(Feri Anang Putra) Kompromis Medis (DRG Yanuar.,M.Imun)
(Feri Anang Putra) Kompromis Medis (DRG Yanuar.,M.Imun)
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
KOMPROMIS MEDIS
DEPARTEMEN BEDAH MULUT
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
BAB 1
PENDAHULUAN
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus
(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes
(JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes mellitus tipe 2, Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon
insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya,
dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti
kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap
insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah.
3. Diabetes mellitus type lain, biasanya diabetes tipe ini dikarrenakan
beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan
genetik dan lain- lain. Obat-obat yang dapat menyebabkan
huperglikemia antara lain : Furasemid, thyasida diuretic
glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
4. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa
selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan
hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Etiologi
1. Diabetes tipe I :
o Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Patofisiologi
Tubuh manusia membutuhkan energi agar dapat berfungsi dengan
baik. Energi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan makanan melalui
proses pencernaan di usus. Di dalam saluran pencernaan itu, makanan
dipecah menjadi bahan dasar dari makanan tersebut. Karbohidrat menjadi
glukosa, protein menjadi menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses metabolisme,
insulin memegang peranan sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke
dalam sel, untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan baker. Pengeluaran
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
insulin tergantung pada kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah
sebesar > 70 mg/dl akan menstimulasi sintesa insulin. Insulin yang diterima
oleh reseptor pada sel target, akan mengaktivasi tyrosin kinase dimana akan
terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen, lipogenesis dan meningkatkan
transport
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Patofisiologi DM tipe 1
Pada saat diabetes mellitus tergantung insulin muncul, sebagian sel
beta pancreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses
autoimun, meski rinciannya masih samar. Pertama, harus ada kerentanan
genetik terhadap penyakit ini. Kedua, keadaan lingkungan biasanya
memulai proses ini pada individu dengan kerentanan genetik. Infeksi virus
diyakini merupakan satu mekanisme pemicu tetapi agen non infeksius juga
dapat terlibat. Ketiga, dalam rangkaian respon peradangan pankreas, disebut
insulitis. Sel yang mengifiltrasi sel beta adalah monosit atau makrofag dan
limfosit T teraktivasi. Keempat, adalah perubahan atau transformasi sel beta
sehingga tidak dikenali sebagai sel sendiri, tetapi dilihat oleh sistem imun
sebagai sel. Kelima, perkembangan respon imun karena dianggap sel asing
terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja bersama-sama dengan mekanisme
imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta dan penampakan
diabetes.
Patofisiologi DM tipe 2
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis.
Sekresi insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan
sasaran. Ada tiga fase normalitas. Pertama glukosa plasma tetap normal
meskipun terlihat resistensi urin karena kadar insulin meningkat. Kedua,
resistensi insulin cenderung menurun sehingga meskipun konsentrasi
insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa bentuk hiperglikemia.
Pada diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal, malah mungkin
banyak, tetapi jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan
demikian, pada DM tipe 2 selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar
10
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
insulin yang tinggi atau normal. Keadaan ini disebut sebagai resistensi
insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
faktor berikut ini turut berperan :
11
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
B. Hepatitis
Hepatitis virus merupakan penyakit sistemik yang terutama
mengenai hati. Kebanyakan kasus hepatitis virus akut pada anak dan orang
dewasa disebabkan oleh salah satu dari antigen berikut : virus hepatitis A,
agen penyebab hepatitis virus tipe A (hepatitis infeksius); virus hepatitis B,
penyebab hepatitis virus B (hepatitis serum); virus hepatitis C, agen
penyebab hepatitis C (penyebab sering hepatitis pascatransfusi); atau virus
hepatitis E, agen hepatitis yang ditularkan secara enterik. Virus lain yang
12
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan
gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa
lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu
makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang
terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda
dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis
kronik.Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah- buahan, sayur
yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum
dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.Saat ini sudah ada vaksin
hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan
pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin
beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A
Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan
dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah
dan gigitan manusia.Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine,
serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang
14
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
15
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik,
yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus
hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi
darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala
yang ringan (ko- infeksi) atau amat progresif.
Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B
dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
16
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
17
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
C. Asma
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun)
yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat
peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Penyakit Asma paling banyak ditemukan di negara maju, terutama yang
tingkat polusi udaranya tinggi baik dari asap kendaraan maupun debu
padang pasir.
