Koordinat: 10°10′12.6″S 123°36′27.8″E
Kota Kupang
Bendera
Lambang
Julukan:
Kota Kasih
Motto:
Kota Kupang
Peta
Koordinat: 10°10′12″S 123°36′28″E
Negara Indonesia
Pemerintahan
Luas
• Total 180,27 km2 (69,60 sq mi)
Populasi
(2021)[2]
• Total 455.847
• Kepadatan 2.529/km2 (6,550/sq mi)
Demografi
• Agama Kristen 88,55%
- Protestan 70,97%
- Katolik 17,58%
Islam 10,20%
Hindu 1,21%
Buddha 0,04%[3]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Nama Kupang[8] sebenarnya berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai Kopan atau Lai Kopan,
yang memerintah Kota Kupang sebelum bangsa Portugis datang ke Nusa Tenggara Timur. Pada
tahun 1436, pulau Timor mempunyai 12 kota bandar namun tidak disebutkan namanya. Dugaan
ini berdasarkan bahwa kota bandar tersebut terletak di pesisir pantai, dan salah satunya yang
strategis menghadap ke Teluk Kupang. Daerah ini merupakan wilayah kekuasaan Raja
Helong dan yang menjadi raja pada saat itu adalah Raja Koen Lai Bissi.
Pada tahun 1613, VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), mulai melakukan kegiatan
perdagangannya di Nusa Tenggara Timur dengan mengirim 3 kapal yang dipimpin
oleh Apolonius Scotte, menuju pulau Timor dan berlabuh di Teluk Kupang. Kedatangan
rombongan VOC ini diterima oleh Raja Helong, yang sekaligus menawarkan sebidang tanah
untuk keperluan markas VOC. Pada saat itu VOC belum memiliki kekuatan yang tetap di tanah
Timor.
Pada tanggal 29 Desember 1645, seorang padri Portugis yang bernama Antonio de Sao Jacinto
tiba di Kupang. Dia mendapat tawaran yang sama dengan yang diterima VOC dari Raja Helong.
Tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jacinto dengan mendirikan sebuah
benteng, namun kemudian benteng tersebut ditinggalkan karena terjadi perselisihan di antara
mereka. VOC semakin menyadari pentingnya Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu
kepentingan perdagangannya, sehingga pada tahun 1625 sampai dengan 1663, VOC
melakukan perlawanan ke daerah kedudukan Portugis di pulau Solor dan dengan bantuan
orang-orang Islam di Solor, Benteng Fort Henricus berhasil direbut oleh VOC.