set ayam, Ayam Woku Belanga, Ayam Isi dan Ayam Tuturuga
c. Nasi jaha modifikasi kreasi baru
d. Woku ikan mas

Promosi:
a. Pembuatan Blog atau website official.
b. Media social seperti official Instagram, twitter, dan youtube.
c. Tripadvisor
d. Bekerja sama dengan media partner

Teknologi :
a. Teknlogi informasi: media social. Jika mengupload foto dengan mentag official akun
maka akan mendapat diskon.
b. Teknologi pada peralatan: menggunakan peralatan yang baru dan canggih dalam
pengolahan memasak seperti air fryng.

Food Experience:

Open kitchen sehingga pengunjung dapat melihat langsung pembuatan makanan


sekaligus sebagai menarik minat dan kepercayaan pengunjung.
5. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan keunikan budaya pangan lokal, meliputi
advokasi, agrikultur, dan infrastruktur (15 poin)
a. Advokasi
1. Membuka kelas pengajaran pada penduduk sekitar mengenai tempat wisata
kaitannya dengan teknologi pengolahan yang moderen.
2. Membuka kelas gastro-tourism pada penduduk sekitar

b. Agrikultur
1. Menggunakan pangan hasil pertanian original dari manado

c. Infrastruktur
Infrastruktur yang di sediakan antara lain:
1. Fasilitas sanitasi meliputi washtafel, toilet atau kamar mandi, dan tempat
pembuangan sampah
2. Fasilitas rest area meliputi kamar mini untuk melepas penat
3. Fasilitas bermain anak yang aman
4. Batch khusus swafoto dengan pemandangan

6. Sertakan sumber ilmiah sebagai dasar dari upaya yang dilakukan, minimal 5 tinjauan
pustaka! (10 poin)
a. Perhimpunan Nutrisi Indonesia. (2018). Aspek Budaya Nutrisi dan Kesehatan
Masakan Manado. Jakarta. Perhimpunan Nutrisi Indonesia . ISBN 978-602-53316-0-2
b. Irfanuddin Wahid Marzuki. (2020). The Development of Manado City in Colonial
Period. Balai Arkeologi Sulawesi Utara. Jurnal Tumotowa Volume 3 No. 1.
c. Agus Putra A, Samad Baihaqi, Cut Mulyani. Study On The Impact Of Tourism
Development On Social Economic Developmentin Community Destinations.
(2020). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika Vol IV(1) : XX – XX. E-ISSN 2614-6738
d. Frangky Suleman. Keberagaman Budaya dan Agama di Kota Manado. m Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang. Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi E-ISSN 2599-
1078.
e. Ana Aulia Bahar. (2020). Proposal usaha Membuat makanan Khas Daerah Sulawesi
Utara (Manado) Bubur Tinutuan.

Anda mungkin juga menyukai