D. Angina Pektoris
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik
miokard dan bersifat sementara atau reversibel. Angina pektoris adalah
suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang
khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar
ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang
bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Etiologi
1. Ateriosklerosis
2. Spasme arteri koroner
3. Anemia berat
4. Artritis
5. Aorta Insufisiensi
Gambaran Klinis
1) Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
2) Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
18
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
19
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
E. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat
tinggal di daerah urban, lingkungan padat penduduk, di buktikan dengan
penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas pada penderita TB
dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum,
begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding pyramid
di mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan
terminology phthisis yang diangkat dari bahasa yunani yang
menggambarkan tampilan TB paru ini.
(Zulkifli amin, 2006)
Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini
antara lain disebabkan:
1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada
negara berkembang tapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di
Negara maju.
2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk
duniadan perubahan struktur usia manusia yang hidup.
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk
golongan miskin.
4. Tidak memadainya pendidikan mengenai TB diantara para dokter.
5. Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostic, dan
pengawasan kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus
yang tidak adekuat.
20
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
21
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Klasifikasi Tuberkulosis
1. Pembagian secara patologis:
- Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
- Tubrrkulosis sekunder (adult tuberculosis)
22
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
23
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Gejala Klinis
a. Demam. Menyerupai demam influenza yang kambuhan
b. Batuk/ batuk berdarah. Batuk yang terjadi merupakan suatu respon
untuk mengeluarkan bahan-bahan peradangan. Batuk terjadi akibat
iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk non-produktif
hingga munculnya peradangan yang menjadi batuk produktif dengan
sputum. Saat keadaan yang lanjut batuk darah dapat terjadi karena
terbentuknya kavitas, kavitas yang terjadi akan merobek pembuluh
darah.
c. Sesak napas. Akan ditemukan saat infiltrasi pada setengah dari paru.
d. Nyeri dada. Gejala ini jarang ditemukan tapi dapat terjadi saat
infiltrasi telah mencapai pleura dan terjadi pleuritis. Hal ini
menyebabkan kedua pleura terjadi gesekan saat mengembang.
e. Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.
Gejala malaise yang ditemukan dapat berupa anoreksia, badan yang
24
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
25
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
F. Hemofilia
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua
kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih
sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya
diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku
dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang
penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia
akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di
bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka
memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas
yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki
atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat
membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh
yang vital seperti perdarahan pada otak.
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
- Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :
- Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak
kekurangan faktor pembekuan pada darah.
- Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor
VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
26
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
27
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
28
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
G. Leukemia
Produksi sel darah yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi
yang bersifat kanker pada sel mielogen atau sel limfogen. Hal ini
menyebabkan
29
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
leukemia, yang biasanya ditandai dengan sel darah putih abnormal yang
sangat meningkat dalam sirkulasi darah. (Guyton & Hall, 2007)
Tipe Leukemia
Leukemia dibagi menjadi dua tipe umum : Leukemia Limfosit dan
Leukemia Mielogenosa. Leukemia limfositik disebabkan oleh produksi sel
limfoid yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau jaringan
limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Tipe leukemia yang
kedua, leukemia mielogenosa, dimulai dari produksi sel mielogenosa muda
yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh
tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi di banyak organ ekstramedular-
terutama di nodus limfe, limpa, dan hati.
Pada leukemia mielogenosa, kadang-kadang proses yang bersifat
kanker itu memproduksi sel yang berdiferensial sebagian, menghasilkan apa
yang disebut dengan leukemia netrofilik, leukemia eosinofilik, leukemia
basofilik, atau leukemia monositik. Namun yang lebih sering terjadi adalah
sel leukemia dengan bentuk yang aneh dan tidak berdiferensiasi serta tidak
identik dengan sel darah putih yang normal apapun. Biasanya semakin sel
tidak berdiferensiasi, maka leukemia yang terjadi semakin akut, dan jika
tidak diobati sering menyebabkan kematian dalam waktu beberapa bulan.
Pada beberapa sel yang lebih berdiferensiasi, prosesnya dapat berlangsung
kronik, kadang-kadang begitu lambatnya sampai lebih dari 10 hingga 20
tahun. Sel leukemia, khususnya sel yang sangat tidak berdiferensiasi,
biasanya tidak berfungsi memberikan perlindungan normal terhadap infeksi.
(Guyton & Hall, 2007)
30
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
31
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
H. Anemia
I. Anemia defisiensi hematin
1. Defisiensi besi
Defisiensi besi adalah penyebab dasar pada 500 juta kasus anemia di
seluruh dunia. Besi dari makanan diabsorbsi di usus halus bagian atas. Besi
ditransportasikan dalam darah oleh transferin dan disimpan dalam bentuk
terikat dengan feritin.
Penyebab defisiensi besi adalah kehilangan darah dari slauran
pencernaan atau saluran urogenital. Kebutuhan besi yang meningka pada
kehamilan dapat menyebabkan defisiensi besi maternal. Defisiensi besi
32
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
33
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
34
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
3. Defisiensi folat
Defisiensi folat merupakan penyebab umum anemia makrositik.
Folat terdapat dalam jumlah yang banyak pada sayur berwarna hijau dan
diabsorbsi terutama pada usus halus bagian atas. Defisiensi folat dapat
terjadi akibat :
Defisiensi dalam diet
Malabsorbsi, seperti pada penyakit seliaka
Kebutuhan yang meningkat drastis, misalnya pada
anemia hemolitik
Kebutuhan yang meningkat, misalnya pada kehamilan
Obat antagonis folat, seperti metotreksat
Adanya anemia makrositik yang disertai rendahnya kadar folat dalam sel
darah merah dan serum menegakkan diagnosis dan sumsung tulang terliat
megaloblastik.
35
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
36
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
37
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
38
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Hemolisis kardiak
Ini biasanya terjadi setelah penggunaan katup jantung prostetik dan
disebabkan oleh kebocoran kecil di sekitar katup. Pasien mengalami anemia
dan apus darah ditemukan fragmentasi sel darah
II. Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun dapat disebabkan oleh antibodi panas
atau dingin. Gambaran klinisnya adalah kelelahan, letargi, kadang terjadi
gagal jantung. Splenomegali sering ditemukan. Selain gambaran klinis
hemolisis, pada apus darah ditemukan sferosit dan pada beberapa kasus
ditemukan aglutinasi sel darah merah.
39
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
40
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
I. AIDS
Etiologi dan patogenesis
Acquired Immunodeficiency Syndrome yang lebih dikenal dengan
singkatannya : AIDS, adalah sindrom (kumpulan gejala) yang timbul akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat. Keadaan ini bukan suatu
penyakit, melainkan kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai macam mikroorganisme serta timbulnya keganasan akibat
menurunnya daya tahan/kekebalan tubuh penderita (Kurniati,1993).
Virus penyebab sindrom AIDS termasuk golongan retrovirus dengan
genetik RNA, yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) tipe 1
dan tipe
2 (HIV1 dan HIV2). HIV1 telah meluas ke seluruh dunia, sedangkan HIV2
terutama di jumpai di Afrika Barat. HIV adalah partikel ikosahedral
bertutup (envelope) dengan Ukuran .100–140 nanometer, berisi sebuah inti
padat elektron. Envelope terdiri atas membran luar yang berasal dari sel host
yang terbentuk ketika virus bersemi pada sel-sel yang terinfeksi. Penonjolan
membran adalah jonjot-jonjot glikoprotein (gp 120) yang dilekatkan ke
partikel virus oleh glikoprotein transmembran (gp41). Protein (p18)
menutupi seluruh permukaan internal (kurniati,1993).
Membran. Protein inti (p 24) mengelilingi dua turunan rantai tunggal
genome RNA dan beberapa turunan enzim reverse transcriptase. HIV
menyerang tubuh dan menghindari mekanisme pertahanan tubuh dengan
mengadakan aksi perlawanan, kemudian melumpuhkannya. Mula-mula
virus masuk tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada dalam
limfosit, virus lalu dikenal oleh sel-sel limfosit T jenis T-helper (T-4);
selanjutnya terjadi 3 proses patologi :
1) Sel T-helper menempel pada benda asing (HIV), tetapi reseptor T-helper
(CD4) dilumpuhkan, sehingga sebelum sel T4 dapat mengenal HIV
dengan baik, virus telah melumpuhkannya. Kelumpuhan mekanisme
41
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
42
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
43
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
3) Perinatal, yaitu dari ibu yang mengidap HIV kepada janin yang
dikandungnya. Transmisi HIV-I dari ibu ke janin dapat mencapai 30%,
sedangkan HIV-2 hanya 10%. Janin perempuan lebih mudah terkena
infeksi dibandingkan janin laki-laki. Penularan secara ini biasanya
terjadi pada akhir kehamilan atau saat
44
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
persalinan. Bila antigen p24 ibu jumlahnya banyak, dan/ atau jumlah
reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan lebih mudah terjadi.
Ternyata HIV masih mungkin ditularkan melalui air susu ibu.
45
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
46
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
mengenai kulit, kuku, saluran cerna dan perianal, dan sering terjadi
kerusakan susunan saraf pusat. Sejumlah 4–5% penderita PGL dapat
berlanjut menjadi asimtomatik. Sebagian besar lainnya berkembang menjadi
AIDS-related complex (ARC) atau ke arah fullblown AIDS. Untuk menjadi
AIDS, perkembangan infeksi HIV melalui hubungan seksual lebih cepat
terjadi dibandingkan yang ditularkan melalui transfusi darah.
Full-blown AIDS
AIDS yang berkembang sempurna ditandai dengan gejala AIDS-
related complex, infeksi oportunistik, sarkoma Kaposi, limfoma sel B,
ensefalopati yang resisten terhadap terapi, lebih memperberat penyakit
penderita. Dapat timbul pula kelainankelainan kulit dengan gambaran
seperti infeksi HIV primer. Pada saat bersamaan, banyak pula orang yang
mengalami keadaan PGL progresif, ARC dan/atau AIDS.
47
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
48
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
49
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
50
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
J. Epilepsi
Epilepsy adalah penyakit otak dimana kelompok-kelompok dari sel-
sel syaraf, atau neuron-neuron, dalam otak adakalanya memberi sinyal
secara abnormal. Neuron-neuron normalnya menghasilkan impuls-impuls
electrochemical yang bekerja pada neuron-neuron, kelenjar-kelenjar, dan
otot-otot lain untuk memproduksi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan
aksi-asi manusia. Pada epilepsy, pola yang normal dari aktivitas neuron
menjadi terganggu, menyebabkan sensasi-sensasi, emosi-emosi, dan
kelakuan-kelakuan yang aneh, atau adakalanya kekejangan-kekejangan,
spasme-spasme otot, dan kehilangan kesadaran. Sewaktu seizure, neuron-
neuron mungkin menembak sebanyak 500 kali per detik, jauh lebih cepat
51
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
52
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
53
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
54
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Penyebab Epilepsy
Epilepsy adalah penyakit dengan banyak sebab-sebab yang
mungkin. Apa saja yang mengganggu pola normal dari aktivitas neuron --
dari penyakit sampai kerusakan otak sampai perkembangan otak yang
abnormal -- dapat menjurus pada seizure-seizure.
Epilepsy mungkin berkembang karena kelainan pada pejaringan
(wiring) otak, ketidakseimbangan dari kimia-kimia syaraf yang memberikan
sinyal yang disebut neurotransmitters, atau beberapa kombinasi-kombinasi
dari faktor-faktor ini. Peneliti-peneliti percaya bahwa beberapa orang-orang
dengan epilepsy mempunyai tingkat yang tingginya abnormal dari
excitatory neurotransmitters yang meningkatkan aktivitas neuron, sementara
yang lain mempunyai tingkat yang rendahnya abnormal dari inhibitory
neurotransmitters yang mengurangi aktivitas neuron dalam otak. Kedua
situasi dapat berakibat pada terlalu banyak aktivitas neuron dan
menyebabkan epilepsy. Salah satu dari neurotransmitters yang paling
dipelajari yang memainkan peran pada epilepsy adalah GABA, atau
gamma-aminobutyric acid, yang adalah inhibitory neurotransmitter.
Penelitian pada GABA telah menjurus pada obat-obat yang merubah jumlah
dari neurotransmitter ini dalam otak atau merubah bagaimana otak
merespon padanya. Peneliti-peneliti juga sedang mempelajari excitatory
neurotransmitters seperti glutamate.
55
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
56
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
57
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
58
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
59
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
60
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
61
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Hiperglikemia
1) Hiperglikemia prakoma atau yang sebenarnya tidaklah merupakan
keadaan yang sangat darurat, tidak seperti hipoglikemia. Jika ada
keraguan akan bentuk diabetes yang diderita, berikan glukosa secara
oral seperti telah diterangkan di atas, karena tidak akan menimbulkan
gangguan pada diabetes hiperglikemia, namun bisa menyelamatkan
pasien hipoglikemia dari kerusakan yang permanen.
2) Jika infeksi adalah faktor pencetus, pastikan bahwa infeksi ini dirawat
dengan baik.
3) Rujuk segera pasien kedokter ahli melalui telepon.
62
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
63
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
a. Riwayat perawatan
Yang dimaksud dengan riwayat perawatan adalah semua perawatan
kesehatan yang sudah pernah diperoleh atau yang sedang dilaksanakan.
Sejumlah pertanyaan perlu diutarakan dalam hal ini seperti penyakit yang
pernah diderita, pernah menderita hepatitis atau tidak, apakah ada penyakit
lain yang sering kambuh, apakah mengalami penurunan berat badan drastis
dan lain- lainnya. Sayangnya, meski pasien sudah menjawab sejumlah
pertanyaan seringkali tetap saja keadaan penderita tidak diketahui
seluruhnya. Keadaan ini menjadi lebih rumit apabila penderita hanya
sebagai pembawa(carrier) atau yang menderita hepatitis kronis aktif. Pada
penderita ini tidak tampak adanya gejala,bahkan tidak merasakan adanya
kelaina, padahal produksi virus tetap berlanjut begitu juga dengan
kerusakan hatinya.
2. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung dapat dipakai untuk menghindari kontak badan
dengan cairan tubuh. Contoh dari pakaian pelindung seperti pakaian
operasi, apron, jas klinik dan jas lab. Pakaian pelindung ini harus diganti
64
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
saat terkena saliva atau darah. Pakaian ini juga selayaknya tidak dipakai
diluar area kerja.
65
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
6. Pencucian tangan
Pencucian tangan ini harus betul- betul bersih sesudah melakukan
perawatan pada penderita. Hal yang sama juga dilakukan sesudah
terkontaminasi dan sebelum meninggalkan ruang praktek.
66
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
67
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
68
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
69
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
70
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
71
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
limbah darah misalnya kapas dengan darah, ekstraksi jaringan atau gigi
jatuh ke lantai ambillah limbah tersebut dengan mengggunakan sarung
tangan, dibersihkan dengan lap atau tissue kertas kemudian lap atau
tissuedan daerah tumpahan dituangkan larutan hipoklorit 10.000 bpj.
Setelah
72
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10 menit atau lebih, bilas tempat tersebut dengan lap lain, dan lap serta
tissue dapat dibuang sesuai dengan tempatnya.
73
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
- Pendidikan penderita
- Identifikasi dan menghindari faktor pencetus
- Obat-obatan untuk mengontrol asma
- Penentuan klasifikasi asma
74
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Gambaran Klinis
a. Demam. Menyerupai demam influenza yang kambuhan
75
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
b. Batuk/ batuk berdarah. Batuk yang terjadi merupakan suatu respon untuk
mengeluarkan bahan-bahan peradangan. Batuk terjadi akibat iritasi
pada
76
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin
ditemukan konjungtiva mata dan kulit yang pucat karena anemia,suhu
demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukan suatu
kelainan pun terutama pada kasus – kasus dini atau sudah terinfiltrasi
secara asimptotik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam,
akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena hantaran
getaran/ suara yang lebih dari 4cm ke dalam paru sulit dinilai secara
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pada tuberkulosis paru yang lebih lanjut dengan fibrosis yang luas
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal.
2. Pemeriksaan RO
Gambaran radiologi paru-paru normal dan paru-paru terserang TBC
77
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
78
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
79
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Biasanya foto yang digunakan memakai foto lateral, obliq, top lordotik,
tomografi, foto dengan proyeksi densitas keras.
Gambaran radiologis lain yang menyertai TBC paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), massa cairan di bagian bawah paru (efusi
pleura/empiema), bayangan hitam radiolusen di pinggir paru/ pleura
(pneumotoraks)
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang
– kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada
saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang
sedikit mininggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit
masih di bawah normal. Laju endap darah meningkat. Bila penyakit mulai
sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi.
Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga :
Anemia ringan dengan gambaran normokrom dan normositer
Gama globulin meningkat
Kadar natrium darah menurun
Pemeriksaan tersebut di atas nilainya juga tidak spesifik.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat
dilaksanakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang – kadang tidak
mudah untuk mendapatkan sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau
batuk yang non produktif.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
80
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain
diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL sputum.
Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara Tan Thiam Hok yang
merupakan modifikasi gabungan cara pulasan Kinoyun dan Gabbet.
81
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
82
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
83
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
84
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
85
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
86
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
87
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Etiologi
Kasus-kasus endokarditis yang berasal dari gigi hampir selau
88
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
89
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
90
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
91
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
92
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
93
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa
penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter
hemorrhagic).
3. Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya
kelainan katub atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral,
insufficiency aorta, patent ductus arteriosus (PDA), ventricular septal
defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap katub mitral. Sebagian besar
endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan
ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of
the finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan
diagnosis, penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat
disebabkan karena anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir
endokarditis infeksi, dan lebih sering terjadi pada insufisiensi aorta dan
insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katub pulmonal dan trikuspid serta
penyakit jantung bawaan non valvular.
Penatalaksanaan Medis
1. . Antibiotika
Setelah pemeriksaan kultur darah, pemberian antibiotik bisa
dimulai.Sebaiknya antibiotika diberikan sesuai dengan hasil test sensitivitas
darimikroba yang ditemukan pada pemeriksaan kultur darah.Apabila
dicurigai penyebab endokarditis infektif adalah golonganstreptococcus
maka bisa diberikan :
Benzyl penicillin 2 gr iv setiap 4 jam
Gentamycin 80 iv setiap 12 jam
Sedangkan apabila dicurigai golongan staphylococcus maka
dapatdiberikan :
Flucloxacillin 3 gr setiap 6 jam
94
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
95
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
96
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
97
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
98
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
99
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
10
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Metode Pemeriksaan
1. Pungsi Lumbar
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti
kecurigaan meningitis.Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi.
a. Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
b. Mengalami complex partial seizure
c. Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)
d. Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)
e. Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan.
Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah
normal.
f. Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada anak dengan usia>18 bulan, pungsi lumbar dilakukan
jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak
dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik
sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada
kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.
2. EEG (electroencephalogram)
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti
ketidaknormalan gelombang.Pemeriksaan ini tidak dianjurkan
untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa
adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang
menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau
segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan
timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang.
11
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar
elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin
dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium
harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar
sebagai pemeriksaan rutin.
4. Neuroimaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara
lain adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak
dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama
kalinya.
a. CT Scan, untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal,
serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral
b. Magnetik resonance imaging (MRI)
c. Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar
alkohol darah.
5. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : membran mukosa, konjungtiva, ekimosis, epitaksis,
perdarahan pada gusi, purpura, memar,
pembengkakan.
Palpasi : pembesaran hepar dan limpha, nyeri tekan pada
abdomen.
Perkusi : perkusi pada bagian thorak dan abdomen.
Auskultasi : bunyi jantung, suara napas, bising usus.
6. Pemeriksaan psikologis dan psikiatris
Tidak jarang anak yang menderita epilepsi mempunyai
tingkat kecerdasan yang rendah (retardasi mental), gangguan
tingkah laku (bihaviour disorders), gangguan emosi, hiperaktif.Hal
ini harus mendapat perhatian yang wajar, agar anak dapat
11
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya
anomali vaskuler
2. Farmakoterapi
Anti konvulsion untuk mengontrol kejang. Jenis obat yang sering
digunakan :
Dosis
mg/k
Obat Bentuk Kejang
gbb/h
ari
1 Fenobarbital Semua bentuk kejang 3-8
2 Dilatin (difenilhidantoin) Semua bentuk kejang kecuali 5-10
bangkitan petit mal, mioklonik
atau akinetik.
3 Mysoline (primidon) Semua bentuk kejang kecuali petit 12-25
mal
4 Zarotin (etosuksinit) Petit mal 20-60
5 Diazepam Semua bentuk kejang 0,2-
0,5
6 Diamox (asetasolamid) Semua bentuk kejang 10-90
7 Prednison Spasme infantil 2-3
8 Dexametasone Spasme infantil 0,2-
0,3
9 Adrenokortikotropin Spasme infantil 2-4
a. Phenobarbital (luminal).
Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas
rendah.
b. Primidone (mysolin)
11
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
11
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Kadar obat anti epilepsi dalam darah sebaiknya selalu dikontrol setiap
bulan sebelum terjadinya kehamilan sehingga penyesuaian dosis pada
saat kehamilan bisa dilakukan. Disini perlu kerjasama dengan ahli
farmakologi klinik.
12
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian
atau cacat organ tubuh menetap.
12
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
12
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Medikamentosa II
Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau PO (1-2 mg/kg BB)
sampai 50 mg dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam selama 48
jam, bila tetap sesak + hipotensi segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/ IV)
maximal 200mg IV
Medikamentosa III
Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6 mg/ kg BB dilarutkan
dalam 10 ml garam faali atau D5, IV selama 20 menit dilanjutkan 0,2 –1,2
mg/kg/jam IV. Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5 mg/kg selama
4-6 jam, pemberian selama 72 jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg
setelah 3-5 menit
13
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
3. Skrining laboratoris
a. PT
b. aPTT
c. TT
d. PFA-100
e. Jumlah Platelet
4. Tindakan pembedahan yang pernah dialami sehingga menimbulkan
gangguan perdarahan.
Skrining laboratoris perlu dilakukan terutama pemeriksaan PT,
aPTT, TT, PFA-100 dan platelet count. Jenis peme riksaan yang
dilakukan disesuaikan dengan pengelompokan gangguan perdarahan.
Beberapa macam penyakit hematologi antara lain adalah sebagai berikut:
13
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
13
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Tipe-tipe leukemia
Leukemia yang digolongkan menurut cepatnya penyakit ini berkembang
dan memburuk yaitu:
Leukemia akut : Sel darah sangat tidak normal, tidak berfungsi seperti sel
normal, dan jumlahnya meningkat secara cepat. Kondisi pasien dengan
leukemia jenis ini memburuk dengan cepat.
Leukemia kronik : Pada awalnya sel darah yang abnormal masih dapat
berfungsi, dan orang dengan leukemia jenis ini mungkin tidak menunjukkan
14
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
14
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Leukemia yang digolongkan menurut jenis sel darah putih yang terkena
yaitu:
Leukemia Myeloid Kronis (Chronis Myeloid Leukemia, atau CML)
Pada jenis ini merupakan leukemia yang sering terjadi pada orang dewasa
(pada kelompok umur yang lebih muda). Gejala yang diperlihatkan
biasanya disebabkan anemia atau pembesaran limpa yang mencolok,
dengan nyeri serta distensi abdomen. Dan juga perdarahan dapat terjadi
karena trombositopenia.
Leukemia Limfositik Kronis (Chronic Lymphocytic Leukemia, atau CLL)
Pada jenis ini merupakan leukemia yang terjadi pada usia lebih dari 55
tahun, dan jarang sekali terjadi pada anak-anak. Pada jenis ini ditandai
dengan penimbunan secara progresif dari limfosit ganas di dalam sistem
limfatik dan retikular dengan kenaikan limfosit di dalam darah dan sumsum
tulang.
Leukemia Myeloid Akut (Acute Myeloid Leukemia, atau AML)
Pada jenis ini sel darah sangat tidak normal, tidak dapat berfungsi seperti sel
darah normal, dan juga jumlahnya meningkat dengan cepat. Sel yang
dominan adalah sel myeloid. Kondisi pasien dengan leukemia jenis ini
memburuk dengan cepat dan dapat mengenai anak maupun orang dewasa.
Leukemia Limfoblastik Akut (Acute Lymphoblastic Leukemia, atau ALL)
Pada jenis ini terutama mengenai anak-anak, namun dapat juga mengenai
orang dewasa. Leukemia jenis ini merupakan jenis leukemia terbanyak pada
anak (sekitar 75-80% leukemia pada anak).
Leukemia jenis lainnya
Hairy Cell Leukemia, merupakan suatu jenis leukemia kronik yang jarang
ditemukan.
14
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
14
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
14
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
14
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Diagnosis
14
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
14
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
menemukan lebih dini dari penderita. Karena manifestasi oral pada penyakit
ini cukup mencolok, sehingga pada dokter gigi dapat dengan mudah dan
awal mencurigai penyakit ini pada pasien. Selanjutnya dokter akan
melakukan pemeriksaan darah. Jika hitung sel darah menunjukkan adanya
tanda-tanda leukemia, pemeriksaan dilanjutkan dengan memeriksa sumsum
tulang dengan biopsi. Pemeriksaan sumsum tulang ini sangat berguna
karena dapat diperiksa langsung pada tempat sel darah putih itu dibuat. Jika
perlu akan dilakukan pemeriksaan analisis sitogenetik untuk mengetahui
apakah ada mutasi pada sel-sel tersebut yang menandai adanya leukemia.
Dari pemeriksaan darah, ditemukan kadar sel darah putih yang meningkat
atau berkurang dan adanya sel leukemia. Saat ini terdapat 2 jenis
pengambilan sampel dari sumsum tulang, yaitu aspirasi sumsum tulang dan
biopsi sumsum tulang.
Terapi
Pengobatan leukemia tergantung kepada jenis leukemianya, dari hanya
diobati secara simtomatik (mengurangi gejala-gejalanya) dan juga sampai
ke penggantian sumsum tulang yang meskipun agresif sering dapat
menyembuhkan beberapa jenis leukemia. Selain itu ada juga yang
menggunakan obat yang diarahkan ke sel yang tumbuh secara tidak normal
tersebut.
14
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
14
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
15
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
15
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
15
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Klinis
a. Anamnesa
Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau keluarganya.
1. Keluhan
2. Perjalanan penyakit
3. Faktor etiologi dan risiko
4. Pengobatan apa yang telah diberikan
5. Bagaimana hasil pengobatan
6. Berapa lama kelambatan
b. Pemeriksaan fisik
1) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki Tentukan tentang
: a. penampilan
b. keadaan umum
c. metastase jauh
2) Status lokal
Dengan cara :
Inspeksi dan Palpasi bimanual
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi
dan palpasi dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai
lampu senter atau lampu kepala. Seluruh rongga mulut dilihat,
mulai bibir sampai orofaring posterior. Perabaan lesi rongga mulut
dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam mulut. Untuk
menentukan dalamnya lesi dilakukan dengan perabaan bimanuil.
Satu atau 2 jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke dalam rongga
mulut dan jari-jari tangan lainnya meraba lesi dari luar mulut.
15
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
15
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
dan ditarik keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri
untuk melihat permukaan dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar
mulut dan orofaring. Inspeksi bisa lebih baik lagi bila menggunakan
bantuan cermin pemeriksa
Tentukan dimana lokasi tumor primer, bagaimana
bentuknya, berapa besarnya dalam cm, berapa luas infiltrasinya,
bagaimana operabilitasnya
3) Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher
leher ipsilateral dan kontralateral. Bila ada pembesaran tentukan
lokasinya, jumlahnya, ukurannya ( yang terbesar ), dan
mobilitasnya.
2. Pemeriksaan Radiografi
a. X-foto polos
o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal,
dikerjakan pada tumor gingiva mandibula atau tumor yang
lekat pada mandibula
o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumor
gingiva, maksila atau tumor yang lekat pada maksila
o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru
b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )
o USG hepar untuk melihat metastase di hepar
o CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor
lokoregional
o Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT,
alkali fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal
hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi
15
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
4. Pemeriksaan Patologi
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga
mulut harus diperiksa patologis dengan teliti.
15
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
PROSEDUR TERAPI
Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara
multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis yaitu:
- oncologic surgeon
- plastic & reconstructive surgeon
- radiation oncologist
- medical oncologist
- dentists
- rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker
rongga mulut ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga
mulut, serta aspek kosmetik /penampilan penderita.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam
terapi ialah
a) Umur penderita
b) Keadaan umum penderita
c) Fasilitas yang tersedia
d) Kemampuan dokternya
e) Pilihan penderita.
15
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi
saja dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan
bahwa
15
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
15
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
16
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
T.N2.M0
IV Tiap T.N3.M0 Post.op 30-40 CT
B -operabel Eksisi dan Gy (dan
radikal Paliatif, 50-70 )
-inoperabel Gy
-
IV TiapT.tiapN. Paliatif Paliatif Paliatif
C M1
16
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Karsinoma lidah
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca
bedah
16
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
Karsinoma bukal
T1,2 : eksisi luas
Bila mengenai komisura oris, radioterapi
memberikan kesembuhan dengan fungsi dan
kosmetik yang lebih baik
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapipasca
bedah
Karsinoma ginggiva
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi
supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang/cabut gigi setelah ada tumor) :
eksisi luas dengan mandibulektomi segmental +
diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Karsinoma palatum
T1 : eksisi luas sampai dengan periost
T2 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya
T3 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya + diseksi
supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang) :
Maksilektomi infrastruktural parsial / total tergantung luas
lesi + diseksi supraomohiod +radioterapi pasca bedah
Karsinoma trigonum retromolar
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal T3 : eksisi
luas dengan mandibulektomi marginal
+ diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang) : Eksisi luas dengan mandibulektomi
segmental + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca
bedah
16
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
16
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher tersebut harus
dilakukan secara en-block.
Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil
pemeriksaan patologis metastase kelenjar getah bening tersebut ( jumlah
kelenjar getah bening yang positif metastase, penembusan kapsul kelenjar
getah bening/ ektra kelenjar getah bening)
A. Terapi Kuratif
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga
mulut stadium I, II, dan III.
1. Terapi utama
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang
masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi
operasi dan radioterapi pasca bedah
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi
kuratif.
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.
c) Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi:
1) Kasus operabel
2) Umur relatif muda
3) Keadaan umum baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat Prinsip dasar operasi kanker
rongga mulut ialah :
1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh
tumor dengan ekstensinya
16
5
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
16
6
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
2. Terapi tambahan
a. Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.
(1) Radioterapi pasca-bedah
Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak dapat
dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi
lapangan operasi oleh sel kanker.
(2) Radioterapi pra-bedah
16
7
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
16
8
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
b. Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang
setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan operasi
oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah
operasi dan atau radioterapi.
3. Terapi Komplikasi
a. Terapi komplikasi penyakit
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi
dapat terjadi komplikasi karena terapi.
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya:
1) Nyeri: analgetika 2) Infeksi: antibiotika
3) Anemia: hematinik 4) Dsb.
b. Terapi komplikasi terapi
1) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya
2) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya
3) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya
4. Terapi bantuan
Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.
5. Terapi sekunder
Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai dengan jenis
penyakitnya.
B. Terapi Paliatif
Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita
16
9
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
17
0
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
17
1
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
b) Obat kombinasi:
F = Flourouracil: 500 mg/m2, hl,8,14,28
A = Adryamycin: 50 mg/m2, hl,21 diulang tiap 6
minggu
17
2
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
M = Mithomycin-C: 10 mg/m2, h1
17
3
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
BAB IV KESIMPULAN
17
4
NAMA : FERI ANANG PUTRA
NIM : 40619022
PEMBIMBING : drg YANUAR,. M.Imun
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/58782304/skripsi-revisi-3
http://www.researchgate.net/publication/
42349555_Pencegahan_Infeksi_Silang_
Kepada_Dokter_Gigi_Dalam_Penatalaksanaan_Pasien_AIDS
Rose, F. Louise; Kaye, Donald. 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam Untuk
Kedokteran Gigi Jilid 1 Edisi Dua. Jakarta : Binarupa Aksara
http://www.scribd.com/doc/60146460/Pet-Is
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1147/1/fkg-sondang2.pdf
17
5